Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ditinjau dari kehidupan masyarakat Kota Padang, maka Kota Padang
berpotensi mengembangkan bisnis. Ini merupakan peluang yang harus ditangkap
oleh perusahaan-perusahaan bisnis, dalam hal ini perusahaan yang bergerak dalam
restoran siap saji (fast food).
Beberapa macam restoran siap sajiyang ada di Kota Padang,diantaranya Restoran
McDonald’s, KFC, Pizza, AW, Texas dan Restoran Mie pedas seperti Mie nuklir.
Dari beberapa macam restoran yang ada, tidak semuanya bisa langsung
memuaskan konsumen, oleh karena itu untuk bisa memuaskan konsumen, maka
produk yang dipasarkan harus dibarengi dengan manajemen hubungan pelanggan
dan penetapan harga jual produk untuk menarik simpati konsumen,namun
manajemen hubungan pelanggan dan penetapan harga jual produk tidak akan
berhasil baik apabila tidak dibarengi dengan kualitas pelayanannya. Jelas ini
merupakan ancaman bagi kemajuan perusahaan. Kunci mempertahankan
konsumen adalah kepuasan konsumen.
Menurut Tjiptono dan Chandra (2011), ada beberapa faktor utama
kepuasan konsumen salah satu diantaranya kualitas produk dan pelayanan.
Kualitas produk dan pelayanan merupakan salah satu hal penting, dimana
konsumen akan merasa puas apabila mereka mendapat pelayanan yang lebih baik
serta produk yang ditawarkan sesuai keinginan konsumen. Dimensi yang
berpengaruh dalam membentuk kualitas produk dan pelayanan yaitu reliability
(keandalan), responsiveness (cepat tanggap), assurance (jaminan), emphaty
(empati) dan tangibles (bukti fisik) selain kelima dimensi tersebut perlu
ditambahkan juga durability (daya tahan). Hanya perusahaan yang berwawasan
konsumen yang dapat bertahan, karena bisa memberikan nilai yang lebih baik dari
pada perusahaan pesaingnya.
Dalam laporan ini akan membahas tentang tingkat kepuasan konsumen di
Restoran Mie Nuklir Siteba Padang.
B. Rumusan Masalah

1
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih mie
nuklir sebagai pemenuhan makan mereka?
C. Tujuan
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih
mie nuklir sebagai pemenuhan makan mereka.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Perilaku konsumen
A. Pengertian Perilaku Konsumen
Kebutuhan dan keinginan konsumen sangat bervariasi dan dapat berubah-
ubah karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam
melakukan pembelian. Oleh karena itu, seorang pemasar perlu untuk memahami
perilaku konsumen supaya kegiatan pemasaran yang dilaksanakan dapat berjalan
secara efektif dan efisien.
Ada beberapa pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para
ahli diantaranya adalah menurut Mangkunegara (2002) : “Perilaku konsumen
adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi
yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan,
menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi
lingkungan”. Menurut Winardi dalam Sumarwan (2003) definisi perilaku
konsumen adalah : “Perilaku yang ditujukan oleh orang-orang dalam
merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa”.
Pemahaman terhadap perilaku konsumen bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi
cukup sulit dan kompleks. Hal ini disebabkan oleh banyaknya variabel-variabel
yang mempengaruhinya dan variabel-variabel tersebut cenderung saling
berinteraksi. Meskipun demikian, apabila hal tersebut dapat dilakukan, maka
suatu perusahaan penghasil barang maupun jasa akan dapat meraih keuntungan
yang jauh lebih besar daripada perusahaan pesaingnya karena dengan memahami
perilaku konsumen maka perusahaan tersebut dapat memberikan kepuasan secara
lebih baik kepada konsumennya.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan perilaku konsumen adalah sejumlah tindakan-tindakan nyata
individu (Konsumen) yaang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal
yang mengarahkan mereka untuk menilai, memilih, mendapatkan dan
menggunakan barang dan jasa yang diinginkannya.

3
B. Pentingnya Perilaku Konsumen

Tujuan kegiatan pemasaran adalah untuk mempengaruhi konsumen agar


bersedia membeli barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan pada saat mereka
membutuhkan. Dalam perkembangan konsep pemasaran modern, konsumen
ditempatkan sebagai sentral perhatian. Menurut Amirullah (2002) studi tentang
perilaku konsumen dipelajari karena dua alasan utama yaitu :
1. Perilaku konsumen penting dalam kehidupan setiap hari. Kalau saja setiap
konsumen memiliki perilaku yang konstan, mungkin kajian tentang perilaku
konsumen tidak begitu penting. Tetapi mengingat konsumen selalu
berinteraksi dengan lingkungannya, maka secara otomatis perilaku itu akan
berubah-ubah bahkan dalam hitungan hari. Perilaku konsumen di sini penting
untuk memahami mengapa dan apa saja yang mempengaruhi perubahan
perilaku konsumen.
2. Perilaku konsumen penting untuk pengambilan keputusan. Setiap keputusan
yang diambil oleh konsumen pasti didasarkan pada alasan-alasan tertentu,
baik secara langsung ataupun tidak langsung. Proses pengambilan keputusan
konsumen sangat terkait dengan masalah kejiwaan dan faktor eksternal.
Dengan memahami perilaku konsumen, pemasar akan mudah untuk
menggambarkan bagaimana proses keputusan itu dibuat. Sedangkan menurut
Setiadi (2003) “Studi tentang konsumen menjadi dasar yang amat penting
dalam manajemen pemasaran untuk merancang dan mengembangkan riset
pemasarannya serta menetapkan segmentasi pasar”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pentingnya bagi pemasar untuk


mempelajari perilaku konsumen yaitu dengan meletakkan konsumen sebagai titik
sentral perhatian pemasaran sehingga dengan memahami konsumen akan
menuntun pemasar pada kebijaksanaan pemasaran yang tepat dan efisien. Dengan
kata lain mempelajari perilaku konsumen bertujuan untuk mengetahui dan
memahami berbagai aspek yang ada pada konsumen yang akan digunakan dalam
menyusun kebijaksanaan pemasaran yang berhasil.

