Anda di halaman 1dari 10

KARAKTERISTIK SUKUK.

Sukuk memiliki 5 karekteristik yaitu :


1. Sukuk merupakan sertifikat bernilai sama yang diterbitkan oleh pihak penerbit
untuk menetapkan klaim pemegang sukuk atas hak dan kewajiban finansial yang
direpresentasikan dalam sukuk.

2. Sukuk merepresentasikan kepemilikan bersama atas aset (underlying aset) yang


ditujukan untuk kepentingan investasi. Aset tersebut dapat berupa aset berwujud,
hak guna, jasa, atau berupa kombinasi dari kesemua aset tersebut ditambah
dengan intangible rights, hutang/piutang, dan aset moneter. Sukuk tidak
merepresentasikan pemberian utang oleh investor kepada pihak penerbit sukuk.

3. Sukuk diterbitkan berdasarkan akad-akad syariah. Penerbitan sukuk dengan


menggunakan akad syariah tersebut harus sesuai dengan aturan syariah yang
terkait penerbitan dan perdagangannya.

4. Perdagangan suatu jenis sukuk mengikuti ketentuan syariah yang mengatur


mengenai perdagangan hak atas aset yang direpresentasikan dalam sukuk.

5. Pemegang sukuk (investor) secara bersama-sama berbagi keuntungan yang


dihasilkan (return) sesuai dengan yang dinyatakan dalam prospektus, dan berbagi
kerugian sesuai dengan porsi kepemilikan sukuk.Semoga paparan diatas dapat
memperkuat pengetahuan anda mengenai sukuk

. Sukuk merupakan sertifikat yang bernilai sama yang diterbitkan atas nama pemilik atau
pemegang sertifikat untuk menetapkan klaim pemilik sertifikat atas hak dan kewajiban
keuangan yang diwakili oleh sertifikat tersebut. 08. Sukuk mewakili kepemilikan bersama
dalam kepemilikan aset yang tersedia untuk diinvestasikan, baik aset nonmoneter,
manfaat, jasa, atau kombinasi ketiganya, ditambah hak takberwujud, utang dan aset
moneter. 09. Penerbitan dan perdagangan sukuk harus berdasarkan akad-akad syariah,
termasuk adanya aset/aktivitas yang mendasari (underlying assets/activities). 10.
Perdagangan sukuk tunduk kepada ketentuan yang mengatur perdagangan hak-hak yang
diwakilinya. 11. Pemilik sertifikat berbagi hasil sebagaimana dinyatakan dalam akad dan
menanggung kerugian sebanding dengan proporsi kepemilikan sertifikat. 12. Penerbitan
sukuk ijarah dan sukuk mudharabah umumnya tidak hanya menggunakan akad ijarah
atau mudharabah, tetapi dapat dikombinasikan dengan akad lain (multi akad). Untuk
tujuan pengaturan dalam Pernyataan ini, semua akad tersebut diperlakukan sebagai
satu kesatuan akad dalam penerbitan sukuk.

JENIS-JENIS SUKUK
Surat Berharga Syariah Negara merupakan bagian dari Surat Berharga Negara (SBN).
Pemerintah sendiri menyediakan dua jenis SBN yang bisa dipilih masyarakat, yaitu
Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
Menurut Kementerian Keuangan, Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga
berupa surat pengakuan utang dalam mata uang Rupiah ataupun valuta asing yang
dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara sesuai masa berlakunya.
SUN dibagi dalam beberapa jenis, yaitu Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan
Obligasi Negara (ON). Kedua SUN ini punya masa berlaku yang rata-rata 12 bulan
dan mekanisme pengembalian yang berbeda-beda.
Sementara SBSN adalah SBN yang diterbitkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah,
baik dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing. Istilah Sukuk sendiri berasal dari
bahasa Arab yang berarti dokumen atau sertifikat.

