Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah konsep dasar
keperawatan
Dosen :
Disusun oleh :
NPM: 18.156.01.11.076
KELAS 1 C KEPERAWATAN
BEKASI
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa .
karena berkat rahmatnya laporan pendahuluan ini dapat saya selesaikan sesuai
dengan yang diharapkan. Dalam laporan ini saya membahas tentang kasus
penyakit APENDISITIS ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi nilai
ujian akhir smester 2 . Dan disusun dengan tujuan untuk membantu
memperdalam ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada kasus
apendisitis . Meskipun saya berharap isi dari laporan ini bebas dari kekurangan
dan kesalahan, namun, selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan ini dapat lebih
baik lagi. Demikian laporan ppendahuluan ini saya buat semoga bermanfaat
bagi pembaca `
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan..............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi............................................................................................5
2.2 Klasifikasi........................................................................................5
2.3 Etiologi.............................................................................................6
2.5 Patofisiologis...........................................................................................6
2.9 Komplikasi.......................................................................................8
2.11 Intervensi.........................................................................................10
BAB IV PENUTUP..................................................................................................25
2.13 Kesimpulan......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Apendisitis merupakan suatu kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi
dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi.Sebagai penyakit yang paling sering
memerlukan tindakan bedah kedaruratan, apendisitis merupakan keadaan inflamasi dan
obstruksi pada apendiks vermiformis. Apendiks vermiformis yang disebut pula umbai
cacing atau lebih dikenal dengan nama usus buntu, merupakan kantung kecil yang buntu
dan melekat pada sekum. Apendisitis dapat terjadi pada segala usia dan megenai laki –
laki serta perempuan sama banyak. Akan tetapi pada usia antara pubertas dan 25 tahun,
prevalensi apendisitis lebih tinggi pada laki – laki. Sejak terdapat kemajuan dalam terapi
antibiotik, insidensi dan angka kematian karena apendisitis mengalami penurunan.
Apabila tidak ditangani dengan benar, penyakit ini hampir selalu berkibat fatal
(Kowalak, 2011).
Pada umumnya post operasi appendiktomi mengalami nyeri akibat bedah luka operasi.
Menurut Maslow bahwa kebutuhan rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar setelah
kebutuhan fisiologis yang harus terpenuhi. Seorang yang mengalami nyeri akan
berdampak pada aktivitas sehari-hari. Seorang tersebut akan terganggu pemenuhan
kebutuhan istirahat tidur, pemenuhan individu, juga aspek interaksi sosialnya yang dapat
berupa menghindari percakapan, menarik diri dan menghindari kontak. Selain itu seorang
yang mengalami nyeri hebat akan berkelanjutan, apabila tidak ditangani pada akhirnya
dapat mengakibatkan syok neurogenic pada orang tersebut (Gannong, 2010).
Angka kejadian appendicitis cukup tinggi di dunia. Berdasarkan Word Health
Organisation (2010) yang dikutip oleh Naulibasa (2011), angka mortalitas akibat
appendicitis adalah 21.000 jiwa, di mana populasi laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan. Angka mortalitas appendicitis sekitar 12.000 jiwa pada laki-laki dan sekitar
10.000 jiwa pada perempuan.
Di Amerika Serikat terdapat 70.000 kasus appendicitis setiap tahnnya. Kejadian
appendicitis di Amerika memiliki insiden 1-2 kasus per 10.000 anak pertahunya antara
kelahiran sampai umur 4 tahun. Kejadian appendicitis meningkat 25 kasus per 10.000
anak pertahunnya antara umur 10-17 tahun di Amerika Serikat. Apabila dirata-rata
appedisitis 1,1 kasus per 1000 orang pertahun di Amerika Serikat.
Insiden appendicitis cukup tinggi termasuk Indonesia merupakan penyakit urutan
keempat setelah dyspepsia, gastritis dan duodenitis dan system cerna lainnya (Stefanus
Satrio.2009). Secara umum di Indonesia, appendicitis masih merupakan penyokong
terbesar untuk pasien operasi setiap tahunnya.hasil laporan dari RS Gatot Soebroto,
Jakarta tahun 2006 sebabkan oleh pola makan pasien yang rendah akan serat setiap
harinya (Depkes RI ,2007).
