Fuada H. R.
70100112023
Farmasi A
Samata – Gowa
2013
1
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah “REAKSI DISSOSIASI-
ASSOSIASI dan KESETIMBANGAN ION” ini.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing mata kuliah Kimia Analisis Farmasi pada semester genap di
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Penulis
3
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
4
Pembahasan
A. Asam-Basa
Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti
cuka. Seperti diketahui, zat utama dalam cuka adalah asam asetat. Basa
(alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Seperti halnya dengan
sabun, basa bersifat kaustik (licin), selain itu basa juga bersifat alkali
(bereaksi dengan protein di dalam kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami
pergantian). Rasa pahit merupakan salah satu sifat zat yang bersifat basa.
Kita dapat mengenali asam dan basa dari rasanya. Namun, kita dilarang
mengenali asam dan basa dengan cara mencicipi karena cara tersebut bukan
merupakan cara yang aman. Untuk mengidentifikasi asam dan basa yang baik
dan aman dapat dengan menggunakan indikator. Indikator yaitu suatu bahan
yang dapat bereaksi dengan asam, basa, atau garam sehingga akan
menimbulkan perubahan warna.
1. Asam
5
Berdasarkan asalnya, asam dikelompokkan dalam 2 golongan, yaitu asam
organik dan asam anorganik. Asam organik umumnya bersifat asam lemah,
korosif, dan banyak terdapat di alam. Asam anorganik umumnya bersifat
asam kuat dan korosif. Karena sifat-sifatnya itulah, maka asam-asam
anorganik banyak digunakan di berbagai kebutuhan manusia.
2.Basa
Dalam keadaan murni, basa umumnya berupa kristal padat dan bersifat
kaustik. Beberapa produk rumah tangga seperti deodoran, obat maag
(antacid) dan sabun serta deterjen mengandung basa.
Basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air (larutan) dapat
melepaskan ion hidroksida (OH-). Oleh karena itu, semua rumus kimia basa
umumnya mengandung gugus OH.
Jika diketahui rumus kimia suatu basa, maka untuk memberi nama basa, cukup
dengan menyebut nama logam dan diikuti kata hidroksida.
6
B. Garam
Orang mengalami sakit perut disebabkan asam lambung yang
meningkat. Untuk menetralkan asam lambung (HCl) digunakan antacid. Antacid
mengandung basa yang dapat menetralkan kelebihan asam lambung (HCl).
Karena air bersifat netral, maka reaksi asam dengan basa disebut reaksi
penetralan.
Ion-ion ini akan bergabung membentuk senyawa ion yang disebut garam. Bila
garam yang terbentuk ini mudah larut dalam air, maka ion-ionnya akan tetap
ada di dalam larutan. Tetapi jika garam itu sukar larut dalam air, maka ion-
ionnya akan bergabung membentuk suatu endapan. Jadi, reaksi asam dengan
basa disebut juga reaksi penggaraman karena membentuk senyawa garam.
Mari kita simak contoh reaksi pembentukan garam berikut!
Walaupun reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan, tetapi hasil
reaksi (garam) tidak selalu bersifat netral. Sifat asam basa dari larutan
garam bergantung pada kekuatan asam dan basa penyusunnya.
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral, disebut
garam normal, contohnya NaCl dan KNO3. Garam yang berasal dari asam kuat
dan basa lemah bersifat asam dan disebut garam asam, contohnya adalah
NH4 Cl. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa dan
disebut garam basa, contohnya adalah CH3COONa.
7
Contoh asam kuat adalah HCl, HNO3, H2SO4. Adapun KOH, NaOH,
Ca(OH)2 termasuk basa kuat.
C. Kekuatan Ion
dimana zi adalah muatan ion-ion pada zat elektrolit. Pada pengenceran tak
terhingga, distribusi ion pada larutan elektrolit dapat dianggap sangat acak.
Pada konsentrasi yang lebih tinggi, gaya tarik dan gaya tolak menjadi penting
karena letak ion-ion yang berdekatan. Karena adanya gaya tarik antar ion dan
antara ion dengan lingkungan atmosfer ionik, koefisien aktifitas elektrolit
mengalami penurunan. Pengaruh ini terjadi lebih besar pada ion-ion bermuatan
tinggi dan pada pelarut dengan konstanta dielektrik lebih rendah dimana
interaksi elektrostatik menjadi lebih kuat.
