Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Defenisi

Diabetes melitus berasal dari bawahsa Yunanin diabainein yang

berarti “tembus” atau “pancuran air” dan melitus yang berarti “rasa manis”.

Penyakit tersebut kemudian dikenal sebagai kencing manis. Ditandai

dengan adanya peningkatan kadar gula darah atau hiperglisemia yang

terus menerus dan bervariasi terutama setelah makan. Sumber lain

menyebutkan bahwa diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia

kronis yang disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan

hormonal (Sunaryati, 2011 dalam Masriadi, 2016)

Diabetes melitus merupakan gangguan metabolism yang ditandai

dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi

insulin. Hal tersebut dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi

produksi insulin oleh sel beta Langerhans kelenjar pancreas atau

disebabkan oleh kurang responsifnya sel tubuh terhadap insulin

(Sunaryati, 2011 dalam Masriadi, 2016).

5
2. .Manifestasi Klinis

Menurut Marsiadi 2016 manifestasi klinis diabetes melitus yaitu :

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Sering memperlihatkan gejala yang eksplosif dengan polydipsia,

polyuria, turunnya berat badan, polifagia, lemah. Penderita dapat

menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal

apabila tidak mendapatkan pengobatan segera.

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Tidak memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis hanya dibuat

bedasarkan pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes

toleransi glukosa . Ketika penderita mengalami hiperglikemia berat

akan menderita polydipsia, polyuria, dan lemah dan biasanya penderita

tidak mengalami ketoasidosis karena penderita tidak mengalami

defisiensi insulin secara absolut namun relatif.

3. Gejala Klinis

Menurut Marsiadi 2016 gejala klinis pada penderita diabetes

melitus yaitu:

a. Rasa haus yang berlebihan

b. Sering buang air kecil dengan volume yang banyak

c. Mengalami infeksi kulit

d. Penglihatan kabur

e. Berat badan menurun

6
f. Peningkatan abnormal kadar gula dalam darah

g. Urin atau air kencing mengandung glukosa

4. Etiologi

Menurut Marsiadi 2016 etiologi diabetes melitus yaitu :

a. Diabetes Melitus Tipe 1

1. Faktor keturunan atau genetik

Salah satu atau kedua orang tua menderita, diabetes, maka anak

akan berisiko terkena diabetes.

2. Autoimunitas

Autoimunitas yaitu tubuh alergi terhadap salah satu jaringan atau

jenis selnya sendiri, yang ada dalam pankreas. Tubuh kehilangan

kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem kekebalan

tubuh menghancurkan sel yang memproduksi insulin.

3. Virus atau zat kimia

Virus atai zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel

(kelompok sel) dalam pankreas. Kemungkinan penderita akan

semakin besar apabila semakin banyak pulau sel yang rusak.

b. Diabetes Melitus Tipe 2

1. Faktor Keturunan

2. Pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat

3. Kadar kolesterol yang tinggi

4. Kurang berolahgara

7
5. Obesitas atau kelebihan berat badan.

5. Patofisiologi

Pankreas akan memproduksi insulin yang berfungsi

mengedarkan glukosa dalam sel tubuh. Insulin adalah hormon kecil

yang terletak di sebelah belakang lambung. Produksi insulin

dipengaruhi oleh tingginya kadar gula darah, semakin tinggi gula dalam

darah, maka semakin tinggi insulin yang di produksi pankreas. Insulin

akan ikut aliran darah menuju sel untuk memasukan gula dan zat

makanan lain ke dalam sel. Selama insulin cukup jumlahnya dan

normal kerjanya, maka sesudah makan gula di dalam darah akan

lancar masuk ke sel hingga kadar gula turun kembali ke batas kadar

sebelum makan. Mekanisme tersebut menjaga gula darah tidak naik

terus sesudah makan dan tidak melebihi nilai aman (Marsiadi, 2016)

Kadar gula dalam darah selalu fluktiatif bergantung pada asupan

makanan. Kadar paling tinggi tercapai pada 1 jam setelah makan. Satu

jam setelah makan gula di dalam darah akan mencapai kadar paling

tinggi, normalnya tidak melebihi 180mg/dl. Kadar 180 mg/dl disebut nilai

ambang ginjal jika melebihi kadar tersebut maka ginjal tidak dapat

menahan gula sehingga gula keluar bersama urine maka jadilah

kencing manis (Hartini, 2009 dalam Marsiadi, 2016).

