Anda di halaman 1dari 18

iMETODE PENUGASAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

Disusun Oleh :
JULIA NABILAH
18.037

Dosen Pengampu:
HAVIJA SIHOTANG, S.Kep,Ners, M.Kep

PRODI D III PERAWATAN


STIKES BINALITA SUDAMA MEDAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

 Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang,segala puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya, sehingga kami dapat selesaikan makalah ini.

Makalah yang berjudul metode penugasan keperawatan profesional ini kami


susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini ada manfaatnya untuk
masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG .................................................................................1


1.2. RUMUSAN MASALAH.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3

2.1. METODE PENUGASAN ...........................................................................3


2.2. Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim) dan Anggota
................................................................................................................ Tim
....................................................................................................................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun


terakhir ini. Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada
enam macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer,
model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada. Setiap unit
keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat
berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan
rumah sakit.

Dalam rangka mendayagunakan tenaga keperawatan yang tersedia di rumah


sakit, maka dibutuhkan adanya suatu pengembangan metode pemberian asuhan
keperawatan untuk dapat diimplementasikan dalam mengelola ruang keperawatan
sehingga dapat menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan melalui pemberian
asuhan keperawatan.

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan profesional harus berfokus


pada kebutuhan pasien, sehingga dibutuhkan perawat yang profesional dan metode
penugasan yang sesuai. Dengan metode yang sesuai diharapkan mampu menjadikan
kualitas layanan keperawatan bermutu dan dapat menjawab perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan hal tersebut dan untuk memperbaiki mutu
pelayanan keperawatan, maka Instalasi Rawat Inap I Rumah Sakit Jiwa Prof. dr.
Soerojo Magelang akan mengembangkan metode penugasan primer diruang rawat
inap.

1
2

1.2. RUMASAN MASALAH


1. Apa itu metode penugasan ?
2. Bagaimana Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim) dan
Anggota Tim ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. METODE PENUGASAN

Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf


dan klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat
ini adalah sebagai berikut :

2.1.1. METODE FUNGSIONAL


Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka
kepada semua pasien di bangsal.

Metode fungsional, ditekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur.


Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua
pasien (Arwani, 2006). Tugas yang dimaksud ditentukan oleh kepala ruangan
untuk dikerjakan oleh setiap perawat pelaksana.
Metode ini efisien, tetapi penugasan seperti ini tidak dapat memberikan
kepuasan kepada pasien dan perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara
menyeluruh tidak bisa dicapai dengan metode ini karena asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang
dibebankan kepada perawat. Di samping itu, asuhan keperawatan yang diberikan
tidak profesional yang berdasarkan masalah pasien. Perawat senior cenderung
akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan manajerial, sementara asuhan
keperawatan kepada pasien dipercayakan kepada perawat junior.Keterbatasan
tenaga profesional merupakan salah satu alasan metode ini dikembangkan

3
4

(Arwani, 2006)

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat


Pengobatan Merawat Luka Pengobatan Merawat Luka

Pasien / Klien

Kelebihan :

1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas


dan pengawasan yang baik.
2. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
3. Perawat lebih trampil untuk pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya
5

Kekurangan :
1. Pelayanan keperawatan terpilah-pilah sehingga proses keperawatan
sulit dilakukan
2. Pekerjaan perawat menjadi monoton sehingga menimbulkan rasa
bosan,
3. Komunikasi antar petugas menjadi terbatas
4. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan tidak melihat
pasien secara holistik (Arwani, 2006).

2.1.2. METODE PERAWATAN TIM


Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan menurut (Arwani
2006) adalah untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu, metode tim dapat
meningkatkan kerjasama dan koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas,
memungkinkan adanya transfer of knowledge dan transfer of experiences di antara
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan meningkatkan pengetahuan
serta keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

Pelaksanaan metode tim harus berdasarkan konsep berikut:


1.    Ketua Tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim
sangat tergantung pada filosofi ketua tim, yakni apakah berorientasi pada tugas
atau pada klien. Tanggung jawab ketua tim adalah:
a.      Mengkaji setiap klien dan menetapkan rencana asuhan keperawatan.
6

b.      Mengoordinasikan rencana asuhan keperawatan dengan tindakan medis


c.      Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan
memberikan bimbingan melalui konferensi
d.      Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya.
2.    Komunikasi yang efektifpenting agar kontinuitas rencana asuhan keperawatan
terjamin. Komunikasi yang terbukka dapat dilakukan melalui berbagai cara,
terutama melalui rencana asuhan keperawatan tertulis yang merupakan pedoman
pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi.
3.    Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Ketua tim
membantu anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas sesuai dengan
kemampuan mereka.
4.    Peran kepala ruangan penting dalam metode tim, metode tim akan berhasil
baik, apabila didukung oleh kepala ruangan. Untuk itu, kepala ruangan diharapkan
telah:
a.    Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b.   Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
c.    Memberi kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan
d.    Mengorentasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim
keperaawatan
e.    Menjadi narasumber bagi ketua tim
f.     Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan
g.    Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
Kelebihan :
a.      Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik.
b.      Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
8

c.      Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat
tim, cara ini efektif untuk belajar.
d.      Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
e.      Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
f.       Peningkatan kerjasama dan komunikasi di antara anggota tim
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai
kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan.
g.     Menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggung
jawabkan
h.      Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama
bertugas
i.        Memberikan kepuasan pada pasien & perawat
j.        Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral
Kekurangan :

