Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ISTIRAHAT DAN TIDUR

A. Pengertian Istirahat dan Tidur


Menurut Uliyah (2015:126-127) pengertian dari istirahat dan tidur sebagai
berikut:
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional,
bukan hanya dalam keadaan tidak beraltivitas tetapi juga kondisi yang
membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk
melepaskan lelah, bersantai, atau keadaan melepaskan diri dari segala hal
yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan.
Tidur merupakan kondisi tidak sadar yakni individu dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai, atau juga dapat
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya
keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu
urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas minim, memiliki
kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi
penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.

B. Fisiologi Tidur
Menurut Uliyah (2015:127) menjelaskan Fisiologi tidur merupakan
pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang
secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat
tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi
retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan
susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur tidur terletak dalam mesensefalon
dan bagian atas pons. Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat
memberikan rangsangan visual, pengengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat
menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan

1
2

proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan
katekolamin seperti norepinefrin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan
disebabkan adanya pelepasan serum srotonin dari sel khusus yang berada di
pons dan batang otak tengah yaitu bulbar synchronizing regional (BSR),
sedangkan bangun bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima di
pusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang
mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.
Berikut penjelasan mengenai tahapan tidur sebagai berikut:
Kantuk pra tidur

NREM NREM NREM NREM

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4

Tidur REM

NREM NREM

Tahap 2 Tahap 3 (Fitriani, et al., 2010:179)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat


elektroensefalogram (EEG), elektro-oku-logram (EOG), dan elektomiogram
(EMC), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement
(NREM) dan rapid eye movement (REM).
1. Tidur NREM.
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelomang-pendek karena
gelombang otak yang ditunjukan oleh orang yang tidur lebih penek
daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukan orang yang sadar.
Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fiologis tubuh.
3

Disamping itu, semua metabolik termasuk tanda-tanda vital, metabolisme,


dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV).
Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV
disebut sebagai tidur dalam (deep sleep atau delta sleep). (Ambarwati,
2014:361)
a. Tahap 1.
Merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri yaitu
rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata
bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit
menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5
menit
b. Tahap 2.
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun
dengan ciri yaitu mata pasa umumnya menetap, denyut jantung, dan
frekuensi napas menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme
menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
c. Tahap 3.
Merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi napas, dan
proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh adanya dominasi
sistem saraf parasimpatis dan sulit untuk bangun.
d. Tahap 4.
Merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan
pernapasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak bola
mata cepat, sekresi lambung menurun, serta tonus otot menurun.
(Uliyah, 2015:128)
2. Tidur REM.
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung
selam 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan
sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Selam tidur REM, otak
cenderung aktif dan metabolismenya meningkat hingga 20 %. Pada tahap
4

ini individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun
dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan
frekuensi jantung dan pernapasan sering tidak teratur. (Ambarwati,
2014:361)
Pola tipe tidur ini, ditandai dengan hal sebagi berikut:
a. Mimpi yang bermacam-macam. Tahap tidur REM mimpi dapat
diingat kembali, sedangkan tahap tidur NREM mimpi tidak dapat
diingat.
b. Mengigau atau bahkan mendengkur.
c. Otot-otot kendur (rileks).
d. Kecepatan jantung dan pernapasan tidak teratur, sering lebih cepat.
e. Perubahan tekanan darah meningkat.
f. Gerakan otot menjadi tidak teratur.
g. Gerakan mata cepat tertutup dan cepat terbuka.
h. Pembebasan steroid.
i. Sekresi lambung meningkat.
j. Ereksi penis pada pria
k. Metabolisme meningkat.

C. Kebutuhan tidur
Menurut Uliyah (2015:130) kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada
tingkat perkembangan.