Sejauh ini ada dua jenis sukuk yang bisa dimiliki setiap orang, yaitu:
1. Sukuk Ritel
Sukuk ritel adalah adalah produk investasi syariah yang ditawarkan oleh
Pemerintah kepada individu Warga Negara Indonesia, sebagai instrumen
investasi yang aman, mudah, terjangkau, dan menguntungkan. Pada sukuk
ritel, pemesanan atau investasi bisa dimulai dengan modal minimal hanya
Rp 1 juta dengan tenor selama 3 tahun.

Sukuk ritel bisa kamu beli pada agen penjual. Siapa aja agen penjual sukuk
ritel?

Sukuk ritel di jual oleh bank ataupun perusahaan sekuritas.

Sukuk pemerintah ini telah sesuai syariah karena dikelola berdasarkan


prinsip syariah, tidak mengandung unsur maysir (judi) gharar
(ketidakjelasan) dan riba (usury), serta telah dinyatakan sesuai syariah oleh
Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

Penerbitan sukuk menggunakan akad Ijarah dengan format asset to be


leased. Ini adalah jenis ijarah dimana obyeknya sudah ditentukan dari segi
spesifikasinya dan sebagian obyeknya sudah terlihat pada saat terjadinya
akad namun keseluruhan atas obyek ijarah dilakukan pada masa
mendatang sesuai kesepakatan.

Pada sukuk ritel return/imbal hasil yang ditawarkan khususnya pada seri
SR-011 adalah 8,05%.

2. Sukuk Tabungan
Sukuk tabungan juga merupakan produk investasi syariah dari pemerintah
tetapi perbedaannya terdapat pada tenornya dimana pada sukuk tabungan
tenor yang berlaku adalah selama 2 tahun.
Menariknya per Agustus 2019, pemerintah menawarkan produk sukuk
berseri ST005. Sukuk tabungan yang baru dikeluarkan ini menawarkan
imbal hasil sebesar 7,4% dengan tenor selama 2 tahun.

Untuk pembelian sukuk tabungan, kamu bisa membelinya di 22 mitra


distribusi sukuk yang tersebar diantaranya di PT Bank Central Asia Tbk,
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara lndonesia (Persero) Tbk,
PT Bank Permata Tbk, PT Bank Rakyat lndonesia (Persero) Tbk, PT Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk dan
beberapa lembaga keuangan lainnya.
Kedua jenis sukuk tersebut disediakan khusus buat Warga Negara Indonesia (WNI).

a. Ditinjau dari segi jenis akadnya


Menurut Sudarsono (2008:301), berdasarkan Standar Syariah The Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institutons (AAOIFI), sukuk dibagi
menjadi sembilan jenis, yaitu:
 Sukuk Ijarah. Sukuk Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang
atau jasa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang atau jasa itu
sendiri. Sukuk Ijarah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah.
Sukuk Ijarah terdiri dari; sukuk kepemilikan aset berwujud yang disewakan,
sukuk kepemilikan manfaat dan sukuk kepemilikan jasa
.
 Sukuk Mudharabah. Sukuk Mudharabah adalah sukuk yang diterbitkan
berdasarkan perjanjian atau akad mudharabah dimana satu pihak menyediakan
modal (rab al-maal) dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian
(mudharib), keuntungan dari kerja sama tersebut akan dibagi berdasarkan
perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan
ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal.
 Sukuk Salam. Sukuk Salam adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan
untuk mendapatkan dana untuk modal dalam akad salam, sehingga barang
yang akan disediakan melalui akad salam menjadi milik pemegang sukuk.
 Sukuk Musyarakah. Sukuk Musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan
berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih
bekerja sama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru,
mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan usaha.
Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan
jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.
 Sukuk Istishna’. Sukuk Istishna’ adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akadistishna’ dimana para pihak menyepakati jual-beli dalam
rangka pembiayaan suatu proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan,
dan spesifikasi proyek/barang ditentukan terlebih dahulu berdasarkan
kesepakatan.
 Sukuk Murabaha. Sukuk Murabaha adalah sukuk yg diterbitkan berdasarkan
prinsip jual-beli, penerbit sertifikat sukuk adalah penjual komoditi, sedangkan
investornya adalah pembeli komoditi tersebut.
 Sukuk Wakalah. Sukuk Wakalah adalah sukuk yang merepresentasikan suatu
proyek atau kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan akad wakalah, dengan
menunjuk agen (wakil) tertentu untuk mengelola usaha atas nama pemegang
sukuk.
 Sukuk Muzara’ah. Sukuk Muzara’ah adalah sukuk yang diterbitkan dengan
tujuan mendapatkan dana untuk membiayai kegiatan pertanian berdasarkan
akad muzara’ah, sehingga pemegang sukuk berhak atas bagian dari hasil
panen sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian.
 Sukuk Musaqah. Sukuk Musaqah adalah sukuk yang diterbitkan dengan
tujuan menggunakan dana hasil penerbitan sukuk untuk melakukan kegiatan
irigasi atas tanaman berbuah, membayar biaya operasional dan perawatan
tanaman tersebut berdasarkan akad musaqah, dengan demikian pemegang
sukuk berhak atas bagian dari hasil panen sesuai kesepakatan.

b. Ditinjau dari pihak penerbit


Berdasarkan sumber penerbitannya, sukuk dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
 Sukuk Korporasi. Sukuk korporasi merupakan jenis obligasi syariah yang
diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memenuhi prinsip syariah.
 Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Surat Berharga Syariah Negara
selanjutnya disingkat SBSN, atau dapat disebut sukuk negara, adalah surat
berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti
atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing.

c. Ditinjau dari pembagian atau pendapatan hasil


Berdasarkan pembagian atau pendapatan hasil, terdapat tiga jenis sukuk, yaitu sebagai
berikut (Nafik, 2009:246):
 Sukuk marjin, yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya bersumber dari
marjin keuntungan akad jual beli, sukuk ini terdiri dari sukuk murabahah,
sukuk salam, sukuk istishna’.
 Sukuk fee, yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya bersifat tetap karena
bersumber dari pendapatan tetap dari sewa atau fee yaitu sukuk ijarah.
 Sukuk bagi hasil, yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya berdasarkan
bagi hasil dari hasil yang diperoleh dalam menjalankan uasaha yang dibiayai,
yaitu sukuk mudharabah dan sukuk musyarakah.

d. Ditinjau dari basis aset


Berdasarkan basis aset, terdapat dua jenis sukuk, yaitu:
 Sukuk aset, yaitu pembiayaan yang berbasis pada aset, termasuk di dalamnya
sukuk salam seperti dalam pembiayaan produksi pertanian, sukuk istishna’
seperti proyek konstruksi gedung dan perumahan atau insfrastruktur lainnya,
sukuk murabahah seperti pembiayaan usaha perdagangan, pembiayaan bahan
baku produksi, dan sukuk ijarah, misalnya leasing.
 Sukuk penyertaan atau sukuk equity, yaitu pembiayaan yang berbasis pada
penyertaan modal. Sukuk yang termasuk dalam sukuk equity adalah sukuk
mudharabah atau yang lebih dikenal pembiayaan bisnis (business financing)
atau sukuk musyarakah atau yang dikenal kerja sama kemitraan (joint
venture).

Keberadaan lembaga keuangan syariah (LKS) sudah berjalan dalam dua dekade, berbagai
peran dan manfaat dari (LKS) tersebut cukup dirasakan oleh masyarakat dalam
menggerakkan ekonomi. Meski demikian keberadaan dari LKS tak bisa hanya dipandang
sebagai sebuah instrumen lembaga keuangan yang hanya memberikan pelayanan kepada
masyarakat saja. Tapi keberadaan dari LKS harus mampu dipandang dari segala aspek secara
komperehensif, sehingga peran dan fungsi LKS memiliki dampak dan pengaruhnya terhadap
perubahan ekonomi dan sosial.

Maka sangat penting, sebuah rating dalam bentuk indeks syariah yang dikembangkan untuk
mengetahui secara kuantitatif dan kualitatif LKS secara menyeluruh. Dengan adanya indeks
syariah itulah masyarakat akan dicerdaskan—dalam memilih LKS yang bagus sebagai alat
transaksi dan investasi.

Diakui selama ini, untuk memberikan daya tarik LKS dari segi kinerja—pendekatan yang
dilakukan oleh LKS dengan memberikan laporan kesehatan dengan berbagai indikator-
indikator. Umumnya aspek penilaian kesehatan LKS tersebut digunakan
pendekatanpenilaian, yaitu: Capital, Assets, Management, Earnings, dan Liquidity yang biasa
disebut CAMEL. Dengan pendekatan CAMEL inilah LKS bisa menunjukkan berapa besar
omzet, laba dan perkembangan aset yang diperoleh dalam tiap tahunnya. Lantas dengan
pendekatan kuantitatif dari aspek kinerja kesehatan tersebut, apakah berdampak pada
tingkat kesejahteraan para karyawan dan apakah keberadaan LKS memiliki dampak
perubahan terhadap sosial ekonomi masyarakat?

Untuk itulah sangat penting pengukuran kualitatif LKSuntuk melihat sejauhmana tingkat
kemaslahatan keberadaan LKS terhadap tingkat kesejahteraan karyawan, budaya
perusahaan dampak terhadap lingkungan dll. Untuk mengukur kualitatif LKS tak bisa dengan
sekedar dengan metodologi empiris yang selama ini biasa dilakukan. Perlu sebuah
metodologi Islam sebagai alat ukur secara kualitatif sehingga hasil pengukuran tentang LKS
bisa diketahui sejauhmana keberadaan LKS memiliki dampak terhadap kemaslahatan.
Dengan adanya pengukuran-pengukuran tersebut maka indeks syariah bagi semua LKS akan
bisa diketahui, perusahaan-perusahaan mana yang terbaik dalam setahun dan layak untuk
dijadikan mitra berbisnis.

Indeks syariah selama ini belum diterbitkan oleh lembaga survai independen atau otoritas
keuangan pemerintah sehingga masyarakat belum bisa mengetahui secara banyak LKS yang
terbaik dan memiliki nilai kemaslahatan. Anehnya banyak LKS selama ini sudah berbangga
diri dan merasa cukup senang ketika sudah memperoleh sertikat syariah dari Dewan Syariah
Nasional (DSN) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan izin dari regulator. Tetapi esensi dan
nilai-nilai syariah terkadang dilewatkan ketika berlari mengejar profit dan omzet bisnis.
Maka dari itu keberadaan rating indek syariah untuk menilai secara kuantitatif dan kualitatif
sangat perlu dilakukan bagi LKS. Pemerintah atau masyarakat bisa melakukan ini dan rating
indeks syariah sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab dan perlindungan konsumen
terhadap jasa keuangan syariah. Begitu juga, dengan adanya indeks syariah LKS, industri
akan berlomba-lomba untuk meningkatkan performa perusahaannya dan berorientasi
kepada kemaslahatan.

PENERBITAN SUKUK

Sukuk dapat diterbitkan melalui pihak ketiga melalui special purpose vehicle (SPV)
ataupun dapat diterbitkan lansung oleh perusahaan yang membutuhkan modal untuk
operasinya. Pada umumnya sukuk akan diterbitkan melalui SPV.

Berikut ini adalah macam macam penerbitan sukuk:

 Sukuk dengan SPV

Sukuk yang diterbitkan dengan SPV atau pihak ketiga melibatkan 3 pihak yang
berbeda.Pihak pertama adalah perusahaan yang membutuhkan dana atau disebut
juga dengan originator. Pihak berikutnya adalah investor yang memegang sukuk.
Pihak selanjutnya adalah pihak ketiga (SPV) sebagai perantara penerbit sukuk
dengan pemegang sukuk.

 Sukuk tanpa SPV (pihak ke tiga)

Beberapa sukuk dikeluarkan tanpa SPV. Dalam bentuknya yang paling sederhana,
perusahaan yang membutuhkan pembiayaan menerbitkan sukuk itu sendiri.

Namun, sukuk yang diterbitkan tanpa SPV biasanya menunjuk wali amanat untuk melakukan
peran SPV. Wali amanat memiliki tanggung jawab untuk mengelola arus kas dan aset sukuk,
seperti mengumpulkan investasi awal dari pemegang sukuk. Dalam kasus sukuk ijara, wali
amanat akan bertindak atas nama pemegang sukuk (yang merupakan lessor).

AKUNTANSI PENERBIT

Pengakuan dan Pengukuran

Sukuk Ijarah

13. Sukuk ijarah diakui pada saat entitas menjadi

pihak yang terikat dengan ketentuan penerbitan sukuk

ijarah. Sukuk ijarah diakui sebesar nominal dan biaya

transaksi.

14. Pengakuan awal sukuk ijarah dilakukan pada saat

sukuk ijarah diterbitkan.

15. Setelah pengakuan awal, jika jumlah tercatat


berbeda dengan nilai nominal, maka perbedaan tersebut

diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu sukuk

ijarah.

16. Beban ijarah diakui pada saat terutang.

17. Amortisasi di paragraf 15 tidak diakui sebagai beban

ijarah, tetapi diakui sebagai beban penerbitan sukuk ijarah.

Sukuk Mudharabah

18. Sukuk mudharabah diakui pada saat entitas

menjadi pihak yang terikat dengan ketentuan penerbitan

sukuk mudharabah. Sukuk mudharabah diakui sebesar

nominal. Biaya transaksi diakui secara terpisah dari sukuk

mudharabah.

19. Pengakuan awal sukuk mudharabah dilakukan pada

saat sukuk mudharabah diterbitkan.

20. Biaya transaksi diamortisasi secara garis lurus

selama jangka waktu sukuk mudharabah.

21. Amortisasi di paragraf 20 diakui sebagai beban

penerbitan sukuk mudharabah.

22. Bagi hasil yang menjadi hak investor sukuk

mudharabah diakui sebagai pengurang pendapatan, bukan

sebagai beban.

Penyajian

23. Sukuk ijarah disajikan sebagai liabilitas.

24. Untuk entitas yang menyajikan liabilitas menjadi

liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang, maka

sukuk ijarah disajikan sesuai dengan klasifikasi liabilitas

tersebut.

25. Sukuk ijarah disajikan secara neto setelah premium

atau diskonto dan biaya transaksi yang belum diamortisasi.

26. Sukuk mudharabah disajikan sebagai dana

syirkah temporer.
27. Untuk entitas yang menyajikan dana syirkah

temporer secara terpisah dari liabilitas dan ekuitas (entitas

syariah), maka sukuk mudharabah disajikan dalam dana

syirkah temporer.

28. Untuk entitas yang tidak menyajikan dana syirkah

temporer secara terpisah dari liabilitas dan ekuitas (bukan

entitas syariah), maka sukuk mudharabah disajikan dalam

liabilitas yang terpisah dari liabilitas lain. Sukuk mudharabah

disajikan dalam urutan paling akhir dalam liabilitas.

29. Biaya transaksi untuk penerbitan sukuk mudharabah

disajikan dalam aset sebagai beban ditangguhkan, bukan

bagian dari sukuk mudharabah.

Pengungkapan

30. Untuk sukuk ijarah, entitas mengungkapkan halhal berikut:

(a) Uraian tentang persyaratan utama dalam penerbitan

sukuk ijarah, termasuk:

(i) ringkasan akad syariah yang digunakan;

(ii) aset atau manfaat yang mendasari;

(iii) besaran imbalan;

(iv) nilai nominal;

(v) jangka waktu; dan

(vi) persyaratan penting lain.

(b) Penjelasan mengenai aset atau manfaat yang mendasari

penerbitan sukuk ijarah, termasuk jenis dan umur

ekonomis; dan

(c) Lain-lain.

31. Untuk sukuk mudharabah, entitas mengungkapkan

hal-hal berikut:

(a) Uraian tentang persyaratan utama dalam penerbitan

sukuk mudharabah, termasuk:

(i) ringkasan akad syariah yang digunakan;


(ii) aktivitas yang mendasari;

(iii) nilai nominal;

(iv) prinsip pembagian hasil usaha, dasar bagi hasil,

dan besaran nisbah bagi hasil;

(v) jangka waktu;

(vi) persyaratan penting lain.

(b) Penjelasan mengenai aktivitas yang mendasari

penerbitan sukuk mudharabah, termasuk jenis usaha,

kecenderungan (tren) usaha, pihak yang mengelola

usaha (jika dilakukan pihak lain); dan

(c) Lain-lain

BAGIAN A: Alur Proses

Pada dasarnya, ALIF ENTERPRISE perlu mengelola likuiditasnya dengan menjual gedung kantornya ke
SPV. Ia kemudian menyewanya kembali dari SPV dan berjanji untuk membeli kembali gedung itu 5
tahun kemudian. SPV menerbitkan sukuk kepada investor atau pemegang sukuk di mana setiap
pemegang sukuk memiliki kepemilikan parsial di gedung kantor tersebut. Inilah sebabnya mengapa
istilah sukuk yang didukung aset digunakan. Dengan kata lain, investasi pemegang sukuk dapat
diidentifikasi ke gedung kantor di AE.

AE menerima $ 100 juta atas penjualan gedung-gedung perkantoran dan kemudian akan membayar
sewa sewa ke SPV sebesar $ 5 juta per tahun. Dalam waktu 5 tahun, AE akan membayar SPV $ 110
juta untuk membeli kembali gedung-gedung kantor.

Harga pembelian kembali $ 110 juta ditetapkan terlepas dari apakah nilai bangunan berubah.
Dengan demikian, AE sepenuhnya terkena semua perubahan dalam nilai ekonomi bangunan.
Sementara itu, pemegang sukuk berhak atas sewa $ 5 juta setelah dikurangi biaya perwalian dengan
SPV karena melakukan perwalian ini. SPV juga akan membebankan biaya operasinya terhadap
pendapatan sewa.

Diskusi sebelumnya akan lebih jelas dengan presentasi diagram proses (Gambar 5.9). Berikut ini
adalah penjelasan dari proses lengkapnya.

1. Pada 1 Januari 2019, AE (pencetusnya) mengalihkan kepemilikan gedung kantor ke


kendaraan tujuan khusus (SPV) sebesar $ 100 juta.

2. SPV menerbitkan sertifikat sukuk kepada investor pada nilai nominal dalam jumlah yang
sama dengan harga pembelian ($ 100 juta). Pemegang sukuk dengan demikian memperoleh
kepentingan dalam gedung kantor AE.

3. SPV menyewakan aset kembali ke AE.


4. AE membayar sewa secara berkala ke SPV.

5. SPV mengumpulkan sewa dan mendistribusikan jumlah tersebut kepada pemegang sukuk.

6. Pada tanggal 31 Desember 2023 (tanggal jatuh tempo), SPV menjual aset kepada pencipta
untuk $ 110 juta. Nilai ini telah ditentukan sebelumnya pada saat bangunan dijual ke SPV. SPV
kemudian mendistribusikan jumlah tersebut kepada pemegang sukuk.

BAGIAN B: Akuntansi Sukuk berdasarkan IFRS

Mengingat transaksi tersebut merupakan transaksi pembiayaan, langkah pertama adalah


menghitung biaya keuangan (beban keuangan). Total biaya pembiayaan harus disebar selama 5
tahun. Lebih dalam 5 tahun, AE akan membayar sewa sebesar $ 5 juta per tahun dan pada akhir
tahun periode akan membayar $ 10 juta lagi, sehingga memberikan total $ 35 juta. Dengan bunga
tahunan sebesar 5% dan sukuk yang akan dilunasi dalam 5 tahun di Indonesia $ 110 juta, tingkat
pengembalian internal pinjaman adalah sekitar 6,7477% . Dengan demikian, Tabel 5.2 relevan. Tabel
5.3 hingga 5.5 menunjukkan buku originator (AE).

Anda mungkin juga menyukai