PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ditinjau dari kehidupan masyarakat Kota Padang, maka Kota Padang
berpotensi mengembangkan bisnis. Ini merupakan peluang yang harus ditangkap
oleh perusahaan-perusahaan bisnis, dalam hal ini perusahaan yang bergerak dalam
restoran siap saji (fast food).
Beberapa macam restoran siap sajiyang ada di Kota Padang,diantaranya Restoran
McDonald’s, KFC, Pizza, AW, Texas dan Restoran Mie pedas seperti Mie nuklir.
Dari beberapa macam restoran yang ada, tidak semuanya bisa langsung
memuaskan konsumen, oleh karena itu untuk bisa memuaskan konsumen, maka
produk yang dipasarkan harus dibarengi dengan manajemen hubungan pelanggan
dan penetapan harga jual produk untuk menarik simpati konsumen,namun
manajemen hubungan pelanggan dan penetapan harga jual produk tidak akan
berhasil baik apabila tidak dibarengi dengan kualitas pelayanannya. Jelas ini
merupakan ancaman bagi kemajuan perusahaan. Kunci mempertahankan
konsumen adalah kepuasan konsumen.
Menurut Tjiptono dan Chandra (2011), ada beberapa faktor utama
kepuasan konsumen salah satu diantaranya kualitas produk dan pelayanan.
Kualitas produk dan pelayanan merupakan salah satu hal penting, dimana
konsumen akan merasa puas apabila mereka mendapat pelayanan yang lebih baik
serta produk yang ditawarkan sesuai keinginan konsumen. Dimensi yang
berpengaruh dalam membentuk kualitas produk dan pelayanan yaitu reliability
(keandalan), responsiveness (cepat tanggap), assurance (jaminan), emphaty
(empati) dan tangibles (bukti fisik) selain kelima dimensi tersebut perlu
ditambahkan juga durability (daya tahan). Hanya perusahaan yang berwawasan
konsumen yang dapat bertahan, karena bisa memberikan nilai yang lebih baik dari
pada perusahaan pesaingnya.
Dalam laporan ini akan membahas tentang tingkat kepuasan konsumen di
Restoran Mie Nuklir Siteba Padang.
B. Rumusan Masalah
1
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih mie
nuklir sebagai pemenuhan makan mereka?
C. Tujuan
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih
mie nuklir sebagai pemenuhan makan mereka.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Perilaku konsumen
A. Pengertian Perilaku Konsumen
Kebutuhan dan keinginan konsumen sangat bervariasi dan dapat berubah-
ubah karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam
melakukan pembelian. Oleh karena itu, seorang pemasar perlu untuk memahami
perilaku konsumen supaya kegiatan pemasaran yang dilaksanakan dapat berjalan
secara efektif dan efisien.
Ada beberapa pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para
ahli diantaranya adalah menurut Mangkunegara (2002) : “Perilaku konsumen
adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi
yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan,
menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi
lingkungan”. Menurut Winardi dalam Sumarwan (2003) definisi perilaku
konsumen adalah : “Perilaku yang ditujukan oleh orang-orang dalam
merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa”.
Pemahaman terhadap perilaku konsumen bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi
cukup sulit dan kompleks. Hal ini disebabkan oleh banyaknya variabel-variabel
yang mempengaruhinya dan variabel-variabel tersebut cenderung saling
berinteraksi. Meskipun demikian, apabila hal tersebut dapat dilakukan, maka
suatu perusahaan penghasil barang maupun jasa akan dapat meraih keuntungan
yang jauh lebih besar daripada perusahaan pesaingnya karena dengan memahami
perilaku konsumen maka perusahaan tersebut dapat memberikan kepuasan secara
lebih baik kepada konsumennya.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan perilaku konsumen adalah sejumlah tindakan-tindakan nyata
individu (Konsumen) yaang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal
yang mengarahkan mereka untuk menilai, memilih, mendapatkan dan
menggunakan barang dan jasa yang diinginkannya.
