Anda di halaman 1dari 5

“PERJALANAN HIJRAH RASULULLAH SAW KE

   

MADINAH”

A. Peristiwa Hijrah ke Yatsrib


Dengan meninggalnya abu thalib dan khadijah, Rasulullah menghadapi berbagai
macam bahaya dan cobaan yang didatangkan oleh kaum kafir quraisy dan pemimpin
pemimpin kota lainnya. Diantara peristiwa yang sangat menyakitkan adalah peristiwa yang
dialami oleh Nabi Muhammad Saw. di Thaif.

Setelah peristiwa itu nabi menjuruskan dakwahnya kepada para jemaah jemaah haji dari
seluruh penjuru arab. Diperkenalkannya dirinya serta diperkenalkan pula seruan islam dan
pokok pokok agama baru itu kepada mereka.

Ketika berada di Aqabah, nabi bertemu dengan sekelompok orang dari kabilah kharaj
yang berasal dari madinah. Beliau mengajak mereka untuk menyembah Allah, menjelaskan
tentang islam kepada mereka serta membacakan Al-Quran. Kabilah kharaj bertetangga
dengan yahudi dimadinah. Mereka telah mendengar dari kaum yahudi bahwa akan datangnya
nabi yang sudah dekat dengan masa kalian. Sebagian dari mereka kemudian berkata kepada
sebagian yang lain bahwa “wahai kaum ! kalian mengetahui, demi Allah bahwa orang ini
adalah nabi yang telah dikabarkan kaum yahudi kepada kalian. Maka jangan sampai kalian
didahului oleh mereka, sambut dia, berimanlah kepadanya.” Maka pada musim haji
berikutnya datanglah 12 orang dari yatsrib menemui rosululloh di aqabah. Mereka membaiat
kepada rasululloh untuk bertauhid, menahan diri dari mencuri, berzina dan membunuh anak-
anak mereka, serta taat dalam kebaikan (Bai’atul Aqabah Pertama). Nabi mengutus Mush’ab
bin ‘umair untuk ikut ke yatsrib bersama rombongan guna menyebarkan dakwah islam
disana.
Pada tahun berikutnya, Mush’ab kembali ke makkah bersama dengan 75 anshar
melaksanakan ibadah Haji serta bertemu Rasulullah di lereng Aqabah. Maka dalam
pertemuan ini Rasulullah meminta baiat dari kaum anshar untuk melindungi nya sebagaimana
mereka melindungi istri dan anak anaknya.

Ketika Rasulullah telah membaiat kaum anshar untuk membela islam dan melindungi
beliau serta pengikutnya. Maka Nabi saw. Langsung menginstruksikan agar para sahabatnya
untuk segera berhijrah ke Yastrib, sejak saat itu kota Mekah menjadi kosong dari populasi
muslim. Yang tersisa hanya Nabi saw., Abu Bakar, dan Ali bin Abi Thalib. Sebenarnya Abu
Bakar pun sudah berniat untuk mengikuti jejak orang-orang muslim yang telah berhijrah
sebelumnya, Namun ketika ia meminta izin kepada Nabi saw. akan maksud itu, Nabi
menjawab dengan cara sungguh-sungguh, mengingat situasi yang semakin kritis. Nabi
mengatakan kepada Abu Bakar “jangan tergesah-gesah, mudah-mudahan Allah swt.
Memberimu seorang teman”. Pernyataan tersebut membuat Abu Bakar sangat gembira,
karena dia berharap mudah-mudahan teman yang dimaksud Nabi saw. adalah dirinya sendiri.
Ungkapan Nabi saw. dan harapan Abu Bakar tersebut menunjukkan bahwa keputusan
hijrahnya Nabi saw. ke Madinah sangat rahasia, sehingga sahabat terdekatnyapun nyaris tidak
mengetahuinya. Bahkan sebagian besar dari pengikutnya memperkirakan bahwa Nabi saw.
akan tetap di Mekah melanjutkan perjuangannya, setelah memerintahkan pengikutnya untuk
berhijrah.

Sementara itu berita-berita yang ilato dari yatsrib semakin menghawatirkan Quraisy,
sebab kaum muhajirin semua telah berkumpul di Yatsrib dan penduduk negeri tersebut
menyambutnya dengan penuh kemuliaan. Kenyataan ini membuat orang-orang Quraisy
menjadi curiga jangan-jangan Muhammad juga akan keluar dari Mekah bergabung dengan
sahabat-sahabatnya di sana. Dengan ilator ini, mereka pun mengadakan pertemuan di Dar al-
Nadwa dan memutuskan Muhammad harus dibunuh beramai-ramai. Pertemuan tersebut
diabadikan oleh Allah dalam Q.S. al-Anfal/8: 30 “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir
(Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau
membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan
tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”.
Setelah kesepakatan kaum Quraisy untuk menghabisi nyawa Rasulullah saw. maka Malaikat
Jibril menemui Nabi dan mengabarkan kepadanya tentang persekongkolan kaumnya. Dia
menyuruh Nabi untuk segera pergi meninggalkan rumanya dan menetapkan waktu untuk
berhijrah. Setelah itu Nabi saw. pun pergi ke rumah Abu Bakar untuk menyampaikan bahwa
Allah telah mengizinkannya untuk berhijrah sambil merancang strategi perjalanannya.

Di sinilah dimulainya kisah yang paling cemerlang dan indah yang pernah dikenal
manusia dalam sejarah mencari kebenaran dan mempertahankan keyakinan dan keimanan
yang penuh resiko dan bahaya.
Setelah matahari terbenam, malam telah mencapai keheningan, pemuda-pemuda yang sudah
dipersiapkan Quraisy untuk membunuh Nabi saw. sudah mengepung rumahnya. Pada saat-
saat yang kritis itu Nabi menyampaikan kepada Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat
tidurnya dengan menggunakan selimut yang biasa dipakainya. Kemudian Nabi saw. keluar
rumah menyibak kepungan mereka. Para pembunuh bayaran ini tidak melihat Nabi sedikit
pun, karena Allah telah membutakan mereka sehingga mereka tidak bisa melihat,
sebagaimana yang dijelasakan dalam al-Qur’an Q.S. Yasin/36 : 9 “Dan kami adakan di
hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata)
mereka sehingga mereka tidak dapat Melihat.”

 Rasulullah saw. meninggalkan rumah pada malam hari tanggal 27 shafar tahun 14
Nubuwah, lalu menuju rumah Abu Bakar kemudian pergi meninggalkan Mekah melewati
jalur selatan, jalur yang berlawanan dengan jalur utama ke Madinah yang mengarah ke utara.
Keduanya menempuh jalan ini sekitar lima mil hingga tiba di gunung Tsaur lalu kemudian
memasuki seguah gua yang berada di puncak gunung yang di sebut gua Tsaur. Nabi dan Abu
Bakar bersembunyi di Gua tersebut selama tiga malam.
Setelah keadaan sudah sedikit stabil Nabi saw. bersama Abu Bakar beserta seorang penunjuk
jalan, melanjutkan perjalanan menuju ke selatan melewati Tihamah dekat pantai Laut Merah,
sebuah jalan yang tidak biasa dilalui oleh orang. Mereka berjalan dengan panas membara di
tengah padang pasir, namun kesulitan itu tidak lagi dihiraukan. Hanya dengan ketenangan
Hati kepada Allah dan adanya kedip bintang di gelap malam membuat hati dan perasaan
mereka terasa lebih aman.

Pada hari senin 8 Rabiul awal tahun ke 14 dari nubuwah, atau tahun pertama dari
hijrah, bertepatan dengan 23 September 622 M., Rasulullah saw. tiba di Quba. Dia berada di
Quba selama empat hari, di ilator ini Nabi saw. membangun sebuah masjid dan shalat di
dalamnya. Inilah masjid pertama yang didirikan atas dasar taqwa setelah nubuwah. Kemudian
pada hari jum’at Nabi saw. melanjutkan perjalanan, dan seusai shalat jum’at Nabi
Muhammad saw. memasuki Madinah. Sejak masa itulah Yastrib dinamakan Madinatun-nabi,
atau disingkat dengan Madinah. Inilah hari yang sangat monumental, semua rumah, dan jalan
ramai dengan suara tahmid dan taqdis sementara anak-anak gadis mereka mendendangkan
bait-bait syair karena senang dan gembira.

Tidak satupun tempat yang dilalui, melainkan penghuninya meminta Nabi saw. untuk
singgah di rumahnya, namun onta Nabi Muhammad saw. terus berjalan hinggga sampai di
sebuah kebun tempat penjemuran korma, di situlah ontanya berhenti, hingga Nabi saw. turun
dari ontanya. Di tempat inilah Nabi saw. mendirikan Masjid Nabawi sekaligus juga menjadi
tempat tinggalnya.