U s i a Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhan tidur


0 - 1 b u l a n M a s a n e o n a t u s 14-18 jam/har i
1 bulan-18 bulan M a s a b a y i 12-14 jam/har i
18 bulan-3 tahun M a s a a n a k 11-12 jam/har i
3 tahun-6 tahun Masa prasekolah 1 1 j a m / h a r i
6 tahun-12 tahun M a s a s e k o l a h 1 0 j a m / h a r i
12 tahun-18 tahun M a s a r e m a j a 8 , 5 j a m / h a r i
18 tahun-40 tahun Masa dewasa muda 7 - 8 j a m / h a r i
40 tahun-60 tahun Masa paruh baya 7 j a m / h a r i
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 j a m / h a r i
5

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur


Menurut Mubarak, Indrawati, Susanto (2015:93) menjabarkan faktor-faktor
yang mempengaruhi kebutuhan tidur sebagai berikut:
1. Status kesehatan/penyakit. Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distres
fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit
membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya.
Disamping itu, siklus bangun tidur selama sakit juga dapat mengalami
gangguan.
2. Lingkungan. Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat
proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang
asing dapat menghambat upata tidur. Sebagai contoh, temperatur yang
tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur
seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak
lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
3. Kelelahan. Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur
seseorang. Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM
yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.
4. Gaya hidup. Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur
aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
5. Stres emosional. Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur
seseorang. Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah
melalui stimulasi sistem sarafsimpatis. Kondisi ini menyebabkan
berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta sering
terjaga saat tidur.
6. Stimulan dan alkohol. Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman
dapat merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan
konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM.
6

Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu sering kali mengalami


mimpi buruk.
7. Diet atau nutrisi. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat
mempercepat prosee tidur. Protein yang tinggi seperti pada keju, susu,
daging dan ikan tuna daoat mempercepat proses tidur, karena adanya L-
Triptofan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna.
8. Merokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi
pada tubuh. Akibatnya, perokok sering kalo kesulitan untuk tidur dan
mudah terbangun dimalam hari.
9. Medikasi. Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur
seseorang. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, beta
bloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk sedangkan
narkotik(mis, meperidin hidrokloria dan morfin) diketahui dapat menekan
tidur REM dan menyebabkan sering terjaga malam hari.
10. Motivasi. Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi
perasaan lelah seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya
motivasi untuk terjaga sering kali mendatangkan kantuk.

E. Jenis-jenis gangguan yang terjadi pada pola tidur.


Menurut Uliyah (2015:131) terdapat jenis-jenis gangguan yang terjadi pada
pola tidur sebagai berikut:
1. Insomnia
Merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang
adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya
sebenta atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi 3 jenis yaitu
a. Initial insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau
mengawali tidur.
b. Intermitten insomnia, merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena
selalu terbangun pada malam hari.
7

c. Terminal insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali


setelah bangun tidur pada malam hari.
Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya
rasa khawatir, tekanan jiwa, ataupun stres.
2. Hipersomnia
Merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan, pada
umumnya lebih dari sembilan jam pada malam hari, disebabkan oleh
kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan
susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolisme.
3. Parasomnia
Merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola
tidur, seperti somnambulisme (sleepwalking/berjalan-jalan) yang banyak
terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM.
Somnambulisme ini dapat menyebabkan cedera.
4. Enuresis
Merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur, atau
biasa juga disebut dengan istilah mengompol. Enuresis dibagi menjadi dua
jenis yaitu enuresis nokturnal merupakan mengompol diwaktu tidur, dan
enuresis diurnal merupakan mengompol pada saat bangun tidur. Enuresis
nokturnal umumnya merupakan gangguan pada tidur NREM.
5. Apnea tidur dan mendengkur
Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangan dalam
pengaliran udara di hidung dan mulut pada waktu tidur, biasanya
disebabkan oleh adanya adenoid, amandel, atau mengendurnya otot di
belakang mulut. Terjadinya apnea dapat mengacaukan jalannya
pernapasan sehingga dapat mengakibatkan henti napas. Apabila kondisi
ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar oksigen dalam
darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.
6. Narkolepsi
8

Merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur,


misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau
disaat sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan suatu gangguan
neurologis.
7. Mengigau
Dikategorikan dalam gangguan tudur bila sering dan di luar kebiasaan.
Dari hasil pengamatan, ditemuksn bahwa hampir semua orang pernah
mengigau dan terjadi sebelum tidur REM.