3
B. Pentingnya Perilaku Konsumen
4
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
5
suatu tujuan. Menurut Setiadi (2003) motivasi didefinisikan sebagai :
“Ketersediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan-tujuan yang hendak
dicapainya, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi suatu
kebutuhan individual.” Sedangkan menurut Swastha dan Handoko (2000)
motivasi manusia dalam melakukan pembelian dibedakan menjadi :
a. Motif pembelian primer dan selektif
1) Motif pembelian primer Adalah motivasi yang menimbulkan perilaku
pembelian terhadap kategori-kategori umum pada suatu produk.
2) Motif pembelian selektif Adalah motif yang mempengaruhi konsumen tentang
model, merk dan kelas-kelas produk.
b. Motif rasional dan emosional
1) Motif rasional Adalah motif yang didasarkan pada kenyataan-kenyataan seperti
yang ditunjukkan oleh suatu produk kepadakonsumen. Faktor yang menjadi
perhitungan dalam pembelian rasional ini adalah faktor ekonomi, seperti : faktor
penawaran permintaan, harga dan kualitas, pelayanan, ketersediaan
barang, ukuran efisien, keawetan.
2) Motif emosional Merupakan motif pembelian yang berkaitan dengan perasaan
atau emosi individu, seperti pengungkapan rasa cinta, kebanggaan, kenyamanan,
kesehatan, keamanan. Motivasi pembelian emosional bersifat subyektif, sehingga
sulit untuk menentukan hubungan antara pembelian dengan produk yang dibeli.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sangat penting sekali
mengetahui apa yang menjadi motif pembelian seseorang terhadap suatu produk
(produk motif) sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Bagi manajer
pemasaran penting sekali mengetahui apa yang menjadi motif pembelian
seseorang terhadap suatu produk (product motive) atau pada penjual tertentu
(patronage motive), sebab hal ini dapat mempengaruhi program pemasaran
perusahaan.
2. Persepsi
Menurut Amirullah (2002) : “Persepsi dapat diartikan sebagai proses
dimana individu memilih, mengelola, dan menginterpretasikan stimulus ke dalam
6
bentuk arti dan gambar atau dapat juga dikatakan bahwa persepsi adalah
bagaimana orang memandang lingkungan di sekelilingnya.”
Sedangkan menurut Setiadi (2003) persepsi didefinisikan sebagai “Proses
dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi
untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.”
Persepsi setiap orang terhadap suatu obyek akan berbeda, oleh karena itu
persepsi mempunyai sifat yang subyektif. Secara lebih lengkap, mekanisme kerja
dari proses pengamatan/ persepsi itu dapat dilihat pada gambar berikut ini
menunjukkan kerangka proses pengamatan individu beserta kegiatan-kegiatan
atau faktor-faktor pokok yang terlibat didalamnya. Selain itu proses pengamatan
meliputi seluruh variabel-variabel pemasaran perusahaan. konsumen akan
mempunyai persepsi produk, persepsi harga, persepsi periklanan dan persepsi
penjual dari kegiatan pemasaran perusahaan. Misal : persepsi bahwa harga yang
tinggi dari suatu produk perusahaan adalah cerminan dari kualitas produk yang
tinggi.
3. Belajar
Menurut Swastha dan Handoko (2000) : “Belajar adalah perubahan-
perubahan yang terjadi sebagai hasil akibatadanya. Perubahan tersebut bersifat
tetap/permanen yang bersifat fleksibel.”
Sedangkan menurut Setiadi (2003) : “Belajar adalah penjelasan
perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman”.
Definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan-
perubahan perilaku tersebut bersifat tetap atau permanen dan bersifat lebih
fleksibel. Hasil belajar ini akan memberikan tanggapan tertentu yang cocok
dengan rangsangan-rangsangan dan yang mempunyai tujuan tertentu. Proses
pembelian yang dilakukan oleh konsumen merupakan sebuah proses belajar,
dimana hal tersebut sebagai bagian dari hidup konsumen. Proses belajar pada
suatu pembelian terjadi apabila konsumen ingin menanggapi dan memperoleh
suatu kepuasan atau sebaliknya, tidak terjadi apabila konsumen merasa
dikecewakan oleh produk yang kurang baik. Tanggapan konsumen sangat
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. Apabila konsumen merasa puas, maka
7
tanggapannya akan diperkuat, dan ada kecenderungan bahwa tanggapan yang
sama akan terulang. Jadi, konsumen dalam proses pembeliannya selalu
mempelajari sesuatu.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mangkunegara (2002) “Perilaku
konsumen dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajarnya.