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa adanya perawatan, tetapi
banyak juga kasus yang memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai
cacing yang terinfeksi. Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus
yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum
(cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut
kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis,
2007).Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun
(Mansjoer, 2010).
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan apendisitis kronik
(Sjamsuhidayat, 2005).
1. Apendisitis akut
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsang peritonieum lokal. Gajala apendisitis akut ialah nyeri samar-samar
dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus.
Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan
menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mc Burney. Disini nyeri
dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik
setempat.
2. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya :
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara
makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah
fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks,
adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa , dan adanya sel inflamasi kronik.
Insiden apendisitis kronik antara 1-5%.
2.3 Etiologi
1. Adanya nyeri pada kuadran kanan bawah terasa & umumnya disertai dengan demam
ringan, mual, muntah & hilangnya sebuah nafsu makan.
2. Adanya nyeri tekan local pada titik McBurney apabila dilakukan suatu tekanan.
3. Adanya nyeri tekan lepas.
4. Adanya gangguan konstipasi atau diare.
5. Adanya nyeri lumbal, apabila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Adanya nyeri defekasi, apabila appendiks berada dekat rektal.
7. Adanya nyeri kemih, apabila ujung appendiks berada didekat kandung kemih/ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif apabila ujung appendiks berada di ujung pelvis
9. Adanya tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah dengan secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Jika appendiks sudah ruptur, rasa nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi
akibat ileus paralitik
11. Pada pasien dengan lanjut usia tanda & gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien
mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
2.5 Patway
2.6 Patofisiologi
2.10 Komplikasi
b. Post operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (post apendiktomi)
ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi, tampak
meringis saat dipalapsi
2. Resiko infeksi ditandai dengan Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer :
kerusakan integritas kulit (luka insisi post op. Apendisitis), luka berwarna
coklat kemerahan
3. Defisit self care berhubungan dengan nyeri
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Ny.B berusia 22 tahun dirawat di RS Medistra indonesia, pasien mengeluh nyeri pada perut
bagian kanan bawah (luka post op), pasien tampak memegangi perut kanan bawah ( luka
post.op), nyeri seperti di tusuk – tusuk, pasien mengatakan nyeri timbul terus menerus,
Setelah dilakukan pemeriksaaan didapatkan data: pasien tampak meringis saat dipalpasi,
Tampak ada luka insisi 6 cm diperut kuadran kanan bawah dengan balutan kasa luka bewarna
coklat kemerahan. N: 88x/mnt , TD:110/70 mmhg , S: 36,8◦c , RR:20x/mnt. Hasil
pemeriksaan lab didapatkan data: leukosit: 15.300/mm3 . Pasien mendapat therapy : ketorolac
30 mg 2x1.
I. DATA DEMOGRAFI
1. Biodata
Nama : Ny.B
Usia : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Ttl : bekasi 16 mei 1997
Alamat : Bekasi
Suku : Sunda
Status pernikahan : Belum kawin
Agama : islam
Pekerjaan :-
Diagnosa medis apendisitis
No. RM : 0021
Tanggal masuk : 12 mei 2019
Tanggal pengkajian : 14 mei 2019
Therapy medik : ketorolac 30 mg 2x1
2. Penanggung jawab
Nama : ny.D
Usia : 42 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : wiraswasta
Hubungan dengan klien: ibu kandung
V. RIWAYAT SPIRITUAL
1. Keadaan umum
Kondisi ny.B meringis kesakitan memegangi luka post op.
