Anda di halaman 1dari 17

Oleh:

Fuada H. R.

70100112023

Farmasi A

UIN Alauddin Makassar

Fakultas Ilmu Kesehatan

Samata – Gowa

2013

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………………………1

Daftar Isi ……………………………………………..………………..............................2

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………….…3

Bab I Pendahuluan ……………………………………………………………………….…..4

Bab II Pembahasan ………………………………………………………………..……….5

Bab III Penutup ………………………………………………………………………….....16

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………........... 17

2
KATA PENGANTAR

‫ْــــــــــــــم هللاِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحيْـــــم‬


ِ ‫بِس‬

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah “REAKSI DISSOSIASI-
ASSOSIASI dan KESETIMBANGAN ION” ini.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing mata kuliah Kimia Analisis Farmasi pada semester genap di
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan keterbatasan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang


setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan terutama bagi dosen
pembimbing mata kuliah Kimia Analisis Farmasi ini, dan teman-teman lainnya
serta dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah. Amiin Yaa Robbal
‘Alamiin. Amin.

Samata, 24 maret 2013

Penulis

3
Bab I

Pendahuluan
A. Latar Belakang

Kimia Analisis merupakan salah satu cabang Ilmu Kimia yang


mempelajari tentang pemisahan dan pengukuran unsur atau senyawa kimia.
Dalam melakukan pemisahan atau pengukuran unsur atau senyawa kimia,
memerlukan atau menggunakan metode analisis kimia. Secara umum analisis
kimia dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis kimia kualitatif dan analisis
kimia kuantitatif. pembagian ini didasari atas tujuan dari kegiatan analisis itu
sendiri. Bila kita perhatikan perbedaan dari analisis kualitatif dan kuantitatif 
yang paling umum adalah pada tujuan dan hasil analisa. jika pada kualitatif
diminta untuk menentukan keberadaan suatu zat, pada kuantitatif diminta
untuk menentukan jumlah suatu zat. dan dari hasil analisa,umumnya analisa
kualitatif memberikan hasil berupa data secara objektif, sedangkan pada
kuantitatif umumnya memberikan hasil berupa data matematis (numerik).

Kimia analitik tidak hanya digunakan di bidang kimia saja, tetapi


digunakan juga secara luas di bidang ilmu lainnya. Penggunaan kimia analitik di
berbagai bidang, diantaranya: Pengaruh komposisi kimia terhadap sifat fisik,
Uji kualitas, Penentuan konsentrasi bahan/senyawa yang bermanfaat atau
bernilai tinggi, Bidang kedokteran dan Penelitian.

Pengetahuan mengenai pengendapan dan pelarutan endapan adalah


fundamental bagi identifikasi kualitatif kation dan anion dalam larutan
maupun pemisahan ion satu dari yang lain. Dan dalam makalah ini, akan di
jelaskan beberapa materi yang erat hubungannya dengan pengendapan
senyawa agar mahasiswa dapat memahaminya dengan metode analisis kimia.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian dan penjelasan mengenai Asam-basa ?


2. Pengertian dan penjelasan mengenai Garam ?
3. Pengertian dan penjelasan mengenai Kekuatan ion ?
4. Pengertian dan penjelasan mengenai Hidrolisis ?
5. Pengertian dan penjelasan mengenai Larutan ?
6. Pengertian dan penjelasan mengenai Kelarutan ?
7. Pengertian dan penjelasan mengenai Endapan ?
8. Pengertian dan penjelasan mengenai Kompleks ligan ?
Bab II

4
Pembahasan
A. Asam-Basa

Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti
cuka. Seperti diketahui, zat utama dalam cuka adalah asam asetat. Basa
(alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Seperti halnya dengan
sabun, basa bersifat kaustik (licin), selain itu basa juga bersifat alkali
(bereaksi dengan protein di dalam kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami
pergantian). Rasa pahit merupakan salah satu sifat zat yang bersifat basa.
Kita dapat mengenali asam dan basa dari rasanya. Namun, kita dilarang
mengenali asam dan basa dengan cara mencicipi karena cara tersebut bukan
merupakan cara yang aman. Untuk mengidentifikasi asam dan basa yang baik
dan aman dapat dengan menggunakan indikator. Indikator yaitu suatu bahan
yang dapat bereaksi dengan asam, basa, atau garam sehingga akan
menimbulkan perubahan warna.