Pengalaman belajar konsumen akan menentukan tindakan dan pengambilan
keputusan membeli.”
Proses belajar terjadi karena adan ya interaksi antara manusia yang
dasarnya bersifat individual dengan lingkungan khusus tertentu. Perilaku
konsumen dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajarnya.
Pengalaman belajar konsumen akan menentukan tindakan dan pengambilan
keputusan membeli.
8
coca-cola) yang positif, yaitu perasaan nikmat, dan kadang-kadang perasaan
nikmat itu sampai menjadi nyata dengan mengeluarkan air liur.
c. Dorongan naluri, yaitu kemajuan yang sudah merupakan naluri pada tiap
manusia yang sering disebut “drive”. Macam-macam dorongan naluri, antara lain
dorongan untuk mempertahankan hidup, dorongan seks, dorongan untuk mencari
makan, dorongan untuk berinteraksi dengan sesama, dorongan untuk meniru
perilaku sesamanya dan sebagainya.
Faktor lain yang ikut menentukan perilaku konsumen menurut
Mangkunegara (2000) adalah konsep diri. “Konsep diri dapat didefinisikan
sebagai cara kita melihat diri sendiri dan dalam waktu tertentu sebagai gambaran
tentang apa yang kita pikirkan” Keuntungan mempelajari perilaku konsumen
dengan mempergunakan teori konsep diri adalah bahwa kita dapat
membandingkan antara deskripsi konsep diri konsumen yang ditunjukkan sendiri
dengan konsep diri konsumen tersebut tentang dirinya sendiri, dibandingkan
dengan test kepribadian yang dapat dipakai untuk melihat tanggapan konsumen
sesungguhnya tentang takdir dirinya.
5. Sikap
Nickels dalam Swastha dan Handoko (2000) memberikan definisi dari
sikap yang diterapkan pada pemasaran sebagai berikut : “Sikap adalah suatu
kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam
masalah-masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsekuen.”
Menurut Mangkunegara (2002) : “Sikap dapat didefinisikan sebagai suatu
penilaian kognitif seseorang terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional
yang tindakannya cenderung ke arah obyek atau ide” Sikap ini dilakukan
konsumen berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar dari
pengalaman ataupun dari yang lain. “Sikap konsumen bisa merupakan sikap
positif atau negatif terhadap produk-produk tertentu. Dengan mempelajari
keadaan jiwa dan keadaan pikir dari sikap seseorang diharapkan dapat
menentukan perilaku seseorang. Sikap konsumen terhadap suatu produk atau
merek dapat diubah melalui komunikasi yang persuasive dan pemberian informasi
yang efektif kepada konsumen.
9
D. Keputusan Pembelian
Semua kegiatan yang dilakukan perusahaan melalui pemasaran
diharapkan dapat mempengaruhi konsumen sehingga sampai pada keputusan
pembelian. Sedangkan keputusan pembelian dapat diartikan sebagai keputusan
konsumen untuk membeli produk dengan didasari oleh adanya niat untuk
melakukan pembelian dengan melalui beberapa tahap. Perilaku konsumen akan
menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Keputusan
merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang, dalam setiap
waktu dan di segala tempat, keputusan tersebut termasuk keputusan yang
menyangkut kegiatan individu. Mempengaruhi keputusan konsumen yang
dilakukan secara efektifakan mempengaruhi pengambilan keputusan. Ini berarti
meningkat pula tingkat keuntungan yang kita peroleh.
Keputusan konsumen atau organisasi adalah aktivitas yang dilakukan
secara sadar, rasional dan terencana. Keputusan konsumen merupakan analisis
mengatasi permasalahan. Berdasarkan pengertian dari Lupiyoadi (2001) :
“Keputusan konsumen itu sendiri diartikan sebagai suatu keputusan konsumen
untuk membeli atau menggunakan jasa tertentu yang ditawarkan dengan didasari
adanya niat untuk melakukan pembelian/menggunakan jasa.”