4
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membuat


keputusan pembelian. Faktor-faktor tersebut sebagian besar tidak dapat
dikendalikan oleh pemasaran, tetapi harus diperhatikan, namun secara garis besar
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dibagi menjadi dua bagian
yaitu eksternal dan faktor internal.
Menurut Setiadi (2003) faktor-faktor internal individual yang
mempengaruhi perilaku konsumen seperti : 1) motivasi, 2) kepribadian, 3)
pembelanjaan, 4) sikap, 5) persepsi konsumen. Selain faktor-faktor lingkungan
internal, faktor-faktor eksternal individu juga sangat berpengaruh terhadap
perilaku pembelian konsumen. Menurut Setiadi (2003) faktor-faktor lingkungan
ekstern yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi : 1) kelompok rujukan,
2) kelas sosial, 3) budaya, 4) komunikasi.
Sedangkan menurut Swastha dan Handoko (2000) menyatakan bahwa :
“Faktor-faktor lingkungan ekstern yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :
1) kebudayaan (culture) dan kebudayaan khusus (subculture), 2) kelas sosial
(social class), 3) kelompok-kelompok sosial (social group), kelompok referensi
(referensi group), dan 4) keluarga (family)”.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam melakukan pengambilan
keputusan pembelian, perilaku konsumen dipengaruhi oleh : Selainfaktor-faktor
lingkungan ekstern, faktor-faktor psikologis yang berasal dari proses intern
individu sangat berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen. Menurut
Swastha dan Handoko (2000) : “Faktor-faktor psikologis yang menjadi faktor
dasar dalam perilaku konsumen adalah : (1) motivasi, (2) pengamatan, (3) belajar,
(4) kepribadian dan konsep diri, dan (5) sikap.”
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa faktor-faktor lingkungan
intern atau variabel intra personal dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Motivasi
Motivasi merupakan suatu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai

5
suatu tujuan. Menurut Setiadi (2003) motivasi didefinisikan sebagai :
“Ketersediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan-tujuan yang hendak
dicapainya, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi suatu
kebutuhan individual.” Sedangkan menurut Swastha dan Handoko (2000)
motivasi manusia dalam melakukan pembelian dibedakan menjadi :
a. Motif pembelian primer dan selektif
1) Motif pembelian primer Adalah motivasi yang menimbulkan perilaku
pembelian terhadap kategori-kategori umum pada suatu produk.
2) Motif pembelian selektif Adalah motif yang mempengaruhi konsumen tentang
model, merk dan kelas-kelas produk.
b. Motif rasional dan emosional
1) Motif rasional Adalah motif yang didasarkan pada kenyataan-kenyataan seperti
yang ditunjukkan oleh suatu produk kepadakonsumen. Faktor yang menjadi
perhitungan dalam pembelian rasional ini adalah faktor ekonomi, seperti : faktor
penawaran permintaan, harga dan kualitas, pelayanan, ketersediaan
barang, ukuran efisien, keawetan.
2) Motif emosional Merupakan motif pembelian yang berkaitan dengan perasaan
atau emosi individu, seperti pengungkapan rasa cinta, kebanggaan, kenyamanan,
kesehatan, keamanan. Motivasi pembelian emosional bersifat subyektif, sehingga
sulit untuk menentukan hubungan antara pembelian dengan produk yang dibeli.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sangat penting sekali
mengetahui apa yang menjadi motif pembelian seseorang terhadap suatu produk
(produk motif) sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Bagi manajer
pemasaran penting sekali mengetahui apa yang menjadi motif pembelian
seseorang terhadap suatu produk (product motive) atau pada penjual tertentu
(patronage motive), sebab hal ini dapat mempengaruhi program pemasaran
perusahaan.

2. Persepsi
Menurut Amirullah (2002) : “Persepsi dapat diartikan sebagai proses
dimana individu memilih, mengelola, dan menginterpretasikan stimulus ke dalam

6
bentuk arti dan gambar atau dapat juga dikatakan bahwa persepsi adalah
bagaimana orang memandang lingkungan di sekelilingnya.”
Sedangkan menurut Setiadi (2003) persepsi didefinisikan sebagai “Proses
dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi
untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.”
Persepsi setiap orang terhadap suatu obyek akan berbeda, oleh karena itu
persepsi mempunyai sifat yang subyektif. Secara lebih lengkap, mekanisme kerja
dari proses pengamatan/ persepsi itu dapat dilihat pada gambar berikut ini
menunjukkan kerangka proses pengamatan individu beserta kegiatan-kegiatan
atau faktor-faktor pokok yang terlibat didalamnya. Selain itu proses pengamatan
meliputi seluruh variabel-variabel pemasaran perusahaan. konsumen akan
mempunyai persepsi produk, persepsi harga, persepsi periklanan dan persepsi
penjual dari kegiatan pemasaran perusahaan. Misal : persepsi bahwa harga yang
tinggi dari suatu produk perusahaan adalah cerminan dari kualitas produk yang
tinggi.

3. Belajar
Menurut Swastha dan Handoko (2000) : “Belajar adalah perubahan-
perubahan yang terjadi sebagai hasil akibatadanya. Perubahan tersebut bersifat
tetap/permanen yang bersifat fleksibel.”
Sedangkan menurut Setiadi (2003) : “Belajar adalah penjelasan
perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman”.
Definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan-
perubahan perilaku tersebut bersifat tetap atau permanen dan bersifat lebih
fleksibel. Hasil belajar ini akan memberikan tanggapan tertentu yang cocok
dengan rangsangan-rangsangan dan yang mempunyai tujuan tertentu. Proses
pembelian yang dilakukan oleh konsumen merupakan sebuah proses belajar,
dimana hal tersebut sebagai bagian dari hidup konsumen. Proses belajar pada
suatu pembelian terjadi apabila konsumen ingin menanggapi dan memperoleh
suatu kepuasan atau sebaliknya, tidak terjadi apabila konsumen merasa
dikecewakan oleh produk yang kurang baik. Tanggapan konsumen sangat
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. Apabila konsumen merasa puas, maka

7
tanggapannya akan diperkuat, dan ada kecenderungan bahwa tanggapan yang
sama akan terulang. Jadi, konsumen dalam proses pembeliannya selalu
mempelajari sesuatu.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mangkunegara (2002) “Perilaku
konsumen dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajarnya.
Pengalaman belajar konsumen akan menentukan tindakan dan pengambilan
keputusan membeli.”
Proses belajar terjadi karena adan ya interaksi antara manusia yang
dasarnya bersifat individual dengan lingkungan khusus tertentu. Perilaku
konsumen dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajarnya.
Pengalaman belajar konsumen akan menentukan tindakan dan pengambilan
keputusan membeli.

4. Kepribadian dan Konsep Diri


Menurut Mangkunegara (2002) : “Kepribadian dapat didefinisikan sebagai suatu
bentuk dari sifat-sifat yang ada pada diri individu yang sangat menentukan
perilakunya.” Kepribadian konsumen sangat ditentukan oleh faktor internal
dirinya (motif, IQ, emosi, cara berpikir, persepsi) dan faktor eksternal dirinya
(lingkungan fisik, keluarga, masyarakat, sekolah, lingkungan alami). Kepribadian
konsumen akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan dalam
membeli.
Sedangkan menurut Swastha dan Handoko (2000) ada 3 unsur pokok
dalam kepribadian individu yaitu :
a. Pengetahuan, yaitu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang
manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Hal ini akan
menimbulkan suatu gambaran, pengamatan (persepsi), apersepsi, konsep dan
fantasi terhadap segala hal yang diterima dari lingkungan melalui pancainderanya.
b. Perasaan, yaitu suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh
pengetahuannya dinilainya sebagai keadaan positif dan negatif. Sebagai contoh,
bila orang pada suatu hari yang panas melihat papan gambar reklame coca-cola,
yang tampak segar dan nikmat, maka persepsi ini menyebabkan timbulnya suatu
“perasaan” (sebagai hasil penggambaran-penggambaran dalam menikmati segelas

8
coca-cola) yang positif, yaitu perasaan nikmat, dan kadang-kadang perasaan
nikmat itu sampai menjadi nyata dengan mengeluarkan air liur.
c. Dorongan naluri, yaitu kemajuan yang sudah merupakan naluri pada tiap
manusia yang sering disebut “drive”. Macam-macam dorongan naluri, antara lain
dorongan untuk mempertahankan hidup, dorongan seks, dorongan untuk mencari
makan, dorongan untuk berinteraksi dengan sesama, dorongan untuk meniru
perilaku sesamanya dan sebagainya.
Faktor lain yang ikut menentukan perilaku konsumen menurut
Mangkunegara (2000) adalah konsep diri. “Konsep diri dapat didefinisikan
sebagai cara kita melihat diri sendiri dan dalam waktu tertentu sebagai gambaran
tentang apa yang kita pikirkan” Keuntungan mempelajari perilaku konsumen
dengan mempergunakan teori konsep diri adalah bahwa kita dapat
membandingkan antara deskripsi konsep diri konsumen yang ditunjukkan sendiri
dengan konsep diri konsumen tersebut tentang dirinya sendiri, dibandingkan
dengan test kepribadian yang dapat dipakai untuk melihat tanggapan konsumen
sesungguhnya tentang takdir dirinya.

5. Sikap
Nickels dalam Swastha dan Handoko (2000) memberikan definisi dari
sikap yang diterapkan pada pemasaran sebagai berikut : “Sikap adalah suatu
kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam
masalah-masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsekuen.”
Menurut Mangkunegara (2002) : “Sikap dapat didefinisikan sebagai suatu
penilaian kognitif seseorang terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional
yang tindakannya cenderung ke arah obyek atau ide” Sikap ini dilakukan
konsumen berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar dari
pengalaman ataupun dari yang lain. “Sikap konsumen bisa merupakan sikap
positif atau negatif terhadap produk-produk tertentu. Dengan mempelajari
keadaan jiwa dan keadaan pikir dari sikap seseorang diharapkan dapat
menentukan perilaku seseorang. Sikap konsumen terhadap suatu produk atau
merek dapat diubah melalui komunikasi yang persuasive dan pemberian informasi
yang efektif kepada konsumen.

9
D. Keputusan Pembelian
Semua kegiatan yang dilakukan perusahaan melalui pemasaran
diharapkan dapat mempengaruhi konsumen sehingga sampai pada keputusan
pembelian. Sedangkan keputusan pembelian dapat diartikan sebagai keputusan
konsumen untuk membeli produk dengan didasari oleh adanya niat untuk
melakukan pembelian dengan melalui beberapa tahap. Perilaku konsumen akan
menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Keputusan
merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang, dalam setiap
waktu dan di segala tempat, keputusan tersebut termasuk keputusan yang
menyangkut kegiatan individu. Mempengaruhi keputusan konsumen yang
dilakukan secara efektifakan mempengaruhi pengambilan keputusan. Ini berarti
meningkat pula tingkat keuntungan yang kita peroleh.
Keputusan konsumen atau organisasi adalah aktivitas yang dilakukan
secara sadar, rasional dan terencana. Keputusan konsumen merupakan analisis
mengatasi permasalahan. Berdasarkan pengertian dari Lupiyoadi (2001) :
“Keputusan konsumen itu sendiri diartikan sebagai suatu keputusan konsumen
untuk membeli atau menggunakan jasa tertentu yang ditawarkan dengan didasari
adanya niat untuk melakukan pembelian/menggunakan jasa.”
Sedangkan pengertian lain dikemukakan Sadeli dan Ukas (2000) bahwa :
Keputusan merupakan dorongan serta keinginan yang merupakan tenaga
penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang. Jadi keputusan adalah
pembangkit daya gerak untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai kepuasan
dan tujuan. Keputusan merupakan kunci untuk mengerti tingkah laku pembeli
atau langganan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian yang
dilakukan konsumen dimulai jauh sebelum terjadinya kegiatan pembelian dan
mempunyai kelanjutan yang panjang setelah pembelian dilakukan. Pemasar harus
meneliti konsumen untuk mengetahui jenis masalah atau keinginan dan kebutuhan

10
yang timbul, apa yang menyebabkan rasa kebutuhan itu dan bagaimana rasa
kebutuhan itu mengarah pada obyek tertentu.
Sutisna (2002) menjelaskan mengenai keputusan pembelian sebagai
berikut : “Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembedaan
suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan
keinginan”. Pengertian keputusan pembelian termasuk keputusan untuk membeli
dan menggunakan produk/jasa merupakan perumusan beraneka alterantif tindakan
dalam menggarap situasi yang dihadapi sertapenetapan pilihan yang tepat antara
beberapa alternatif yang tersedia. Setelah diadakan pengevaluasian mengenai
keefektifan masing-masing untuk mencapai sasaran para pengambil keputusan.

E.Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen


Pengambilan keputusan untuk menggunakan produk/jasa yang dilakukan
masyarakat merupakan salah satu bentuk keputusan pembelian. Proses
pengambilan keputusan menggunakan produk/jasa ditentukan oleh perilaku
konsumen. Proses keputusan menggunakan produk/jasa tersebut dimulai dengan
pengenalan masalah atau kebutuhan yang didasari sebagai perbedaan antara
keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkan.
Berdasarkan pengalamannya, seseorang belajar untuk mengatasi
dorongan yang terjadi dan didorong ke arah satu jenis obyek yang diketahuinya
akan dapat memuaskan dorongan yang timbul. Seperti yang telah disinggung
sebelumnya bahwa keputusan pembelian yang dilakukan konsumen merupakan
suatu proses. Keputusan pembelian yang tampak hanyalah satu tahap dari
keseluruhan proses pengambilan keputusan pembelian konsumen.
Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk
diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan keinginan.
Selanjutnya jika sudah disadari adanya kebutuhan dan keinginan, maka konsumen
akan mencari informasi mengenai keberadaan produk yang diinginkannya. Proses
pencarian informasi ini akan dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi
yang berhubungan dengan produk yang diinginkan. Dari berbagai informasi yang
diperoleh konsumen melakukan seleksi atas alternatif-alternatif yang tersedia.
Proses seleksi inilah yang disebut sebagai tahap evaluasi informasi. Dengan

11
menggunakan berbagai kriteria yang ada dalam benak konsumen, salah satu
merek produk dipilih untuk dibeli. Bagi konsumen yang mempunyai keterlibatan
tinggi terhadap produk yang diinginkannya, proses pengambilan keputusan akan
mempertimbangkan berbagai hal.
Dengan dibelinya merek produk tertentu, proses evaluasi belum berakhir karena
konsumen akan melakukan evaluasi pasca pembelian (post purchase evaluation).
Proses evaluasi ini akan menentukan apakah konsumen merasa puas atau tidak
atas keputusan pembeliannya. Seandainya konsumen merasa puas, maka
kemungkinan untuk melakukan pembelian kembali pada masa depan akan terjadi,
sementara itu jika konsumen tidak puas atas keputusan pembeliannya, dia akan
mencari kembali berbagai informasi produk yang dibutuhkannya. Proses itu akan
terus berulang sampai konsumen merasa terpuaskan atas keputusan pembelian
produknya.
Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Swastha dan Handoko (2000)
yang menjelaskan bahwa sehubungan dengan keputusan untuk membeli, perilaku
konsumen melalui beberapa proses yaitu : Perilaku konsumen akan menentukan
proses pengambilan keputusan dalam pembelian. Proses tersebut merupakan
sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas lima tahap, yaitu : (1)
menganalisa kebutuhan dan keinginan, (2) pencarian informasi dan penilaian
sumber-sumber, (3) penilaian dan seleksi terhadap alternatif pembelian, (4)
keputusan untuk membeli, dan
(5) perilaku sesudah pembelian.
Menurut Setiadi (2003) : “Perilaku konsumen merupakan sebuah
pemecahan masalah konsumen yang terdiri dari (1) pemahaman adanya masalah,
(2) pencarian alternatif pemecahan, (3) evaluasi alternatif, (4) pembelian, (5)
penggunaan pasca pembelian dan evaluasiulang alternatif yang dipilih.”
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan adalah proses yang dimulai dari pemikiran tentang suatu
masalah, merumuskan berbagai alternatiftindakan guna menjatuhkan pilihan pada
salah satu alternatif tertentu untuk mencapai sasaran. Pengambilan keputusan
pembelian dipengaruhi oleh perilaku konsumen, dimana aktivitas tersebut
dilakukan secara sadar, rasional, obyektif, dan terencana. Pengambilan keputusan

12
untuk pembelian merupakan analisis mengatasi permasalahan. Dan dapat
dikatakan bahwa proses keputusan pembelian dimulai jauh sebelum terjadinya
kegiatan pembelian dan mempunyai kelanjutan yang panjang setelah pembelian
dilakukan. Pemasar harus me
neliti konsumen untuk mengetahui jenis masalah atau keinginan dan kebutuhan
yang timbul, apa yang menyebabkan rasa kebutuhan itu dan bagaimana rasa
kebutuhan itu mengarah pada obyek tertentu.

2. Kepuasan Konsumen
A. Pengertian Kepuasan Konsumen
Kepuasan pelanggan sebenarnya masih merupakan sesuatu yang bersifat
abstrak. Kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan
hasil perbandingan atas kinerja produk (jasa) yang diterima dan diharapkan
(Rambat Lupiyoadi, 2001). Dalam konsep pemasaran moderen yang menjadi titik
sentral dari kegiatan pemasaran adalah untuk memperoleh atau mencapai
kepuasan konsumen. Menurut Kotler (2002:42) mengemukakan bahwa kepuasan
konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja/hasil sesuatu produk
dan harapan-harapannya.
Day (dalam Fandy Tjiptono 1996:146) menyatakan bahwa kepuasan atau
ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian/diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau
norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah
pemakaiannya. Engel (dalam Fandy Tjiptono 1996:146) juga mengungkapkan
bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli di mana alternatif
dipilih sekurang - kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui
harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh
tidak memenuhi harapan pelanggan (Fandy Tjiptono, 1996: 146).

B. Pengukuran Kepuasan Konsumen


Pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan konsumen telah menjadi
hal yang esensial bagi setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan langkah tersebut

13
dapat memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan
implementasi strategi peningkatan kepuasan konsumen.
Philip Kotler (1994: 148-150) mengindentifikasi empat metode untuk
mengukur kepuasan konsumen, yaitu sebagai berikut:
1) Sistem Keluhan Dan Saran
Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan perlu memberikan
kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran,
pendapat dan keluhan mereka. kotak saran yang diletakkan di tempat-tempat
strategis (yang mudah ditinjau atau sering dilewati konsumen), kartu komentar
(yang bisa diisi langsungmaupun dikirim via pos kepada perusahaan), saluran
telpon bebas pulsa, dan lain-lain. Informasi-informasi yang diperoleh dari metode
ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan yang berharga kepada
perusahaan, sehingga memungkinkannya untuk bereaksi dengan tanggap dan
cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul. Akan tetapi, karena metode
ini bersifat pasif, maka sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan
dan ketidak puasan konsumen. Tidak semua pelanggan yangtidak puas akan
menyampaikan keluhannya.
2) Survai Kepuasan Pelanggan
Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan konsumen dilakukan dengan
menggunakan metode survai baik melaluipos, telepon, maupun wawancara
pribadi. Melalui survai, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik
secara langsung dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan tanda positif
bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para konsumen.
3) Ghost-Shopping
Metode ini dilakukan dengan cara memperkerjakan beberapa orang untuk
berperan atau bersikap sebagi konsumen atau pembeli potensial produk
perusahaan dan pesaing. Lalu orang tersebut menyampaikan temuannya mengenai
kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman
mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. Selain itu, orang-orang ini juga
dapat mengamati atau menilai cara perusahaan dan pesaingnya menjawab
pertanyaan konsumen dan menangani setiap keluhan. Ada baiknya para manajer
perusahaan terjunlangsung menjadi orang yang mengamati untuk mengetahui

14
langsung bagaimana karyawannya berinteraksi dan memperlakukan
parakonsumennya. Tentunya karyawan tidak boleh tahu kalau atasannya baru
melakukan penilaian.
4)Lost Customer Analysis
Metode ini sedikit unik. Perusahaan berusaha menghubungi para konsumenya
yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok. Yang diharapkan
adalah akan diperoleh informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini
sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan selanjutnya dalam
rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas
pelanggan. Dari prinsip tersebut dapat diterapkan dalam penentuan indikator
pengukuran kepuasan konsumen Supranto (2001:244), yaitu:
1) Ketepatan hasil sesuai dengan yang dijanjikan.
2) Pelayanan yang ramah dan penampilan staff yang menarik.
3) Kemampuan perusahaan untuk cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang
timbul.
4) Kemampuan perusahaan yang cepat tanggap terhadap keluhan yang
disampaikan pelanggan.
5) Pengetahuan dan kecakapan staff.
6) Melakukan komunikasi yang efektif dengan pelanggan.
7) Bertanggung jawab terhadap kenyamanan dan keamanan pelanggan.
8) Kebersihan dan kerapihan fasilitas.
9) Penataan eksterior ruangan yang baik

15
BAB III
PEMBAHASAN

A. Hasil Dan Pembahasan


Responden yang kami jadikan sampel dan bersedia diwawancarai adalah
sebanyak 20 orang. Kami melakukan wawancara dengan cara langsung
menuju ke tempat makan yang kami jadikan objek dan mewawancarai mereka
yang sedang makan di tempat. Berikut adalah tabel frekuensi distribusi
seluruh instrumen yang kami ajukan.

1. Nama Responden
No Nama Responden
1 Amalia Andini
2 Antik Fatihanur
3 Bimma Geo Fano
4 Eed Selvimar
5 Fauziyah Yuni Anita
6 Ica
7 Maya Rosita
8 Mia
9 Monica Valentia
10 Mutiara Indriani
11 Nirana Valentia
12 Novia Hayuning Tias
13 Olga Febiola
14 Putri Auni
15 Restina Rahmi
16 Senny Plantika
17 Sofia Ainaiya
18 Suci Latifah
19 Surya Habibi
20 Usnal Aini

2. Umur Responden
Umur Responden Frequency %
18 3 15.0
19 6 30.0
20 4 20.0
21 5 25.0
22 1 5.0
27 1 5.0

16
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, responden yang kami wawancarai dapat diketahui


bahwa rata-rata yang suka mengkonsumsi mie nuklir tersebut adalah
responden yang berumur 19-21 tahun yang mana kebanyakan dari
responden adalah mahasiswa.
3. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frequency %


Laki-Laki 2 10.0
Perempuan 18 90.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, responden yang kami wawancarai dapat diketahui


bahwa rata-rata yang suka mengkonsumsi mie nuklir tersebut adalah
responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 orang
(90%), dibandingkan dengan responden laki-laki yang kurang suka
mengkonsumsi mie nuklir yaitu hanya sebanyak 2 orang (10%).
4. Status Responden

Distribusi Frequency %
Menikah 2 10.0
Belum Menikah 18 90.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, responden yang kami wawancarai dapat diketahui


bahwa rata-rata yang suka mengkonsumsi mie nuklir tersebut adalah
responden yang belum menikah yaitu sebanyak 18 orang (90%).

5. Pendidikan Terakhir

Distribusi Frequency %
SLTA 18 90.0
Sarjana/S1 2 10.0
Total 20 100.0

17
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden yang kami
wawancarai sebanyak 18 orang memiliki pendidikan terakhir SLTA.

6. Pekerjaan Responden

Distribusi Frequency %
Mahasiswa/Pelajar 18 90.0
Wiraswasta 1 5.0
Pegawai Swasta 1 5.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, responden yang kami wawancarai dapat diketahui


bahwa rata-rata yang suka mengkonsumsi mie nuklir tersebut adalah
mahasiswa sebanyak 18 orang (90%). Sedangkan responden yang bekerja
sebagai wiraswasta jarang mengkonsumsi mie nuklir.

7. Alasan Makan Di Restoran

Distribusi Frequency %
Rasa Lapar 2 10.0
Sekedar Ingin Mencoba 11 55.0
Rasa Yang Khas 5 25.0
Gaya Hidup/Tren 2 10.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden yang makan di


restoran mie nuklir hanya sekedar ingin mencoba karena melihat promosi
disosial media dan dari teman-teman disekitarnya bukan untuk
memenuhi kebutuhan seperti lapar.
8. Manfaat Yang Di Cari Di Restoran

Distribusi Frequency %
Rasa Enak 16 80.0
Sebagai Makanan Selingan 4 20.0
Total 20 100.0

18
Dari tabel diatas, responden yang kami wawancarai dapat diketahui
bahwa rata-rata responden hanya mencari rasa enak yang ada pada
restoran mie nuklir tersebut dengan frekuensi sebanyak 16 orang
sedangkan manfaat yang dicari lainnya hanya sebagai selingan saja yaitu
sebanyak 4 orang.
9. Apa Yang Dirasakan Saat Tidak Makan Di Restoran Ini

Distribusi Frequency %
Merasa Ada Yang Kurang 4 20.0
Biasa Saja 16 80.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, responden yang kami wawancarai berpendapat


bahwa jika tidak makan direstoran mie nuklir mengatakan biasa saja
yaitu sebanyak 80%. Sedangkan yang merasa ada yang kurang jika tidak
makan di restoran mie nuklir ini hanya ada 1 orang (5%).
10. Pertama Kali Anda Mengetahui Restoran Ini

Distribusi Frequency %
Teman 17 85.0
Keluarga 1 5.0
Sendiri 2 10.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, responden yang kami wawancarai yang paling


banyak mendapatkan informasi tentang restoran mie nuklir ini adalah
dari teman yaitu sebanyak 17 orang (85%), sedangkan yang mendapat
informasi dari keluarga sedikit yaitu hanya 1 orang (5%) dan mengetahui
sendiri sebnyak 2 orang (10%).
11. Fokus Perhatian Utama Ketika Makan Di Restoran Ini

19
Distribusi Frequency %
Harga 1 5.0
Rasa 11 55.0
Kualitas 6 30.0
Kebersihan Makanan,
2 10.0
Peralatan, Lingkungan
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, perhatian utama responden ketika makan adalah


pada rasa yaitu 11 orang (55%), kemudian disusul oleh kualitas 6 orang
(30%), kebersihan makanan, peralatan, lingkungan 2 orang (10%), dan
yang terakhir yang fokus pada harga hanya 1 orang (5%).

12. Variabel Yang Menunjukkan Kualitas Restoran

Distribusi Frequency %
Harga 3 15.0
Rasa 11 55.0
Tempat 2 10.0
Pelayanan 3 15.0
Kebersihan
1 5.0
Makanan/Peralatan Makan
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, responden yang kami wawancarai berpendapat


bahwa kualitas restoran ini terdapat pada rasa yaitu 55% sedangkan
untuk kebersihan dinilai kurang berkualitas yaitu hanya 5% .
13. Kapankah Paling Sering Berkunjung Ke Restoran
Distribusi Frequency %
Hari Kerja 6 30.0
Hari Libur 14 70.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden yang paling


sering berkunjung ke restoran mie nuklir ini pada hari libur yaitu

20
sebanyak 70%. Sedangkan pada saat hari kerja responden untuk
berkunjung ke restoran mie nuklir hanya 30%.

14. Jam Makan Apakah Paling Sering Ke Restoran

Distribusi Frequency %
Makan Siang 7 35.0
Makan Malam 13 65.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, responden yang kami wawancarai paling sering


makan kerestoran mie nuklir pada jadwal makan malam yaitu sebanyak
65%.
15. Rata-Rata Sering Makan Di Restoran

Distribusi Frequency %
1 Kali Sehari 1 5.0
1 Kali Seminggu 11 55.0
1 Kali Sebulan 8 40.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas,dapat diketahui bahwa frekuensi responden untuk


makan direstoran mie nuklir ini yang paling sering adalah satu kali
seminggu yaitu sebanyak 55%. Sedangkan frekuensi yang paling jarang
adalah satu kali sehari yaitu hanya 5%.
16. Media Yang Paling Berpengaruh Sehingga Makan Di Restoran Ini

Distribusi Frequency %
Keluarga/Saudara 1 5.0
Teman/Pacar 19 95.0
Total 20 100.0

21
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa media atau orang yang
paling mempengaruhi responden untuk makan direstoran mie nuklir ini
adalah teman atau pacar yaitu sebanyak 95%.
17. Kepuasan Pasca Pembelian Di Restoran

Distribusi Frequency %
Puas 15 75.0
Biasa Saja 5 25.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden yang kami


wawancarai lebih banyak merasa puas setalah membeli mie nuklir di
restoran ini yaitu sebanyak 75%, sedangkan yang merasa biasa saja
setalah membeli mie nuklir di restoran ini sebanyak 25%.
18. Jika Harga Rata-Rata Menu Restoran Mengalami Kenaikan 15%
Maka Anda

Distribusi Frequency %
Tetap Membeli 8 40.0
Pindah Ke Tempat Lain Yang
4 20.0
Lebih Murah
Mengurangi Frekuensi
7 35.0
Pembelian
Tidak Jadi Membeli 1 5.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden masih akan


tetap membeli jika harga jual rata-rata menu restoran mie nuklir tersebut
naik yaitu sebanyak 40%, sedangkan yang mengurangi frekuensi
pembelian sebanyak 35%.
19. Apakah Anda Berniat Kembali Ke Restoran Setelah Membeli

22
Distribusi Frequency %
Ya 20 100.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden yang kami


wawancarai 100% ingin kembali untuk makan direstoran mie nuklir ini.
20. Cita Rasa Makanan Dan Minuman

Distribusi Frequency %
Sangat Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Agak Mempengaruhi 1 5.0
Mempengaruhi 7 35.0
Sangat Mempengaruhi 11 55.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, dapat diketahui sebanyak 11 orang berpendapat


bahwa cita rasa makanan dan minuman sangat mempengaruhi responden
untuk makan direstoran mie nuklir ini.

21. Variasi Menu

Distribusi Frequency %
Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Agak Mempengaruhi 3 15.0
Mempengaruhi 9 45.0
Sangat Mempengaruhi 7 35.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa variasi menu


mempengaruhi makan direstoran mie nuklir yaitu sbeanyak 45%.
22. Harga Makanan

23
Distribusi Frequency %
Agak Mempenagruhi 3 15.0
Mempengaruhi 8 40.0
Sangat Mempengaruhi 9 45.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas,hasil wawanacara dengan responden dapat


diketahui bahwa tingkat harga makanan sangat mempengaruhi yaitu 45%
kemudian mempengaruhi 40% dan agak mempengaruhi sebesar 15%

23. Porsi Makanan

Distribusi Frequency %
Sangat Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Agak Mempengaruhi 5 25.0
Mempengaruhi 7 35.0
Sangat Mempengaruhi 7 35.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, responden berpendapat bahwa porsi makanan


mempengaruhi dan sangat mempengaruhi responden untuk makan
direstoran mie nuklir.

24. Lokasi

Distribusi Frequency %
Tidak Mempengaruhi 3 15.0
Agak Mempengaruhi 3 15.0
Mempengaruhi 8 40.0
Sangat Mempengaruhi 6 30.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa lokasi dari restoran mie
nuklir juga mempengaruhi berkunjung atau makan direstoran yaitu
sebesar 40%.
25. Kecepatan Penyajian

24
Distribusi Frequency %
Agak Mempengaruhi 5 25.0
Mempengaruhi 3 15.0
Sangat Mempengaruhi 12 60.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa kecepatan penyajian dari


restoran mie nulkir sangat mempengaruhi responden yaitu sebesar 60%.
26. Keramahan Pelayanan

Distribusi Frequency %
Sangat Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Agak Mempengaruhi 3 15.0
Mempengaruhi 3 15.0
Sangat Mempengaruhi 13 65.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, berdasarkan hasil wawanacara dengan responden


bahwa keramahan pelayanan sangat mempengaruhi responden untuk
berkunjung atau makan direstoran mie nuklir yaitu sebasar 65%.

27. Pengaruh Orang Lain (Teman/Keluarga)

Distribusi Frequency %
Tidak Mempengaruhi 2 10.0
Agak Mempengaruhi 6 30.0
Mempengaruhi 10 50.0
Sangat Mempengaruhi 2 10.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, berdasarkan hasil wawanacara dengan responden


bahwa pengaruh orang lain seperti teman atau keluarga mempengaruhi
responden untuk berkunjung atau makan direstoran mie nuklir dengan
persentasi 50%.
28. Promosi Penjualan

25
Distribusi Frequency Percent
Tidak Mempengaruhi 2 10.0
Agak Mempengaruhi 8 40.0
Mempengaruhi 5 25.0
Sangat Mempengaruhi 5 25.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, berdasarkan hasil wawanacara dengan responden


bahwa promosi penjualan agak mempengaruhi responden untuk
berkunjung atau makan direstoran mie nuklir dengan persentasi 40%.

29. Kenyamanan Tempat

Distribusi Frequency %
Sangat Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Agak Mempengaruhi 4 20.0
Mempengaruhi 6 30.0
Sangat Mempengaruhi 8 40.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, berdasarkan hasil wawanacara dengan responden


bahwa kenyamann tempat sangat mempengaruhi responden untuk
berkunjung atau makan direstoran mie nuklir dengan persentasi 40%.
30. Kebersihan

26
Distribusi Frequency %
Tidak Mempengaruhi 2 10.0
Agak Mempengaruhi 2 10.0
Mempengaruhi 3 15.0
Sangat Mempengaruhi 13 65.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, berdasarkan hasil wawanacara dengan responden


bahwa Kebersihan sangat mempengaruhi responden untuk berkunjung
atau makan direstoran mie nuklir dengan persentasi 65%.

31. Pendapatan

Distribusi Frequency %
Tidak Mempengaruhi 2 10.0
Agak Mempengaruhi 11 55.0
Mempengaruhi 3 15.0
Sangat Mempengaruhi 4 20.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, berdasarkan hasil wawanacara dengan responden


bahwa pendapatan agak mempengaruhi responden untuk berkunjung atau
makan direstoran mie nuklir dengan persentasi 55%.
32. Waktu Kunjungan

Distribusi Frequency %
Sangat Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Tidak Mempengaruhi 4 20.0
Agak Mempengaruhi 9 45.0
Mempengaruhi 6 30.0
Total 20 100.0

27
Dari tabel diatas, berdasarkan hasil wawanacara dengan responden
bahwa waktu kunjungan agak mempengaruhi responden untuk
berkunjung atau makan direstoran mie nuklir dengan persentasi 45%.

33. Kebiasaan Makan

Distribusi Frequency %
Sangat Tidak Mempengaruhi 3 15.0
Tidak Mempengaruhi 7 35.0
Agak Mempengaruhi 5 25.0
Mempengaruhi 3 15.0
Sangat Mempengaruhi 2 10.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, berdasarkan hasil wawanacara dengan responden


bahwa kebiasaan makan tidak mempengaruhi responden untuk
berkunjung atau makan direstoran mie nuklir dengan persentasi 35%.
34. Alasan Kesehatan

Distribusi Frequency %
Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Agak Mempengaruhi 6 30.0
Mempengaruhi 4 20.0
Sangat Mempengaruhi 9 45.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, berdasarkan hasil wawanacara dengan responden


kesehatan sangat mempengaruhi responden untuk makan direstoran mie

28
nuklir ini dengan persentase 45%.

35. Gaya Hidup/Tren Masa Kini

Distribusi Frequency Percent


Sangat Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Tidak Mempengaruhi 5 25.0
Agak Mempengaruhi 5 25.0
Mempengaruhi 5 25.0
Sangat Mempengaruhi 4 20.0
Total 20 100.0

Dari tabel diatas, hasil wawancara dengan respoden dapat


diketahui bahwa gaya hidup agak mempengaruhi dan tidak
mempengaruhi responden untuk berkunjung atau makan direstoran mie
nuklir dengan persentsi 25%.

29
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek atau


tempat yang kami jadikan untuk tugas survey perilaku konsumen adalah
mie nuklir di daerah siteba, responden yang kami wawancarai sebanyak 20
orang. Dimana responden yang sering menkonsumsi mie nuklir ini adalah
perempuan, dan belum bekerja atau sebagian besar masih berstatus
mahasiswa serta rata – rata umur yang paling sering ke restoran mie nuklir
ini berkisar dari 19 – 21 tahun.
Responden yang makan di restoran mie nuklir hanya sekedar ingin
mencoba karena melihat promosi disosial media dan dari teman-teman
disekitarnya bukan untuk memenuhi kebutuhan seperti lapar dan
responden hanya mencari rasa enak yang ada pada restoran mie nuklir
tersebut. jika tidak makan direstoran mie nuklir responden mengatakan
biasa saja yaitu sebanyak 80%, Sedangkan yang merasa ada yang kurang
jika tidak makan di restoran mie nuklir ini hanya ada 1 orang (5%).
Responden mendapatkan informasi tentang restoran mie nuklir ini
sebagian besar dari teman yaitu sebanyak 17 orang (85%), dan dari
keluarga hanya beberapa orang saja. Pada saat makan di restoran mie
nuklir ini sebagian besar responden hanya mengutamakan perhatian pada
rasa saja saedngkan untuk kualitas untuk kebersihan dinilai kurang
berkualitas.
Waktu berkunjung responden yang paling sering ke restoran mie
nuklir ini adalah pada hari libur dan pada jadwal makan malam, sedangkan

30
untuk frekuensi makan direstoran mie nuklir ini yang paling sering adalah
satu kali seminggu. Media atau orang yang paling mempengaruhi
responden untuk makan direstoran mie nuklir ini adalah teman atau pacar.
Ketika responden berkunjung ke restoran mie nuklir ini responden
merasa puas dan akan tetap membeli jika harga jual rata-rata menu
restoran mie nuklir tersebut naik, karena cita rasa makanan dan minuman
di restoran ini enak, porsi sesuai, pelayanan baik, keramahan pelayanan
juga sudah baik dan tingkat harga pun terjangkau oleh kalangan siapa saja
terutama mahasiswa serta lokasi yang lumaya stategis dapat
mempengaruhi responden untuk berkunjung ke restoran mie nuklir ini.
Selain hal diatas kenyamann tempat, kebersihan sangat
mempengaruhi responden untuk berkunjung atau makan direstoran mie
nuklir ini, tetapi tidak ada pengaruh terhadap kebiasaan makan responden.
Dan untuk kesehatan serta gaya hidup atau tren saat ini sangat
mempengaruhi responden untuk berkunjung ke restoran mie nuklir ini.

B. Saran

Disarankan semoga dengan melakukan praktikum survey perilaku


konsumen ini mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui bagaimana
perilaku konsumen dalam memilih makanan dan mengambil keputusan
untuk membeli makanan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2002. Perilaku Konsumen. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Penerbit


Graha Ilmu Jakarta.
Alma, Buchori. 2000. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi Revisi.
Cetakan Keempat. Alfabeta. Bandung.
Mangkunegara, Prabu Anwar. 2002. Perilaku Konsumen. Edisi Revisi. Cetakan
Kedua. PT. Refika .Aditama Bandung.
Nugroho J. Setiadi. 2003. Perilaku Konsumen. Edisi Pertama. Penerbit Prenada
Media. Jakarta.
Schiftman dan Kanuk. 2000. Perilaku Konsumen. Penerbit PT. Bumi Aksara.
Jakarta.
Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Cetakan Kedua.
PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Swastha, Basu Dharmesta dan Handoko T. Hani. 2000. Manajemen Pemasaran,
Analisa Perilaku Konsumen. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga. Penerbit BPFE.
Yogyakarta.

32
Lampiran

33
34
35
36

Anda mungkin juga menyukai