Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENYELESAIAN MASALAH KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA


(KDRT)

Disusun oleh :
Nama: Siti Khodijah
Nim: (1011418196)
Kelas G

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat petunjuk dan bimbingan-
Nya, kami berhasil menyelesaikan makalah dengan tema kekerasan dalam rumah tangga
yang berisi pemahaman materi bagi mahasiswa agar mengetahui lebih luas tentang kdrt

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak sekali mengalami bayak kesulitan karena
kurangnya ilmu pengetahuan. namun berkat kerjasama kelompok akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan meskipun banyak kekurangan. kami menyadari sebagai seorang
pelajar yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang positif untuk ksempurnaan makalah ini.

Dalam makalah ini terdapat beberapa pembahasan materi mengenai “ KDRT”. Namun


dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan
saran  yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik
lagi dalam menyusun makalah.  

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu  penulis
terlebih kepada pembacanya.

Wasallam  

Gorontalo, 4 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I...................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................4
C. TUJUAN........................................................................................................................................... 4
BAB II.................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN.................................................................................................................... 6
A. PENGERTIAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA .................................................6
B. BENTUK-BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA..........................................7
C. DAMPAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA............................................................7
D. FAKTOR-FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA........................................10
E. CARA MENANGGULANGI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA...........................10
BAB III................................................................................................................................ 12
PENUTUP........................................................................................................................... 12
A.KESIMPULAN............................................................................................................................. 12
B.SARAN........................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan
berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan
kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan
perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting yang memimpin keluarga disamping
beberapa anggota keluarga lainnya. Anggota keluarga terdiri dari Ayah, ibu, dan anak
merupakan sebuah satu kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat baik.
Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik
antar semua anggota/individu dalam keluarga. Sebuah keluarga disebut harmonis
apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai dengan tidak adanya
konflik, ketegangan, kekecewaan dan kepuasan terhadap keadaan (fisik, mental, emosi
dan sosial) seluruh anggota keluarga. Keluarga disebut disharmonis apabila terjadi
sebaliknya. 
Ketegangan maupun konflik antara suami dan istri maupun orang tua dengan
anak merupakan hal yang wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak ada
rumah tangga yang berjalan tanpa konflik namun konflik dalam rumah tangga
bukanlah sesuatu yang menakutkan. Hampir semua keluarga pernah mengalaminya.
Yang mejadi berbeda adalah bagaimana cara mengatasi dan menyelesaikan hal
tersebut.
Setiap keluarga memiliki cara untuk menyelesaikan masalahnya masing-
masing. Apabila masalah diselesaikan secara baik dan sehat maka setiap anggota
keluarga akan mendapatkan pelajaran yang berharga yaitu menyadari dan mengerti
perasaan, kepribadian dan pengendalian emosi tiap anggota keluarga sehingga
terwujudlah kebahagiaan dalam keluarga. Penyelesaian konflik secara sehat terjadi
bila masing-masing anggota keluarga tidak mengedepankan kepentingan pribadi,
mencari akar permasalahan dan membuat solusi yang sama-sama menguntungkan
anggota keluarga melalui komunikasi yang baik dan lancar. Disisi lain, apabila konflik
diselesaikan secara tidak sehat maka konflik akan semakin sering terjadi dalam
keluarga.
Penyelesaian masalah dilakukan dengan marah yang berlebih-lebihan,
hentakan-hentakan fisik sebagai pelampiasan kemarahan, teriakan dan makian
maupun ekspresi wajah menyeramkan. Terkadang muncul perilaku seperti
menyerang, memaksa, mengancam atau melakukan kekerasan fisik. Perilaku seperti ini

4
dapat dikatakan pada tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang diartikan 
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

1. Contoh kasus

Saya mengambil kasus tentang “Kekerasan dalam rumah tangga”. Di sini kepala keluarga
adalah pemimpin dalam rumah tangga. Banyak seorang pemimpin dalam rumah tangga
yang sering melakukan kesalahan, padahal seorang pemimpin seharusnya ia memberi
contoh yang baik sehingga bisa diikuti oleh anggota keluarganya. Bukan bersikap seolah-
olah hanya dialah yang bisa mengambil keputusan. Sehingga ia tidak memikirkan
alangkah baiknya didisskusikan bersama dengan bawahannya atau anggota keluarga.
Sebab dari kasus ini biasanya karena dia menganggap dia seorang pemimpin, pemimpin
yang berarti berhak mengambil keputusan apapun tanpa diskusi terlebih dahulu, ini juga
akan berdampak buruk kepada masyarakat.