8
6. Pengobatan

Menurut Marsiadi 2016 pengobatan pada pasien diabetes

melitus yaitu :

a. Terapi Sulih Insulin

1. Insulin Kerja Cepat

Insulin ini mulai menurunkan kadar gula darah dalam waktu 20

menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja

selama 6-8 jam. Insulin kerja cepat digunakan oleh penderita yang

menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan disuntikan 15-

20 menit sebelum makan, contohnya insulin reguler.

2. Insulin Kerja Sedang

Insulin ini mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak

dalam waktu 6-10 jam, dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini

bisa disuntikan pada pagi hari atau untuk memenuhi kebutuhan

selama sehari dan dapat disuntikan pada malam hari untuk

memenuhi kebutuhan sepanjang malam, contohnya suspensi

insulin isofan..

3. Insulin Kerja Lama

Insulin ini mulai bekerja setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36

jam. Pemilihan insulin yang akan digunakan akan tergantung pada :

a. Keinginan penderita untuk mengontrol diabetes

b. Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan

menyesuaikan dosis

9
c. Aktivitas harian penderita

d. Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami

penyakitnya

e. Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari.

b. Obat-Obatan Hipoglikemik

Obat-obatan sulfonilurea dapat menurunkan kadar gula darah secara

cepat pada penderita diabetes melitus tipe 2 tetapi tidak efektif pada

penderita diabetes melitus tipe 1. Contohnya adalah glipzid, gliburid,

tolbutamid, dan kloropropamid. Obat tersebut menurunkan kadar gula

darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan

meningkatkan efektifitas. Obat lainnya yaitu metformin tidak

mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh

terhadap insulin.

7. Pencegahan

Menurut Bustan 2007 dalam Masriadi 2016, Kunci utama

pencegahan diabetes melitus terletak pada tiga titik yang saling

berkaitan yaitu pengendalian berat badan, aktivitas fisik/olahraga dan

makan sehat. Bentuk pengendaliannya dilakukan dengan menurunkan

berat badan sekitar 5-7% dari total berat disertai dengan 30 menit

kegiatan fisik/olahraga 5 hari perminggu, sambil makan secukupnya

yang sehat.

10
Setiap orang mulai berusai 45 tahun, terutama yang berat badan lebih,

seharusnya melakukan uji diabetes untuk mengidentifikasi diri terhadap

risiko diabetes. Pencegahan diabetes sepenuhnya meliputi :

a. Pencegahan Premordial

Ditujukan kepada masyarakat yang sehat, untuk berperilaku positif

mendukung kesehatan umum dan upaya menghindarkan diri dari risiko

DM. Misalnya, berperilaku hidup sehat, tidak merokok, makan makanan

yang bergizi dan seimbang, ataupun diet, membatasi diri terhadap

makanan tertentu atau kegiatan jasmani yang memadai.

b. Promosi Kesehatan

Ditujukan pada kelompok berisiko, untuk mengurangi atau

menghilangkan risiko yang ada. Dapat dilakukan penyuluhan dan

penambahan ilmu terhadap masyarakat.

c. Pencegahan Khusus

Ditujukan kepada mereka yang mempunyai risiko tingi untuk melakukan

pemeriksaan atau upaya sehingga tidak jatuh ke diabetes melitus.

Upaya ini dapat berbentuk konsultasi gizi/diabetik.

d. Diagnosis Awal

Dilakukan dengan penyaringan (Screening), yakni pemeriksaan kadar

gula darah dalam kelompok risiko. Diabetes melitus mudah didiagnosa,

dengan bantuan pemeriksaan sederhana, terlebih dengan teknologi

canggih. Hanya saja keinginan masyarakat untuk memeriksakan diri

11
dan aksesbilitas yang rendah (pelayanan yang tersedia masih kurang

dan belum mudah didapatkan oleh masyarakat)

e. Pengobatan yang Tepat

Dikenal berbagai macam upaya dan pendapatan pengobatan terhadap

penderita untuk tidak jatuh ke diabetes melitus yang lebih berat atau

komplikasi.

f. Rehabilitasi

Rehabilitasi sosial maupun medis bertujuan untuk memperbaiki

keadaan yang terjadi akibat komplikasi atau kecacatan yang terjadi

karena DM.Upaya rehabilitasi fisik berkaitan dengan akibat lanjut DM

yang telah menyebabkan adanya amputasi.

B. Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.

Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek.

Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan

& Dewi, 2011).