B. Faktor atau Latar Belakang Peristiwa Hijrah         


1. Wafatnya Dua Tokoh Pendukung Dakwah
Tahun 10 kenabian, Rasullulah kehilangan 2 tokoh utama yang mendukung
dakwahnya, yaitu istrinya Khadijah dan pamannya Abu Thalib yang disegani kaum
Quraisy. Hal tersebut menyebabkan kaum Quraisy di mekah semakin berani menentang
dakwah nabi. Sehingga kedudukan nabi semakin terancam dan menjadi sasaran niat
buruk kaum Quraisy.

2. Penyiksaan Terhadap Umat Islam


Perlakuan kaum Quraisy terhadap umat Islam semakin kejam, terutama pada
golongan budak atau hamba yang telah memeluk islam. Bahkan Rasullulah sendiri
terkandang menjadi sasaran mereka. Mulai tahun 617 M sampai 620 M seluruh muslim
dan kaum Bani Hasyim di diskriminasi dari segi ilato, ekonomi, dan politik. Mereka
dikucilkan dan dilarang berhubungan dengan seluruh masyarakat Mekah diluar musim
haji. Disinilah umat Islam mendapatkan Ujian dan Penderitaan yang sangat pedih.

3. Pimpinan Quraisy Akan Membunuh Nabi


Hal utama yang menjadi latar belakang nabi Muhammad hijrah ke
Madinah  adalah persekongkolan para pemimpin Quraisy yang mengadakan
perundingan di Darul Nadwah dengan keputusan untuk membunuh nabi. Tentu hal ini
sangat mengancam Rasullulah jika terus berada di mekah. Hal ini di jelaskan dalam Al-
Quran surat Al Anfal ayat 30.

4. Bai’ah Aqabah
Saat Bai’ah Aqabah ke-2 ada permintaan dari para pemimpin madinah supaya
Nabi Muhammad menjadi pemimpin utama mereka. Dalam ikrar tersebut mereka juga
berjanji akan berjuang bersama Nabi dan akan mempertahankan Nabi Muhammad.
Sehingga, nabi merasa bahwa waktunya sudah tiba bagi umat Islam untuk hijrah
meninggalkan kota mekah yang penuh kejahilliyahan. 

5. Penentangan Dakwah Di Mekah


Nabi Muhammad merasa bahwa Kota Mekah sudah tidak kondusif untuk
perkembangan Islam, karena dalam 13 tahun Rasullulah berdakwah selalu menerima
berbagai penentangan.

6. Gagalnya Seruan Islam di Thaqif


Rasullulah bersama Zaid bin Haritshah pernah menyampaikan dakwah tentang
agama Isalam ke Thaqif. Namun tanggapannya sangat buruk, yaitu hinaan, ejekan
hingga lemparan batu yang diterima. Hal tersebut ilator belakangi kedekatan pemimpin
Bani Thaqif dengan pimpinan Quraisy di Mekah. Kegagalan dakwah tersebut membuat
nabi Muhammad memindahkan tujuan Hijrah menuju Madinah.

7. Banyak Umat Islam Di Madinah


Peristiwa bai’ah aqabah melatarbelakangi penyebaran islam di madinah secara
cepat, karena mereka yang terlibat berdakwah dan menyebarkan islam pada keluarga
mereka. Sehingga Madinah cocok sebagai pusat penyebaran dan dakwah agama islam.

8. Masyarakat Madinah Mudah Menerima Ajaran Islam


Masyarakat madinah yang memeluk agama samawi yang telah mengenal konsep
ketuhanan dan mengenal norma baik dan buruk. Selain itu Keluarga dari Nabi
Muhammad dari keluarga ibu tinggal di Madinah, yaitu Abdul Muttalib dan Bani
Najjar. Itulah yang melatar belakangi masyarakat Madianh lebih mudah menerima
ajaran Islam.

9. Lokasi Madinah Yang Strategis


Madinah berada di jalur perdagangan antara Yaman yang berada di selatan
dengan Syam yang berada di utara. Lokasi inilah yang dapat menjadidkan Madinah
menyaingi kota Mekah sebagai  pusat perdagangan. Hingga para kafilah Quroisy
terpaksa melaui kota Madinah jika ada urusan dengan Syam (Palestina).

Anda mungkin juga menyukai