B.     Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
B. Apa saja bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
C. Apa saja dampak yang di timbulkan akibat kekerasan dalam rumah tangga
D. Apakah faktor-faktor penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
E. Bagaimana cara penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga ?

C.    Tujuan Pembuatan Makalah


A. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kekerasan dalam Rumah tangga.
B. Mengetahui bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga
C. Mengetahui dampak yang di timbulkan akibat kekerasan dalam rumah tangga
D.  Mengetahui faktor-fartor apa saja yang menjadi penyebab Kekerasan dalam Rumah
Tangga.
E. Mengetahui cara penanggulangan kekerasan dalam Rumah Tangga.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Kekerasan dalam Rumah Tangga


Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam Undang-undang
No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, memiliki arti
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Masalah kekerasan dalam rumah tangga telah mendapatkan perlindungan
hukum dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 yang antara lain menegaskan
bahwa:
a) Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebes dari segala
bentuk  kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-undang Republik
Indonesia tahun 1945.
b) Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama Kekerasan dalam rumah tangga
merupakan pelanggaran hak asasi manusia, dan kejahatan terhadap martabat
kemanusiaan serta bentuk deskriminasi yang harus dihapus.
c)  Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga yang kebanyakan adalah
perempuan, hal itu harus mendapatkan perlindungan dari Negara dan/atau
masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan,
penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan.
d) Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf
c, dan huruf d perlu dibentuk Undang-undang tentang penghapusan kekerasan
dalam rumah tangga.
Tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap isteri sebenarnya merupakan
unsur yang berat dalam tindak pidana, dasar hukumnya adalah KUHP (kitab
undang-undang hukum pidana) pasal 356 yang secara garis besar isi pasal yang
berbunyi:
“Barang siapa yang melakukan penganiayaan terhadap ayah, ibu, isteri
atau anak diancam hukuman pidana”

6
B.     Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri
dalam  rumah tangga dibedakan kedalam 4 (empat) macam :
a) Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit
atau luka berat. Prilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain
adalah menampar, memukul, meludahi, menarik rambut (menjambak), menendang,
menyudut dengan rokok, memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya.
Biasanya perlakuan ini akan nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau
bekas luka lainnya.
b) Kekerasan psikologis / emosiona
Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa
tidak berdaya dan / atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah
penghinaan, komentar-komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri,
mengisolir istri dari dunia luar, mengancam atau ,menakut-nakuti sebagai sarana
memaksakan kehendak.
c) Kekerasan seksual
Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari kebutuhan
batinnya, memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri,
tidak memperhatikan kepuasan pihak istri.
d) Kekerasan ekonomi
Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya,
padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau
perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada
orang tersebut. Contoh dari kekerasan jenis ini adalah tidak memberi nafkah istri,
bahkan menghabiskan uang istri (http://kompas.com., 2006).

C. Apa saja dampak yang di timbulkan akibat kekerasan dalam rumah tangga

Karena kekerasan sebagaimana tersebut di atas terjadi dalam rumah tangga, maka
penderitaan akibat kekerasan ini tidak hanya dialami oleh istri saja tetapi juga anak-
anaknya. Adapun dampak kekerasan dalam rumah tangga yang menimpa istri adalah:

1. Kekerasan fisik langsung atau tidak langsung dapat mengakibatkan istri menderita
rasa sakit fisik dikarenakan luka sebagai akibat tindakan kekerasan tersebut.

7
2. Kekerasan seksual dapat mengakibatkan turun atau bahkan hilangnya gairah seks,
karena istri menjadi ketakutan dan tidak bisa merespon secara normal ajakan
berhubungan seks.
3. Kekerasan psikologis dapat berdampak istri merasa tertekan, shock, trauma, rasa
takut, marah, emosi tinggi dan meledak-ledak, kuper, serta depresi yang mendalam.
4. Kekerasan ekonomi mengakibatkan terbatasinya pemenuhan kebutuhan sehari-hari
yang diperlukan istri dan anak-anaknya.
 

Dampak dari KDRT ini juga bisa membuat korban yaitu:

1. Tidak pernah tenang


Seseorang yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga bakal sulit melupakan
bekas luka yang dialaminya. Hidup pun jadi tidak tenang. Seandainya korban berhasil
meninggalkan penganiayanya, misalnya istri yang menggugat cerai, anak yang
bertumbuh dewasa, hal ini akan terus mempengaruhi hubungan-hubungan mereka
selanjutnya.
2. Trauma
Ada banyak kasus di mana korban kekerasan dalam rumah tangga menjadi tertekan dan
trauma setelah menghadapi pelecehan dalam hubungan mereka. Hal ini membuat
mereka tidak bisa 'berfungsi' normal, yang kadang mempengaruhi berbagai aspek lain
dalam kehidupan mereka, misalnya dalam bidang pekerjaan atau pendidikan.

3. Rasa sakit
Dalam kasus di mana salah satu di antara pasangan menerima kekerasan fisik, korban
mungkin mengalami rasa sakit dan penderitaan. Dan ada kasus di mana cedera fisik sulit
untuk dihilangkan. Dalam beberapa kasus ekstrem, korban KDRT mengalami cacat fisik
permanen akibat penganiayaan yang diterimanya.
4. Ketakutan
Sebuah studi baru-baru ini mengatakan, korban kekerasan dalam rumah tangga
cenderung menjadi paranoid. Mereka mungkin tidak bisa mempercayai adanya sebuah
hubungan baru di mana mereka tidak akan dianiaya.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa kekerasan tersebut juga dapat


berdampak pada anak-anak. Adapun dampak-dampak itu dapat berupa efek yang secara
langsung dirasakan oleh anak, sehubungan dengan kekerasan yang ia lihat terjadi pada
ibunya, maupun secara tidak langsung. Bahkan, sebagian dari anak yang hidup di tengah
keluarga seperti ini juga diperlakukan secara keras dan kasar karena kehadiran anak
terkadang bukan meredam sikap suami tetapi malah sebaliknya. Menurut hasil
penelitian tim Kalyanamitra, menyaksikan kekerasan adalah pengalaman yang amat
traumatis bagi anak-anak. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami anak-anak
membuat anak tersebut memiliki kecenderungan seperti gugup, gampang cemas ketika
menghadapi masalah, sering ngompol, gelisah dan tidak tenang, jelek prestasinya di
sekolah, mudah terserang penyait seperti sakit kepala, perut, dan asma, kejam kepada

8
binatang, Ketika bermaian sering meniru bahasa yang kasar, berperilaku agresif dan
kejam, suka minggat, dan suka melakukan pemukulan terhadap orang lain yang tidak ia
sukai.

Kekerasan dalam rumah tangga yang ia lihat adalah sebagai pelajaran dan proses
sosialisasi bagi dia sehingga tumbuh pemahaman dalam dirinya bahwa kekerasan dan
penganiayaan adalah hal yang wajar dalam sebuah kehidupan berkeluarga. Pemahan
seperti ini mengakibatkan anak berpendirian bahwa:

1. Satu-satunya jalan menghadapi stres dari berbagai masalah adalah dengan


melakukan kekerasan.
2. Tidak perlu menghormati perempuan.
3. Menggunakan kekerasan dalam menyelesaiakan berbagai persoalan adalah baik dan
wajar.
4. Menggunakan paksaan fisik untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan adalah
wajar dan baik-baik saja

Di samping dampak secara langsung terhadap fisik dan psikologis sebagaimana


disebutkan di atas, masih ada lagi akibat lain berupa hubungan negatif dengan
lingkungan yang harus ditanggung anak seperti:

1. Harus pindah rumah dan sekolah jika ibunya harus pindah rumah karena
menghindari kekerasan.
2. Tidak bisa berteman atau mempertahankan teman karena sikap ayah yang
membuat anak terkucil.
3. Merasa disia-siakan oleh orang tua.
Kebanyakan anak yang tumbuh dalam rumah tangga yang penuh kekerasan akan
tumbuh menjadi anak yang kejam. Penelitian membuktikan bahwa 50% – 80% laki-laki
yang memukuli istrinya atau anak-anaknya, dulunya dibesarkan dalam rumah tangga
yang bapaknya sering melakukan kekerasan terhadap istri dan anaknya. Mereka tumbuh
dewasa dengan mental yang rusak dan hilangnya rasa iba serta anggapan bahwa
melakukan kekerasan terhadap istri adalah bisa diterima.

Sangat disarankan bagi korban KDRT untuk mengikuti sesi terapi, dimana mereka bisa
menyembuhkan dan mengobati jiwa mereka atas pengalaman buruk yang sudah dialami.
Terapi yang benar dan cukup akan membuat mereka lebih siap dan kuat untuk menghadapi
hidup kedepannya. (Adit/Nils)

9
D.    Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga
Strauss A. Murray mengidentifikasi hal dominasi pria dalam konteks struktur
masyarakat dan keluarga, yang memungkinkan terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga (marital violence) sebagai berikut:
a.  Pembelaan atas kekuasaan laki-laki
Laki-laki dianggap sebagai superioritas sumber daya dibandingkan dengan wanita,
sehingga mampu mengatur dan mengendalikan wanita.
b. Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi
Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk bekerja
mengakibatkan wanita (istri) ketergantungan terhadap suami, dan ketika suami
kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan kekerasan.
c.  Beban pengasuhan anak
Istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai
pengasuh anak.  Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak maka suami
akan menyalah-kan istri sehingga tejadi kekerasan dalam rumah tangga.
d.  Wanita sebagai anak-anak
Konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut hukum, mengakibatkan
kele-luasaan laki-laki untuk mengatur dan mengendalikan segala hak dan kewajiban
wanita.  Laki-laki merasa punya hak untuk melakukan kekerasan sebagai seorang
bapak melakukan kekerasan terhadap anaknya agar menjadi tertib.
e.  Orientasi peradilan pidana pada laki-laki
Posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang mengalami kekerasan
oleh suaminya, diterima sebagai pelanggaran hukum, sehingga penyelesaian
kasusnya sering ditunda atau ditutup.  Alasan yang lazim dikemukakan oleh
penegak hukum yaitu adanya legitimasi hukum bagi suami melakukan kekerasan
sepanjang bertindak dalam konteks harmoni keluarga.

E.    Cara Penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga


Untuk menghindari terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga, diperlukan
cara-cara penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga, antara lain:
a.  Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh pada
agamanya sehingga Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan dapat diatasi
dengan baik dan penuh kesabaran.
b.  Harus  tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga, karena
didalam agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak, saudara,

10
dan orang lain. Sehingga antara anggota keluarga dapat saling mengahargai setiap
pendapat yang ada.
c. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta sebuah
rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak
ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah pihak, itu juga bisa menjadi
pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.
d.  Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya antar
anggota keluarga. Sehingga rumah tangga dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika
sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas.
Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang
kadang berlebih dan rasa curiga yang kadang juga berlebih-lebihan.
e.   Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada dalam
keluarga, sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi pendapatan yang
minim, sehingga kekurangan ekonomi dalam keluarga dapat diatasi dengan baik.

11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Salah satu faktor pencetus seseorang menjadi tindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga
adalah menyaksikan kekerasan orang tua saat masih kanak-kanak, bersikap agresif terhadap
istri, dan berperilaku agresif terhadap anak adalah resiko yang mempengaruhi tindak kekerasan
suami (Koss, Heise, & Russo, 1994 dalam Taylor, dkk 2009).