Sedangkan pengertian lain dikemukakan Sadeli dan Ukas (2000) bahwa :
Keputusan merupakan dorongan serta keinginan yang merupakan tenaga
penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang. Jadi keputusan adalah
pembangkit daya gerak untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai kepuasan
dan tujuan. Keputusan merupakan kunci untuk mengerti tingkah laku pembeli
atau langganan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian yang
dilakukan konsumen dimulai jauh sebelum terjadinya kegiatan pembelian dan
mempunyai kelanjutan yang panjang setelah pembelian dilakukan. Pemasar harus
meneliti konsumen untuk mengetahui jenis masalah atau keinginan dan kebutuhan
10
yang timbul, apa yang menyebabkan rasa kebutuhan itu dan bagaimana rasa
kebutuhan itu mengarah pada obyek tertentu.
Sutisna (2002) menjelaskan mengenai keputusan pembelian sebagai
berikut : “Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembedaan
suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan
keinginan”. Pengertian keputusan pembelian termasuk keputusan untuk membeli
dan menggunakan produk/jasa merupakan perumusan beraneka alterantif tindakan
dalam menggarap situasi yang dihadapi sertapenetapan pilihan yang tepat antara
beberapa alternatif yang tersedia. Setelah diadakan pengevaluasian mengenai
keefektifan masing-masing untuk mencapai sasaran para pengambil keputusan.
11
menggunakan berbagai kriteria yang ada dalam benak konsumen, salah satu
merek produk dipilih untuk dibeli. Bagi konsumen yang mempunyai keterlibatan
tinggi terhadap produk yang diinginkannya, proses pengambilan keputusan akan
mempertimbangkan berbagai hal.
Dengan dibelinya merek produk tertentu, proses evaluasi belum berakhir karena
konsumen akan melakukan evaluasi pasca pembelian (post purchase evaluation).
Proses evaluasi ini akan menentukan apakah konsumen merasa puas atau tidak
atas keputusan pembeliannya. Seandainya konsumen merasa puas, maka
kemungkinan untuk melakukan pembelian kembali pada masa depan akan terjadi,
sementara itu jika konsumen tidak puas atas keputusan pembeliannya, dia akan
mencari kembali berbagai informasi produk yang dibutuhkannya. Proses itu akan
terus berulang sampai konsumen merasa terpuaskan atas keputusan pembelian
produknya.
Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Swastha dan Handoko (2000)
yang menjelaskan bahwa sehubungan dengan keputusan untuk membeli, perilaku
konsumen melalui beberapa proses yaitu : Perilaku konsumen akan menentukan
proses pengambilan keputusan dalam pembelian. Proses tersebut merupakan
sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas lima tahap, yaitu : (1)
menganalisa kebutuhan dan keinginan, (2) pencarian informasi dan penilaian
sumber-sumber, (3) penilaian dan seleksi terhadap alternatif pembelian, (4)
keputusan untuk membeli, dan
(5) perilaku sesudah pembelian.
Menurut Setiadi (2003) : “Perilaku konsumen merupakan sebuah
pemecahan masalah konsumen yang terdiri dari (1) pemahaman adanya masalah,
(2) pencarian alternatif pemecahan, (3) evaluasi alternatif, (4) pembelian, (5)
penggunaan pasca pembelian dan evaluasiulang alternatif yang dipilih.”
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan adalah proses yang dimulai dari pemikiran tentang suatu
masalah, merumuskan berbagai alternatiftindakan guna menjatuhkan pilihan pada
salah satu alternatif tertentu untuk mencapai sasaran. Pengambilan keputusan
pembelian dipengaruhi oleh perilaku konsumen, dimana aktivitas tersebut
dilakukan secara sadar, rasional, obyektif, dan terencana. Pengambilan keputusan
12
untuk pembelian merupakan analisis mengatasi permasalahan. Dan dapat
dikatakan bahwa proses keputusan pembelian dimulai jauh sebelum terjadinya
kegiatan pembelian dan mempunyai kelanjutan yang panjang setelah pembelian
dilakukan. Pemasar harus me
neliti konsumen untuk mengetahui jenis masalah atau keinginan dan kebutuhan
yang timbul, apa yang menyebabkan rasa kebutuhan itu dan bagaimana rasa
kebutuhan itu mengarah pada obyek tertentu.