1. Asam

Asam merupakan salah satu penyusun dari berbagai bahan makanan


dan minuman, misalnya cuka, keju, dan buah-buahan. Menurut Arrhenius, asam
adalah zat yang dalam air akan  melepaskan ion H+. Jadi, pembawa sifat asam
adalah ion H+ (ion hidrogen), sehingga rumus kimia asam selalu mengandung
atom hidrogen. Ion adalah atom atau sekelompok atom yang bermuatan
listrik. Kation adalah ion yang bermuatan listrik positif. Adapun anion adalah
ion yang bermuatan listrik negatif. Sifat khas lain dari asam adalah dapat
bereaksi dengan berbagai bahan seperti logam, marmer, dan keramik. Reaksi
antara asam dengan logam bersifat korosif. Contohnya, logam besi dapat
bereaksi cepat dengan asam klorida (HCl) membentuk Besi (II) klorida
(FeCl2).

Tabel beberapa contoh asam:

5
Berdasarkan asalnya, asam dikelompokkan dalam 2 golongan, yaitu asam
organik dan asam anorganik. Asam organik umumnya bersifat asam lemah,
korosif, dan banyak terdapat di alam. Asam anorganik umumnya bersifat
asam kuat dan korosif. Karena sifat-sifatnya itulah, maka asam-asam
anorganik banyak digunakan di berbagai kebutuhan manusia.

2.Basa

Dalam keadaan murni, basa umumnya berupa kristal padat dan bersifat
kaustik. Beberapa produk rumah tangga seperti deodoran, obat maag
(antacid) dan sabun serta deterjen mengandung basa.

Basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air (larutan) dapat
melepaskan ion hidroksida (OH-). Oleh karena itu, semua rumus kimia basa
umumnya mengandung gugus OH.

Jika diketahui rumus kimia suatu basa, maka untuk memberi nama basa, cukup
dengan menyebut nama logam dan diikuti kata hidroksida.

Tabel beberapa contoh Basa

Perbedaan Sifat Asam dan Basa

6
B. Garam
Orang mengalami sakit perut disebabkan asam lambung yang
meningkat. Untuk menetralkan asam lambung (HCl) digunakan antacid. Antacid
mengandung basa yang dapat menetralkan kelebihan asam lambung (HCl).

Umumnya zat-zat dengan sifat yang berlawanan, seperti asam dan


basa cenderung bereaksi membentuk zat baru. Bila larutan asam direaksikan
dengan larutan basa, maka ion H+ dari asam akan bereaksi dengan ion OH-
dari basa membentuk molekul air.

H+ (aq) + OH- (aq) —> H2O (ℓ)

Asam       Basa               Air

Karena air bersifat netral, maka reaksi asam dengan basa disebut reaksi
penetralan.

Ion-ion ini akan bergabung membentuk senyawa ion yang disebut garam. Bila
garam yang terbentuk ini mudah larut dalam air, maka ion-ionnya akan tetap
ada di dalam larutan. Tetapi jika garam itu sukar larut dalam air, maka ion-
ionnya akan bergabung membentuk suatu endapan. Jadi, reaksi asam dengan
basa disebut juga reaksi penggaraman karena membentuk senyawa garam.
Mari kita simak contoh reaksi pembentukan garam berikut!

Asam + Basa —> Garam + Air

Asam klorida + Natrium hidroksida —> Natrium klorida + air

HCl (aq) + Na OH (aq) —> Na Cl (aq) + H2O (ℓ)

Asam             Basa                 Garam             Air

Walaupun reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan, tetapi hasil
reaksi (garam) tidak selalu bersifat netral. Sifat asam basa dari larutan
garam bergantung pada kekuatan asam dan basa penyusunnya.