Debye dan Hackel menyatakan bahwa pada larutan encer, koefisien
aktifitas γi dari spesi ion i dengan muatan zi adalah
8
Dengan ................. (30)
Teori Debye dan Hackel berlaku pada larutan dengan kekuatan ionik rendah.
Pada larutan dengan kekuatan ion tinggi, koefisien aktifitas elektrolit
biasanya naik dengan bertambahnya kekuatan ion.
D. Hidrolisis
9
tetap berupa ion. Di dalam air, konsentrasi ion OH - akan melebihi konsentrasi
ion H+ sehingga larutan bersifat basa.
kesetimbangannya adalah sebagai berikut:
A+ + H2O à HA + OH-
10
Jadi, garamnya bersifat asam.
E. Larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom
ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau
komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu
seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan,
bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas
misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam
yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain.
Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada
bagian ini dibahas larutan cair.
Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya
bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama
pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut larutan
garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air
disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat terlarut dapat berupa zat
padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam air misalnya gula dan garam.
Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon dioksida, dan oksigen. Zat cair
terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka. Umumnya komponen larutan yang
jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut.
F. Kelarutan
Sebutir kristal gula pasir merupakan gabungan dari beberapa molekul
gula. Jika kristal gula itu dimasukkan ke dalam air, maka molekul-molekul gula
akan memisah dari permukaan kristal gula menuju ke dalam air (disebut
melarut). Molekul gula itu bergerak secara acak seperti gerakan molekul air,
sehingga pada suatu saat dapat menumbuk permukaan kristal gula atau
molekul gula yang lain. Sebagian molekul gula akan terikat kembali dengan
kristalnya atau saling bergabung dengan molekul gula yang lain sehingga
kembali membentuk kristal (mengkristal ulang). Jika laju pelarutan gula sama
dengan laju pengkristalan ulang, maka proses itu berada dalam kesetimbangan
dan larutannya disebut jenuh.
Kristal gula + air ⇔ larutan gula
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam
jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute yang
terlarut dan yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut
yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut
kelarutan (solubility) zat ituJika jumlah solute yang terlarut kurang dari
kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan tak
11
jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika
jumlah solute yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya, 2 maka larutannya
disebut lewat jenuh (supersaturated). Larutan lewat jenuh lebih pekat
daripada larutan jenuh. Larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan cara
membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Pada cara ini zat
terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar dalam pelarut panas
daripada dalam pelarut dingin. Jika dalam larutan yang panas itu masih tersisa
zat terlarut yang sudah tak dapat melarut lagi, maka sisa itu harus
disingkirkan dan tidak boleh ada zat lain yang masuk. Kemudian larutan itu
didinginkan hati-hati dengan cara didiamkan untuk menghindari pengkristalan.
Jika tidak ada solute yang memisahkan diri (mengkristal kembali) selama
pendinginan, maka larutan dingin yang diperoleh bersifat lewat jenuh. Larutan
lewat jenuh yang dapat dibuat dengan cara ini misalnya larutan dari sukrosa,
natrium asetat dan natrium tiosulfat (hipo). Larutan lewat jenuh merupakan
suatu sistem metastabil. Larutan ini dapat diubah menjadi larutan jenuh
dengan menambahkan kristal yang kecil (kristal inti/bibit) umumnya kristal
dari solute. Kelebihan molekul solute akan terikat pada kristal inti dan akan
mengkristal kembali.
Kelarutan senyawa logam biasa, yaitu Kelarutan
senyawa logam golongan IA, IIA, IB,
IIB, Mn, Fe, Co, Ni, Al, Sn, Pb, Sb, Bi,
+
dan NH adalah seperti pada tabel
4
berikut: Senyawa
Nitrat Semua larut
Nitrit +
Semua larut kecuali Ag
Asetat + 2+ 3+
Semua larut kecuali Ag , Hg , Bi
2
Klorida + 2+ 2+
Semua larut kecuali Ag , Hg , Pb ,
2
3+
Cu
Bromida + 2+ 2+
Semua larut kecuali Ag , Hg , Pb
2
Iodida + 2+ 2+
Semua larut kecuali Ag , Hg , Pb ,
2
3+
Bi
Sulfat + + 2+
Semua larut kecuali Ba , Sr , Pb ,
2
2+
(Ca sedikit larut)
12
Sulfit + + +
Semua tidak larut kecuali Na , K , NH
4
Sulfida + + +
Semua tidak larut kecuali Na , K , NH ,
4
2+ 2+ 2+
Ba , Sr , Ca
Fosfat + + +
Semua tidak larut kecuali Na , K , NH
4
Karbonat + + +
Semua tidak larut kecuali Na , K , NH
4
Oksalat + + +
Semua tidak larut kecuali Na , K , NH
4
Oksida + + 2+
Semua tidak larut kecuali Na , K , Ba ,
2+ 2+
Sr , Ca
Hidroksida + + +
Semua tidak larut kecuali Na , K , NH ,
4
2+ 2+ 2+
Ba , Sr , (Ca sedikit larut)
Tabel 1. Kelarutan beberapa senyawa dalam air.