2. Tanda – tanda vital
Suhu 36,8 ºc
Nadi : 88 x/mnt
TD : 110/70 mmhg
Pernafasan : 20 x/mnt
3. Sistem pernafasan
Hidung : bentuk simetris, kondisi bersih, tidak terdapat gangguan pada
indra penciuman
Leher : tiadak terdapat JVP
Dada :
o Inpeksi : bentuk dada normal, simetris kiri dan kanan
o Palpasi : fremitus kanan dan kiri simetris
o Perkusi : sonor disemua lapangan paru
o Auskultasi : terdengar suara reguler dan tidak ada suara tambahan
4. Sistem kardiovaskuler
Inpeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktuskordis teraba di Ic5
Perkusi : pekak
Auskultrasi Bj.1 dan Bj.2 murni
5. Sistem pencernaan
Bibir dan mulut tidak kering, lidah tidak kotor, fungsi pengecapan bagus,
tidak ada peradangan, tidak terdapat karies gigi
Abdomen
o Inspeksi : bentuk simetris, terdapat luka post operasi apendiktomi
dengan jahitan rapi, luka bersih, luka berwarna kemerahan, tidak
bengkak, panjang luka 6 cm
o Auskultrasi : peristaltik 12x/menit
o Palpasi : terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan bawah, tidak ada
pembesaran hati, ginjal maupun limfa.
o Perkusi : timpani
6. Sistem indra
Mata : konjungtiva tanpa anemis, fungsi penglihatan baik
Hidung : fungsi penghidungan normal dan tidak terdapat penumpukan
sekret
Telinga : fungsi pendengaran baik tidak terdapat penumpukan srumen
7. Sistem muskuloskeletal
Kepala : bentuk kepala mesosepal
Tidak ada keterbatasan gerak sendi maupun otot
8. Sistem integumen
Turgor elastis tidak terdapat edema
I. DATA FOKUS
Nama pasien : ny.”B”
No RM : 0021
Ttl : Bekasi , 16 mei 1997
IV. INTERVENSI
Nama pasien : ny.”B”
No RM : 0021
Ttl : Bekasi , 16 mei 1997
No Dx. Kep Tujuan dan Intervensi Rasional T
kriteria hasil td
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Berguna dalam
Agen pencedera tindakan nyeri, catat pengawasan
fisik (post perawatan selama lokasi, keefektifan obat,
apendiktomi) d.d 1x24 jam karakteristik kemajuan
pasien mengeluh diharapkan nyeri penyembuhan
nyeri pada luka yang dialami pada karakteristik
post operasi, pasien berkurang 2. Observasi nyeri
tampak meringis atau hilang. TTV menunjukkan
saat dipalapsi . Dengan KH: 3. Berikan terjadi abses,
Klien tidak lingkunga memerlukan upaya
mengeluh n yang evaluasi medik
nyeri tenang dan dan intervensi.
Klien tampak kurangi
tenang rangsanga
Klien tidak n stres
meringis
kesakitan 2. Dapat membantu
4. Pertahankan mengevaluasi
istirahat pernyataan verbal
dengan posisi dan keefektifan
semi Fowler intervensi
3. Meningkatkan
istirahat
5. Ajarkan
teknik nafas
dalam bila
rasa nyeri 4. Gravitasi
datang melokalisasi
eksudat inflamasi
dalam abdomen
bawah atau pelvis,
menghilangkan
tegangan abdomen
yang bertambah
dengan posisi
telentang
6. Menghilangkan
nyeri,
mempermudah
kerjasama dengan
intervensi lain,
contoh ambulasi,
batuk.
2 Resiko infeksi Setelah dilakuakn 1. Awasi tanda- 1. Dugaan adanya
ditandai dengan tindakan tanda vital. infeksi/terjadinya
Ketidak keperawatan sepsis, abses,
adekuatan diharapkan pasien peritonitis
pertahanan tubuh dapat terhindari
primer : dari infeksi dan
kerusakan tidak terjadi 2. Lakukan 2. Menurunkan risiko
integritas kulit infeksi. pencucian penurunan bakteri
(luka insisi post Dengan : tangan yang
op. Apendisitis), baik dan
luka berwarna Meningkatkan perawatan
coklat kemerahan. penyembuhan luka yang
luka dengan aseptik
benar
Bebas dari
tanda-tanda 3. Observasi 3. Memberikan
infeksi keadaan luka deteksi dini
dan insisi. terjadinya proses
infeksi dan
pengawasan
penyembuhan
peritonitis yang
tidak ada
sebelumnya
IV. IMPLEMENTASI
Nama pasien : ny.”B”
No RM : 0021
Ttl : Bekasi , 16 mei 1997
10.45
S:
O:
10.15 2. Mengobservasi TTV Suhu 36,8 ºc
Nadi : 88 x/mnt
TD : 110/70 mmhg
Pernafasan : 20 x/mnt
10.50
S:
Ibu pasien mengatakan
10.45 3. Memberikan lingkungan ruangan menjadi lebih tenang
yang tenang dan dan pasien mudah
mengurangi rangsangan beristirahat
stress O:
Pasien tampak berbaring
di atas tempat tidur,
dengan posisi
Ruangan lebih tenang
dan nyaman
S: 11.05
Pasien mengatakan akan
mencoba menahan sakit
dengan mengatur
11.00 4. Mengajarkan teknik pernafasannya.
nafas bila rasa nyeri O:
datang Klien nampak tarik nafas
lebih dalam melalui hidung
dan mengeluarkannya
melalui mulut.
11.15
S:
Pasien mengatakan sakit
O:
Injeksi ketorolac 30 mg
11.10 5. Mengkolaborasikan
dengan pemberian
analgetik sesuai indikasi
(ketorolac 30 mg/12
jam)
11.20 2. Resiko infeksi 1. Mengawasi tanda-tanda 11.30
ditandai dengan vital S:
Ketidak O:
adekuatan Suhu 37 ºc
pertahanan tubuh Nadi : 84 x/mnt
primer : TD : 110/70 mmhg
kerusakan Pernafasan : 20 x/mnt
integritas kulit
(luka insisi post 11.50
op. Apendisitis), S:
11.35 luka berwarna 2. Mengobservasi keadaan Ibu pasien mengatakan kasa
kemerahan dan luka balutan dan belum diganti sejak
terasa hangat. mengganti balutan. semalam.
O:
Tampak luka insisi
dibalut dengan kasa.
Luka berwarna coklat
kemerahan
Luka 6 cm
Jahitan rapih
12.10
S:
11.55 3. Mengkaji tanda-tanda O:
infeksi suhu : 37◦C
Luka tidak bau
Udema (-)
Pus (-)
Eritema (-)
V. EVALUASI
A :
Masalah belum teratasi
Pasien dapat mengontrol pernafasan
untuk menahan nyeri.
Nadi menurun
P :
Pertahankan intervensi
P :
Pertahankan intervensi
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apendisitis merupakan suatu kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi
dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi.
Apendiitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan apendisitis kronik.
faktor yang menyebabkan appendisitis yaitu sumbatan lumen appendiks yang dianggap
sebagai pencetus selain hiperplasia jaringan limfe,fekalit,tumor apendiks dan dapat
disebabkan oleh cacing askaris yang dapat menimbulkan sumbatan.Salah satu tanda gejala
klinisnya adalah Adanya nyeri pada kuadran kanan bawah terasa & umumnya disertai dengan
demam ringan, mual, muntah & hilangnya sebuah nafsu makan.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi penanggulangan
konservatif dan operasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/31440140/LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS
https://www.academia.edu/38114622/LAPORAN_PENDAHULUAN_APPENDISITIS_DA
N_APPENDIKTOMI
http://auhankeperawatan.blogspot.com/2018/07/laporan-pendahuluan-apendisitis.html
https://www.academia.edu/9140893/LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-
apendisitis.html#.XMlHzvTakfI
https://www.academia.edu/8880393/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_Keperawatan_pada
_Pasien_dengan_Masalah_Nyeri
http://auhankeperawatan.blogspot.com/2018/07/laporan-pendahuluan-apendisitis.html