. Sukuk merupakan sertifikat yang bernilai sama yang diterbitkan atas nama pemilik atau
pemegang sertifikat untuk menetapkan klaim pemilik sertifikat atas hak dan kewajiban
keuangan yang diwakili oleh sertifikat tersebut. 08. Sukuk mewakili kepemilikan bersama
dalam kepemilikan aset yang tersedia untuk diinvestasikan, baik aset nonmoneter,
manfaat, jasa, atau kombinasi ketiganya, ditambah hak takberwujud, utang dan aset
moneter. 09. Penerbitan dan perdagangan sukuk harus berdasarkan akad-akad syariah,
termasuk adanya aset/aktivitas yang mendasari (underlying assets/activities). 10.
Perdagangan sukuk tunduk kepada ketentuan yang mengatur perdagangan hak-hak yang
diwakilinya. 11. Pemilik sertifikat berbagi hasil sebagaimana dinyatakan dalam akad dan
menanggung kerugian sebanding dengan proporsi kepemilikan sertifikat. 12. Penerbitan
sukuk ijarah dan sukuk mudharabah umumnya tidak hanya menggunakan akad ijarah
atau mudharabah, tetapi dapat dikombinasikan dengan akad lain (multi akad). Untuk
tujuan pengaturan dalam Pernyataan ini, semua akad tersebut diperlakukan sebagai
satu kesatuan akad dalam penerbitan sukuk.
JENIS-JENIS SUKUK
Surat Berharga Syariah Negara merupakan bagian dari Surat Berharga Negara (SBN).
Pemerintah sendiri menyediakan dua jenis SBN yang bisa dipilih masyarakat, yaitu
Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
Menurut Kementerian Keuangan, Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga
berupa surat pengakuan utang dalam mata uang Rupiah ataupun valuta asing yang
dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara sesuai masa berlakunya.
SUN dibagi dalam beberapa jenis, yaitu Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan
Obligasi Negara (ON). Kedua SUN ini punya masa berlaku yang rata-rata 12 bulan
dan mekanisme pengembalian yang berbeda-beda.
Sementara SBSN adalah SBN yang diterbitkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah,
baik dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing. Istilah Sukuk sendiri berasal dari
bahasa Arab yang berarti dokumen atau sertifikat.
Sejauh ini ada dua jenis sukuk yang bisa dimiliki setiap orang, yaitu:
1. Sukuk Ritel
Sukuk ritel adalah adalah produk investasi syariah yang ditawarkan oleh
Pemerintah kepada individu Warga Negara Indonesia, sebagai instrumen
investasi yang aman, mudah, terjangkau, dan menguntungkan. Pada sukuk
ritel, pemesanan atau investasi bisa dimulai dengan modal minimal hanya
Rp 1 juta dengan tenor selama 3 tahun.
Sukuk ritel bisa kamu beli pada agen penjual. Siapa aja agen penjual sukuk
ritel?
Pada sukuk ritel return/imbal hasil yang ditawarkan khususnya pada seri
SR-011 adalah 8,05%.
2. Sukuk Tabungan
Sukuk tabungan juga merupakan produk investasi syariah dari pemerintah
tetapi perbedaannya terdapat pada tenornya dimana pada sukuk tabungan
tenor yang berlaku adalah selama 2 tahun.
Menariknya per Agustus 2019, pemerintah menawarkan produk sukuk
berseri ST005. Sukuk tabungan yang baru dikeluarkan ini menawarkan
imbal hasil sebesar 7,4% dengan tenor selama 2 tahun.
Keberadaan lembaga keuangan syariah (LKS) sudah berjalan dalam dua dekade, berbagai
peran dan manfaat dari (LKS) tersebut cukup dirasakan oleh masyarakat dalam
menggerakkan ekonomi. Meski demikian keberadaan dari LKS tak bisa hanya dipandang
sebagai sebuah instrumen lembaga keuangan yang hanya memberikan pelayanan kepada
masyarakat saja. Tapi keberadaan dari LKS harus mampu dipandang dari segala aspek secara
komperehensif, sehingga peran dan fungsi LKS memiliki dampak dan pengaruhnya terhadap
perubahan ekonomi dan sosial.
Maka sangat penting, sebuah rating dalam bentuk indeks syariah yang dikembangkan untuk
mengetahui secara kuantitatif dan kualitatif LKS secara menyeluruh. Dengan adanya indeks
syariah itulah masyarakat akan dicerdaskan—dalam memilih LKS yang bagus sebagai alat
transaksi dan investasi.
Diakui selama ini, untuk memberikan daya tarik LKS dari segi kinerja—pendekatan yang
dilakukan oleh LKS dengan memberikan laporan kesehatan dengan berbagai indikator-
indikator. Umumnya aspek penilaian kesehatan LKS tersebut digunakan
pendekatanpenilaian, yaitu: Capital, Assets, Management, Earnings, dan Liquidity yang biasa
disebut CAMEL. Dengan pendekatan CAMEL inilah LKS bisa menunjukkan berapa besar
omzet, laba dan perkembangan aset yang diperoleh dalam tiap tahunnya. Lantas dengan
pendekatan kuantitatif dari aspek kinerja kesehatan tersebut, apakah berdampak pada
tingkat kesejahteraan para karyawan dan apakah keberadaan LKS memiliki dampak
perubahan terhadap sosial ekonomi masyarakat?