12
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan,

bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak

berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingatkan bahwa peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja, akan

tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan

sesorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif

dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang menentukan sikap seseorang,

semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan

menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tertentu. Menurut teori

WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007),

salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan

yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan & Dewi, 2011).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkat yaitu:

13
a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebgai mengigat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu “tahu” ini dalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,

menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat

menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham dengan

obyek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu obyek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari dalam situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

14
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau

suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

f. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifkasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian

itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip Wawan dan Dewi

2011 adalah sebagai berikut :

1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

15
kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah,

dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang

dikemukakan oleh orang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih

dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasar fakta empiris

maupun penalaran sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah

diperoleh dalam memecahkan pemarsalahan yang dihadapi masa lalu.

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut

metodologi penelitian. Cara mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon

(1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya

lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal

dengan penelitian ilmiah.

16
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor Internal

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan

diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup.

2. Pekerjaan

Menurut thomas yang dikutip Nursalam dalam wawan & dewi

(2011), pekerjaan adalah keburukkan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber dari kesenangan,

tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Sedangkan

bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

3. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam dalam Wawan &

Dewi (2011), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

17
dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan Huclok dalam

Wawan & Dewi (2011) semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan semakin matang dalam berfikir

dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang

lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa.

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam dalam Wawan

& Dewi (2011) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto dalam Wawan & Dewi (2011) pengetahuan

seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang

bersifat kualitatif, yaitu:

a. Baik : Hasil presentase 76%-100%

b. Cukup : Hasil presentase 56%-75%

c. Kurang : Hasil presentase >56% (Wawan & Dewi, 2011).

18
C. Lansia

1. Definisi

Lanjut usia diartikan sebagai fase menurunnya kemampuan akal

dan fisik, yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan, pada tahap

ini lansia mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,

khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang

pernah dimilikinya (Ratnawati, 2011).

2. Ciri – Ciri Lansia

Menurut Ratnawati 2016 terdapat ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :

a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran

Sebagai pemicu terjadinya kemunduran pada lansia adalah faktor

fisik dan faktor psikologis. Dampak dari kondisi ini dapat mempengaruhi

psikologis lansia. Sehingga, setiap lansia membutuhkan adanya motivasi.

Motivasi berperan penting dalam kemunduran pada lansia. Mereka akan

mengalami kemunduran semakin cepat apabila memiliki motivasi yang

rendah.

b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas

Pandangan-pandangan negatif akan lansia dalam masyarakat

sosial secara tidak langsung berdampak pada terbentuknya status

kelompok minoritas pada mereka.

19
c. Menurut membutuhkan perubahan peran

Kemunduran yang terjadi pada lansia berdampak pada perubahan

peran mereka dalam masyarakat sosial ataupun keluarga. Namun

demikian, perubahan perawan ini sebaiknya dilakukan atas dasar

keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perilaku buruk lansia terbentuk karena perlakuan buruk yang

mereka terima. Perlakuan buruk tersebut secara tidak langsung membuat

lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk.

3. Tipe Lansia

Menurut Maryam dkk 2008 dalam Ratmawati 2016

mengelompokan tipe lansia dalam beberapa poin, antara lain :

a. Tipe arif bijaksana

Tipe ini didasarkan pada orang lanjut usia yang memiliki banyak

pengalaman, kaya dengan hikmah, dapat menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman.

b. Tipe Mandiri

Tipe lansia mandiri, yaitu mereka yang dapat menyesuaikan

perubahan pada dirinya. Mereka mengganti kegiatan yang hilang dengan

yang baru.

20
c. Tipe tidak puas

Tipe lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin. Mereka

cenderung menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak

sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut

d. Tipe pasrah

Lansia tipe ini memiliki kecenderungan menerima dan menunggu

nasib baik, rajin mengikuti kegiatan agama, dan mau melakukan

pekerjaan apa saja dengan ringan tangan.

e. Tipe bingung

Lansia tipe ini terbentuk akibat mereka mengalami syok akan

perubahan status dan peran. Mereka mengalami keterkejutan, yang

membuat lansia mengasingkan diri, minder,pasif, dan acuh tak acuh

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui

penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep ini dikembangkan atau

diacukan ke pada tujuan penelitian yang telah dirumuskan, serta didasari

oleh kerangka teori yang telah disajikan dalam tinjauan kepustakaan

sebelumnya (Notoatmodjo, 2012).

Sesuai dengan tujuan penelitian maka ditetapkan kerangka konsep

sebagai berikut:

21
Kerangka Konsep Penelitian Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang
Pencegahan Diabetes Mellitus di Lingkungan I Kelurahan Sei Agul
Medan Tahun 2019”.

Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang Pencegahan Diabetes


Mellitus di Lingkungan I Kelurahan Sei Agul Medan Tahun 2019

22

Anda mungkin juga menyukai