1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi


tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu )
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim tidak
maksimal
4) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
5) Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
6) Membingungkan bila komposisi tim sering dirubah.
8

Kepala Ruang

KETUA TIM KETUA TIM KETUA TIM

PERAWAT PERAWAT PERAWAT


PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

KLIEN KLIEN KLIEN

2.1.3. METODE PRIMER

Menurut Nursalam (2007), metode penugasan di mana satu orang perawat


bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ni ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat. Konsep dasar metode primer :

1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat


2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
9

Kelebihan :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kekurangan :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akontable
serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2) Biaya lebih besar

Kepala Ruang Kepala Ruang Kepala Ruang

Perawat Primer

Pasien / Klien
10

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana jika


Evening Night Diperlukan Days
\\\

2.1.4. METODE KASUS


Menurut Sitorus (2006), pada metode ini satu perawat akan memberikan
asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas.
Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat
tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. Setiap perawat ditugaskan untuk
melayani seluruh kebutuhan pasien pada saat dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Sementara menurut Nursalam (2007), metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolasi, intensive care.

Fokus utama manajemen kasus perawat bertanggungjawab memenuhi


kebutuhan klien selama tugas jaganya . Sitorus (2006) fokus utama adalah integrasi,
koordinasi dan advokasi klien, keluarga serta masyarakat yang memerlukan
layanan efektif. Pada metode manajemen kasus diperlukan perawat dengan
ketrampilan tinggi dan akan meningkatkan biaya perawatan (Marquis & Huston,
2000).
11

Kelebihan :

1) Perawat lebih memahami kasus per kasus


2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kekurangan :

1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab


2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

PASIEN PASIEN PASIEN

2.1.5. METODE KEPERAWATAN MODULAR

Metode ini variasi dari metode keperawatan primer. Metode modular memiliki
kesamaan dengan metode keperawatan tim dan metode keperawatan primer
(Arwani, 2006). Dalam memberikan asuhan keperawatan metode ini satu tim
terdiri dari 2-3 perawat, memiliki tanggungjawab penuh pada sekelompok pasien 8-
12 pasien. Persyaratan pengembangan metode keperawatan modular adalah
peralatan yang dibutuhkan dalam pelayanan harus memadai.
12

Perawat profesional mempunyai kewajiban untuk membimbing dan melatih


perawat non profesional. Apabila perawat profesional sebagai ketua berhalangan,
tugas dan tanggungjawab diganti oleh perawat profesional lainnya yang berperan
sebagai ketua tim (Arwani, 2006).
Berbagai keuntungan metode modular menurut Sumijatun (2008), diantaranya
dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik dengan
pertanggungjawaban yang jelas, konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat
ditekan melalui rapat tim yang juga efektif untuk pembelajaran, memungkinkan
menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan efektif dan aman
serta produktif karena adanya kerjasama dan komunikasi.

2.2. Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim) dan
Anggota Tim

Secara umum, masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki
tanggung jawab yang berbeda-beda, antara lain :

1) Tanggung Jawab Karu :


a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b) Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
c) Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan
kepemimpinandan managemen
d) Mengorientasikan tenaga baru
e) Menjadi narasumber bagi tim
f) Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan
g) Menciptakan iklim komunikasi terbuka
13

2) Tanggung Jawab Katim :


a) Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
b) Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan
(renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
c) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang
konsisten
d) Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan
keperawatan melalui konfrens
e) Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota
tim
f) Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan

3) Tanggung Jawab Anggota Tim :


a) Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b) Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
c) Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di
tempat
d) Berkontribusi terhadap perawatan
→ observasi terus menerus
→ ikut ronde keperawatan
→ berinterkasi dengan pasien & keluarga
→ berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Metode penugasan adalah metode yang digunakan perawat dalam rangka


memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien/klien. Jenis metode
penugasan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di suatu rumah sakit
ada berbagai macam, antara lain: Metode Fungsional, Metode Tim, Metode Primer,
Metode Kasus dan Metode Modifikasi.
Masing – masing metode penugasan mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pada metode fungsional, perawat lebih banyak melakukan satu jenis pekerjaan yang
dilakukan di ruangan sakit,atau dengan kata lain perawat sudah mendapat tugasnya
masing-masing, artinya setiap perawat tidak mengerjakan semua intervensi pada
seorang pasien sakit. Pada metode primer, seorang pasien akan diberikan perawatan,
pelayanan dan asuhan keperawatan secara total oleh seorang perawat primer selama
24 jam.dengan kata lain, seorang pasien akan diberikan asuhan keperawatan oleh 1
perawat yang khusus ditugaskan untuk 1 pasien di ruangan sakit. Pada metode kasus
seorang perawat akan memberikan perawatan konstan dalam jangka waktu tertentu .

14
Daftar Pustaka

Arwani .2006. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta : EGC.

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Sitorus, R. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit : Penataan


struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai