Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKENARIO 2
OLEH:
NIM : 1910911310032
Kelompok : 3
DOSEN TUTOR :
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah pengganti
tutorial ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini
M. Nizar Antoni
Nim 1910911310032
DAFTAR ISI
SKENARIO
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan…………………………………………………………… 2
20
24
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………….. 34
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 35
LAMPIRAN……………………………………………………………… 36
SKENARIO 2
Peran dari sistem urin dengan yang biasa bagi kebanyakan orang
adalah bahwa ekskresi; melalui air seni, manusia membebaskan diri dari
air tambahan dan bahan kimia dari aliran darah. . Aspek penting lain dari
sistem urin adalah kemampuannya untuk membedakan antara senyawa
dalam darah yang bermanfaat untuk tubuh dan harus dijaga, seperti gula,
dan senyawa dalam darah yang beracun dan harus dihilangkan.
Pada kesempatan ini akan membahas lebih jauh mengenai sistem
urinarius pada tubuh kita dan di harapkan mampu dalam mengetahui dan
memahami yang telah di susun oleh penulis agar dapat di aplikasikan
dalam kehidupan sehari – hari.
1.2 Tujuan
BAB II
METODE PENULISAN
A. Ren
Kedua ren berwama coklat kemerahan dan terletak di belakang
peritoneum, pada dinding postedor abdomen di samping kanan dan kiri
columna vertebralis; dan sebagian besar tertutup oleh arcus costalis . Ren
dexter terletak sedikit lebih rendah dibandingkan ren sinister, karena adanya
lobus hepatis dexter yang besar. Bila diaphragma berkontraksi pada waktu
respirasi, kedua ren turun dengan arah vertikal sampai sejauh 1 inci (2,5
cm). Pada margo medialis masing-masing ren yang cekung/ terdapat celah
vertikal yang dibatasi oleh pinggir-pinggir substansi ren yang tebal dan
disebut hilus renalis . Hilus renalis meluas ke rongga yang besar disebut
sinus renalis. Hilus renalis dilalui dari depan ke belakang oleh vena renalis,
dua cabang arteria renalis, ureter, dan cabang ketiga arteria renalis
(V.A.U.A.). Pembuluh-pembuluh limfatik dan serabut-serabut simpatik juga
melalui hilus ini.
Ren mempunyai selubung sebagai berikut ;
Capsula fibrosa: Meliputi ren dan melekat dengan erat pada permukaan luar
ren.
Capsula adiposa: Lemak ini meliputi capsula fibrosa.
Fascia renalis: Merupakan kondensasi dari jaringan ikat yang terletak di luar
capsula ad-iposa dan meliputi ren serta glandula suprarenaiis. Di laterai
fascia ini melanjutkan diri sebagai fascia transversalis.
Corpus adiposum pararenale: Terletak di luar fascia renalis dan sering
didapatkan dalam jumlah besar. Lemak ini membentuk sebagian iemak
retroperitoneal.
Capsula adiposa, fascia renalis, dan corpus adiposum pararenale menyokong
dan menfiksasi ren pada posisinya di dinding posterior abdomen.
Fungsi Ren
Struktur Ren
PERDARAHAN
Arteria renalis berasal dari aorta setinggi vertebra lumbalis II. Masing-
masing arteria renalis biasanya bercabang menjadi lima Arteria segmentalis
yang masuk ke dalam hilus renalis, empat di depan dan satu di belakang
pelvis renalis. Arteri-arteri ini mendarahi segmen-segmen atau area yang
berbeda. Arteriae lobares berasal dari masing-masing arteria segmentalis,
masingmasing satu buah untuk satu pyramis medullae renalis. Sebelum
masuk substansia renalis setiap arteria lobaris mencabangkan dua atau tiga
arteria interlobaris. Arteriae interlobares berjalan menuju cortex di antara
pyramis medullae renalis. Pada perbatasan cortex dan medulla renalis,
arteriae interlobares mencabangkan arteriae atcuatae yang melengkung di
atas basis pyramidis medullae. Arteriae arcuatae mencabangkan sejumlah
arteriae interlobulares yang berjalan ke atas di dalam cortex. Arteriolae
aferen glomerulus merupakan cabang-cabang arteriae interlobulares. Vena
renalis keluar dari hilus di depan arteria renalis danbermuara ke vena cava
inferior. Persarafan Plexus sympathicus renalis. Serabut-serabut aferen yang
berjalan melalui plexus renalis masuk medula spinalis melalui nervus
thoracicus X, XI, dan XII.
b. ureter
Ke anterior: Duodenum, pars terminalis ileum, vasa colica dextra dan vasa
ileocolica" vasa testicularis dextra atau vasa ovarica dextra, dan radix
mesenterii intestinum tenue.