13
temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada
larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses
pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka
proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai
dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936)
kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses
pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur
yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka
kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.
G. Endapan
Endapan merupakan zat yang memisahkan diri sebagian suatu fase padat yang
keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal (kristalisasi) atau koloid,
dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan
(sentrifuge). Endapan akan terbentuk atau tidak tergantung pada kelarutan
(solubility) dari zat terlarut, yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang akan
larut dalam sejumlah tertentu zat pelarut. Serta bergantung pada hasil kali
kelarutan ion-ion yang bergabung dalam larutan tersebut atau yang disebut
dengan Quosien Reaksi (Q). Endapan akan terbentuk ketika hasil kali
kelarutan ion-ionnya (Q) lebih besar daripada harga hasil kali kelarutannya
(Ksp). Pada kondisi ini larutan dikatakan lewat jenuh sehingga terjadi
pengendapan. Jika nilai Q-nya sama dengan Ksp, maka larutan tepat jenuh
yaitu larutan tepat akan mengendap. Tetapi ketika nilai Q tidak melampaui
atau kurang dari harga Ksp, maka lautan dikatakan belum jenuh sehingga tidak
14
terjadi pengendapan. Kelarutan (solubility) suatu endapan, didefinisikan
sebagai konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada
berbagai jenis kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain
dalam larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya atau jenis pelarutnya. Jadi
suatu larutan akan mengendap atau tidak, dapat ditentukan dengan
memeriksa nilai Q-nya. Secara umum, hubungan antara kelarutan (s) dengan
tetapan hasil (Ksp) dinyatakan sebagai berikut :
Ksp = (n-1)n-1 Sn
Dimana, n adalah jumlah ion dari elektrolit.
Jika diketahui konsentrasinya, maka :
AxBy ⇌ XAy+ + YBx-
Ksp AxBy = [Ay+]x + [Bx-]y
Jika harga :
a. Jika Q < Ksp, larutan belum jenuh (tidak terjadi endapan)
b. Jika Q = Ksp, larutan tepat jenuh (tepat akan mengendap)
c. Jika Q > Ksp, larutan lewat jenuh (terbentuk endapan)
Pembentukan endapan adalah salah satu teknik untuk memisahkan analit dari
zat lain. Endapan dapat ditentukan dengan cara ditimbang dan dilakukan
perhitungan stoikiometri. Cara ini dikenal dengan nama Gravimetri.
Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif unsur atau senyawa
berdasarkan bobotnya diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan
pemisahan dan pemanasan endapan dan diakhiri dengan penimbangan. Untuk
memperoleh keberhasilan pada analisis secara gravimetri, maka harus
memperhatikan tiga hal berikut:
1. Unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan sempurna.
2. Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus
molekulnya.
3. Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang.
Dalam analisis gravimetri meliputi beberapa tahap sebagai berikut:
1. Pelarutan sampel (untuk sampel padat)
2. Pembentukan endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara
berlebih agar semua unsur atau senyawa diendapkan oleh pereaksi.
Pengendapan dilakukan pada suhu dan pH tertentu yang merupakan kondisi
optimum reaksi pengendapan.
H. Kompleks Ligan
15
komplek ligan dapat dibedakan menjadi monodentat, bidentat, tridentat,
tetradentat, dan polidentat. Sedangkan berdasarkan jumlah elektron yang
diberikan, ligan dapat dibagi menjadi ligan monodentat dan ligan multidentat.
Bab III
Penutup
Kesimpulan:
16
Daftar Pustaka
Any Winarsih, dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/ MTS Kelas VII . Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Teguh Sugiyarto. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII .
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/peki4310/materi_kekuatan_ion.htm
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas-2/hidrolisis/
http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/study-program-of-
computer-engineering-d3/fisika-dasar-2/larutan
http://duniasifathonah.blogspot.com/2012/02/analisis-melalui-pengendapan.html
17