Oleh karena itu sebaiknya orang tua yang sedang bertengkar agar tidak melibatkan anak dan
tidak bertengkar di depan anak-anak karena akan menimbulkan dampak buruk bagi
perkembangan kepribadian anak.Anak-anak yang pernah mengalami tindak kekerasan agar
diberi pendampingan bantuan moril dari orang terdekat seperti keluarga, teman atau seorang
tenaga ahli seperti seorang psikolog supaya anak bisa tumbuh menjadi orang yang lebih
percaya diri. Perlunya pendampingan dari seorang psikolog atau tenaga ahli agar dapat
menumbuhkan sikap terbuka sehingga anak mau bercerita mengenai masalah yang sedang
dihadapinya untuk mengurangi trauma, beban psikologis dan emosi-emosi yang terpendam.
Saran kepada masyarakat yang melihat anak korban kekerasan dalam rumah tangga agar tidak
mengejek atau mencemooh, tetapi memberikan dukungan dan bantuan bagi korban.

Segala bentuk dukungan dan bantuan moril yang diberikan oleh masyarakat, keluarga terdekat,
teman maupun seorang psikolog kepada anak yang pernah mengalami atau menyaksikan
kekerasan dalam rumah, semoga dapat mengurangi potensi untuk menjadi pelaku KDRT yang
akan datang.

Saran
Seharusnya seorang suami dan istri harus banyak bertanya dan belajar, seperti
membaca buku yang memang isi bukunya itu bercerita tentang bagaimana cara
menerapkan sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.

Di dalam sebuah rumah tangga butuh komunikasi yang baik antara suami
dan istri, agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam
sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah pihak,
itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga. Seharusnya
seorang suami dan istri bisa mengimbangi kebutuhan psikis, di mana kebutuhan itu sangat

12
mempengaruhi keinginan kedua belah pihak yang bertentangan. Seorang suami atau istri
harus bisa saling menghargai pendapat pasangannya masing-masing.

Seperti halnya dalam berpacaran. Untuk mempertahankan sebuah hubungan, butuh


rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya. Begitu juga halnya
dalam rumah tangga harus dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling
percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan
maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang kadang
juga berlebih-lebihan. Tidak sedikit seorang suami yang sifat seperti itu, terkadang suami
juga melarang istrinya untuk beraktivitas di luar rumah. Karena mungkin takut istrinya
diambil orang atau yang lainnya. jika sudah begitu kegiatan seorang istri jadi terbatas.
Kurang bergaul dan berbaur dengan orang lain. Ini adalah dampak dari sikap seorang
suami yang memiliki sifat cemburu yang terlalu tinggi. Banyak contoh yang kita
lihat dilingkungan kita, kajadian seperti itu. Sifat rasa cemburu bisa menimbukan
kekerasan dalam rumah tangga.

Maka dari itu, di dalam sebuah rumah tangga kedua belah pihak harus sama-
sama menjaga agar tidak terjadi konflik yang bisa menimbulkan kekerasan. Tidak hanya
satu pihak yang bisa memicu konflik di dalam rumah tangga, bisa suami maupun istri.
Sebelum kita melihat kesalahan orang lain, marilah kita berkaca pada diri kita sendiri.
Sebenarnya apa yang terjadi pada diri kita, sehingga menimbulkan perubahan sifat yang
terjadi pada pasangan kita masing-masing.

13
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang tentang Penghapusan KDRT No. 23 tahun 2004,


Kenapa Laki-Laki Melakukan Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT)? http://www.erwinmiradi.com/kenapa-laki-l... #erwinmiradi.com
Kekerasan pada Istri dalam rumah tangga
http://maureenlicious.wordpress.com/2011/04/28/kekerasan-pada-istri-dalam-rumah-
tangga/
KDRT Cici Paramida, Suheaby diperiksa Polisi
http://syscomnet.info/kdrt-cici-paramida-suhaeby-diperiksa-polisi.html/
Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga
http://student.eepisits.edu/~wily/kewarganegaraan/KEKERASAN%20PADA%20ISTRI
%20DALAM%RUMAH%TANGGA.html/
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
http://www.kantorhukum-lhs.com/details_artikel_hukum.php?id=14
Tips menanggulangi KDRT menurut Islam
http://ilalang.wordpress.com/2007/01/08/tips-menanggulangi-kdrt-menurut-islam/

14

Anda mungkin juga menyukai