Ke posterior: musculus psoas dextra, yang memisahkan ureter dari
processus transversus vertebrae lumbalis, dan bifurcatio arteria iliaca
communis.
Ureter Sinister
Ujung atas: arteria renalis , Bagian tengah: arteria testicularis atau arteria
ovarica, Ujung bawah: arteria vesicalis superior Darah vena dialirkan ke
dalam vena yang sesuai dengan arterinya. Persarafan Plexus renalis,
testicularis (atau ovaricus), dan plexus hypogastricus (di dalam pelvis).
Serabut-serabut aferen berjalan bersama dengan saraf simpatik dan masuk
medulla spinalis setinggi segmen lumbalis I dan II.
c. vesica urinaria
Otot-otot kandung kemih dan Urethra Kandung kemih pada laki-laki, dilihat
dari kiri. Otot kandung kemih pada prinsipnya terdiri dari • M.detrusor
vesicae (pengosong kandung kemih) dan • M.sphincter vesicae (otot
penutup kandung kemih, juga disebut sebagai "internus"); Otot Urethra
terdiri dari • M.dilatator urethrae (pelebar Urethra) dan • Msphincter
urethrae (otot penutup Urethra, juga disebut sebagai "externus") Menurut
Dorschner et al. (2001), M.detrusor vesicae dan M.sphincter vesicae adalah
satuan morfologis yang sama sekali terpisah: M.detrusor vesicae memiliki
tiga lapisan dan sangat membantu menautkan kandung kemih ke arah dorsal
dan ventral di dalam Pelvis. Untuk melakukan hal itu, serabut luar
longitudinal (Stratum longitudinale externum) berjalan ke arah dorsal ke
M.vesicoprostaticus (atau vaginalis) dan serabut di daerah Nodus vesicae ke
arah ventral ke M.pubovesicalis, yang merupakan bagian penting pada pe-
rangkat suspensi ventral. Lapisan tengah dan dalam (Stratum circulare/
longitudinale internum) berujung dorsal di atas Plica interureterica .
M.sphincter vesicae ("internus") pada laki-laki memiliki bentuk elips, pada
perempuan otot ini cenderung berjalan seperti lingkaran. Otot sfingter ini
secara eksklusif berfungsi menutup kandung kemih. Di lingkar dorsalnya,
M. sphincter vesicae "internus'' membentuk landasan morfologis untuk
Trigonum vesicae.[2]
d. Urethra
Sistem urogenital laki-laki di Pelvis, dilihat dari kanan. Berbeda dengan
Urethra pada perempuan, Urethra laki-laki adalah saluran urin dan seksual.
Panjang Urethra pada laki-laki adalah sekitar 20 cm dan dapat dibagi
menjadi empat ruas, tiga tempat menyempit, serta tiga tempat melebar. Pars
intramuralis urethrae yang berjalan di dalam dinding kandung kemih tidak
diperlihatkan di sini. Berlainan dengan Urethra perempuan yang lurus,
Urethra laki-laki menunjukkan dua lengkungan, yaitu Curvatura infrapubica
dan Curvatura prepubica. Hal ini sangat penting untuk diketahui pada
kateterisasi kandung kemih transuretral. Sepanjang Urethra dibelah dan
ditampilkan tanpa Curvaturae. Dapat dikenali empat ruas Urethra masculina
di sini. Ruas yang terpanjang adalah Pars spongiosa. Urethra masculina
bersama Corpus spongiosum yang mencapai Ostium urethrae externum
pada Gians penis. Pars prostatica dapat benar-benar menyempit pada
pembesaran prostat yang benigna (hiperplasia prostat) . Kemudian, kandung
kemih sulit dikosongkan dengan baik. Pada akhir proses mikturasi, terjadi
penetesan urin, seringkali urin-sisa masih tertinggai di kandung kemih. Urin
sisa seringkali dapat menyebabkan peradangan (sering bakterial) pada
kandung kemih (cistitis).[2]
b. Sistem Ureter
Sistem Pengumpul Duktus koligens pada ginjal permanen dibentuk dari
tunas ureter, suatu pertumbuhan keluar dari duktus mesonefrikus di dekat
muaranya ke kloaka. Tunas ini menembus jaringan metanefros, yang ujung
distalnya terbentuk seperti topi. Kemudian, tunas ini melebar, membentuk
pelvis renalis primitif, dan terbelah menjadi bagian kranial dan kaudal, yaitu
bakal kaliks mayor. Setiap kaliks membentuk dua tunas baru sambil
menembus jaringan metanefros. Tunas ini terus membelah hingga terbentuk
12 generasi tubulus atau lebih. Sementara itu, di perifer, lebih banyak
tubulus yang terbentuk hingga akhir bulan kelima. Tubulus-tubulus ordo
kedua membesar dan menyerap tubulus generasi ketiga dan keempat,
membentuk kaliks minor pelvis renalis. Selama perkembangan selanjutnya,
tubuli koligentes (collecting tubules) pada generasi kelima dan berikutnya
memanjang dan berkumpul di kaliks minor, membentuk piramis renalis.