F. Nursing Care Plans


1. Pengkajian
Menurut Mubarak, Indrawati, Susanto (2015:97) menjelaskan mengenai
pengkajian tidur sebagai berikut:
a. Riwayat tidur, ini meliputi hal berikut
1) Pola tidur yang biasa
2) Ritual sebelum tidur
3) Penggunaan obat tidur atau obat-obat lainnya
4) Lingkungan tidur
5) Perubahan terkini pada pola tidur
6) Kuantitas (lama tidur) dan kualitas waktu tidur siang dan malam
hari
7) Aktivitas dan rekreasi yang dilakukan sebelumnya
8) Kebiasaan saat tidur
9) Dengan siapa pasien tidur
10) Asupan dan stimulan
11) Perasaan pasien mengenai tidurnya
12) Apakah ada kesulitan tidur

Selain itu, riwayat ini juga harus mencakup berbagai masalah yang
ditemui pada pola tidur, penyebabnya, kapan pertama kali masalah
9

tersebut muncul, frekuensi, pengaruhnya terhadap keseharian klien,


dan bagaimana klien berkoping dengan masalah tersebut.
b. Catatan tidur, ini meliputi hal berikut:
1) Jumlah jam tidur total per hari
2) Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi,
dan waktu)
3) Ritual sebelum tidur (misal, minum air, obat tidur)
4) Waktu saat pergi tidur, mencoba tidur, tertidur, terjaga dimalam
hari dan durasinya, serta bangun dipagi hari
5) Adanya masalah yang klien yakini dapat mempengaruhi tidurnya
6) Faktor yang klien yakini memberi pengaruh positif atau negatif
pada tidurnya
c. Gejala klinik
1) Perasaan lelah.
2) Gelisah
3) Emosi
4) Apatis
5) Adanya kehitaman di daerah sekitar mata, bengkak
6) Konjungtiva merah dan mata perih
7) Perhatian tidak fokus
8) Sakit kepala
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan
tingkat energi klien. Penampilan yang mengalami masalah tidur
antara lain adsanya lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva
kemerahan, kelopak mata bengkak, dan lain-lain. Sementara perilaku
dapat meliputi iritabilitas, gelisah, tidak perhatian, bicara lambat,
menguap, dan lain-lain. Di samping itu klien yang mengalami
masalah tidur juga dapat terlihat lemah, latergi, atau lelah akibat
kekurangan energi.
10

e. Pemeriksaan diagnotik
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang
disebut polisomnigrafi. Alat ini dapat merekam elektroensfalogram
(EEG), elektromiorgam (EMG), dan elektrokulogram (EOG)
sekaligus. Dengan alat ini dapat dikaji aktivitas tidur klien. Aktivitas
yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan
penyebab sering klien terjaga dimalam hari.

G. Nursing Care Plans


1. Diagnosa Keperawatan
Menurut Poter, (2009:194) menjelaskan contoh diagnosa keperawatan
untuk klien dengan masalah tidur antara lain :
a. Ansietas
b. Pola napas tidak efektif
c. Kebingungan akut
d. Koping keluarga yang dikompromikan
e. Koping yang tidak efektif
f. Kelelahan
g. Perlindungan yang tidak efektif
h. Insomnia
i. Gangguan persepsi sensori
j. Gangguan tidur

Menurut Nanda (2018-2019) menjelaskan mengenai diagnosa yang dapat


ditegakan pada klien dengan masalah tidur antara lain :.

a. Insomnia
1) Definisi
Gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat
fungsi.
2) Batasan karakteristik
11

- Perubahan afek
- Perubahan konsentrasi
- Perubahan mood
- Perubahan pola tidur
- Gangguan status kesehatan
- Penurunan kualitas hidup
- Kesulitan memulai tidur
- Kesulitan mempertahankan tidur nyenyak
- Tidur tidak memuaskan
- Bangun terlalu dini
- Sering membolos
- Peningkatan terjadi kecelakaan
- Kekurangan energi
- Pola tidur tidak menyehatkan
- Gangguan tidur yang berdampak pada keesokan hari
3) Faktor yang berhubungan
- Konsumsi alkohol
- Ansietas
- Rata-rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
menurut gender dan usia
- Depresi
- Kendala lingkungan
- Ketakutan
- Sering mengantuk
- Berduka
- Higiene tidur tidak adekuat
- Ketidaknyaman fisik
- Stesor
b. Gangguan pola tidur
1) Definisi
12

Interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal.


2) Batasan karakteristik
- Kesulitan berfungsi sehari-hari
- Kesulitan memulai tertidur
- Kesulitan mempertahankan tetap tidur
- Ketidakpuasan tidur
- Tidak merasa cukup istirahat
- Terjaga tanpa jelas penyebabnya
3) Faktor yang mempengaruhi
- Gangguan karena cara tidur pasangan tidur
- Kendala lingkungan
- Kurang privasi
- Pola tidur tidak menyehatkan
2. Perencanaan

a. NOC
1) Insomnia
Menurut NOC (2016) diagnosa keperawatan insomnia
a) NOC : Tidur
b) Tujuan : pasien mampu mencapai tidur yang optimal
c) Indikator :
No Indikator S k o r
1 Jam tidur
2 Kualitas tidur
3 Tidur dari awal sampai habis di malam hari secara konsisten
4 N y e r i
5 Kesulitan memulai tidur

Skala :
1 = Sangat terganggu
2 = Banyak terganggu
3 = Cukup terganggu
13

4 = Sedikit terganggu
5 = Tidak terganggu

2) Gangguan pola tidur


a) NOC : tidur
b) Tujuan : pasien mampu mencapai tidur yang optimal
c) Indikator :

No I n d i k a t o r S k o r
1 J a m t i d u r
2 Kualitas tidur
3 Tidur dari awal sampai habis dimalam hari secara konsisten
4 P o l a t i d u r
5 Perasaan segar setelah tidur

Skala :
1=Sangatterganggu
2=Banyakterganggu
3=Cukupterganggu
4=Sedikitterganggu
5=Tidakterganggu

b. NIC

1) insomnia

NIC peningkatan tidur

a) Monitor/catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur

b) Anjurkan pasien untuk menghindari makanan sebelum tidur dan


minuman yang mengganggu tidur

c) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi pasien


14

d) Monitor pola tidur pasien dan catat kondisi fisik (misalnya, apnea tidur,
sumbatan jalan napas, nyeri/ketidaknyamanan dan frekuensi buang air
kecil) dan/atau psikologis (misalnua, ketakutan atau kecemasan) keadaan
yang mengganggu tidur

e) Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur

NIC manajemen nyeri

a) lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,


onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus

b) pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya, farmakologi,


nonfarmakologi, interpersonal) untuk memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai dengan
kebutuhan.

c) ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri

d) berikan individu penurunan nyeri optimal dengan peresepan analgesik

e) gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri

2) gangguan pola tidur

NIC peningkatan tidur

a)Monitor/catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur

b) Anjurkan pasien untuk menghindari makanan sebelum tidur dan minuman yang
mengganggu tidur

c) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi pasien

d) Monitor pola tidur pasien dan catat kondisi fisik (misalnya, apnea tidur, sumbatan
jalan napas, nyeri/ketidaknyamanan dan frekuensi buang air kecil) dan/ atau
psikologis (misalnya, ketakutan atau kecemasan) keadaan yang mengganggu tidur
15

e) Bantu untuk menghilangkan situasi stress sebelum tidur

f) Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai teknik untuk meningkatkan tidur

g) Mulai terapkan langkah-langkah kenyamanan seperti pijat, pemberian posisi, dan


sentuhan afektif

NIC terapi relaksasi

a) Tunjukan dan praktikan teknik relaksasi pada klien

b) Dorong klien untuk mengulang praktik teknik relaksasi jika memungkinkan

c) Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi dengan lampu yang redup
dan suhu lingkungan yang nyaman jika memungkinkan.

Anda mungkin juga menyukai