Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH AGAMA ISLAM

TENTANG KELUARGA SAKINAH

IG – MANAJEMEN

DOSEN PEMBIMBING : DRS . H . ABDULLAH IDRIS , MA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. FADIL ALFAJRI
2. FITRI HIDAYATI BR. TAMPUBOLON
3. DWI NURAINI
4. IQBAL WAHYU RISKI
5. ROBBI PUTRA BAHRI
6. DICKY SAHPUTRA
7. AUNI RANI

SEKOLAHT TINGGI ILMU EKONOMI

IBNU SINA BATAM

2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Syukur kami ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing ”Bapak Drs. H. Abdullah Idris , MA” yang telah memberi dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini, dan juga teman-teman yang telah membantu
serta mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Kami mohon maaf jika ada
kekurangan dalam makalah ini, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran, dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi, kami,
pembaca dan teman-teman.

 Batam , 12 Agutus 2019

Penulis

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH AGAMA TENTANG KELUARGA SAKINAH

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI………………………………………..……………………………….……iii

BAB I..................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Ruang Lingkup...............................................................................................................2

D. Maksud dan Tujuan........................................................................................................2

BAB II.................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.................................................................................................................3

A. Cara Memilih Pendamping Hidup..................................................................................3

B. Arti Pernikahan Menurut Islam.......................................................................................6

C. Tujuan Pernikahan Dalam Islam.....................................................................................7

D. Pengertian Keluarga........................................................................................................7

E. Pengertian Keluarga Sakinah..........................................................................................8

F. Ciri-ciri Keluarga Sakinah...............................................................................................9

G. Faktor-faktor Pembentukan Keluarga Sakinah.............................................................17

BAB III..............................................................................................................................20

PENUTUP.........................................................................................................................20

A. Kesimpulan...................................................................................................................20

B. Saran.............................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang RI nomor 1 tahun 1974 pengertian dan tujuan
perkawinan terdapat dalam satu pasal, yaitu Bab 1 pasal 1 menetapkan
bahwa ”Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah
tangga, keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Dengan demikian jelas bahwa diantara tujuan pernikahan
adalah membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan
warahmah. Sebuah masyarakat di negara manapun adalah kumpulan dari
beberapa keluarga. Apabila keluarga kukuh, maka masyarakat akan bersih
dan kukuh. Namun apabila rapuh, maka rapuhlah masyarakat.
Menikah memang tidaklah sullit, tetapi membangun Keluarga Sakinah
bukan sesuatu yang mudah. Pekerjaan membangun, pertama harus
didahului dengan adanya gambar yang merupakan konsep dari bangunan
yang diinginkan. Demikian juga membangun keluarga sakinah, terlebih
dahulu orang harus memiliki konsep tentang keluarga sakinah. Al-Qur’an
membangunkan sebuah keluarga yang sakinah dan kuat untuk membentuk
suatu tatanan masyarakat yang memelihara aturan-aturan Allah SWT dalam
kehidupan. Aturan yang ditawarkan oleh Islam menjamin terbinanya
keluarga bahagia, lantaran nilai kebenaran yang dikandunginya, serta
keselarasannya yang ada dalam fitrah manusia. Hal demikianlah yang
mendasari kami menulis makalah ini. Pada makalah ini akan diuraikan
tentang keluarga sakinah, dan konsep-konsep cara membangun keluarga
sakinah berdasarkan Al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara memilih pendamping hidup? 
2. Apa arti pernikahan menurut islam? 
3. Apa tujuan penikahan dalam islam ?
4. Pengertian keluarga? 
5. Pengertian keluarga sakinah?
6. Bagaimana ciri-ciri keluarga sakinah? 
7. Apa saja factor-faktor pembentukan keluarga sakinah? 

C. Ruang Lingkup
kami membatasi masalah mengenai keluarga sakinah dan konsep
membangun keluarga sakinah berdasarkan Al-Qur’an. Hal tersebut
dimaksudkan untuk mempertegas pembahasan sehingga dapat terfokus
pada masalah yang akan dibahas serta dapat memberikan gambaran umum
tentang isi makalah sehingga pembaca lebih mudah dalam mempelajarinya.

D. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi dan
melengkapi salah satu tugas mata kuliah Agama Islam di Bina Sarana
Informatika.
Tujuan dari penulisan tugas ini adalah :
1. Memahami bagaimana memilih pendamping hidup
2. Memahami hakekat keluarga
3. Memahami fungsi-fungsi keluarga
4. Memberikan konsep tentang keluarga sakinah dan bagaimana
membangun keluarga sakinah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara Memilih Pendamping Hidup


1. Pilihlah Wanita Yang Kehidupan Beragamanya Baik
Pernikahan merupakan sarana untuk menempuh kehidupan bersama
seumur hidup. Pernikahan bukanlah hal yang sederhana atau hanya
sekedar pelengkap yang sifatnya sepele. Oleh karena itu, orang yang
akan menikan harus memilih dengan baik pasangan hidupnya.
Bagaimana seorang laki-laki memilih pasangan hidupnya, dan
bagaimana ia memperhitungkan keutamaan-keutamaan pasangannya?
Inilah yang ditunjukan dalam nasehat Nabi Saw “Beliau
bersabda”: Wanita itu dinikahi karena empat hal: hartanya,
keturunannya, kecantikannya, dan agamanya.
Pilihlah wanita yang kehidupan beragamanya baik, jika tidak maka
kamu akan merugi.”(Muttafaq’alaihi). Pertama kali, seorang lelaki
wajib mencari wanita yang solehah, yang kehidupan beragamanya baik,
jujur, bisa dipercaya, rajin menunaikan kewajiban-kewajiban agama,
menjaga hak-hak Allah atas dirinya, dan tidak melanggar apa yang
diharapkan Allah. Hadist diatas menyebutkan keadaan sesuai urutan
pertimbangan yang sering digunakan orang dalam memilih. Disini Nabi
menjelaskan cara yang benar, dengan mengatakan, ”Maka pilihlah
wanita yang kehidupan beragamanya baik, jika tidak maka kamu akan
merugi.” Maksudnya, pilihlah wanita yang kehidupan beragamanya
baik. Pilihlah dia dan jadikan hal ini sebagai yang terdepan dalam
pertimbangan yang kamu gunakan. Jika tidak, kamu akan merugi.
Dipilihlah wanita yang kehidupan agamanya baik adalah karena wanita
seperti inilah yang baik. Wanita seperti ini akan menaati perintah

3
suami, menjaga diri jika suaminya pergi, dan jujur dalam sumpah jika
suaminya menyumpahinya. Wanita seperti inilah yang akan menolong
suami, baik dalam urusan agama maupun dunia. Istri yang solehah akan
mendampingi suaminya disaat bahagia atau ketika susah. Bersyukur di
saat bahagia dan bersabar di saat di timpa kesusahan. Dia tidak
mengadu kecuali kepada Allah. Ini sebagaimana ditunjukan dalam
hadist yang diriwayatkan dari Abu Ummah dari Nabi Saw bahwasanya
beliau bersabda: “Setelah takwa, tidak ada sesuatu yang lebih
bermanfaat bagi seorang mukmin selain istri yang solehah. Jika
suaminya memberi perintah ia taat, jika suaminya memandang ia
menyenangkan, jika suaminya menyumpahnya maka ia jujur, dan jika
suaminya pergi maka ia akan selalu menjaga diri dan harta
suaminya.”(HR Ibnu Majah,Abu Daud dan An-Nasa’i).
2. Nikahi Pasangan Yang Setara
Ummul Mukminin Aisyah berkata bahwa rasullah SAW bersabda :
“pilihlah Rahim bagi keturunan kalian, nikahilah yang setara, dan
nikahkanlah putri kalian dengan mereka.” (HR Ibnu Majah, Al-aihaqi,
dan Al-Hakim). Kesetaraan atau kufu’ merupakan faktor yang sangat
penting dalam kehidupan rumah tangga, meski dalam hal ini kesetaraan
tetap tidak menafikan atau mengurangi pentingnya faktor agama. Faktor
Agama adalah dasar dalam memilih, tetapi harus diimbangi juga
dengan faktor kesetaraan. Kesetaraan yang kami maksud disini tidak
berarti kesetaraan secara mutlak baik dalam hal ilmu, harta,
kehormatan, status sosial, ataupun yang semisal, tapi cukup dengan
mendekati dalam beberapa hal tersebut. Sehingga tidak ada jurang
pemisah yang begitu besar antara derajat suami dan istri. Anjuran
Menikahi Wanita Yang Masih Perawan Islam menganjurkan agar
menikahi perawan, yaitu wanita yang belum pernah menikah.
Diriwayatkan dari Jabir Bin Abdullah bahwa ia berkata, “(Ayahku)
Abdullah tellah meninggal dan beliau meninggalkan Sembilan anak
perempuan, lalu aku menikahi janda. Rasullulah kemudian bertanya

4
kepadaku, ‘Wahai Jabir, Kamu sudah menikah?’ Jabir menjawab, ’Ya’.
Rasullulah bertanya lagi, ’Perawan atau janda?’ Jabir menjawab,
‘Janda, Wahai Rasullulah’. Rasullulah berkata, ’Mengapa tidak
perawan? Kamu bisa bersenang-senang dengannya dan ia bisa
bersenang-senang denganmu.’ Dalam riwayat yang lain dikatakan,
’Kamu bisa bercanda dengannya, dan ia bisa bercanda denganmu.'
Menurut Jabir, Janda memiliki banyak pengalaman terutama dalam
mengurus seluruh saudara perempuannya. Diharapkan bisa
membimbing mereka dengan baik. Oleh karena itu, Nabi memuji apa
yang dilakukan Jabir, dan mendoakannya agar mendapatkan
keberkahan. Hadis ini juga memberi petunjuk kepada kita agar mau
menasehati siapa saja yang menikah, atau bagi yang sudah menikah
sekalipun. Tidak lupa untuk selalu menanyakan keadaanya, atau
memberikan bantuan kepadanya.
3. Anjuran menerima lamaran pemuda yang berakhlak baik
Ini merupakan nasihat Rasulullah kepada wali wanita, juga bagi
wanita yang hendak di lamar. Sebuah nasihat yang sangat berharga, dan
jika ditinggalkan akan terjadi kerusakan besar. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda: “jika datang kepada kalian
orang yang kalian senangi dalam akhlaknya atau agamanya maka
nikahkanlah ia. Jika tidak, niscaya akan terjadi fitnah di dunia dan
kerusakan yang besar.”(HR Ibnu Majah,At-Tirmidzi,dan Sa’id bin
Mansur). Jika orang-orang berpaling dari memilih pelamar yang
berakhlak baik dan beragama, kemudian lebih memilih pelamar yang
tidak berakhlak hanya karena berharap mendapatkan harta, kekuasaan,
atau lainnya, niscaya sikap ini akan menyebabkan kerusakan besar di
kalangan pemuda, bahkan akhirnya di lingkungan masyarakat. Seorang
pemuda yang masih berada di awal perjalanan hidupnya tentu tidak
memiliki banyak harta dan materi. Maka pihak keluarga wanita tidak
bisa memaksanya dengan tuntutan-tuntutan materi yang memberatkan.
Seandainya ia miskin, niscaya Allah akan melimpahkan kekayaan

5
kepadanya dengan kemurahan dan atas izin-Nya. Allah berfirman: “dan
kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin,
Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan kurnia-Nya.
Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(An-
Nuur [24]:32). Allah telah menjanjikan pertolongan dan bantuan bagi
mereka yang bermaksud menikah dengan tujuan menjaga diri dari dosa.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda:
“tiga orang yang berhak di beri pertolongan oleh Allah, pejuang dalam
peperangan membela agama Allah, budak mukatab yang ingin di
merdekakan, orang yang ingin menikah dengan tujuan agar terjaga dari
dosa-dosa. (At-Tirmidzi, Al-Hakim, Ibnu Majah, An-Nasa’I, dan Ibnu
Hibban). Pemuda yang ingin memelihara diri dari dosa dengan
menikah, niscaya Allah akan memberi pertolongan kepadanya. Allah
akan menunjukkan kebaikan dan melimpahkan kekayan kepadanya
dengan izin-Nya. Hasan al-Bashri, seorang pemberi nasihat yang jujur,
pernah berpesan kepada seseorang yang hendak menikahkan putrinya,
”Nikahkanlah anakmu dengan laki-laki yang kehidupan beragamanya
baik, karena jika laki-laki ini nantinya mencintai putrimu, maka ia akan
memuliakannya. Namun, jika ia membenci putrimu, niscaya ia akan
berbuat zalim kepadanya.”

B. Arti Pernikahan Menurut Islam


Dalam menganjurkan ummatnya untuk melakukan pernikahan, Islam
tidak semata-mata beranggapan bahwa pernikahan merupakan sarana yang
sah dalam pembentukan keluarga, bahwa pernikahan bukanlah semata
sarana terhormat untuk mendapatkan anak yang sholeh, bukan semata cara
untuk mengekang penglihatan, memelihara fajar atau hendak menyalurkan
biologis, atau semata menyalurkan naluri saja. Sekali lagi bukan alasan
tersebut di atas. Akan tetapi lebih dari itu Islam memandang bahwa

6
pernikahan sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan yang lebih
besar yang meliputi berbagai aspek kemayarakatan berdasarkan Islam yang
akan mempunyai pengaruh mendasar terhadap kaum muslimin dan
eksistensi ummat Islam

C. Tujuan Pernikahan Dalam Islam


Setelah anda menemukan jodoh sebagai umat islam seharusnya anda
harus segera menikahinya. Sebagaimana dijelaskan oleh para fuqaha’,
bahwa pernikahan haruslah memiliki tujuan-tujuan. Berikut ini adalah
pelajaran berharga bagi kita untuk mengetahui apa saja tujuan pernikahan
dalam agama islam.
1. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi
2. Untuk membentengi ahlak yang luhur
3. Untuk menegakkan rumah tangga yang islamik
4. Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah
5. Untuk mencari keturunan yang shalih dan shalihah

D. Pengertian Keluarga
Keluarga secara sinonimnya ialah rumahtangga, dan keluarga adalah
satu institusi sosial yang berasas karena keluarga menjadi penentu
(determinant) utama tentang apa jenis warga masyarakat. Keluarga
menyuburi (nurture) dan membentuk (cultivate) manusia yang budiman,
keluarga yang sejahtera adalah tiang dalam pembinaan masyarakat (Sufean
Hussin dan Jamaluddin Tubah, 2004 : Menurut Dr Leha @ Zaleha
Muhamat (2005: 2), perkataan ‘keluarga’ ialah komponen masyarakat
yang terdiri daripada suami, istri dan anak-anak atau suami dan istri saja
(sekiranya pasangan masih belum mempunyai anak baik anak
kandung/angkat atau pasangan terus meredhai kehidupan dengan tanpa
dihiasi dengan gelagat kehidupan anak-anak). Pengertian ini hampir sama
dengan pengertian keluarga yang dijelaskan oleh Zakaria Lemat (2003: 71)
yaitu, keluarga merupakan kelompok paling kecil dalam masyarakat,

7
sekurang kurangnya dianggotai oleh suami dan istri atau ibu bapak dan
anak-anak. Ia adalah asas pembentukan sebuah masyarakat. Kebahagiaan
masyarakat adalah bergantung kepada setiap keluarga yang menganggotai
masyarakat. William J. Goode menjelaskan keluarga sebagai suatu unit
sosial yang ekspresif atau emosional, ia bertugas sebagai agensi
instrumental untuk struktur sosial yang lebih besar, kesemua institusi dan
agensi lain bergantung kepada sumbangannya. Misalnya, tingkah laku
peranan yang dipelajari dalam keluarga menjadi tingkah laku yang
diperlukan dalam segmen masyarakat lain.

E. Pengertian Keluarga Sakinah


Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti kedamaian,
ketentraman, ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah mengandung
makna keluarga yang diliputi rasa damai, tentram, juga. Jadi keluarga
sakinah adalah kondisi yang sangat ideal dalam kehidupan keluarga.
Keluarga sakinah juga sering disebut sebagai keluarga yang bahagia.
Menurut pandangan Barat, keluarga bahagia atau keluarga sejahtera ialah
keluarga yang memiliki dan menikmati segala kemewahan material.
Anggota-anggota keluarga tersebut memiliki kesehatan yang baik yang
memungkinkan mereka menikmati limpahan kekayaan material. Bagi
mencapai tujuan ini, seluruh perhatian, tenaga dan waktu ditumpukan
kepada usaha merealisasikan kecapaian kemewahan kebendaan yang
dianggap sebagai perkara pokok dan prasyarat kepada kesejahteraan.
(Dr. Hasan Hj. Mohd Ali, 1993 : 15). Pandangan yang dinyatakan oleh
Barat jauh berbeda dengan konsep keluarga bahagia atau keluarga sakinah
yang diterapkan oleh Islam. Menurut Dr. Hasan Hj. Mohd Ali (1993: 18 –
19) asas kepada kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga di dalam Islam
terletak kepada ketaqwaan kepada Allah SWT. Keluarga bahagia adalah
keluarga yang mendapat keredhaan Allah SWT. Allah SWT redha kepada
mereka dan mereka redha kepada Allah SWT. Firman Allah SWT: “Allah

8
redha kepada mereka dan mereka redha kepada- Nya, yang demikian itu,
bagi orang yang takut kepada-Nya”.(Surah Al-Baiyyinah : 8).
Menurut Paizah Ismail (2003 : 147), keluarga bahagia ialah suatu kelompok
sosial yang terdiri dari suami istri, ibu bapak, anak pinak, cucu cicit, sanak
saudara yang sama-sama dapat merasa senang terhadap satu sama lain dan
terhadap hidup sendiri dengan gembira, mempunyai objektif hidup baik
secara individu atau secara bersama, optimistik dan mempunyai keyakinan
terhadap sesama sendiri . Dengan demikian, keluarga sakinah ialah kondisi
sebuah keluarga yang sangat ideal yang terbentuk berlandaskan Al-Quran
dan Sunnah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Kebendaan bukanlah sebagai ukuran untuk membentuk keluarga bahagia
sebagaimana yang telah dinyatakan oleh negara barat.

F. Ciri-ciri Keluarga Sakinah


Pada dasarnya, keluarga sakinah sukar diukur karena merupakan satu
perkara yang abstrak dan hanya boleh ditentukan oleh pasangan yang
berumahtangga. Namun, terdapat beberapa ciri-ciri keluarga sakinah,
diantaranya :
1. Bermuara pada rasa cinta dan kasih sayang
Jadikanlah komunikasi anda sebagai muara cinta dan kasih sayang
yang tulus karena ALLAH, sebab semua pesannya merupakan rahmat
bagi keluarga bahkan bagi seluruh alam. Abu Sulaiman Bin Al-
Huawairi berkata, ”kami datang pada Nabi dan kami tinggal
bersamanya selama 20 hari. Ternyata Nabi orang yang di penuhi oleh
kasih sayang dan kelembutan kepada keluarganya sehingga kami
menjadi rindu kepada keluarga kami.” Kemudian beliau menannyakan
keluarga yang kami tinggalkan maka kami menceritakannya kepada
beliau. Kemudian beliau bersabda, “pulanglah kepada keluargamu dan
penuhilah hak-hak mereka serta didiklah mereka dan berbuat baiklah
kepada mereka”.

9
2. Komunikasi dengan panggilan yang menyenangkan
Panggilah putra-putri anda dengan panggilan yang menyenangkan
dan pasangan anda dengan panggilan kemuliaan atau panggilan yang
menyanjungkannya seperti, ”wahai kakanda” dan sejenisnnya. Karna
Nabi memanggil Fatimah dengan panggilan, ”wahai ananda” dan
memanggil istrinya Aisyah dengan ”Ya Humairah” atau “Ya Aaisy”.
Panggilan itu menghadirkan kebahagiaan dan kesenagan bagi orang-
orang disekitarnnya.
3. Berkomunikasi tanpa emosi
Namun jika anda ingin pesan anda di pahami dan misi anda
tercapai, anda harus melakukannya tanpa emosi yang meluap-luap.
Komunikasi tanpa emosi telah di contohkan oleh Nabi sehingga pesan
beliau dengan misinya. Karena Nabi selalu berbicara yang berbobot,
penuh makna, mengandung nilai-nilai kebaikan dengan penuh
kelembutan. Bahkan ketika Nabi menegur istrinya, disaat Aisyah
membuang makanan yang dikirim oleh Ummu Salamah. Beliau
bersabda, “Ibumu sedang cemburu, Hai Aisyah, satu nampan yang
engkau terima harus engkau antar satu nampan juga”. Begitu juga
ketika aisyah tidur setelah sholat subuh, beliau bersabda kepadanya,
”Hai Aisyah, jemputlah rezeki mu dan janganlah engkau menolaknya.”
4. Iringi Komunikasi Dengan Bahasa Tubuh
Aisyah bercerita, “saya biasa minum dari gelas yang sama ketika
haid, lalu Nabi mengambil gelas tersebut, dan meletakkan mulutnya di
tempat saya meletakkan mulut saya lalu beliau minum kemudian saya
mengambil cangkir lalu saya menghirup isinya, kemudian beliau
mengambilnya dari saya lalu beliau meletakkan mulutnya pada tempat
meletakkan mulut saya. Lalu Beliau menghirupnya.”
(HR. Abu Rajak dan Sa’id bin Mansur).
Ini merupakan ekspresi cinta yang mengalir dari bahasa tubuh.
Bahkan Nabi biasa mencium istrinya setelah wudhu, kemudian beliau
sholat dan tidak mengulangi wudhu nya. Jadi, apa yang menghalangi

10
anda untuk menciptakan romantisme dalam keluarga anda. Jadi, ajak
dia mendekati anda saat akhir pekan. Lalu biarkan pasangan anda
menikmati senyum tercantik yang bermuara dari hati anda dan biarkan
teh hangat menghangatkan tubuhnya saat mentari muncul dari balik
kaca jendela. Nikmati secangkir teh untuk berdua sambil bermesra,
bercakap sesuatu yang indah atau tentang impian-impian yang manis.
5. Bersikap Bijak Kepada Istri
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia
menyakiti tetanggganya,berilah nasihat kebaikan kepada istri kalian,
karena mereka diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya bagian
paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian ujungnya, jika kamu
meluruskannya maka kamu akan mematahkannya, jika kamu
meninggalkannnya maka tulang itu akan tetap bengkok. Maka berilah
nasihat kepada istri kalian.”(HR Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat
muslim disebutkan: “Jika kamu bersenang-senang dengannya, dan di
dalamnya terdapat kebengkokan, jika kamu ingin meluruskannya maka
kamu akan mematahkannya, dan mematahkannya adalah dengan
mentalaknya.”( HR Muslim).
Maksud perkataan beliau ini adalah bahwa Allah menciptakan
Hawa dari tulang rusuk Adam, sebagaimana pendapat sebagian besar
ulama. Mereka berdalil dengan ayat Al-Qur’an,”Hai manusia,
bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya.”
(An-Nisaa’ [4]:1).
Sabda Rasulullah,”Sesungguhnya bagian palig bengkok dari tulang
rusuk adalah bagian ujungnya,” maksudnya bahwa bagian paling
bengkok pada wanita adalah bagian atasnya, yaitu kepalanya. Dan di
kepala ada lidah. Kebanyakan fitnah perempuan ada pada lidahnya, dari
perkataan dan omongannya yang menyakitkan orang lain. Mungkin
juga maksudnya adalah kepala dan apa yang terdapat di dalamnya,

11
termasuk cara berpikir. Cara berpikir wanita berbeda dengan cara
berpikir laki-laki. Dalam menghadapi masalah ini, yang dituntut dari
suami adalah memberi nasihat kebaikan kepada istri, memaafkan
kelemahannya, cara berpikirnya, dan perasaan yang dapat mengalahkan
akalnya.
6. Larangan Membenci Istri Yang Muminah
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda :
“Janganlah suami yang mukmin benci kepada istrinya yang muminah,
jika ia membenci satu perangai dari istrinya, maka masih banyak
perangai yang lain ia senangi.”(HR Bukhari dan Muslim). Nasihat
Rasulullah ini diperuntukkan bagi suami. Ini termasuk salah satu
nasihat beliau yang sangat berharga, yang dibutuhkan oleh para suami.
faedah yang diambil dari nasihat ini adalah larangan Rasulullah bagi
suami untuk membenci istrinya karena suatu sifat tertentu. Seorang
suami hendaknya bersabar, karena dalam diri istri selain terdapat
perilaku yang buruk dan dibenci, pasti masih banyak perilaku lain yang
dia sukai.
Allah berfirman: “Dan bergaullah dengan mereka secara patut.
Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah)karena
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak.” ( An-Nisaa [4]:19). Islam
menganjurkan basa-basi antara suami dan istri, yaitu suami memuji istri
dan istri menyanjung suami, sehingga terjalinlah rasaa cinta antara
keduanya, dan supaya keduanya tidak saling menjauhi atau tidak saling
membenci. Terkadang, basa-basi dan memuji sangat diperlukan. Kamu
bisa mengatakan kepada istri, ”kamu cantik dengan gaun ini,”sehingga
menambah rasa cinta kepada suami, dan gaun itu menjadi gaun yang
paling digemarinya.
7. Hak Suami Atas Istri
Rasulullah bersabda : “Seoarng istri tidak boleh berpuasa,
sementara suaminya hadir (sedang berada di tempat atau rumah) kecuali

12
dengan izin suaminya. Hendaklah istri tidak mengizinkan orang lain
masuk rumah suaminya kecuali dengan izin suaminya. Dan hartaa yang
ia sedekahkan dari suami tanpa ada perintah dari suami, maka separoh
pahalanya untuk sang suami.”(HR Bukhari). Maksud perkataan
Rasul,”suaminya hadir” adalah ketika suaminya ada di tempat tinggal,
tidak sedang pergi. Puasa yang dilarang di sini adalah puasa sunah.
Akan halnya puasa Ramadhan,tidak ada permintaan izin. Suami atau
siapapun tidak berhak melarang istri berpuasa Ramadhan jika ia tidak
sedang berhalangan(udzur). Seandainya suami melarang istrinya
berpuasa Ramadhan, maka tidak boleh taat kepada makhluk dalam hal
maksiat kepada khaliq. Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Al-Fath
menjelaskan, ”At-Thabranimeriwayatkan hadist dari Ibnu Abbas secara
marfu’(sampai ke Nabi),di tengah hadist ditambah kalimat,’ Dan di
antara hak suami dari istrinya adalah istri tidak boleh puasa sunnah
kecuali dengan izinnya,jika istri tetap berpuasa maka puasanya tidak di
terima.’” Al-Muhallab mengatakan larangan dalam hadist tersebut
bersifat tanzih,”Tidak berpuasa sunnah ketika suami ada di tempat
termasuk salah sau etika dalm hubungan suami-istri. Istri boleh
melakukan ibadah-ibadaah sunnah tanpa izin suami selama tidak
merugikan suami dan tidak menghalangi hak-hak suami. Suami tidak
boleh membatalkan ibadah sunnah yang tengah dsuami dan tidak
menghalangi hak-hak suami. Suami tidak boleh membatalkan ibadah
sunnah yang tengah dikerjakan istri, meski tanpa seizinnya. Namun
pendapat ini bertentangan dengan zhahir hadist. Dalam hadist
disebutkan bahwa hak suami itu lebih kuat untuk dipenuhi dari pada
melakukan ibadah sunnah, karena hak suami hukumnya wajib dipenuhi.
Melaksanakan kewajiban lebih didahulukan dari melaksanakan hal
yang sunnah.
8. Suami Bisa Menjadi Surga Atau Neraka Bagi Istri
Hushain bin Muhshan berkata , ”Bibiku memberitahuku,’ Aku
datang menemui Rasulullah untuk suatu keperluan, beliau

13
bertanya,’Siapa kamu? Apakah kamu punya suami (telah menikah)?
‘Aku menjawab,’Ya’. Rasul bertanya lagi,’ Bagaiman sikapmu
kepadanya? ‘Aku menjawab,’Aku tidak berhenti berkhidmat kepadanya
sekuat tenagaku kecuali apa yang tidak mampu aku lakukan.’Rasul
berkata,’ Lihatlah, di mana kedudukanmu terhadapnya? Ia adalah
surgamu dan nerakamu.’”(HR Ahmad , Al-Hakim,An-Nasa’I dan At-
Thabrani). Dari konteks hadist ini tampak bahwa bibi Hushain bin
Muhshan menemui Rasulullah untuk suatu keperluan. Tapi Rasulullah
ingin menunjukkan perkara yang penting padanya, yaitu keutamaan
menaati suami dan mempergaulinya dengan baik. Meskipun ia tidak
menanyakan kepada Rasul sedikit pun tentang hal pernikahan, dengan
dalil bahwa Rasul bertanya, ”Apakah kamu punya suami?”
yakni,apakah kamu sudah menikah ? Dan pada perkataan Rasul,
”sesungguhnya ia (bisa jadi) surgamu dan (bias jadi) nerakamu.”
Maksudnya, ketaatan istri terhadap suami dan keridhaan suami
kepadanya menyebabkan sang istri masuk surga. Sedangkan
maksiat(kedurhakaan) seorang istri kepada suami dan kemarahan suami
kepadanya bisa menyebabkan istri nasuk neraka. Jadi, suami bisa
menjadi surge dan bisa menjadi neraka bagi istri. Banyak hadist lain
yang menganjurkan kepada istri untuk selalu taat kepada suami dan
bersikap baik kepadanya,serta mewanti-wanti istri agar tidak melawan
dan tidak durhaka kepada suami. Termasuk di dalamnya
memperingatkan istri tentang akibat-akibat kemarahan suami.
Diantaranya adalah hadist-hadist dan nasihat-nasihat Rasulullah
berikut ini:
1) Rasulullah bersabda: “Jika istri telah melaksankan kewajiban sholat
lima waktu, menjaga kemaluannya, menaati suaminya, niscaya ia
akan masuk surga dari pintu surge manapun yang ia inginkan.”(HR
Ahmad, Ibnu Hibban, dan hadist ini hasan).

14
2) Rasulullah bersabda: “Manakah wanita meninggal, sementara
suaminya ridha terhadapnya, Niscaya ia akan masuk surge.”(HR At-
Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan At-Thabrani).
3) Rasulullah bersabda: “Seorang istri yang menyakiti suaminya di
dunia, niscaya bidadari yang menjadi istri suaminya akan
mengatakan kepadanya,’Semoga Allah membalas perbuatanmu
dengan keburukan, suamimu hanyalah sebagai tamu bagimu, ia
akan meninggalkanmu dan pergi kepada kami.”(HR At-Tirmidzi
dan Ibnu Majah).
4) Rasulullah bersabda: “Dan demi Tuhan yang menjaga jiwa Nabi
Muhammad dala kuasa-Nya, seorang istri belum bisa dikatakan
telah menunaikan hak Tuhan atasnya sebelum ia memenuhi hak
suaminya.”(HR Ibnu Majah dan Al-Hakim).
5) Rasulullah bersabda: “Allah tidak akan melihat(tidak ridha) kepada
istri yang tidak berterima kasih kepada suaminya,sementara ia
masih butuh kepada suaminya.”
9. Larangan Seorang Wanita Melihat Wanita Lain, Lalu
Menggambarkannya kepada Suaminya.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwasanya Rasulullah bersabda:
“Janganlah seorang wanita melihat wanita lain, lalu meggambarkannya
apa yang ia lihat kepada suaminya, sehingga suaminya melihat sendiri.”
Al-Qabisi mengatakan, ”ini merupakan dalil bagi Iman Malik mengenai
saddudz dzara’i (mencegah timbulnya bahaya). Hikmah dari larangan
ini supaya suami tidak terpikat oleh wanita yang diceritakan istrinya.
Apakah suami tertarik oleh wanita tersebut, bisa jadi ia akan
menceraikan istrinya atau terobsesi mendapatkan wanita yang telah
digambarkan oleh istrinya sendiri.
10. Wanita Adalah Pemimpin di Rumah Suaminya
Rasulullah bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin yang
bertanggung jawab atas yang dipimpinya. Penguasa adalah pemimpin
yang bertanggung jawab atas rakyatnya, suami adalah pemimpin yang

15
bertanggung jawab atas keluarganya,istri di rumah suaminya adalah
pemimpin yang bertanggung jawab atas suami dan anak-anaknya.
Setiap kalian adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas yang
dipimpinya.” (Muttafaq’alaih). Nasihat ini membahas tentang tanggung
jawab yang besar bagi setiap pasangan suami-istri atas apa yang telah
dipercayakan kepaada mereka berdua. Seorang suami sebagai kepala
rumah tangga,tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan materi,semisal
pangan,sandang,papan,dan obat-obatan bagi keluarganya,tapi yang
lebih penting dari itu adalah tanggung jawab dalam
mendidik,mengarahkan,dan membimbing keluarga.
11. Berhiasnya seorang istri untuk suaminya agar tetap disayang Suami
Rasulullah bersabda: “Di antara kebahagian bagi suami adalah
wanita yang salehah; jika kamu melihatnya, ia akan
membahagiakanmu. Jika kamu pergi, kamu merasa aman dengannya
pada dirimu dan hartamu. Dan di antara kesedihan (bagi suami) adalah
wanita jika kamu melihatnya,ia akan menyakitimu,dan lidahnya
menjelekkanmu. Jika kamu pergi darinya, kamu tidak merasa aman
dengannya pada dirinya dan hartanya.”(HR Ibnu Hibban).
Perhatian seorang istri terhadap kecantikannya merupakan hal yang
penting dalam kehidupan rumah tangga, meski ada beberapa wanita
yang meremehkannya. Ini demi kepentingan suami. Ali bin Abi Thalib
berkata,”Wanita yang paling baik adalah yang paling wangi bau
tubuhnya, paling enak makanan yang dibuatnya. Jika berbelanja ia tidak
boros dan jika berhemat tidak pelit.” Selain penampilan yang cantik dan
menarik, lebih penting lagi adalah perilaku dan budi pekerti yang baik
adalah suatu musibah jika seorang suami mendapatkan istri yang
panjang lidah. Lidah wanita mencerminkan kecantikan atau keburukan
sifatnya. meski berwajah cantik, kalau ia suka mengucapkan kata-kata
yang melukai perasaan, maka lidahnya telah menghilangkan
kecantikannya. sebaliknya, meski wajahnya tidak cantik, tetapi
memiliki tutur kata dan akhlak yang baik, maka lidahnya akan

16
menjadikannya sebagai wanita tercantik di dunia. kecantikan yang
hakiki adalah kecantikan dalam perilaku dan budi pekerti. Kecantikan
wanita juga terletak pada rasa malunya untuk tidak mempertontonkan
keindahan tubuhnya kepada orang lain yang tidak berhak.

G. Faktor-faktor Pembentukan Keluarga Sakinah


Membina sebuah keluarga bahagia dalam rumahtangga bukanlah
suatuperkara yang mudah. Terdapat banyak faktor yang mendorong
pasangan suami istri boleh membentuk keluarga bahagia yang diredhai
Allah SWT. Antara faktor-faktor yang dinyatakan dalam kajian ini ialah
faktor suami istri, faktor keilmuan, faktor hubungan ahli kerabat, dan faktor
ekonomi.
1. Faktor Suami Istri
Suami istri merupakan tunjang utama dalam pembentukan sebuah
keluarga bahagia. Damainya sebuah institusi perkawinan itu bergantung
kepada hubungan dan peranan suami istri untuk membentuk keluarga
masing-masing. Ibu bapak atau ketua keluarga perlu memainkan
peranan terutamanya saling hormat-menghormati di antara satu sama
lain karena anak-anak akan mudah terpengaruh dengan tingkah laku
mereka. Walaupun ketenteraman rumahtangga tanpa krisis dan
kesepahaman merupakan ateri penyumbang kepada kebahagiaan
rumahtangga, tetapi tanggung jawab suami istri seharusnya tidak
ditepikan. Suami istri perlu menjalankan tanggungjawab sebagai suami,
istri, dan tanggung jawab bersama. Suami merupakan ketua keluarga
yang memainkan peranan paling penting untuk membentuk sebuah
keluarga bahagia. Suami yang bahagia ialah suami yang sanggup
berkorban dan berusaha untuk kepentingan keluarga dan rumah tangga
yaitu memberi makan makanan yang baik untuk anak-anak dan istri,
menjaga hak istri, memberi pakaian yang bersesuaian dengan pakaian
Islam, mendidik anak-anak dan istri dengan didikan Islam yang benar
serta memberi tempat perlindungan. Istri solehah ialah istri yang tahu

17
menjaga hak suami, harta suami, anak-anak, menjaga maruah diri dan
juga maruah suami serta membantu menjalankan urusan keluarga
dengan sifat ikhlas, jujur, bertimbang rasa, amanah, dan bertanggung
jawab. Tanggung jawab istri terhadap ahli keluarganya amatlah besar
dan ia hendaklah taat terhadap segala perintah suaminya selagi tidak
bertentangan dengan larangan Allah.
2. Faktor Keilmuan
Membentuk sebuah keluarga bahagia bukanlah bergantung kepada
pengalaman semata-mata. Setiap pasangan hendaklah mempunyai ilmu
pengetahuan yang kukuh dalam semua aspek dan bukannya hanya
mengutamakan ilmu perkawinan semata-mata. Pasangan perlu
memahirkan diri dalam pelbagai bidang ilmu antaranya ilmu ekonomi,
ateri, akhlak, ibadah dan sebagainya. Ilmu pengetahuan mampu
menyelesaikan segala masalah yang melanda dalam rumahtangga
secara rasionalnya. Membina sebuah keluarga bahagia dengan asas
yang kukuh terutamanya dengan pengetahuan keagamaan dapat
menjadikan individu berfikir, dan bertindak sesuai dengan fitrah
insaniah yang diberikan oleh Allah SWT. Keluarga Islam harus selalu
meningkatkan kualiti pemikiran Islam yang sebenarnya sesuai dengan
perubahan zaman.
3. Faktor Ahli Kerabat
Setiap pasangan yang telah berkahwin perlu menyesuaikan diri
dengan keadaan ahli keluarga pasangan masing-masing. Perkara ini
sangat penting supaya tidak berlaku salah faham yang boleh
mengeruhkan keharmonian rumahtangga yang baru ingin dibina. Asas
yang paling utama ialah mengadakan hubungan yang erat dengan ibu
bapa kedua-dua belah pihak. Al-Imam al-Nawawi menjelaskan bahwa
selain ibu bapak, seorang anak juga perlu menjaga hubungan
kekeluargaan dengan kerabat-kerabat sebelah ibu dan bapak. Al-
Nawawi menjelaskan bahwa seorang anak berbakti kepada ibu

18
bapaknya jika dia menjaga hubungan yang baik dengan kerabat-kerabat
mereka (Kamarul Azmi Jasmi, 2004 : 11).
Islam juga turut menggalakkan supaya diutamakan kaum kerabat
terlebih dahulu sekiranya ingin memberikan sedekah kerana melalui
cara ini ia akan dapat membantu mengeratkan hubungan kekeluargaan
disamping mendapat ganjaran pahala bersedekah.
4. Faktor Ekonomi
Pengurusan ekonomi dalam rumahtangga seharusnya tidak
dipandang remeh oleh setiap pasangan. Menurut Dr. Johari bin Mat
(1998: 12), kedudukan ekonomi yang tidak stabil menyebabkan
masalah yang akan timbul dalam rumahtangga. Masalah akan terjadi
jika suami tidak dapat ateri nafkah yang secukupnya, atau istri terlalu
mementingkan aspek material di luar kemampuan suami atau keluarga.
Sebaiknya, setiap keluarga harus mengukur kemampuan masing-masing
agar jangan sampai aspek ekonomi rumahtangga sebagai sebab
bergolaknya keluarga dan penghalang untuk membentuk sebuah
keluarga bahagia. Suami istri sepatutnya bijak dalam menyusun,
mengatur, dan merancang keuangan keluarga. Oleh karena itu,
pasangan perlu merancang setiap perbelanjaan dan bukannya hanya
mengikut tuntutan nafsu yang ingin memenuhi kehidupan aterial.
Perbelanjaan tanpa perancangan menyebabkan kehidupan sentiasa
terasa terhimpit.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Memasuki gerbang kehidupan rumah tangga laksana menapaki jalan
yang tak berujung dan tak pernah kita kenal. Kadang datar,menurun,dan
menanjak terjang,kadang lempang dan berkelok tanpa rambu maka pesan
dan nasihat Nabi pilihan bisa dijadikan cahaya pelita yang menerangi jalan.
Pernikahan merupakan ikatan antarmanusia yang paling suci. Ia harus sepi
dari keinginan-keinginan sahwati. Rasulullah membimbing dan menuntun
kita saat menentukan pasangan. Jangan terjebak oleh nafsu sesaat.
Menelusuri perjalanan yang panjang perlu teman pendamping yang bisa
saling mengingatkan. “Pilihlah wanita yang baik kehidupan beragamanya”,
ini salah satu pesan Nabi. Beliau juga memberikan bimbingan bagimana
kiat mewujudkan keluarga yang kokoh dan harmonis. Termasuk
didalamnya menuntun bagaimana menjadikan bahtera keluarga sebagai
tempat menabur amal shalih dan damai dalam Ridho Allah SWT.

B. Saran
Saran yang bisa kita sampaikan adalah agar jangan terlalu berlebihan
dengan alat komunikasi atau alat elektonik karena dapat menimbulkan
dampak yang kurang bagus buat diri kita. Maka kita akan menjadi pribadi
yang kurang peduli terhadap keadaan sekitar dan sibuk dengan urusan
sendiri sehingga kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adil Fathi Abdullah, Nasihat Pengantin, Embun Publishing, Jakarta, 2007.

Nur Atik Kasim dan Rose Faujiah.Solo. Agar Telapakmu Menjadi Surga, Indiva
Media Kreasi, 2009.

Ustadz ilham azis, Amalan doa dan dzikir untuk mendapatkan jodoh, Araska,
2011.

Ichsnudin, Agar diberi jodoh terbaik oleh Allah, Al-ihsan media utama, 2010.
http://google.com

21

Anda mungkin juga menyukai