Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ANTHROPOLOGI KESEHATAN

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

DOSEN

Holidi Ilyas.SKM.,MM

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

1. FIRDA NURAINI (1714401003)


2. DONI APRIANTO (1714401013)
3. RIZKI AMALIA PUTRI (1714401029)

TINGKAT 2 / REGULER 1

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG


JURUSAN DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-
Nya makalah mata kuliah antropologi kesehatan yang berjudul “Proses Sosial dan Interaksi
Sosial” ini dapat diselesaikan. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah antropologi kesehatan.

Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan tentang Proses Sosial dan Interaksi Sosial.
Penulis berterima kasih kepada bapak Holidi Ilyas.SKM.,MM selaku dosen mata kuliah
antropologi kesehatan yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada
semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena
keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik
dan berdaya guna di masa yang akan datang.

Demikian yang bisa penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Bandar Lampung, 10 Agustus 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.2 Tujuan Etiket............................................................................................................ 1

BAB II

2.1 Definisi interaksi sosial dan interaksi sosial............................................................ 2

2.2 ciri-ciri dan tujuan interaksi social..................................................................................... 3

2.3 Faktor-faktor yang mendasari proses terbentuknya interaksi sosial ................................. 4

2.4 Syarat-syarat inetraksi sosial................................................................................... 4

2.5 bentuk-bentuk proses sosial.....................................................................................5

BAB III

Kesimpulan..................................................................................................................... 13

Saran............................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di dalamnya
terdapat suatu proses hubungan antara manusia dengan yang lainnya. Proses hubungan tersebut
berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Antar aksi
(interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antara
individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Proses
sosial pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang merupakan aspek
dinamis dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku manusia
yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing, yang diwujudkan dalam proses
hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-
nilai sosial dalam kehidupan masyarakat. Kemudian meningkat menjadi semacam pergaulan yang
tidak hanya sekedar pertemuan secara fisik, melainkan merupakan pergaulan yang ditandai adanya
saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam hubungan tersebut. Misalnya
saling berbicara (komunikasi), bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah, atau mungkin
pertemuan dalam suatu pertikaian dan lain sebagainya. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa proses
sosial itu adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dalam kehidupan masyarakat.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi proses sosial dan interaksi sosial?
2. Apa saja ciri-ciri dan tujuan interaksi sosial?
3. Faktor-faktor yang mendasari proses terbentuknya interaksi sosial ?
4. Syarat-syarat inetraksi sosial?
5. Apa saja bentuk-bentuk proses sosial?

1.3 Tujuan
1. Memahami definisi proses sosial dan interaksi sosial
2. Memahami ciri dan tujuan interaksi sosial
3. Memahami faktor-faktor yangg mendasari terbentuknya interaksi sosial
4. Memahami syarat-syarat interaksi sosial
5. Memahami bentuk-bentuk interaksi sosial

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Proses Sosial dan Interaksi Sosial


Dalam membahas mengenai proses sosial dan interaksi sosial, sebelumnya perlu diketahui
apa itu pengertiannya. Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian proses
sosial dan interaksi sosial :
a. Adham Nasution
proses sosial adalah proses kelompok-kelompok dan individu-individu saling berhubungan,
yang merupakan bentuk antara aksi sosial, ialah bentuk-bentuk yang nampak kalau kelompok-
kelompok manusia atau orang perorangan mengadakan hubungan satu sama lain. Kemudian
ditegaskan lagi, bahwa proses sosial adalah rangkaian sikap/tindakan manusia (human actions) yang
merupakan aksi dan reaksi atau challenge dan respons di dalam hubungannya satu sama lain.
b. Abu Ahmadi
Dengan proses sosial dimaksudkan cara-cara interaksi (aksi dan reaksi) yang dapat diamati
apabila perubahan-perubahan mengganggu cara hidup yang telah ada. Dengan konsep interaksi sosial,
ia memberikan batasan proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara individu dan golongan di
dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan di dalam usaha mereka untuk
mencapai tujuannya.
c. Soerdjono Dirdjosisworo
mengartikan proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan
bersama. Ia kemudian memperinci pengertian rumusan ini sebagai berikut :
1) Pengaruh timbal balik sebagai akibat hubungan timbal balik antara individu dengan kelompok dan
kelompok dengan kelompok mengenai berbagai aspek kehidupan manusia seperti politik, ekonomi,
sosial budaya dan keamanan.
2) Berbagai segi kehidupan adalah penerapan aspek-aspek utama dalam kehidupan sosial yang
mewarnai bahkan menentukan perkembangan dalam kehidupan bersama.
Interaksi sosial sendiri diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial timbal balik yang dinamis, yang
menyangkut hubungan antara orang-orang secara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang dengan kelompok-kelompok manusia.
d. Roucek dan Warren
Interaksi adalah suatu proses melalui tindak balas tiap-tiap kelompok berturut-turut menjadi
unsur penggerak bagi tindak balas dari kelompok yang lain. Ia adalah suatu proses timbal balik, yang
mana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan berbuat demikian ia

5
mempengaruhi tingkah laku orang lain.
e. Gillin dan Gillin
proses-proses sosial adalah cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang perorangan dan
kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan
tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya
cara-cara hidup yang telah ada.
f. Robert M.Z.
mengemukakan Definisi perubahan sosial yaitu proses dimana dalam suatu sistem sosial
terdapat perbedaan yang dapat diukur yang terjadi dalam suatu kurun waktu tertentu.

2.2 Ciri-Ciri dan Tujuan Interaksi Sosial


 Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan itu bisa dikatakan interaksi sosial jika memiliki
ciri-ciri hubungan sebagai berikut :
a. Jumlah pelakunya adalah dua orang atau lebih
b. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang
c. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang
d. Adanya tujuan yang hendak dicapai

 Sedangkan tujuan yang hendak dicapai dari interaksi sosial itu adalah sebagai berikut :
a. Terciptanya hubungan yang harmonis
b. Tercapainya tujuan hubungan dan kepentingan
c. Sebagai sarana dalam mewujudkan keteraturan hidup (kehidupan sosial masyarakat)

2.3 Faktor-Faktor yang Mendasari Proses Terbentuknya Interaksi Sosial


a. Faktor Internal
Adapun yang menjadi dorongan dari dalam diri seseorang untuk berinteraksi sosial meliputi
hal-hal berikut :
1) Dorongan untuk meneruskan keturunan
2) Dorongan untuk memenuhi kebutuhan
3) Dorongan untuk mempertahankan kehidupan
4) Dorongan untuk berkomunikasi

6
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Imitasi
Yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap
penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di
lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat.
2) Faktor Sugesti
Adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada
individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir
kritis dan rasional.
3) Faktor Identifikasi
Adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang individu untuk menjadi sama (identik)
dengan individu lain yang ditirunya. Proses identifikasi tidak hanya terjadi melalui
serangkaian proses peniruan pola perilaku saja, tetapi juga melalui proses kejiawaan yang
sangat mendalam.
4) Faktor Simpati
Yaitu proses kejiwaan dimana seorang individu merasa tertarik kepada seseorang atau
kelompok orang dikarenakan sikapnya, penampilannya, wibawanya atau perbuatannya yang
sedemikian rupa.
5) Faktor Motivasi
Yaitu rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada
individu lain, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang
dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi biasanya
diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih tinggi dan berwibawa. Contohnya :
motivasi dari seorang ayah kepada anaknya dan dari seorang guru kepada siswa.
6) Faktor Empati
Faktor empati mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan
saja. Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat dalam (intens).

2.4 Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud, karena adanya saling mengerti tentang
maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial. Dalam proses sosial baru
dapat dikatakan terjadi interaksi sosial, apabila telah memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan
bersama, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.
a.KontakSosial(SocialContact)
Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling
mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Kontak sosial
dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung antara pihak satu dengan pihak lainnya.

7
Kontak sosial tidak langsung adalah kontak sosial yang menggunakan alat sebagai perantaranya.
Misalnya : melalui telepon, radio, surat, dan lain-lain.

b.Komunikasi(Communication)
Menurut Soerjono Soekanto, komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada
perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap) perasaan-
perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi, maka
sikap dan perasaan di satu pihak orang atau sekelompok orang dapat diketahui dan dipahami.

2.5 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial


Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan
(competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Pertikaian
mungkin akan mendapatkan suatu penyelesaian, namun penyelesaian tersebut hanya akan dapat
diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi. Ini berarti kedua belah pihak belum
tentu puas sepenunya. Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial.
Keempat bentuk poko dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan suatu kontinuitas, di dalam
arti bahwa interaksi itu dimulai dengan kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta
memuncak menjadi pertikaian untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua
macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial :
 Proses-proses yang Asosiatif
1. Kerja Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang
apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada
kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga
harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan
diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi
mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu
in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama akan
bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”kerjasama timbul apabila
orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada
saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri
untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-

8
kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam
kerjasama yang berguna”
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa
diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi
dengan:
 Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta

 Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan hasil


perintah atasan atau penguasa
 Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu

 Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian atau


unsur dari sistem sosial.

 Ada 5 bentuk kerjasama :


1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong
2) Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan
jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih
3) Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah
satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi
yang bersangkutan
4) Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang
tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut
kemungkinan mempunyai struktut yang tidak sama antara satu dengan lainnya.
Akan tetapi, karenamaksud utama adalah untuk mencapat satu atau beberapa
tujuan bersama, maka sifatnnya adalah kooperatif.
5) Joint venture, yaitu erjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu,
misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan,
dst.

2. Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti : menujukk pada suatu keadaan dan
yntuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu
keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia
dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam

9
masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk
meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh
para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang
sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang
atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri
untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk
menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak
kehilangan kepribadiannya.
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya,
yaitu:

1) Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat
perbedaan paham
2) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer
3) Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah
akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada
masyarakat yang mengenal sistem berkasta.
mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.

 Bentuk-bentuk Akomodasi
a. Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya
paksaan
b. Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
c. Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang
berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri
d. Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-
pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
e. Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
f. Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena
mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam
melakukan pertentangannya.
g. Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan

10
 Hasil-hasil Akomodasi
a. Akomodasi dan Intergrasi Masyarakat
Akomodasi dan intergrasi masyarakat telah berbuat banyak untuk menghindarkan m
asyarakat dari benih-benih pertentangan laten yang akan melahirkan pertentangan
baru.Menekankan Oposisi Sering kali suatu persaingan dilaksanakan demi
keuntungan suatu kelompok tertentu dan kerugian bagi pihak lain
b. Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda
Perubahan lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan
yang berubah
c. Perubahan-perubahan dalam kedudukan
Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi.Dengan adanya proses asimilasi, para
pihak lebih saling mengenal dan dengan timbulnya benih-benih toleransi mereka lebih
mudah untuk saling mendekati.

3. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan
tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan
bersama.

 Proses Asimilasi timbul bila ada :


Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya orang-perorangan sebagai
warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama
sehingga kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-
masing berubah dan saling menyesuaikan diri

 Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi
yang asimilatif bila memiliki syarat-syarat berikut ini
Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak
yang lain tadi juga berlaku samainteraksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-
halangan atau pembatasan-pembatasanInteraksi sosial tersebut bersifat langsung dan
primer Frekuaensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-
pola tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang

11
mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus
dicapai dan dikembangankan.

 Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah :

a. Toleransi
b. kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
c. sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
d. sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
e. persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
f. perkawinan campuran (amaigamation)
g. adanya musuh bersama dari luar

 Faktor umum penghalangan terjadinya asimilasi


a. Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat
b. kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan
dengan itu seringkali menimbulkan faktor ketiga
c. perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
d. perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi
daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
e. Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah
dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi
f. In-Group-Feeling yang kuat menjadi penghalang berlangsungnya asimilasi. In
Group Feeling berarti adanya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat
pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
g. Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain apabila golongan
minoritas lain mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa
h. faktor perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan pertentangan-
pertentangan pribadi.

Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan


dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir biasa
dinamakan akulturasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat istiadat dan interaksi sosial
kadangkala tidak terlalu penting dan menonjol.

12
4. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya
dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya
ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat
diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan tertentu. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan
untuk tetap hidup (struggle for existence). Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahan,
oposisi proses-proses yang disosiatif dibedkan dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana
individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-
bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik
perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau
dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau
kekerasan.
Persaingan mempunya dua tipe umum :
 Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan.
Tipe ini dinamakan rivalry.
 Bersifat Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang
bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
Bentuk-bentuk persaingan :
 Persaingan ekonomi : timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan
jumlah konsumen
 Persaingan kebudayaan : dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan,
pendidikan, dst.
 Persaingan kedudukan dan peranan : di dalam diri seseorang maupun di dalam
kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang
mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
 Persaingan ras : merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan
krn ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.

5. Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada
antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut Leo von

13
Wiese dan Howard Becker ada 5 :
yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan, perbuatan
menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana
yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki
melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak
lain, dst.
 yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan pihak lain
 yang rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.
 yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan,
provokasi, intimidasi, dst.
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi :
Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah mengalami
perubahan yang sangat cepat
Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan minoritas
dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga legislatif,
keagamaan, pendidikan, dst.
 Tipe Kontravensi :
a. Kontravensi antar masyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan (intracommunity
struggle) dan Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat
setempat (intercommunity struggle)
b. Antagonisme keagamaan
Kontravensi Intelektual : sikap meninggikan diri dari mereka yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi atau sebaliknya
Oposisi moral : erat hubungannya dengan kebudayaan.
c. Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan misalnya
dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku,
dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan
yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.
Sebab musabab pertentangan adalah :
 Perbedaan antara individu
 Perbedaan kebudayaan
 perbedaan kepentingan

14
 perubahan sosial.

 Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:


a. Pertentangan pribadi
Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya
perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan
kepentingan
b. Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu
masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan
kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara

 Akibat-akibat bentuk pertentangan


a. Tambahnya solidaritas in-group
Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok
tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan
kelompok tersebut.
b. Perubahan kepribadian para individu
c. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
d. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan dan pemaparan yang telah disebutkan sebelumnya
dapat diamati apabila sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat, interaksi sosial akan berlangsung secara baik. Sebaliknya, apabila
interaksi sosial tidak dilakukan sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang ada
dalam masyarakat maka interaksi sosial akan berlangsung kurang baik bahkan bisa saja
sangat buruk.

B. Saran
Hendaknya masyarakat (manusia) dapat menyadari, sebagai makhluk sosial tidak
dapat untuk berdiri sendiri dalam artian perlu berhubungan dengan individu atau pun
kelompok lain yang dalam ilmu sosiologi disebut proses sosial dan bentuk umum dari
proses sosial itu adalah interaksi sosial. Maka dari itu, terapkanlah interaksi sosial yang
sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat agar
hubungan-hubungan sesama makhluk sosial dapat berlangsung dengan baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Subakti, A. Ramlan 2011 Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group

http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/04/proses-sosial-dan-interaksi-sosial.html 

http://www.ips.web.id/2011/08/pengertian-proses-sosial.html

http://herry-gunawan.blogspot.com/2010/12/makalah-proses-sosial-dan-interaksi.html

http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45460-Makalah-Proses%20Sosial.html

17

Anda mungkin juga menyukai