2. Kepuasan Konsumen
A. Pengertian Kepuasan Konsumen
Kepuasan pelanggan sebenarnya masih merupakan sesuatu yang bersifat
abstrak. Kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan
hasil perbandingan atas kinerja produk (jasa) yang diterima dan diharapkan
(Rambat Lupiyoadi, 2001). Dalam konsep pemasaran moderen yang menjadi titik
sentral dari kegiatan pemasaran adalah untuk memperoleh atau mencapai
kepuasan konsumen. Menurut Kotler (2002:42) mengemukakan bahwa kepuasan
konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja/hasil sesuatu produk
dan harapan-harapannya.
Day (dalam Fandy Tjiptono 1996:146) menyatakan bahwa kepuasan atau
ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian/diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau
norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah
pemakaiannya. Engel (dalam Fandy Tjiptono 1996:146) juga mengungkapkan
bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli di mana alternatif
dipilih sekurang - kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui
harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh
tidak memenuhi harapan pelanggan (Fandy Tjiptono, 1996: 146).
13
dapat memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan
implementasi strategi peningkatan kepuasan konsumen.
Philip Kotler (1994: 148-150) mengindentifikasi empat metode untuk
mengukur kepuasan konsumen, yaitu sebagai berikut:
1) Sistem Keluhan Dan Saran
Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan perlu memberikan
kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran,
pendapat dan keluhan mereka. kotak saran yang diletakkan di tempat-tempat
strategis (yang mudah ditinjau atau sering dilewati konsumen), kartu komentar
(yang bisa diisi langsungmaupun dikirim via pos kepada perusahaan), saluran
telpon bebas pulsa, dan lain-lain. Informasi-informasi yang diperoleh dari metode
ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan yang berharga kepada
perusahaan, sehingga memungkinkannya untuk bereaksi dengan tanggap dan
cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul. Akan tetapi, karena metode
ini bersifat pasif, maka sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan
dan ketidak puasan konsumen. Tidak semua pelanggan yangtidak puas akan
menyampaikan keluhannya.
2) Survai Kepuasan Pelanggan
Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan konsumen dilakukan dengan
menggunakan metode survai baik melaluipos, telepon, maupun wawancara
pribadi. Melalui survai, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik
secara langsung dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan tanda positif
bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para konsumen.
3) Ghost-Shopping
Metode ini dilakukan dengan cara memperkerjakan beberapa orang untuk
berperan atau bersikap sebagi konsumen atau pembeli potensial produk
perusahaan dan pesaing. Lalu orang tersebut menyampaikan temuannya mengenai
kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman
mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. Selain itu, orang-orang ini juga
dapat mengamati atau menilai cara perusahaan dan pesaingnya menjawab
pertanyaan konsumen dan menangani setiap keluhan. Ada baiknya para manajer
perusahaan terjunlangsung menjadi orang yang mengamati untuk mengetahui
14
langsung bagaimana karyawannya berinteraksi dan memperlakukan
parakonsumennya. Tentunya karyawan tidak boleh tahu kalau atasannya baru
melakukan penilaian.
4)Lost Customer Analysis
Metode ini sedikit unik. Perusahaan berusaha menghubungi para konsumenya
yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok. Yang diharapkan
adalah akan diperoleh informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini
sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan selanjutnya dalam
rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas
pelanggan. Dari prinsip tersebut dapat diterapkan dalam penentuan indikator
pengukuran kepuasan konsumen Supranto (2001:244), yaitu:
1) Ketepatan hasil sesuai dengan yang dijanjikan.
2) Pelayanan yang ramah dan penampilan staff yang menarik.
3) Kemampuan perusahaan untuk cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang
timbul.
4) Kemampuan perusahaan yang cepat tanggap terhadap keluhan yang
disampaikan pelanggan.
5) Pengetahuan dan kecakapan staff.
6) Melakukan komunikasi yang efektif dengan pelanggan.
7) Bertanggung jawab terhadap kenyamanan dan keamanan pelanggan.
8) Kebersihan dan kerapihan fasilitas.