Tunas ureter membentuk ureter, pelvis renalis, kaliks mayor dan minor, dan
sekitar 1-3 juta tubuli koligentes.
BAB III
PENUTUPAN
4.1 kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas sistem urinaria merupakan sistem
yang paling penting untuk membuang sisa metabolisme makanan yang
dihasilkan oleh tubuh terutama senyawa nitrogen seperti urea. Sistem
urinaria terdiri atas kedua ginjal (Ren, Kidney), Ureter, Kandung
Kemih(Vesica urinaria/urinary bladder) dan Uretra.
Dalam pemenuhan kebutuhan eleminasi urine terjadi proses
berkemih. Sedangkah berkemih merupakan proses pengosongan vesika
urinaria(kandung kemih).
Tahap pembentukan urin yaitu pertama, proses Filtrasi, di
glomerulus terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian
cairan darah kecuali protein. Kedua, proses Reabsorbsi. Pada proses ini
terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium,
klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Ketiga, proses sekresi. Sisa
dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke
papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abu-Naser, S. S., & Shaath, M. Z. Expert system urination problems
diagnosis. World Wide Journal of Multidisciplinary Research and
Development. 2016; 2(5): 9-19
2. Schunke M, Schulter E, Schumacher U. 2013. Thieme Atlas Anatomi
Manusia Organ Dalam.Jakarta: EGC.
3. Snell, R. S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC.
4. Sherwood, L. 2014 Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
5. Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Edisi 12. Jakarta: Elsevier
6. Beckel, J. M., & de Groat, W. C. Neural Control of Lower Urinary
Tract Function. In Oxford Research Encyclopedia of Neuroscience.
(2019) : 1 – 38.
7. Sadler TW. 2014. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 12.
Jakarta: EGC.
8. Al-Taiee, T. A. K. Study of the Anti-Diuretic Hormone (ADH) on
End Stage Renal Failure Disease (ESRD) Pre-Hemodialysis in Iraqi
Patients. Ibn AL-Haitham Journal For Pure and Applied Science.
2019 ; 32(2) : 30-37.
9. Rodwell, V. W. Et all. 2015. Harper’s Illustrated Biochemistry
Thirtieth edition. New York: The McGraw-Hill Education
10. Eroschenko, V.P. 2010 Atlas Histologi di Fiore. Edisi 11. Jakarta:
EGC.
11. Mascher Al. 2013. junqueira’s Basic Histology Thirtieth edition.
New york : The McGraw-Hill medical.
NIM : 1910911310032
3 Metode Penulisan 5
Menyebutkan teknik
penulisan makalah
4 Isi 45
Sesuai dengan sasaran belajar
(seperti tercantum untuk
setiap skenario dalam buku
blok)
5 Kesimpulan 15
6 Daftar Pustaka 10
Referensi relevan dengan
masalah yang diteliti (jumlah
minimal 10 buah, dan
minimal 30%-nya harus
bersumber pada jurnal
ilmiah)
Menggunakan sistem rujukan
pustaka yang baku yang
dianut secara konsisten
(Sistem Vancouver)
Menggunakan sumber
rujukan pustaka terbaru (10
tahun terakhir)
TUTOR
(....................................................)
*Catatan: