Anda di halaman 1dari 4

a.

Kesehatan Masyarakat dalam Bidang Biostatistika dan Kependudukan


Dalam perspektif Islam, upaya menciptakan kesehatan masyarakat menjadi
satu paket dengan kumulatif ajaran Islam. Tanpa menyebut secara eksplisit kesehatan
masyarakat, jika keseluruhan ajaran Islam diterapkan secara konsisten di dalam
masyarakat maka otomatis akan berdampak langsung pada penyehatan masyarakat.
Ajaran Islam yang berhubungan dengan upaya peningkatan kesehatan
masyarakat salah satunya adalah dalam bidang Biostatistika & Kependudukan. Sehat
merupakan salah satu karunia Allah yang menurut Nabi saw. sering terlupakan. Kita
baru merasa betapa mahalnya nikmat sehat ketika sedang jatuh sakit. Salah satu
nikmat sehat yang harus dijaga dalam bidang Biostatistika dan Kependudukan adalah
kesehatan reproduksi. Kesehatan Reproduksi (Kespro) adalah keadaan fisik, mental
dan sosial yang sehat, bersih dan terhindar dari hal-hal yang mengganggu sistem
reproduksinya. Bagi perempuan, Kespro ini sangat berkaitan dengan berfungsinya
alat-alat reproduksinya pada masa pra-produksi (remaja), ketika produksi (hamil dan
menyusui), dan pascareproduksi (menopouse). Alquran menyatakan, tolok ukur
kesalehan itu termasuk menjaga kehormatan (menjaga alat-alat reproduksi). Hal ini
sama-sama ditekankan kepada lelaki maupun perempuan. Firman Allah swt:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar“. (QS.Al-Ahzab : 35)

Kemampuan bereproduksi adalah karunia Allah swt. kepada manusia agar


dapat meneruskan fungsi kekhalifahannya di muka bumi. Oleh karena itu, kespro
perlu dijaga dan diperhatikan agar sistem reproduksi yang telah dilimpahkan tidak
mengalami kerusakan.
Selain itu, isu yang penting adalah mengenai aborsi. Indonesia adalah salah
satu negara yang tergabung dalam organisasi WHO dan telah melakukan ratifikasi-
persetujuan. Sehingga Indonesia memiliki kewajiban untuk memberikan
penghormatan, perlindungan, pemajuan dan pemenuhan terhadap hak warganya
dalam hal kesehatan
Dalam hal ini ada beberapa fakta mengenai aborsi yang harus menjadi
pertimbangan: pertama, bahwa pandangan tentang aborsi yang selama ini berkembang
ternyata tidak efektif menghentikan praktek aborsi ilegal. Justru  mengantarkan
perempuan untuk melakukan aborsi ilegal. Kedua, pelaku aborsi adalah mereka yang
telah bersuami dan sebagian dari kehamilan mereka karena jarak anak yang terlalu
rapat atau dekat dan pertimbangan medis. Ketiga, hukum bagi pelanggaran aborsi
ilegal terutama hukum sosial hanya ditunjukan pada perempuan tanpa menyentuh
pasangan yang menyebabkan kehamilan.
Dalam perspektif Islam para ulama Fiqh telah merumuskan beberapa prinsip
yang berkaitkan dengan persoalan aborsi, yaitu;  Pertama, prinsip penghormatan
terhadap kehidupan manusia baik terhadap janin maupun ibu yang mengandung.
Kedua, prinsip nyawa ibu lebih diutamakan dari janin. Ketiga, penetapan ketentuan
paling minim resikonya baik ibu maupun janin. Keempat, yang tercantum dalam Al-
Qur’an :
“Dan janganlah kamu ceburkan dirimu ke dalam kehancuran” (QS. Al-
Baqarah: 295).

Maksud dari prinsip ayat ini bahwa kita harus berupaya untuk tidak terjerumus
ke dalam kerusakan dan kehancuran, salah satunya adalah  tindakan aborsi. Mengacu
dari prisnsip-prinsip di atas, bahwa setiap manusia mengemban amanat untuk
memelihara kehidupan dan menjaganya. Membiarkan  praktek aborsi yang merajalela
adalah kejahatan kemanusiaan. Dalam Al-Qur’an sendiri amanah reproduksi menjadi
perhatian serius,
“Kami wasiatkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya, karena ibunya telah mengandungnya dengan penuh kesusahan diatas
kesusahan dan menyusuinya selama dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan
kedua orang tuamu, dan hanya kepadaKu lah kamu akan kembali” (QS. Al-
Luqman: 14)

dan “Kami wasiatkan pada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang
tuanya; karena ibunya telah mengandungnya dengan penuh kesusahan dan
melahirkannya dengan penuh kesakitan” (QS. Al-Ahqaf: 15) .
Ayat ini memberikan penghargaan yang tinggi terhadap amanah reproduksi,
sekaligus menyebutkan orang lain untuk berbuat baik (ihsanan) kepada sang ibu
sebagai pemegang amanat. Tentu dengan maksud agar proses reproduksi berjalan
lancar, sehat, aman dan tidak menistakan perempuan. Dalam ayat di atas pula secara
sengaja disebutkan sasaran dari wasiat ini adalah manusia (al-insana) bukan sekadar
anak kepada ibu tetapi kita semua umat-Nya. Sehingga perhatian terhadap amanah
reproduksi menjadi tanggung jawab secara kolektif, untuk bahu membahu menjaga,
mengemban dan melaksanakannya.
Untuk mengurangi aborsi karena hal-hal yang tidak diinginkan seperti jarak
anak terlalu dekat atau terlalu jauh, pemerintah menyarankan untuk menggunakan alat
kontrasepsi (KB). Dengan menggunakan alat kontrasepsi ini perempuan bisa
mengatur kehamilannya. Sebab jarak kehamilan yang terlalu dekat akan berdampak
negatif terhadap kesehatan alat reproduksi ibu begitupun jarak yang terlaly jauh.
Meski Al-Quran tidak menjelaskan secara langsung mengenai hal ini, tapi Islam
memperbolehkan KB apabila penggunaannya membawa maslahah bagi akseptor KB
(suami-istri). Dalam hal ini perlu diingat, tidak semua alat kontrasepsi cocok bagi
tubuh akseptor. Sebab itu, akseptor, terutama perempuan berhak mendapat informasi
yang benar terhadap layanan KB ini.
Sejak dini beberapa ulama terkemuka telah mengemukakan pendapatnya
secara umum tentang batasan alat-alat kontrasepsi yang dibolehkan dan yang tidak
dibolehkan, antaralain: Syaed Abi Bakr memberi patokan secara umum tentang
penggunaan berbagai alat atau cara kontrasepsi yang dibenarkan dan yang tidak dapat
dibenarkan yaitu:
“Diharamkan menggunakan suatu alat yang dapat memutuskan kehamilan dari
sumbernya. Hal ini telah disarih oleh kebanyakan ulama.”

Imam Ramli, mengemukakan pendapatnya sebagai komentar atas pendapat Ibn Hajar
sebagai berikut:

“Adapun suatu (alat) yang dapat menahan kehamilan untuk suatu masa
tertentu, tanpa memutus kehamilan dari sumbernya, hal itu tidaklah dilarang”

Dari dua pandangan di atas bila kita kompromikan maka dapat ditarik
kesimpulan, penggunaan alat kontrasepsi apapun, asal tidak menyebabkan terhentinya
kehamilan secara abadi dari sumber pokoknya (saluran/pembuluh testis bagi pria, dan
pembuluh ovorium bagi waninta) hal tersebut tidak dilarang. Maka usaha pencegahan
kehamilan yang tidak dibenarkan dalam Islam adalah melakukan kebiri. Dalam medis,
cara ini disebut dengan vasektomi pada pria atau tubektomi pada wanita dan
pengguguran kandungan yang popular dengan istilah abortus. Abortus dengan cara
apapun dilarang oleh jiwa dan semangat Islam baik dikala janin sudah bernyawa atau
belum kecuali memiliki alasan yang kuat seperti membahayakan nyawa si ibu.Lebih
lanjut Majlis Ulama Indonesia (MUI) dalam munasnya pada tahun 1983 tentang
kependudukan, kesehatan dan keluarga berencana memutuskan bahwa ber-KB
tidaklah dilarang, dan penggunaan berbagai alat kontrasepsi dapat dibenarkan dengan
sedikit eksepsi yaitu pemasangan/pengontroan alat kontrasepsi dalam Rahim
(AKDR/IUD) harus dipasang oleh tenaga medis/ para medis wanita, atau tenaga medis
pria, dengan syarat harus didampingi oleh suami wanita akseptor tersebut atau wanita
lain (untuk menghilangkan fitnah). Adapun dengan vasektomi atau tubektomi, tidaklah
dapat dibenarkan oleh hukum Islam, kecuali karena alasan tertentu dan sangat darurat.

Dafpus
https://media.neliti.com/media/publications/58382-ID-aborsi-dalam-perspektif-hukum-
positif-da.pdf
https://nasaruddinumar.org/islam-dan-kesehatan-masyarakat/

Anda mungkin juga menyukai