9) Penataan eksterior ruangan yang baik
15
BAB III
PEMBAHASAN
1. Nama Responden
No Nama Responden
1 Amalia Andini
2 Antik Fatihanur
3 Bimma Geo Fano
4 Eed Selvimar
5 Fauziyah Yuni Anita
6 Ica
7 Maya Rosita
8 Mia
9 Monica Valentia
10 Mutiara Indriani
11 Nirana Valentia
12 Novia Hayuning Tias
13 Olga Febiola
14 Putri Auni
15 Restina Rahmi
16 Senny Plantika
17 Sofia Ainaiya
18 Suci Latifah
19 Surya Habibi
20 Usnal Aini
2. Umur Responden
Umur Responden Frequency %
18 3 15.0
19 6 30.0
20 4 20.0
21 5 25.0
22 1 5.0
27 1 5.0
16
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Menikah 2 10.0
Belum Menikah 18 90.0
Total 20 100.0
5. Pendidikan Terakhir
Distribusi Frequency %
SLTA 18 90.0
Sarjana/S1 2 10.0
Total 20 100.0
17
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden yang kami
wawancarai sebanyak 18 orang memiliki pendidikan terakhir SLTA.
6. Pekerjaan Responden
Distribusi Frequency %
Mahasiswa/Pelajar 18 90.0
Wiraswasta 1 5.0
Pegawai Swasta 1 5.0
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Rasa Lapar 2 10.0
Sekedar Ingin Mencoba 11 55.0
Rasa Yang Khas 5 25.0
Gaya Hidup/Tren 2 10.0
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Rasa Enak 16 80.0
Sebagai Makanan Selingan 4 20.0
Total 20 100.0
18
Dari tabel diatas, responden yang kami wawancarai dapat diketahui
bahwa rata-rata responden hanya mencari rasa enak yang ada pada
restoran mie nuklir tersebut dengan frekuensi sebanyak 16 orang
sedangkan manfaat yang dicari lainnya hanya sebagai selingan saja yaitu
sebanyak 4 orang.
9. Apa Yang Dirasakan Saat Tidak Makan Di Restoran Ini
Distribusi Frequency %
Merasa Ada Yang Kurang 4 20.0
Biasa Saja 16 80.0
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Teman 17 85.0
Keluarga 1 5.0
Sendiri 2 10.0
Total 20 100.0
19
Distribusi Frequency %
Harga 1 5.0
Rasa 11 55.0
Kualitas 6 30.0
Kebersihan Makanan,
2 10.0
Peralatan, Lingkungan
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Harga 3 15.0
Rasa 11 55.0
Tempat 2 10.0
Pelayanan 3 15.0
Kebersihan
1 5.0
Makanan/Peralatan Makan
Total 20 100.0
20
sebanyak 70%. Sedangkan pada saat hari kerja responden untuk
berkunjung ke restoran mie nuklir hanya 30%.
Distribusi Frequency %
Makan Siang 7 35.0
Makan Malam 13 65.0
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
1 Kali Sehari 1 5.0
1 Kali Seminggu 11 55.0
1 Kali Sebulan 8 40.0
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Keluarga/Saudara 1 5.0
Teman/Pacar 19 95.0
Total 20 100.0
21
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa media atau orang yang
paling mempengaruhi responden untuk makan direstoran mie nuklir ini
adalah teman atau pacar yaitu sebanyak 95%.
17. Kepuasan Pasca Pembelian Di Restoran
Distribusi Frequency %
Puas 15 75.0
Biasa Saja 5 25.0
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Tetap Membeli 8 40.0
Pindah Ke Tempat Lain Yang
4 20.0
Lebih Murah
Mengurangi Frekuensi
7 35.0
Pembelian
Tidak Jadi Membeli 1 5.0
Total 20 100.0
22
Distribusi Frequency %
Ya 20 100.0
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Sangat Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Agak Mempengaruhi 1 5.0
Mempengaruhi 7 35.0
Sangat Mempengaruhi 11 55.0
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Agak Mempengaruhi 3 15.0
Mempengaruhi 9 45.0
Sangat Mempengaruhi 7 35.0
Total 20 100.0
23
Distribusi Frequency %
Agak Mempenagruhi 3 15.0
Mempengaruhi 8 40.0
Sangat Mempengaruhi 9 45.0
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Sangat Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Agak Mempengaruhi 5 25.0
Mempengaruhi 7 35.0
Sangat Mempengaruhi 7 35.0
Total 20 100.0
24. Lokasi
Distribusi Frequency %
Tidak Mempengaruhi 3 15.0
Agak Mempengaruhi 3 15.0
Mempengaruhi 8 40.0
Sangat Mempengaruhi 6 30.0
Total 20 100.0
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa lokasi dari restoran mie
nuklir juga mempengaruhi berkunjung atau makan direstoran yaitu
sebesar 40%.
25. Kecepatan Penyajian
24
Distribusi Frequency %
Agak Mempengaruhi 5 25.0
Mempengaruhi 3 15.0
Sangat Mempengaruhi 12 60.0
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Sangat Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Agak Mempengaruhi 3 15.0
Mempengaruhi 3 15.0
Sangat Mempengaruhi 13 65.0
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Tidak Mempengaruhi 2 10.0
Agak Mempengaruhi 6 30.0
Mempengaruhi 10 50.0
Sangat Mempengaruhi 2 10.0
Total 20 100.0
25
Distribusi Frequency Percent
Tidak Mempengaruhi 2 10.0
Agak Mempengaruhi 8 40.0
Mempengaruhi 5 25.0
Sangat Mempengaruhi 5 25.0
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Sangat Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Agak Mempengaruhi 4 20.0
Mempengaruhi 6 30.0
Sangat Mempengaruhi 8 40.0
Total 20 100.0
26
Distribusi Frequency %
Tidak Mempengaruhi 2 10.0
Agak Mempengaruhi 2 10.0
Mempengaruhi 3 15.0
Sangat Mempengaruhi 13 65.0
Total 20 100.0
31. Pendapatan
Distribusi Frequency %
Tidak Mempengaruhi 2 10.0
Agak Mempengaruhi 11 55.0
Mempengaruhi 3 15.0
Sangat Mempengaruhi 4 20.0
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Sangat Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Tidak Mempengaruhi 4 20.0
Agak Mempengaruhi 9 45.0
Mempengaruhi 6 30.0
Total 20 100.0
27
Dari tabel diatas, berdasarkan hasil wawanacara dengan responden
bahwa waktu kunjungan agak mempengaruhi responden untuk
berkunjung atau makan direstoran mie nuklir dengan persentasi 45%.
Distribusi Frequency %
Sangat Tidak Mempengaruhi 3 15.0
Tidak Mempengaruhi 7 35.0
Agak Mempengaruhi 5 25.0
Mempengaruhi 3 15.0
Sangat Mempengaruhi 2 10.0
Total 20 100.0
Distribusi Frequency %
Tidak Mempengaruhi 1 5.0
Agak Mempengaruhi 6 30.0
Mempengaruhi 4 20.0
Sangat Mempengaruhi 9 45.0
Total 20 100.0
28
nuklir ini dengan persentase 45%.
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
30
untuk frekuensi makan direstoran mie nuklir ini yang paling sering adalah
satu kali seminggu. Media atau orang yang paling mempengaruhi
responden untuk makan direstoran mie nuklir ini adalah teman atau pacar.
Ketika responden berkunjung ke restoran mie nuklir ini responden
merasa puas dan akan tetap membeli jika harga jual rata-rata menu
restoran mie nuklir tersebut naik, karena cita rasa makanan dan minuman
di restoran ini enak, porsi sesuai, pelayanan baik, keramahan pelayanan
juga sudah baik dan tingkat harga pun terjangkau oleh kalangan siapa saja
terutama mahasiswa serta lokasi yang lumaya stategis dapat
mempengaruhi responden untuk berkunjung ke restoran mie nuklir ini.
Selain hal diatas kenyamann tempat, kebersihan sangat
mempengaruhi responden untuk berkunjung atau makan direstoran mie
nuklir ini, tetapi tidak ada pengaruh terhadap kebiasaan makan responden.
Dan untuk kesehatan serta gaya hidup atau tren saat ini sangat
mempengaruhi responden untuk berkunjung ke restoran mie nuklir ini.
B. Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Lampiran
33
34
35
36