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral, disebut
garam normal, contohnya NaCl dan KNO3. Garam yang berasal dari asam kuat
dan basa lemah bersifat asam dan disebut garam asam, contohnya adalah
NH4 Cl. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa dan
disebut garam basa, contohnya adalah CH3COONa.

7
Contoh asam kuat adalah HCl, HNO3, H2SO4. Adapun KOH, NaOH,
Ca(OH)2 termasuk basa kuat.

Tabel beberapa contoh garam

C. Kekuatan Ion

Elektrolit yang mempunyai ion bermuatan lebih dari satu mempunyai

pengaruh yang lebih besar terhadap koefisien aktifitas dibandingkan

elektrolit yang hanya mempunyai ion bermuatan satu. G. N. Lewis

menyimpulkan hal tersebut sebagai kekuatan ion (I)

                           .......................       (28)

dimana zi adalah muatan ion-ion pada zat elektrolit. Pada pengenceran tak
terhingga, distribusi ion pada larutan elektrolit dapat dianggap sangat acak.
Pada konsentrasi yang lebih tinggi, gaya tarik dan gaya tolak menjadi penting
karena letak ion-ion yang berdekatan. Karena adanya gaya tarik antar ion dan
antara ion dengan lingkungan atmosfer ionik, koefisien aktifitas elektrolit
mengalami penurunan. Pengaruh ini terjadi lebih besar pada ion-ion bermuatan
tinggi dan pada pelarut dengan konstanta dielektrik lebih rendah dimana
interaksi elektrostatik menjadi lebih kuat.

            Debye dan Hackel menyatakan bahwa pada larutan encer, koefisien
aktifitas γi dari spesi ion i dengan muatan zi adalah

                      ...................................       (29)

8
Dengan            .................       (30)

dimana mpelarut adalah massa pelarut, V adalah volume dan εr adalah


permitivitas relatif. Jika persamaan (24) ditulis dalam bentuk logaritma

                           .........................       (31)

 Jika γ+ dan γ- disubstitusi dengan persamaan (29), maka

                                       ..........................       (32)

Bila berlaku υ+z+ = -υ-z-, maka

                                                 .................................       (33)

Teori Debye dan Hackel berlaku pada larutan dengan kekuatan ionik rendah.
Pada larutan dengan kekuatan ion tinggi, koefisien aktifitas elektrolit
biasanya naik dengan bertambahnya kekuatan ion.

D. Hidrolisis

a.       Hidrolisis garam


Hidrolisis garam terjadi apabila garam berinteraksi dengan air, dimana ion
hidrogen tetap berada dalam larutan secara berlebih sehingga larutan dari
garam tersebut bersifat basa atau asam.
-          Garam asam kuat-basa kuat
Jika garam yang bersifat asam dan basa kuat dilarutkan di dalam air, maka
larutannya akan bersifat netral karena kation dan anionnya tidak bereaksi
dengan ion hidrogen maupun ion hidroksida yang berasal dari air, sehingga
kesetimbangan air tidak terganggu. Jadi, garam ini tidak termasuk garam
hidrolisis.
-          Garam asam lemah-basa kuat
Apabila garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat dilarutkan, maka
larutan akan bersifat basa. Hal ini terjadi karena anion bergabung dengan ion
H- memebentuk asam lemah yang terdisosiasi, sehingga ino OH - tertinggal dan

9
tetap berupa ion. Di dalam air, konsentrasi ion OH - akan melebihi konsentrasi
ion H+ sehingga larutan bersifat basa.
kesetimbangannya adalah sebagai berikut:
A+ + H2O à HA + OH-

-          Garam asam kuat-basa lemah


Apabila garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah dilarutkan, maka
larutan akan bersifat asam. Hal ini terjadi karena kation M+ dari garam
bereaksi dengan ion hidroksida yang dihasilkan dari disosiasi air membentuk
basa lemah MOH dan meninggalkan ion H+
Kesetimbangannya alah sebagai berikut:
M+ + H2O à MOH + H+
-          Garam asam lemah-basa lemah
Sifat larutan yang dihasilkan tergantung dari tetapan asam dan basanya.
Apabila Ka > Kb, maka larutan bersifat asam, bila Ka < Kb, maka larutan
bersifat basa, dan bila Ka = Kb maka larutan bersifat netral.
b.      Tetapan dan Derajat Hidrolisis
Dengan menuliskan reaksi ini sebagai kesetimbangan, hidrolisis garam dapat
diungkapkan dengan cara kuantitatif
A- + H2O   HA + OH- 
Bila h adalah derajat hidrolisis yang menyatakan rasio garam yang
terhidrolisis saat kesetimbangan. Tetapan kesetimbangan hidrolisis K h adalah:
Kh = [HA][OH-]/[A-] = (csh)2/cs(1 – h) = csh2/(1 – h)
Kh disebut tetapan hidrolisis, dan c s adalah konsentrasi awal garam. A - adalah
basa konjugat dari asam lemah HA dan K h berhubungan dengan konstanta
disosiasi basanya. Akibatnya, hubungan berikut akan berlaku bila konstanta
disosiasi asam HA adalah Ka: jadi,
KaKh = Kw (9.39)
Bila h ≪ 1, Ka â‰’csh; h ≒√(Kh/cs). Maka konsentrasi [OH-] dan [H+]
diberikan oleh ungkapan:
[OH-] = csh ≒√(csKw/Ka) (9.40)
[H+] = Kw/[OH-] ≒√(KwKa/cs) (9.41)
Karena terlibat asam lemah,
Ka/cs < 1,
∴ [H+] < √Kw = 10-7 (9.42)
Jadi, garam dari asam lemah bersifat basa. Dengan cara yang sama, [H +]
garam asam lemah dan basa kuta dinyatakan dengan:
[H+] = csh ≒√(csKw/Kb) (9.43)
Karena melibatkan basa lemah,
cs/Kb > 1,
∴ [H+] > √Kw = 10-7 (9.44)

10
Jadi, garamnya bersifat asam.
E. Larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom
ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau
komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu
seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan,
bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas
misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam
yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain.
Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada
bagian ini dibahas larutan cair.
Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya
bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama
pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut larutan
garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air
disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat terlarut dapat berupa zat
padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam air misalnya gula dan garam.
Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon dioksida, dan oksigen. Zat cair
terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka. Umumnya komponen larutan yang
jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut.

F. Kelarutan
Sebutir kristal gula pasir merupakan gabungan dari beberapa molekul
gula. Jika kristal gula itu dimasukkan ke dalam air, maka molekul-molekul gula
akan memisah dari permukaan kristal gula menuju ke dalam air (disebut
melarut). Molekul gula itu bergerak secara acak seperti gerakan molekul air,
sehingga pada suatu saat dapat menumbuk permukaan kristal gula atau
molekul gula yang lain. Sebagian molekul gula akan terikat kembali dengan
kristalnya atau saling bergabung dengan molekul gula yang lain sehingga
kembali membentuk kristal (mengkristal ulang). Jika laju pelarutan gula sama
dengan laju pengkristalan ulang, maka proses itu berada dalam kesetimbangan
dan larutannya disebut jenuh.
Kristal gula + air ⇔ larutan gula
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam
jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute yang
terlarut dan yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut
yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut
kelarutan (solubility) zat ituJika jumlah solute yang terlarut kurang dari
kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan tak