Untuk itulah sangat penting pengukuran kualitatif LKSuntuk melihat sejauhmana tingkat
kemaslahatan keberadaan LKS terhadap tingkat kesejahteraan karyawan, budaya
perusahaan dampak terhadap lingkungan dll. Untuk mengukur kualitatif LKS tak bisa dengan
sekedar dengan metodologi empiris yang selama ini biasa dilakukan. Perlu sebuah
metodologi Islam sebagai alat ukur secara kualitatif sehingga hasil pengukuran tentang LKS
bisa diketahui sejauhmana keberadaan LKS memiliki dampak terhadap kemaslahatan.
Dengan adanya pengukuran-pengukuran tersebut maka indeks syariah bagi semua LKS akan
bisa diketahui, perusahaan-perusahaan mana yang terbaik dalam setahun dan layak untuk
dijadikan mitra berbisnis.
Indeks syariah selama ini belum diterbitkan oleh lembaga survai independen atau otoritas
keuangan pemerintah sehingga masyarakat belum bisa mengetahui secara banyak LKS yang
terbaik dan memiliki nilai kemaslahatan. Anehnya banyak LKS selama ini sudah berbangga
diri dan merasa cukup senang ketika sudah memperoleh sertikat syariah dari Dewan Syariah
Nasional (DSN) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan izin dari regulator. Tetapi esensi dan
nilai-nilai syariah terkadang dilewatkan ketika berlari mengejar profit dan omzet bisnis.
Maka dari itu keberadaan rating indek syariah untuk menilai secara kuantitatif dan kualitatif
sangat perlu dilakukan bagi LKS. Pemerintah atau masyarakat bisa melakukan ini dan rating
indeks syariah sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab dan perlindungan konsumen
terhadap jasa keuangan syariah. Begitu juga, dengan adanya indeks syariah LKS, industri
akan berlomba-lomba untuk meningkatkan performa perusahaannya dan berorientasi
kepada kemaslahatan.
PENERBITAN SUKUK
Sukuk dapat diterbitkan melalui pihak ketiga melalui special purpose vehicle (SPV)
ataupun dapat diterbitkan lansung oleh perusahaan yang membutuhkan modal untuk
operasinya. Pada umumnya sukuk akan diterbitkan melalui SPV.
Sukuk yang diterbitkan dengan SPV atau pihak ketiga melibatkan 3 pihak yang
berbeda.Pihak pertama adalah perusahaan yang membutuhkan dana atau disebut
juga dengan originator. Pihak berikutnya adalah investor yang memegang sukuk.
Pihak selanjutnya adalah pihak ketiga (SPV) sebagai perantara penerbit sukuk
dengan pemegang sukuk.
Beberapa sukuk dikeluarkan tanpa SPV. Dalam bentuknya yang paling sederhana,
perusahaan yang membutuhkan pembiayaan menerbitkan sukuk itu sendiri.
Namun, sukuk yang diterbitkan tanpa SPV biasanya menunjuk wali amanat untuk melakukan
peran SPV. Wali amanat memiliki tanggung jawab untuk mengelola arus kas dan aset sukuk,
seperti mengumpulkan investasi awal dari pemegang sukuk. Dalam kasus sukuk ijara, wali
amanat akan bertindak atas nama pemegang sukuk (yang merupakan lessor).
AKUNTANSI PENERBIT
Sukuk Ijarah
transaksi.
ijarah.
Sukuk Mudharabah
mudharabah.
sebagai beban.
Penyajian
tersebut.
syirkah temporer.
27. Untuk entitas yang menyajikan dana syirkah
syirkah temporer.
Pengungkapan
ekonomis; dan
(c) Lain-lain.
hal-hal berikut:
(c) Lain-lain
Pada dasarnya, ALIF ENTERPRISE perlu mengelola likuiditasnya dengan menjual gedung kantornya ke
SPV. Ia kemudian menyewanya kembali dari SPV dan berjanji untuk membeli kembali gedung itu 5
tahun kemudian. SPV menerbitkan sukuk kepada investor atau pemegang sukuk di mana setiap
pemegang sukuk memiliki kepemilikan parsial di gedung kantor tersebut. Inilah sebabnya mengapa
istilah sukuk yang didukung aset digunakan. Dengan kata lain, investasi pemegang sukuk dapat
diidentifikasi ke gedung kantor di AE.
AE menerima $ 100 juta atas penjualan gedung-gedung perkantoran dan kemudian akan membayar
sewa sewa ke SPV sebesar $ 5 juta per tahun. Dalam waktu 5 tahun, AE akan membayar SPV $ 110
juta untuk membeli kembali gedung-gedung kantor.
Harga pembelian kembali $ 110 juta ditetapkan terlepas dari apakah nilai bangunan berubah.
Dengan demikian, AE sepenuhnya terkena semua perubahan dalam nilai ekonomi bangunan.
Sementara itu, pemegang sukuk berhak atas sewa $ 5 juta setelah dikurangi biaya perwalian dengan
SPV karena melakukan perwalian ini. SPV juga akan membebankan biaya operasinya terhadap
pendapatan sewa.
Diskusi sebelumnya akan lebih jelas dengan presentasi diagram proses (Gambar 5.9). Berikut ini
adalah penjelasan dari proses lengkapnya.
2. SPV menerbitkan sertifikat sukuk kepada investor pada nilai nominal dalam jumlah yang
sama dengan harga pembelian ($ 100 juta). Pemegang sukuk dengan demikian memperoleh
kepentingan dalam gedung kantor AE.
5. SPV mengumpulkan sewa dan mendistribusikan jumlah tersebut kepada pemegang sukuk.
6. Pada tanggal 31 Desember 2023 (tanggal jatuh tempo), SPV menjual aset kepada pencipta
untuk $ 110 juta. Nilai ini telah ditentukan sebelumnya pada saat bangunan dijual ke SPV. SPV
kemudian mendistribusikan jumlah tersebut kepada pemegang sukuk.