Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN APS (Angina Pektoris Syndrom)

CCS (Canidian Cardiovaskuler Syndrom) III - IV

DISUSUN OLEH:
PSIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini.Dan terima
kasih juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu kami, serta
teman-teman yang terlibat dalam menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini berisikan tentang “Asuhan Keperawatan APS CCS III - IV”.
Makalah ini kami buat untuk menambah pengetahuan dan wawasan kami, mudah-
mudahan Makalah ini dapat kita pergunakan sebaik-baiknya untuk memahami
tentang “Asuhan Keperawatan APS CCS III - IV”.
Walaupun demikian, kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, namun kami telah berusaha menyusunnya dengan sebaik-baiknya,
Kami juga mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak, agar kami dapat
membuat Makalah yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Terakhir, Kami ucapkan Terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami, sehingga Makalah ini bisa kita pergunakan manfaatnya bersama-
sama.

Lubuk Pakam, 08 Desember 2019


Kelompok Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................ii

Daftar Isi ....................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN..........................................................................1

BAB II : KONSEP TEORI..........................................................................4

A. Defenisi............................................................................................4
B. Etiologi.............................................................................................4
C. Klasifikasi Angina Pektoris..............................................................6
D. Manifestasi klinis.............................................................................7
E. Patofisiologi.....................................................................................8
F. Pemeriksaan penunjang...................................................................9
G. Penatalaksanaan medic....................................................................9

BAB III : TINJAUAN KASUS.................................................................10

BAB IV : PENUTUP.................................................................................43

A. Kesimpulan....................................................................................43
B. Saran .............................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit arteri koroner adalah penyakit yang berhubungan dengan kerusakan
pada arteri k o r o n e r s e p e r t i a n g i n a p e c t o r i s d a n i n f a r k m i o k a r d
y a n g d i s e b u t d e n g a n a c u t e c o r o n a r y  sindrom. Istilah acute coronary
biasanya digunakan untuk menggambarkan gejala klinis pada  pasien dengan
iskemia miokard akut. Istilah angina berasal dari bahasa latin yang artinya
tersumbat. Angina pectoris adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan akibat penyakit arteri
koronari. (Morton. 2009).
Angka kematian angina pectoris tergolong rendah tetapi penyakit
ini suatu masalah yang harus diatasi karena dapat menimbulkan
beberapa komplikasi seperti nyeri dada, sesak napas dan perasaan
lelah. Apabila komplikasi ini tidak segera diatasi dapat mempengaruhi
serangan infark miokard yang dapat mempercepat kematian.Peran perawat
dalam penanganan masalah angina pectoris tergantung pada kerja sam
yang baik antara perawat, pasien, dan keluarga. Maka perawatan pada
penderita yang dapat diberikan secara komprehensif yaitu
d e n g a n m e m b a t a s i a k t i f i t a s u n t u k m e n g u r a n g k e r j a  jantung dan
mengurangi rasa nyeri. Selain itu tindakan lainnya dapat berupa pengaturan pola
makan! mengurangi merokok dan stress emosional.
Di Amerika Serikat didapatkan bahwa kurang lebih 50 % dari penderita
PJKmempunyai manifestasi awal Angina Pectoris Stabil ( APS ). Jumlah pasti
penderita angina pectoris ini sulit diketahui. Dilaporkan bahwa insidens angina
pectoris pertahun padapenderita diatas usia 30 tahun sebesar 213 penderita per
100.000 penduduk. Asosiasijantung Amerika memperkirakan ada 6.200.000
penderita APS ini di Amerika serikat. Tapidata ini nampaknya sangat kecil
biladibandingkan dengan laporan dari dua studi besar dari Olmsted Country dan
Framingham,yang mendapatkan bahwa kejadian infark miokard akut sebesar 3%
sampai 3.5% daripenderita APS pertahun, atau kurang lebih 30 penderita APS

2
untuk setiap penderita infarkmiokard akut Mengingat banyaknya jumlah penderita
APS dan kerugian yang ditimbulkannya terutama secara ekonomi, diperlukan
penatalaksanaan yang lebih komprehensif.
Tetapi APS terutama ditujukan untuk menghindarkan terjadinya
infarkmiokard akut dan kematian sehingga meningkatkan harapan hidup, serta
mengurangisymptom dengan harapan meningkatnya kualitas hidup.
Pada penderita yang berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan awal
didapatkan kemungkinan sedang atau tinggi untuk menderita suatau PJK perlu
dilakukan test secara non invasif maupun invasive untuk memastikan diagnosa
serta menentukan stratifikasi resiko.
Penderita APS dengan resiko tinggi atau resiko sedang yang kurang berhasil
dengan terapi standart, perlu dilakukan tindakan revaskularisasi, terutama bila
penderita memang menghendaki. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mampu menerapkan keperawatan pada klien dengan angina
pectoris stabil.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan APS (Angina Pektoris stabil)?
2. Apa faktor-faktor penyebab dari APS (Angina Pektoris stabil)?
3. Bagaimana patofisiologi dari APS (Angina Pektoris stabil)?
4. Apa saja klasifikasi APS (Angina Pektoris stabil) menurut CCS ?
5. Apa bentuk manifestasi dari APS (Angina Pektoris stabil)?
6. Bagaimana penatalaksaan dari APS (Angina Pektoris stabil)?
7. Apa saja pemeriksaan dari APS (Angina Pektoris stabil)?
8. Bagaimana memberikan asuhan keperawatan APS (Angina Pektoris stabil)
CCS III – IV ?

BAB II

3
PEMBAHASAN
A. Definisi
Angina pektoris adalah nyeri dada intermiten yang disebabkan oleh iskemia
miokard yang reversibel dan sementara.(Kumar,dkk.2007).
Angina pektoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respons terahadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel
miokardium. ( Corwin, Elizabeth J. 2009).
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat
serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang
seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan
segera hilang bila aktifitas berhenti.(Sjaifoellah Noer, 2001).Angina Pektoris
merupakan nyeri dada sementara atau perasaan tertekan (kontriksi ) didaerah
jantung. ( Brenda Walters. 2003 ).
Angina pektoris adalah nyeri dada yang disebabkan oleh tidak adekuatnya
aliran oksigen terhadap miokardium.( Maryllin E. Doengoes. 2002).Angina
pektoris merupakan suatu penyakit berbahaya yang timbul karena penyempitan
arteri yang menyalurkan darah ke otot-otot jantung (John F.Knight. 2001).

B. Etiologi
Menurut Kumar,dkk.2007 penyebab terjadinya angina pectoris adalah :
1. Ateriosklerosis
2. Spasme arteri koroner
3. Anemia berat
4. Artritis
5. Aorta Insufisiensi

Adapun factor yang menpengaruhi terjadinya angina pectoris Menurut


Muttaqin (2009) ada lima faktor risiko yang dapat diubah (modifiable) yaitu
merokok, hipertensi, hiperglikemia, kolesterol darah tinggi, dan pola tingkah laku.

1. Merokok

4
Merokok dapat memperparah dari penyakit koroner diantaranya
karbondioksida yang terdapat pada asap rokok akan lebih mudah mengikat
hemoglobin dari pada oksigen, sehingga oksigen yang disuplai ke jantung
menjadi berkurang. Asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan
katekolamin yang menyebabkan konstriksi arteri dan membuat aliran
darah dan oksigen jaringan menjadi terganggu. Merokok dapat
meningkatkan adhesi trombosit yang akan dapat mengakibatkan
kemungkinan peningkatan pembentukan thrombus.

2. Hipertensi
Tekanan darah tinggi merupakan juga faktor risiko yang dapat
menyebabkan penyakit arteri koroner. Tekanan darah yang tinggi akan
dapat meningkatkan gradien tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel
kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi yang terus menerus
menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.

3. Kolesterol darah tinggi


Tingginya kolesterol dengan kejadian penyakit arteri koroner memiliki
hubungan yang erat. Lemak yang tidak larut dalam air terikat dengan
lipoprotein yang larut dengan air yang memungkinkannya dapat diangkut
dalam system peredaran darah. Tiga komponen metabolisme lemak,
kolesterol total, lipoprotein densitas rendah (low density lipoprotein) dan
lipoprotein densitas tinggi (high density lipoprotein). Peningkatan
kolestreol low density lipoprotein (LDL) dihubungkan dengan
meningkatnya risiko koronaria dan mempercepat proses arterosklerosis.
Sedangkan kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL) yang tinggi
berperan sebagai faktor pelindung terhadap penyakit arteri koronaria
dengan cara mengangkut LDL ke hati, mengalami biodegradasi dan
kemudian diekskresi (Price, 1995).

4. Hiperglikemia

5
Pada penderita diabetes mellitus cenderung memiliki prevalensi
aterosklerosis yang lebih tinggi, hiperglikemia menyebabkan peningkatan
agregasi trombosit yang dapat menyebabkan pembentukan thrombus.

5. Pola perilaku
Pola hidup yang kurang aktivitas serta stressor psikososial juga ikut
berperan dalam menimbulkan masalah pada jantung. Rosenman dan
Friedman telah mempopulerkan hubungan antara apa yang dikenal sebagai
pola tingkah laku tipe A dengan cepatnya proses aterogenesis. Hal yang
termasuk dalam kepribadian tipe A adalah mereka yang memperlihatkan
persaingan yang kuat, ambisius, agresif, dan merasa diburu waktu. Stres
menyebabkan pelepasan katekolamin, tetapi masih dipertanyakan apakah
stres memang bersifat aterogenik atau hanya mempercepat serangan.

C. Klasifikasi Angina Pektoris


Adapun klasifikasi angina pectoris menurut Kumar,dkk.2007 adalah:
a. Angina pektoris stabil kronis / tipikal :Mengacu pada nyeri dada episodik
saat pasien berolahraga atau mengalami bentuk stress lainnya. Angina
pektoris stabil biasanya disebabkan oleh penyempitan ateroskelrotik tetap
( biasanya 75% atau lebih )satu atau lebih arteri koronaria.

b. Angina varian ( Prinzmetal ) : Rasa tidak enak pada dada, terjadi pada saat
istirahat atau membangunkanpasien tidur. Angina varian disebabkan oleh
spasme fokal dari koronaria epikardial yang proksimal. Terdapat obstruksi
arteri koronaria arterosklerotik, dalam kasus vasospasme terjadi dekat lesi
stenotik.

c. Angina pektoris tidak stabil : Angina pektoris tidak stabil dapat dicetuskan
oleh suatu keadaan ekstrinsik terhadap lapisan vaskular koroner yang
memperhebat iskemia miokardial, seperti anemi, demam, infeksi
takiaritmia, stres emosional atau hipoksemi, dan dapat juga setelah infark
miokardial spasme segmental disekitar bercak ( plaque arterosklerotik )

6
juga dapat memainkan suatu peranan dalam perkembangan angina yang
tidak stabil. Pasien dapat dikatakatakan Angina pektoris tidak stabil :
1) Pasien dengan angina yang baru mulai ( < 2 bulan ) yang hebat atau
sering (> atau = 3 episoda tiap hari).
2) Pasien dengan angina dipercepat : angina stabil kronis yang
mengembangkan angina secara nyata lebih sering,
hebat,berkepanjangan
3) Mereka dengan angina saat istirahat.

Klasifikasi angina pectoris berdasarkan CCS


(Canadian Cardiovascular Society)
Kelas
1  Aktivitas normal tidak menyebabkan angina
 Angina timbul pada saat aktivitas berat, cepat atau aktivitas yang
berkepanjangan
2  Sedikit gangguan saat aktivitas normal
 Angina timbul saat berjalan cepat, atau menaiki tangga dengan
cepat, latihan setelah makan, stress emosianal
3  Keterbatasan berat pada aktivitas fisik sehari-hari
 Angina timbul saat berjalan 100-200 atau menaiki anak tangga
setinggi satu lantai
4  Pasien tidak dapat melakukan aktivitas apapun
 Angina timbul saat istirahat

D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang sering timbul pada khasus angina pectoris menurut
Corwin, Elizabeth J. 2009 adalah :
1. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan
daerah inter skapula atau lengan kiri.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
3. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.
4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.

7
5. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat
dingin, palpitasi, dizzines.
6. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.

E. Patofisiologi

F. Pemeriksaan Penunjang

8
1. Elektokardiografi ( EKG )
2. Ekokardiografi
3. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan troponin T atau I dan
pemeriksaan CK-MB
4. Fhoto Thorax : biasanya normal, namun infiltrate mungkin ada
menunjukan dekompesasi jantung atau paru-paru
5. Angiografi koroner : Menggambarkan penyempitan / sumbatan arteri
koroner dan biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan
serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi).
6. Digital substraction angiography (DSA) : Teknik yang digunakan untuk
menggambarkan status penanaman arteri dan untuk mendeteksi penyakit
arteri perifer.
7. Nuclear magnetic esomance (NMR) : Memungkinkan visualisasi aliran
darah , serambi jantung atau katup ventrikel, lesi ventrikel, pembentukan
plak, area nekrosis / infark, dan bekuan darah.

G. Penatalaksanaan Medik
Menurut Sudoyo, Aru W. 2009 penatalaksanannya yang sering dilakukan
adalah:
1. Therapy farmakologi
2. Therapy non-farmakolog
3. Tindakan revaskularisasi pembuluh koroner atau PCI (Percutaneous
Coronary Intervention )

9
BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulisan akan menyelesaikan laporan kasus pemenuhan


kebutuhan dasar pada klien dengan APS (Angina Pectoris Syndrom ) CCS III -
IV di Ruangan 5B (5 Belakang) dan CVCU (Cardiovaskuler care unit) Rumah
Sakit GrandMed. Proses pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar selama empat
hari dari tanggal 04 Desember sampai 07 Desember 2019. Dalam melengkapi
data ini penulis mengadakan wawancara dengan pasien, keluarga pasien dan tim
perawat di ruangan. Selain itu juga memperoleh data-data dari catatan medis dan
catatan keperawatan serta didapatkan hasil Observasi langsung serta pemeriksaan
fisik.
Klien masuk di ruangan 5B ( 5 belakang ) pada hari, 04 Desember 2019,
saat datang ke ruangan 5B, kesadaran compos mentis, GCS: E: 4, M: 6 V: 5 total
15, Hasil TTV TD: 140/80 mmHg, N: 87 x/menit, RR : 26 x/menit, S : 36,8 °C.
Pasien datang dari ruangan 5B kemudian dilakukan assesmen rawat inap
didapatkan hasil pengkajian dengan keluhan lemas, nyeri dada kiri hingga tembus
kepunggung kiri menjalar kelengan, tidak teratur onset 10 – 15 menit ± 6 bulan,
pasien tampak menangis kesakitan, keringat dingin, sesak (+), tengkuk terasa
sakit, mual (-), muntah (-) pasien tidak mampu beraktivitas seperti biasanya
BAB/BAK (+).

A. Pengkajian
1. Identitas Diri
Identitas pasien
Nama : Tn. S
Kelamin : Laki-Laki
Umur : 50 Tahun
Alamat : Bandar Bener Meriah, Aceh
Suku/Bangsa : Gayo/Indonesia
Pendidikan : SMA
Status : Kawin

10
Pekerjaan : Petani

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. S
Alamat : Bandar Bener Meriah, Aceh
Hub Keluarga : Anak

2. Keluhan utama : Nyeri dada kiri tembus ke


punggung kiri hingga menjalar ke tangan nyeri tidak teratur
onset 10 – 15 menit.

3. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mengatakan keringat dingin,


sesak (+), tengkuk terasa sakit, nafas terasa sesak, mual (-) pasien tidak
mampu beraktivitas seperti biasanya.

4. Riwayat penyakit terhadahulu : Pasien dirawat di RSUD. Muyang


Kute dengan sakit Jantung, dan Hipertensi

5. Riwayat alergi : Tidak ada

6. Pola aktivitas
a. Pola Nutrisi
Sebelum sakit pasien mengatakan makan 2 x sehari itu sudah menjadi
pola kebiasaan pasien. Setelah sakit Pasien mengatakan nafsu makan
berkurang, 1 porsi makanan ML Diet jantung (DJ) pasien hanya
menghabiskan ½ porsi.

b. Pola Eliminasi
Sebelum sakit BAK lancar warna kuning jernih. BAB 1 x sehari,
warna kuning, berbau, konsistensi lembek. Setelah sakit BAB 1 x
sehari, warna kuning, berbau, konsistensi lembek pasien
menggunakan Diapers dalam memenuhi kebutuhan eliminasi.

11
c. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit Pasien tidur dengan nyenyak selama kurang lebih 7 jam
per hari, Setelah sakit Pasien dapat tidur walaupun kualitas dan
kuantitas tidurnya berkurang 5-6 jam.

d. Pola kebersihan diri


Sebelum sakit pasien masih mampu mandi 2 kali sehari, menggosok
gigi, dan mencuci rambut. Setelah masuk rumah sakit personal hygine
dibantu perawat sepenuhnya di atas tempat tidur.

e. Pola persepsi diri


Sebelum MRS kebiasaan pasien merokok 1 bks/hari, pasien sudah
merokok selama 30 tahun. Pasien tampak kooperatif ketika berbicara
dengan perawat. Selama MRS pasien tidak merokok. Pasien tampak
ramah, suasana yang membuat pasien bahagia ketika dikunjungi oleh
keluarganya .

1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umun dan tingkat kesadaran : KU : lemas, tingkat kesadaran :
composmestis E: 4 V: 5 M: 6
b. Tanda – tanda vital
Tekanan Darah :159/96 mmHg
Nadi :94 x/m
Suhu : 36,8°C
RR : 26x/m
Antropometri Rumus IWL
BB : 60 Kg 15 x BB
TB : 159 Cm 24

c. Pemeriksaan wajah
1) Mata
kelengkapan dan kesimetrisan mata (+)

12
Kelopak mata/ palpebra odem (+/-)
Ptosis/ dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka (-)
Peradangan (-)
Luka (-)
Benjolan (-)
Bulu mata (tebal dan tidak rontok)
Konjungtiva dan sclera perubahan (anemis)
Warna iris (hitam)
Reaksi pupil terhadap cahaya ( miosis)
Pupil (isokor)
Kornea (hitam)

2) Hidung
Inspeksi dan palpasi : hidung tampak simetris, amati meatus :
perdarahan (-) , kotoran (-), pembengkakan (-) , pembesaran/ polip
(-), upaya bernafas dengan ala nasi (-)

3) Mulut
Inspeksi bibir : tidak terdapat kelainan konginetal, warna bibir
terlihat pucat, mukosa bibir lemab, terdapat caries pada gigi, tidak
memakai gigi palsu, lidah tampak pucat.

4) Telinga
Inspeksi bentuk telinga kanan dan kiri simetris, tidak terdapat lesi
maupun terasa nyeri tekan, peradangan (-), penumpukan serumen
(-).

d. Pemeriksaan kepala dan leher


1) Kepala
Inspeksi dan palpasi bentuk kepala dolicepalus/lonjong,
kesimetrisan (+), luka (-) kulit kepala tampak bersih,
pembengkakan (-), tidak terdapat nyeri tekan.

13
2) Leher
Inspeksi dan palpasi kesimetrisan (+), peradangan (-), jaringan
parut (-), pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid
(-), posisi trakea simetris.

e. Pemeriksaan thorax/ dada


Inspeksi : bentuk thoraks normal chest susunan ruas tulang
belakang normal, kesimetrisan dada (+) keadaan kulit (lembab oleh
keringat), retraksi otot bantu pernafasan (-),
Palpasi : pemeriksaaan taktil/ vocal femitus getaran antara
kanan dan kiri teraba sama.
Perkusi : area paru paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi
ataupun wheezing. RR : 26 x/mnt

f. Pemeriksaan jantung
Nyeri dada sebelah kiri,
Palpasi : pulsasi pada dinding thorak teraba kuat,
HR : 94 x/mnt
Auskultasi :S1 dan S2 terdengar tunggal, keras dan
irama jantung tidak teratur, tidak ada bunyi jantung tambahan,

g. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar, massa/benjolan (-)
Kesimetrisan (+).
Auskultasi : frekuensi peristaltic usus 12 x/mnt
Palpasi : abdomen tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada
pembesaran. Suara abdomen timpani.

h. Pemeriksaan genetalia
Inspeksi : Genetalia rambut pubis bersih, tidak
terdapat lesi, tidak terdapat benjolan, lubang uretra tidak tersumbat.

14
Palpasi : penis tidak terdapat nyeri tekan, scrotum
dan tetis tidak terdapat benjolan.

i. Pemeriksaan punggung dan tulang belakang


Inspeksi : tidak terdapat lesi dan kelainan bentuk
tulang belakang, tidak terdapat fraktur.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.

j. Pemeriksaan ekstremitas/ muskulosceletal


Inspeksi : otot antar sisi kanan dan kiri simetris, kaki
kanan dan kiri terlihat simetris
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

k. Pemeriksaan fungsi pendengaran


Tidak ada gangguan pada fungsi pendengaran.

l. Pemeriksaan neurologis
GCS (Glasgow coma scale) : E : 4 V: 5 M: 6 setelah dilakukan
scoring maka dapat diambil kesimpulan : composmentis.

m. Pemeriksaan integument
Inspeksi : tidak terdapat lesi dan jaringan parut
Palpasi : turgor kulit baik (elastis), kulit tampak lembab
akibat keringat.

n. Penilaian nyeri
Provocation (pemicu/penyebab) : Serangan Jantung
Quality (kualitas nyeri) : kuat
Region (lokasi) : dada
Severity (skala nyeri) :6-7
Time (durasi, frekuensi) : tidak teratur

15
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan pada tanggal 04 Desember 2019, hasil pemeriksaan dari IGD
Darah lengkap

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


Hemoglobin L 12,7 13,0-18,0
Eritrosit 5.07 4,50-6,50
Leukosit 6.50 4,0-11,0
Trombosit 296 150 - 450
Hematokrit 40,3 39,0 – 54,0

Pemeriksaan Faal Ginjal

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


Ureum L 13,0 16,6-48,5
Kreatinin 0,76 0,67-1,17

Pemeriksaan kimia darah

Pemeriksaan Hasil
CKMB 2,71
Troponin T 240
APTT
 kontrol 38,4
 Pasien 28,0

PT
 Control 12,6
 Pasien 10,5
 INR
0,90

TT
 Control 19,3
 Pasien 11,4

HIV Non reaktif


HBSAG Non reaktif
Anti HIV Non reaktif

16
3. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan pada tanggal 04 Desember 2019, pemeriksaan dari IGD

Interpretation :

Probably MI (anterior), left anterior hemiblock, occasional premature ventricular


complexes, left axis deviation, ST-segmen depression (lateral), ST-segmen
elevation (anterior), negative T-wave (lateral).

Pemeriksaan pada tanggal 05 Desember 2019, pemeriksaan dari 5B

Interpretation :

Atrial fibrillation irregular A-activity, left anterior fascicular block init forces inf,
LVH with secondary repolarization abnormality multi – LVH criteria, abnormal
ST- T, anterior infarct abnormal ST- T, V2 – V5.

Pemeriksaan pada tanggal 05 Desember 2019, pemeriksaan dari Cath Lab


Post PCI.

17
Interpretation :

Sinus rhythm normal P axis, probable left atrial enlargement, left anterior
fascicular block, LVH with secondary repolarization abnormality multi- LVH
criteria, abnormal ST-T, anterior infarct, acute (LAD).

Pemeriksaan pada tanggal 05 Desember 2019, pemeriksaan dari CVCU

Interpretation :

Acute MI, Atrial flutter with predominant AV block, left anterior fascicular block,
LVH with secondary repolarization abnormality multi – LVH criteria, abnormal
ST-T, anterior infarct, acute (LAD) v2 –v5, artifact in lead(s) I, II, aVR, aVl, aVf.

4. Pemeriksaan Coronary Angiography


Pemeriksaan pada tanggal 05 Desember 2019, pemeriksaan dari Cath Lab

18
Findings :

APS CCS III – IV

LM baik, LAD Stenosis 80 – 90 % panjang di mid, LCx kecil, CTO diprocimal,


kolateral dari Ipsi dan kolateral, RCA Dominant, Aneurism di mid, Anjuran PCI
LAD.

Pemeriksaan pada tanggal 05 Desember 2019, pemeriksaan dari Cath Lab


post PCI

Findings :

APS CCS III – IV

Kanulasi LCA dengan guiding XB 3.0/6F, Wire rianto menembus lesi hingga ke
distal LAD, predilatasi dengan ballon sapphire 2.0 x 20mm (14 atm 4x), injeksi
NTG 200 Mcg (intracoroner), pasang 1 DES promus 3.0 x 32mm (18 atm), post
dilatasi dengan ballon sapphire NC 3.0 x 12mm (20 – 26 atm), hasil baik TIMI
Flow III.

B. Analisa Data

No Symptom Etiologi masalah


.
1 DS : pasien mengatakan sakit di dada Aterosklerosis Nyeri akut
kiri tembus ke punggung kiri

19
menjalar hingga ke tangan. Penyempitan
/obstruksi arteri
koroner
DO : pasien tampak menangis
menahan sakit.
Beban kerja
P : nyeri dada (serangan jantung) jantung ↑
Q : kuat
R : dada kiri Arteri coroner
tidak dapat
S:6-7
berdilatasi
T : tidak teratur

Suplai O2 (-)

Proses glikolisis
anaerob ↑

↑ Terbentuknya
asam laktat

Menyentuh ujung
ujung resptor

Dipersepsikan

Nyeri dada

2 DS : Pasien mengatakan badanya Aterosklerosis Intoleransi


lemas, pasien mengatakan nafasnya aktivitas
sesak
DO : pasien tidak mampu Penyempitan
beraktivitas sacara mandiri /obstruksi arteri
Hb : 12,7 gr/dL koroner
T.T.V
TD :159/96 mmHg
Beban kerja
Nadi : 94 x/m

20
Suhu : 36,8°C jantung ↑
RR : 26x/m
Arteri coroner
tidak dapat
berdilatasi

Suplai O2 (-)

↓ kontraktilitas
miokard

Kelemahan
miokard

Suplai darah
kejaringan tak
adekuat

Kelemahan fisik

3 DS : Pasien mengatakan keringat Aterosklerosis Penurunan


dingin, nyeri pada dada kiri curah
jantung
DO : klien tampak menangis Penyempitan
kesakitan, /obstruksi arteri
RR : 26 x/mnt, koroner
CKMB : 2,71
Troponin T : 240
Coronary angiography : LAD Beban kerja
stenosis 80 – 90 % jantung ↑

Arteri coroner
tidak dapat
berdilatasi

Suplai O2 (-)

Iskemia

21
↓ kontraktilitas
miokard

Kelemahan
miokard

Volume akhir
diastolic ventrikel
kiri ↑

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d nyeri dada
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan/kelelahan
3. Penurunan curah jantung b/d perubahan irama jantung

D. Intervensi keperawatan

Hari/ No Diagnosis NIC NOC


tanggal keperawatan
Rabu / 1 Nyeri akut. 1. Pain 1. Pain level
04 –12 Setelah dilakukan management 2. Pain
2019 tindakan keperawatan 2. Analgesic control
1 X 24 jam administrati 3. Comfort
diharapkan nyeri akut on level
berkurang Aktivitas
keperawatan kriteria hasil :
mandiri 1. Pasien
1. Kaji tingkat menyampai
nyeri pasien kan nyeri
2. Kaji factor berkurang/h
yang dapat ilang.
meringankan 2. Ekspresi
atau wajah
memperberat biasa, tidak
nyeri menunjuka
3. Lakukan n rasa nyeri
perubahan 3. Sikap tubuh
posisi untuk tenang,

22
meninngkatk tidak
an rasa menunjuka
nyaman n nyeri
4. Jaga 4. Tanda
lingkungan tanda vital
untuk tetap dalam batas
nyaman normal

Aktivitas
Kolaborasi
1. Pasang IV
line (3 way)
2. Pemberian
therapy oleh
dokter DPJP
- ISDN
3x5mg
- Diovan
1x80mg
- Concor
1x2,5mg
- Clopidogr
el
1x75mg
- Atorvasta
tin
1x20mg
- Furosemi
d
20mg/12j
3. Cek lab

Rabu / 2 Intoleransi aktivitas Activity therapy 1. Activity


04 /12 / Setelah dilakukan tolerance
2019 tindakan keperawatan Aktivitas 2. Self care
1 X 24 jam keperawatan ADLs
diharapkan Intoleransi mandiri
aktivitas tidak ada 1. Kaji kriteria hasil :
kemampuan 1. Menunjuka
pasien untuk n
melakukan peningkatan
aktivitas toleransi
normal, catat, aktivitas
laporan 2. TTV dalam
kelemahan, batas
keletihan normal
2. Observasi 3. Kulit
TTV hangat,

23
3. Anjurkan tidak ada
pasien untuk sianosis
bedrest
selama
keluhan
masih ada
4. Batasi
aktivitas/
latihan secara
bertahap
5. Ubah posisi
pasien
dengan
perlahan dan
pantau
keluhan yang
timbul
selama
beraktivitas
6. Berikan
bantuan
sesuai
kebutuhan
pasien
7. Bantu pasien
dalam
memenuhi
aktivitas di
tempat tidur

Aktivitas
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
dalam
pemberian O2
2 Liter
dengan nasal
kanul
1.
Rabu / 3 Penurunan curah 1. Cardiac Circulation
04 /12 / jantung care status
2019 2. Vital sign Vital sign
Setelah dilakukan monitoring status
tindakan keperawatan
1 X 24 jam diharapkan Aktivitas Criteria hasil :
penurunan curah keperawatan 1. Hemodina
jantung tidak ada mandiri: mik stabil
1. Pantau TTV 2. Pasien

24
2. Monitor sadar dan
irama orientasi
jantung baik
3. Pertahankan 3. Tidak
IV line (3 ditemukan
way) gejala gagal
4. Ukur dan jantung
monitor 4. Balance
balace cairan
cairan/ 24 dalam batas
jam normal
5. Batasi
aktivitas
fisik

Aktivitas
Kolaborasi :
1. Pemeriksaan
EKG
2. Rencana PCI
3. Kolaborasi
dengan Gizi

Kamis/ 1 Nyeri akut. 1. Cardiac 1. Pain level


05/12/2 Setelah dilakukan care 2. Pain
019 tindakan keperawatan 2. Vital sign control
1 X 24 jam diharapkan monitoring 3. Comfort
nyeri akut berkurang Aktivitas level
keperawatan
mandiri kriteria hasil :
1. Kaji tingkat 1. Pasien
nyeri pasien menyampai
2. Kaji factor kan nyeri
yang dapat berkurang/h
meringankan ilang.
atau 2. Ekspresi
memperberat wajah
nyeri biasa, tidak
3. Lakukan menunjuka
perubahan n rasa nyeri
posisi untuk 3. Sikap tubuh
meninngkatk tenang,
an rasa tidak
nyaman menunjuka
4. Jaga n nyeri
lingkungan 4. Tanda
untuk tetap tanda vital
nyaman dalam batas

25
normal
Aktivitas
Kolaborasi
1. Pemberian
therapy oleh
dokter DPJP
- ISDN
3x5mg
- Diovan
1x80mg
- Concor
1x2,5mg
- Clopidogr
el
1x75mg
- Atorvasta
tin
1x20mg

Kamis/ 2 Intoleransi aktivitas Activity therapy 1. Activity


05/12/2 Setelah dilakukan tolerance
019 tindakan keperawatan Aktivitas 2. Self care
1 X 24 jam diharapkan keperawatan ADLs
Intoleransi aktivitas mandiri
tidak ada 1. Kaji kriteria hasil :
kemampuan 1. Menunjuka
pasien untuk n
melakukan peningkatan
aktivitas toleransi
normal, catat, aktivitas
laporan 2. TTV dalam
kelemahan, batas
keletihan normal
2. Observasi 3. Kulit
TTV hangat,
3. Anjurkan tidak ada
pasien untuk sianosis
bedrest
selama
keluhan
masih ada
4. Batasi
aktivitas/
latihan secara
bertahap
5. Ubah posisi
pasien
dengan

26
perlahan dan
pantau
keluhan yang
timbul
selama
beraktivitas
6. Berikan
bantuan
sesuai
kebutuhan
pasien
7. Bantu pasien
dalam
memenuhi
aktivitas di
tempat tidur

Aktivitas
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
dalam
pemberian O2
3 Liter
dengan nasal
kanul
2. Pindah
ruangan ke
CVCU
Kamis/ 3 Penurunan curah 1. Cardiac Circulation
05/12/2 jantung care status
019 2. Vital sign Vital sign
Setelah dilakukan monitoring status
tindakan keperawatan
1 X 24 jam diharapkan Aktivitas Criteria hasil :
penurunan curah keperawatan Hemodinamik
jantung tidak ada mandiri: stabil
1. Pantau TTV 1. Pasien
2. Monitor sadar dan
irama orientasi
jantung baik
3. Pertahankan 2. Tidak
IV line (3 ditemukan
way) gejala gagal
4. Ukur dan jantung
monitor 3. Balance
balace cairan

27
cairan/ 24 dalam batas
jam normal
5. Batasi
aktivitas
fisik
6. Infomt
concent
dengan
pasien dan
keluarga

Aktivitas
Kolaborasi :
1. Pemeriks
aan EKG
2. Kolabora
si dengan
Gizi
3. Cek ACT
4. Rencana
tindakan
PCI hari
ini
persiapan
obat
loading.
- Aptor
200mg/
pukul
8.30
- Plavix
300mg/
pukul
8.30
- Lipilor
80mg/
pukul
8.30
- Plavix
300 mg/
pukul
11.00
5. Anjurkan
pasien puasa
mulai pukul :
11.00 untuk
melakukan

28
tindakan PCI
6. PCI
terpasang 1
stent luas
sumbatan 80-
90 % di arteri
koronary

Jumat / 1 Nyeri akut. 1. Pain 1. Pain level


06/12/2 Setelah dilakukan management 2. Pain
019 tindakan keperawatan 2. Analgesic control
1 X 24 jam diharapkan administrati 3. Comfort
nyeri akut berkurang on level
Aktivitas
keperawatan kriteria hasil :
mandiri 1. Pasien
1. Kaji tingkat menyampai
nyeri pasien kan nyeri
2. Kaji factor berkurang/h
yang dapat ilang.
meringankan 2. Ekspresi
atau wajah
memperberat biasa, tidak
nyeri menunjuka
3. Lakukan n rasa nyeri
perubahan 3. Sikap tubuh
posisi untuk tenang,
meninngkatk tidak
an rasa menunjuka
nyaman n nyeri
4. Jaga 4. Tanda
lingkungan tanda vital
untuk tetap dalam batas
nyaman normal

Aktivitas
Kolaborasi
1. Pemberian
therapy oleh
dokter DPJP
- ISDN
3x5mg
- Diovan
1x80mg
- Concor

29
1x2,5mg
- Clopidogr
el
1x75mg
- Atorvasta
tin
1x40mg
- Aptor
1x100mg
- Furosemi
d
20mg/12j

Jumat / 2 Intoleransi aktivitas Activity therapy 1. Activity


06/12/2 Setelah dilakukan tolerance
019 tindakan keperawatan Aktivitas 2. Self care
1 X 24 jam diharapkan keperawatan ADLs
Intoleransi aktivitas
mandiri
tidak ada 1. Anjurkan kriteria hasil :
pasien untuk 4. Menunjuka
bedrest n
2. Informasikan peningkatan
pada pasien toleransi
untuk tidak aktivitas
menekuk 5. TTV dalam
kaki sebelah batas
kanan pasien normal
biasa 6. Kulit
menekuk hangat,
kaki pukul tidak ada
16.00 sianosis
3. Bantu pasien
memenuhi
aktivitasnya
ditempat
tidur
4. Pindah
ruangan ke
5B pukul
18.30
Jumat / 3 Penurunan curah 1. Cardiac Circulation
06/12/2 jantung care status
019 2. Vital sign Vital sign
Setelah dilakukan monitoring status
tindakan keperawatan
1 X 24 jam diharapkan Aktivitas Criteria hasil :
penurunan curah keperawatan Hemodinamik
jantung tidak ada mandiri: stabil

30
1. Pantau TTV 1. Pasien
2. Monitor sadar dan
irama orientasi
jantung baik
3. Pertahankan 2. Tidak
IV line ditemukan
- Nacl gejala gagal
0,9% 10 jantung
cc/jam 3. Balance
4. Ukur dan cairan
monitor dalam batas
balace normal
cairan/ 24
jam
5. Batasi
aktivitas
fisik
6. Berikan
bantal pasir
setelah di aff
stent
7. Lakukan
perawatan
pada lokasi
post PCI

Aktivitas
Kolaborasi :
1. Pemeriksaan
EKG
2. Kolaborasi
dengan Gizi
3. Aff stent
pukul 10.00

sabtu / 1 Nyeri akut. 1. Pain 1. Pain level


07/12/2 Setelah dilakukan management 2. Pain
019 tindakan keperawatan 2. Analgesic control
1 X 24 jam diharapkan administrati 3. Comfort
nyeri akut berkurang on level
Aktivitas
keperawatan kriteria hasil :
mandiri 1. Pasien
1. Kaji tingkat menyampai
nyeri pasien kan nyeri
2. Kaji factor berkurang/h
yang dapat ilang.
meringankan 2. Ekspresi

31
atau wajah
memperberat biasa, tidak
nyeri menunjuka
3. Lakukan n rasa nyeri
perubahan 3. Sikap tubuh
posisi untuk tenang,
meninngkatk tidak
an rasa menunjuka
nyaman n nyeri
4. Jaga 4. Tanda
lingkungan tanda vital
untuk tetap dalam batas
nyaman normal

Aktivitas
Kolaborasi
2. Pemberian
therapy oleh
dokter DPJP
- Furosemid
1x 40mg
- ISDN
3x5mg
- Concor
1x5mg
- Clopidogr
el
1x75mg
- Atorvasta
tin
1x40mg
- Aptor
1x100mg
- Spironola
cton
1x25mg
- Vaisartan
1x40mg
sabtu / 2 Intoleransi aktivitas 1. Pain 1. Activity
07/12/2 Setelah dilakukan management tolerance
019 tindakan keperawatan 2. Analgesic 2. Self care
1 X 24 jam diharapkan administrati ADLs
Intoleransi aktivitas on
tidak ada Aktivitas kriteria hasil :
keperawatan 1. Menunjuka
mandiri n
1. Bantu pasien peningkatan
untuk toleransi

32
memenuhi aktivitas
aktivitasny 2. TTV dalam
2. Kaji batas
kemampuan normal
pasien untuk 3. Kulit
melakukan hangat,
aktivitas tidak ada
normal, catat, sianosis
laporan
kelemahan,
keletihan
3. Observasi TT

E. Implementasi dan evaluasi keperawatan

Hari/tg No Jam Implementasi Evaluasi


l
Rabu / 1 10.00 1. Mengkaji tingkat S : pasien mengatakan
nyeri pasien sakit di dada kiri
04 –12
P : serangan jantung tembus ke punggung
2019 Q : kuat kiri menjalar hingga ke
R : dada kiri tangan.
S : 6 -7 (10)
T : hilang timbul O: pasien tampak
menangis kesakitan.
2. Mengkaji factor yang Skala nyeri : 6
dapat meringankan
atau memperberat A: Masalah Belum
nyeri teratasi
3. Membantu pasien
untuk mengubah P: Intervensi di
posisi untuk lanjutkan
meninngkatkan rasa 1. Lanjutkan terapi
nyaman kolaborasi dengan
4. Berikan informasi dokter DPJP dalam
pada keluarga untuk pemberian terapi
menjaga lingkungan - ISDN 3x5mg
untuk tetap nyaman - Diovan 1x80mg
- Concor 1x2,5mg
Aktivitas Kolaborasi - Clopidogrel
4. memasang IV line (3 1x75mg
way) - Atorvastatin
5. Pemberian therapy 1x20mg
oleh dokter DPJP - Furosemid
- ISDN 3x5mg 20mg/12j

33
- Diovan 1x80mg
- Concor 1x2,5mg
- Clopidogrel
1x75mg
- Atorvastatin
1x20mg
- Furosemid
20mg/12j
6. Cek lab untuk
pemeriksaan darah
lengkap

Rabu / 2 10.00 1. mengkaji S : pasien mengatakan


kemampuan pasien badanya lemas, nafas
04 –12
untuk melakukan terassa sesak.
2019 aktivitas normal,
catat, laporan O: pasien tidak mampu
kelemahan, keletihan melakukan aktivitas
2. mengobservasi TTV fisik secara mandiri.
T.T.V Sesak (-) setelah diberi
TD :159/96 mmHg O2
Hb : 12,7 gr/dL
Nadi : 94 x/m
T.T.V
Suhu : 36,8°C TD :140/80 mmHg
RR : 26x/m Nadi : 89 x/m
Suhu : 36,5°C
RR : 22x/m
3. menjelaskan pada
pasien untuk bedrest
selama keluhan A: Masalah belum
masih ada teratasi
4. membatasi aktivitas/
latihan secara P: Intervensi di
bertahap. lanjutkan
5. Perhatikan dan Lanjutkan terapi
lakukan Ubah posisi kolaborasi dengan
pasien dengan dokter DPJP
perlahan dan pantau
keluhan yang timbul
selama beraktivitas
6. Beri tahu keluarga
pasien dalam
memenuhi aktivitas

34
di tempat tidur
makan, minum dll

Aktivitas Kolaborasi :
Melaksanakan
Kolaborasi dengan
dokter dalam
memberikan O2 3 Liter
dengan nasal kanul

Rabu / 3 10.00 1. Memantau irama S : Pasien mengatakan


jantung keringat dingin, nyeri
04 –12
2. Mertahankan IV line pada dada kiri
2019 (3 way)
3. Mengukur intake O: pasien tampak
input pemberian meringis kesakitan.
makan 1 porsi diet
ML DJ 100 x 3 = A: Masalah Belum
300 minum air putih teratasi
1 gelas 200 x 6 =
1200 dan output P: Intervensi di
pasien menggunakan lanjutkan
diapers 900 – 100 = 1. Ukur intake input
800 cc
dan output.
4. monitor balace
cairan/ 24 jam. 2. Pantau balance
Input : 1500/ 24 j
cairan
Output : 800/24 j
3. Rencana PCI hari
IWL = 15 x 60
kamis 05 desember
24
= 37,5 cc 2019.

Balance = 1500 – 800 –


37,5
= 662,5 cc

Aktivitas Kolaborasi :
1. melakukan
pemeriksaan EKG
2. mempersiapkan
rencana tindakan PCI
3. Kolaborasi dengan
Gizi

Kamis/ 1 10.00 1. Mengkaji tingkat S : pasien mengatakan


nyeri pasien nyeri pada dada kiri
05/12/2
P :nyeri

35
019 Q :sedang O: pasien tampak
R : dada kiri menangis kesakitan.
S:4-5 Skala nyeri : 4
T : hilang timbul
2. Mengkaji factor yang A: Masalah Belum
dapat meringankan teratasi
atau memperberat
nyeri P: Intervensi di
Membantu pasien lanjutkan
mobilisasi perubahan 2. Lanjutkan terapi
posisi untuk kolaborasi dengan
meningkatkan rasa dokter DPJP dalam
nyaman pemberian terapi
3. Memberikan - ISDN 3x5mg
informasi untuk - Diovan 1x80mg
menjaga lingkungan - Concor 1x2,5mg
tetap nyaman - Clopidogrel
1x75mg
Aktivitas Kolaborasi - Atorvastatin
1. Pemberian therapy 1x20mg
oleh dokter DPJP Furosemid 20mg/12j
- ISDN 3x5mg
- Diovan 1x80mg
- Concor 1x2,5mg
- Clopidogrel
1x75mg
- Atorvastatin
1x20mg

Kamis/ 2 10.00 1. Mengkaji S : pasien mengatakan


kemampuan pasien badannya lemas
05/12/2
untuk melakukan
019 aktivitas normal, O: aktivitas fisik pasien
catat, laporan dibantu dengan perawat
kelemahan, keletihan TD : 140/90mmHg
2. Observasi TTV HR :82 x/mnt
TD : 140/90mmHg RR: 22 x/mnt
HR :79 x/mnt T: 36,7°C
RR: 22 x/mnt
T: 36,6°C A: Masalah Belum
3. Mengajurkan pasien teratasi
untuk bedrest selama
keluhan masih ada P: Intervensi di
4. membatasi aktivitas/ lanjutkan
latihan secara
bertahap
5. memberikan bantuan
sesuai kebutuhan

36
pasien
6. membantu pasien
dalam memenuhi
aktivitas di tempat
tidur sepertipersonal
hygine, makan dan
minum

Aktivitas Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam
pemberian O2 3 Liter
dengan nasal kanul
2. Setelah pasien
dilakukan tindakan
PCI akan diobservasi
diruangan CVCU
Kamis/ 3 10.00 1. Pantau TTV S : Pasien mengatakan
TD : 140/90mmHg nyeri nya berkurang
05/12/2
HR :82 x/mnt
019 RR: 22 x/mnt O: pasien tampak
T: 36,7°C tenang
2. Monitor irama
jantung A: Masalah Belum
3. IV line terpasang teratasi
cairan Nacl 0,9 %
40cc/j ketika pasien P: Intervensi di
dilakukan tindakan lanjutkan
PCI di ruang cath lab 1. Ukur intake input
5. Mengukur intake
dan output.
input pemberian
makan 1 porsi diet 2. Pantau balance
ML DJ 100 x 2 =
cairan
200 minum air putih
1 gelas 200 x 6 = 3. Berikan pasien
1200 dan output
minum air putih
pasien menggunakan
diapers 700 – 100 = setelah post PCI
600 cc
4. Pasien pindah
6. monitor balace
cairan/ 24 jam. ruangan ke CVCU
Input : 1400/ 24 j
untuk diobservasi
Output : 600/24 j
5. Cek ACT pukul
IWL = 15 x 60
23.00
24
= 37,5 cc

37
Balance = 1400 – 600 –
37,5
= 762,5 cc

4. melakukan Infomt
concent dengan
pasien dan keluarga
bahwa pasien akan
dilakukan tindakan
PCI

Aktivitas Kolaborasi :
1. melakukan
pemeriksaan
EKG
2. melakukan Cek
ACT
3. mempersiapkan
PCI hari ini
persiapan obat
loading.
- Aptor 200mg
8.30
- Plavix 300mg
8.30 - Lipilor 80mg
- Plavix 300 mg
7. menganjurkan pasien
8.30 puasa untuk
melakukan tindakan
11.00
PCI
11.00 8. kolaborasi dengan
dokter dan perawat
17.30
Cath lab dalam
melakukan tindakan
PCI.
9. Telah dilakukan
18.20 pemasangan 1 stent
dengan luas
sumbatan 80-90 % di
arteri koronary

Jumat / 1 1. Mengkaji tingkat S : pasien mengatakan


nyeri pasien nyeri pada dada kiri
06/12/2
P: nyeri berkurang tidak seperti
019 Q: ringan sebelumnya

38
R: dada kiri
S: 3 O: pasien tampak
T: hilang timbul tenang
2. mengkaji factor yang Skala nyeri 3
dapat meringankan
atau memperberat A: Masalah Belum
nyeri teratasi
3. menjaga lingkungan
untuk tetap nyaman P: Intervensi di
lanjutkan
Aktivitas Kolaborasi 3. Lanjutkan terapi
Pemberian therapy oleh kolaborasi dengan
dokter DPJP dokter DPJP dalam
- ISDN 3x5mg pemberian terapi
- Diovan 1x80mg - ISDN 3x5mg
- Concor 1x2,5mg - Diovan 1x80mg
- Clopidogrel - Concor 1x2,5mg
1x75mg - Clopidogrel
- Atorvastatin 1x75mg
1x40mg - Atorvastatin
- Aptor 1x100mg 1x20mg
- Furosemid Furosemid 20mg/12j
20mg/12j

Jumat / 2 1. mengnjurkan pasien S : pasien mengatakan


untuk bedrest, badannya lemas
06/12/2
aktivitas fisik dibantu
019 oleh perawat CVCU O: aktivitas fisik pasien
2. mengiformasikan dibantu dengan perawat
pada pasien untuk
tidak menekuk kaki A: Masalah Belum
sebelah kanan pasien teratasi
biasa menekuk kaki
pukul 16.00 P: Intervensi di
3. membantu pasien lanjutkan
memenuhi - anjurkan pasien
aktivitasnya ditempat untuk mobilisasi
tidur - pindah ruangan
4. mengkomfirmasikan ke 5B
dengan ruangan 5B
bahwa pasien akan
pindah keruangan 5B
pukul 18.30
Jumat / 3 1. memantau TTV S : Pasien mengatakan
TD : 130/80mmHg nyeri nya berkurang
06/12/2
HR :80 x/mnt
019 RR: 20 x/mnt O: pasien tampak
T: 36,9°C tenang

39
2. Monitor irama TD : 130/80mmHg
jantung dengan jaca HR :80 x/mnt
mendengarkan bunyi RR: 20 x/mnt
jantung T: 36,9°C
3. Pertahankan IV line
- Nacl 0,9% 10
cc/jam A: Masalah Belum
4. Mengukur intake teratasi
input pemberian
makan 1 porsi diet P: Intervensi di
ML DJ 100 x 3 = lanjutkan
300 minum air putih 1. Ukur intake input
1 gelas 200 x 7 =
dan output.
1400 dan output
pasien 2. Pantau balance
menggunakan
cairan
diapers 900 – 100 =
800 cc 3. Lakukan perawatan
5. monitor balace
pada lokasi post
cairan/ 24 jam.
Input : 1700/ 24 j PCI
Output : 800/24 j
4. Kaji adanya
IWL = 15 x 60 hematoma pada
24
lokasi pemasangan
= 37,5 cc
stant.
Balance = 1700 – 800 –
37,5
= 862,5 cc

6. membatasi aktivitas
fisik
7. melakukan
perawatan pada
lokasi post PCI

Aktivitas Kolaborasi :
1. melakukan
pemeriksaan EKG
2. Kolaborasi dengan
Gizi
3. Perawat cath lab
melakukan Aff stent
pukul 10.00 setelah
dilakukan aff stent
memberikan bantal
pasir pada lokasi

40
pemasangan

sabtu / 1 1. Mengkaji tingkat S : Pasien mengatakan


nyeri pasien. tidak merasakan nyeri
07/12/2
pada dada kiri
019 2. Menganjurkan pada O: pasien tampak
pasien untuk tenang
mengubah posisi
secara mandiri untuk TD : 130/70mmHg
meninngkatkan rasa HR :82 x/mnt
nyaman RR: 20 x/mnt
T: 36,7°C
Aktivitas Kolaborasi
Pemberian therapy oleh
dokter DPJP A: masalah teratasi
- Furosemid 1x
40mg P: Dokter DPJP
- ISDN 3x5mg mengajurkan PBJ hari
- Concor 1x5mg sabtu/ 07- 12 – 2019
- Clopidogrel Pasien diPBJ pukul
1x75mg 14.00
- Atorvastatin
1x40mg
- Aptor 1x100mg
- Spironolacton
1x25mg
Vaisartan 1x40mg

41
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Angina pectoris adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan akibat penyakit arteri
koronari. (Morton. 2009).
Angka kematian angina pectoris tergolong rendah tetapi penyakit
ini suatu masalah yang harus diatasi karena dapat menimbulkan
beberapa komplikasi seperti nyeri dada, sesak napas dan perasaan
lelah. Apabila komplikasi ini tidak segera diatasi dapat mempengaruhi
serangan infark miokard yang dapat mempercepat kematian.Peran perawat
dalam penanganan masalah angina pectoris tergantung pada kerja sam
yang baik antara perawat, pasien, dan keluarga. Maka perawatan pada
penderita yang dapat diberikan secara komprehensif yaitu
d e n g a n m e m b a t a s i a k t i f i t a s u n t u k m e n g u r a n g k e r j a  jantung dan
mengurangi rasa nyeri. Selain itu tindakan lainnya dapat berupa pengaturan pola
makan! mengurangi merokok dan stress emosional.

B. Saran
Pada saat penulis melakukan implementasi sebagian besar dilaksanakan.
Tetapi penulis menemukan beberapa hambatan seperti pada saat menghitung
banlace cairan per 24 jam. Memahami tentang setiap intervensi yang diberikan
pada pasien dengan Angina Pektoris Stabil.
Dari kesimpulan yang telah didapat penulis menganggap perlu adanya
peningkatan mutu pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar yang diharapkan dapat
membantu klien dalam mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan
menjadi lebih optimal.

42
DAFTAR PUSTAKA

Hardhi,Amin.2015.Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan


Nanda Nic Noc
Syarifuddin,H.2019.Anatomi Fisiologi.Jakarta.ECG

Bayhakki.2014.Klien gangguan kardiovaskuler.jakarta.ECG

Jones.Shirley A.2014.seri panduan klinis BLS, ACLS, dan PALS.jakarta.Erlangga

iv

Anda mungkin juga menyukai