11
jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika
jumlah solute yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya, 2 maka larutannya
disebut lewat jenuh (supersaturated). Larutan lewat jenuh lebih pekat
daripada larutan jenuh. Larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan cara
membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Pada cara ini zat
terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar dalam pelarut panas
daripada dalam pelarut dingin. Jika dalam larutan yang panas itu masih tersisa
zat terlarut yang sudah tak dapat melarut lagi, maka sisa itu harus
disingkirkan dan tidak boleh ada zat lain yang masuk. Kemudian larutan itu
didinginkan hati-hati dengan cara didiamkan untuk menghindari pengkristalan.
Jika tidak ada solute yang memisahkan diri (mengkristal kembali) selama
pendinginan, maka larutan dingin yang diperoleh bersifat lewat jenuh. Larutan
lewat jenuh yang dapat dibuat dengan cara ini misalnya larutan dari sukrosa,
natrium asetat dan natrium tiosulfat (hipo). Larutan lewat jenuh merupakan
suatu sistem metastabil. Larutan ini dapat diubah menjadi larutan jenuh
dengan menambahkan kristal yang kecil (kristal inti/bibit) umumnya kristal
dari solute. Kelebihan molekul solute akan terikat pada kristal inti dan akan
mengkristal kembali.
Kelarutan senyawa logam biasa, yaitu Kelarutan
senyawa logam golongan IA, IIA, IB,
IIB, Mn, Fe, Co, Ni, Al, Sn, Pb, Sb, Bi,
+
dan NH adalah seperti pada tabel
4
berikut: Senyawa
Nitrat Semua larut
Nitrit +
Semua larut kecuali Ag
Asetat + 2+ 3+
Semua larut kecuali Ag , Hg , Bi
2
Klorida + 2+ 2+
Semua larut kecuali Ag , Hg , Pb ,
2
3+
Cu
Bromida + 2+ 2+
Semua larut kecuali Ag , Hg , Pb
2
Iodida + 2+ 2+
Semua larut kecuali Ag , Hg , Pb ,
2
3+
Bi
Sulfat + + 2+
Semua larut kecuali Ba , Sr , Pb ,
2
2+
(Ca sedikit larut)

12
Sulfit + + +
Semua tidak larut kecuali Na , K , NH
4
Sulfida + + +
Semua tidak larut kecuali Na , K , NH ,
4
2+ 2+ 2+
Ba , Sr , Ca
Fosfat + + +
Semua tidak larut kecuali Na , K , NH
4
Karbonat + + +
Semua tidak larut kecuali Na , K , NH
4
Oksalat + + +
Semua tidak larut kecuali Na , K , NH
4
Oksida + + 2+
Semua tidak larut kecuali Na , K , Ba ,
2+ 2+
Sr , Ca
Hidroksida + + +
Semua tidak larut kecuali Na , K , NH ,
4
2+ 2+ 2+
Ba , Sr , (Ca sedikit larut)
Tabel 1. Kelarutan beberapa senyawa dalam air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat


terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.

a. Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan

Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling


bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda
umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like). Senyawa yang
bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa
nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air
bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian
(partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely
immiscible).

b. Pengaruh Temperatur pada Kelarutan


Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi.
Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang
keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi
berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur
yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada

13
temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada
larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses
pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka
proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai
dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936)
kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses
pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur
yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka
kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.

c. Pengaruh tekanan pada kelarutan

Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau


padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl
sekitar 2,3 % dan NH Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan
4
tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836)
massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya)
berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan
partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya
kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya
dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan
pelarut, misalnya HCl atau NH dalam air.
3

G. Endapan

Endapan merupakan zat yang memisahkan diri sebagian suatu fase padat yang
keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal (kristalisasi) atau koloid,
dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan
(sentrifuge). Endapan akan terbentuk atau tidak tergantung pada kelarutan
(solubility) dari zat terlarut, yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang akan
larut dalam sejumlah tertentu zat pelarut. Serta bergantung pada hasil kali
kelarutan ion-ion yang bergabung dalam larutan tersebut atau yang disebut
dengan Quosien Reaksi (Q). Endapan akan terbentuk ketika hasil kali
kelarutan ion-ionnya (Q) lebih besar daripada harga hasil kali kelarutannya
(Ksp). Pada kondisi ini larutan dikatakan lewat jenuh sehingga terjadi
pengendapan. Jika nilai Q-nya sama dengan Ksp, maka larutan tepat jenuh
yaitu larutan tepat akan mengendap. Tetapi ketika nilai Q tidak melampaui
atau kurang dari harga Ksp, maka lautan dikatakan belum jenuh sehingga tidak

14
terjadi pengendapan. Kelarutan (solubility) suatu endapan, didefinisikan
sebagai konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada
berbagai jenis kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain
dalam larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya atau jenis pelarutnya. Jadi
suatu larutan akan mengendap atau tidak, dapat ditentukan dengan
memeriksa nilai Q-nya. Secara umum, hubungan antara kelarutan (s) dengan
tetapan hasil (Ksp) dinyatakan sebagai berikut :
Ksp = (n-1)n-1 Sn
Dimana, n adalah jumlah ion dari elektrolit.
Jika diketahui konsentrasinya, maka :
AxBy ⇌ XAy+ + YBx-
Ksp AxBy = [Ay+]x + [Bx-]y
Jika harga :
a.    Jika Q < Ksp, larutan belum jenuh (tidak terjadi endapan)
b.    Jika Q = Ksp, larutan tepat jenuh (tepat akan mengendap)
c.    Jika Q > Ksp, larutan lewat jenuh (terbentuk endapan)
Pembentukan endapan adalah salah satu teknik untuk memisahkan analit dari
zat lain. Endapan dapat ditentukan dengan cara ditimbang dan dilakukan
perhitungan stoikiometri. Cara ini dikenal dengan nama Gravimetri.
Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif unsur atau senyawa
berdasarkan bobotnya diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan
pemisahan dan pemanasan endapan dan diakhiri dengan penimbangan. Untuk
memperoleh keberhasilan pada analisis secara gravimetri, maka harus
memperhatikan tiga hal berikut:
1.    Unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan sempurna.
2.    Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus
molekulnya.
3.    Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang.
Dalam analisis gravimetri meliputi beberapa tahap sebagai berikut:
1.    Pelarutan sampel (untuk sampel padat)
2.    Pembentukan endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara
berlebih agar semua unsur atau senyawa diendapkan oleh pereaksi.
Pengendapan dilakukan pada suhu dan pH tertentu yang merupakan kondisi
optimum reaksi pengendapan.

H. Kompleks Ligan

Kompleks yang terbentuk dari ligan polidentat sering disebut kelat.


Pembentukan komplek kelat digunakan secara luas dalam kimia analisis
kuantitatif. Bilangan kord dapat menunjukan jumlah ligan yang dapat terikat
pada atom pusat. Berdasarkan jumlah ligan yang terikat pada atom pusat,

15
komplek ligan dapat dibedakan menjadi monodentat, bidentat, tridentat,
tetradentat, dan polidentat. Sedangkan berdasarkan jumlah elektron yang
diberikan, ligan dapat dibagi menjadi ligan monodentat dan ligan multidentat.

Bab III
Penutup
Kesimpulan:

Bahwa pengetahuan mengenai Asam-basa, Garam, Kekuatan ion,


Hidrolisis, Larutan, Kelarutan, Endapan dan Kompleks ligan sangat
diperlukan untuk memahami pengendapan suatu senyawa secara kualitiatif
dan kuantitatif.

16
Daftar Pustaka

Any Winarsih, dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/ MTS Kelas VII . Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Teguh Sugiyarto. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII .
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/peki4310/materi_kekuatan_ion.htm

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas-2/hidrolisis/

http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/study-program-of-
computer-engineering-d3/fisika-dasar-2/larutan

http://duniasifathonah.blogspot.com/2012/02/analisis-melalui-pengendapan.html

17

Anda mungkin juga menyukai