Disusun Oleh :
Rania Septiani
180110016
IV / MK-A Karyawan
2020
Faktor Kunci Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
4. Penyaluran Dana
Kegiatan penyaluran dana pada bank konvensional berbentuk kredit dengan sistem bunga,
sedangkan pada bank syariah berbentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan
menggunakan prinsip-prinsip yaitu :
(1) Prinsip Bagi Hasil, menggunakan nisbah bagi hasil,
(2) Prinsip Jual Beli, menggunakan margin keuntungan,
(3) Prinsip Sewa, memperoleh biaya sewa,
(4) Prinsip Jasa, Al – Qardh, bank memperoleh biaya administrasi.
Bank syariah tidak mengggunakan sistem bunga, dikarenakan bunga termasuk riba yang
hukumnya haram menurut Hukum Islam. Beberapa ketentuan tentang batas maksimum
pemberian kredit, prosedur penyaluran dana pada bank konvensional dan pads bank syariah
diterapkan sama, tetapi pads bank syariah harus didasarkan pada nilai – nilai Islam. b. Perjanjian
kredit dan akad pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dari segi pengertian, perjanjian dan
akad keduanya memiliki persamaan. Perbedaannya : pada istilah yang digunakan, dan pada
Akad, perikatan tersebut harus dibenarkan secara syara' (Hukum Islam), akad tidak hanya
sekadar kontrak antara dua pihak yang bertransaksi, namun ada keterkaitan dengan ketentuan
Hukum Islam, sehingga memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi. Keabsahan perjanjian kredit
dan akad pembiayaan berdasarkan prinsip syariah berbeda acuannya, perjanjian kredit mengacu
pada pasal 1320 BW, sedangkan pada akad pembiayaan pada bank syariah mengacu pada rukun
dan syarat akad, yang berbeda untuk masing-masing jenis pembiayaan. Asas-asas dalam
perjanjian kredit di bank konvensional maupun pada akad pembiayaan di bank syariah pada
prinsipnya memiliki persamaan : menganut asas-asas perjanjian biasa dalam BW dan asas – asas
khusus dalam hubungan antara bank dengan nasabah, tetapi perbedaannya : untuk akad
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah tidak boleh bertentangan dengan asas perikatan Islam.
Pada dasarnya lembaga – lembaga jaminan yang dipergunakan pada bank konvensional,
dipergunakan juga pada bank syariah, yaitu lembaga jaminan gadai, hipotik, hak tanggungan,
serta fidusia.
6. Resiko Investasi
Risiko investasi berpotensi muncul saat bank menyalurkan pembiayaan berbasis bagi
hahasil debitur. Jadi risiko investasi disini bukan mengarah pada risiko akibat investasi bank
pada asset keuangan. Di mana risiko terakhir ini dimasukkan dalam cakupan risiko pasar.
Risiko investasi adalah risiko unik yang dihadapi bank islam. Bank konvensional tidak
menghadapi risiko ini karena tidak menyalurkan pembiayaan berbasis akad bagi hasil. Pada bank
islam, pembiayaan bagi hasil dapat dilakukan dalam bentuk akad mudharabah, musyarakah,
musaqah, muzara’ah, mukharabah, dan sebagainya.
Sementara itu, musyarakah dan mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang diperbolehkan secara syariah. Sebagaimana
akad syirkah lainnya, keuntungan yang dihasilkan oleh pengelolaan usaha bersama tersebut
dibagi berdasarkan nisbah bagi hasil yang sudah disepakati, sementara kerugian yang terjadi
dibagi berdasarkan proporsi modal yang disetorkan.
Musaqah adalah bentuk akad syirkah yang biasanya dilakukan pada bidang pertanian dan/
atau perkebunan. Musaqah dapat diartikan sebagai kerja sama antara pemilik lahan dengan
penggarap lahan di mana pembagian hasil di antara mereka didasarkan pada kesepakatan yang
dilakukan diawal akad.
Muzaraah dan Mukhrabah adalah kerjasama antara pemilik lahan dengan penggarap untuk
bersama-sama memanfaatkan suatu lahan. Dalam muzara’ah, modal untuk menggarap lahan
berasal dari pemilik lahan ( mirip seperti mudharabah karena tanah dan modal berasal dari
pemilik lahan ), sementara dalam mukhrabah, modal untuk menggarap lahan berasal dari
penggarap ( mirip seperti akad musyarakah karena setiap pihak yang berakad saling
mengontribusikan modalnya.
Dalam berbagai pembiayaan berbasis bagi hasil tersebut, bank islam sebagai investor ikut
menanggung risiko atas kerugian pengusaha yang dibiayainya tersebut. Artinya, bila debitur
mengalami kesulitan usaha atau bahkan kebangkrutan yang bukan disebabkan oleh
kelalaiannya, maka pokok pembiayaan yang diberikan bank tidak bisa diperoleh kembali.
Dasar Hukum Bank Konvensional dan Bank Syariah