Anda di halaman 1dari 27

PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI SAINS II
PRODI SARJANA FARMASI (S1)

KBI BIOMEDIK & FARMAKOLOGI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2020
DATA PRIBADI

NAMA : Eunike Filia Tandidatu

NIM : 1813015219

PRODI : S1 Farmasi

JURUSAN : Farmasi

SEMESTER : IV (Empat)

KELAS : D2 2018
BAB V

PENGUJIAN IMUNOMODULATOR

I. TUJUAN
a. Mengamati pengaruh beberapa golongan obat Imunomodulator
b. Membandingkan efek dari kelompok yang diberi obat terhadap kelompok
kontrol yang tidak diberi obat.
c. Mampu menjelaskan mekanisme kerja imunomodulator
d. Mengetahui berbagai metode pengujian imunomodulator terhadap hewan
coba

II. DASAR TEORI


Imunitas didefinisikan sebagai pertahanan terhadap penyakit, terutama
penyakit infeksi. Kumpulan sel-sel, jaringan dan molekul-molekul yang
berperan dalam pertahanan infeksi disebut sistem imun, sedangkan reaksi
terkoordinasi sel-sel dan molekul tersebut dalam pertahanan terhadap infeksi
disebut sebagai respon imun.
Imunitas dibagi menjadi dua bagian berdasarkan kecepatan dan
spesifisitas dari reaksi, yaitu respon bawaan dan adaptif. Istilah bawaan
digunakan untuk unsur-unsur sistem kekebalan tubuh (neutrofil, monosit,
makrofag, komplemen, sitokin, dan protein fase akut) yang menyediakan
pertahanan awal/ segera. Imunitas adaptif terdiri dari reaksi antigen-spesifik
melalui limfosit T dan limfosit B. Respon imun bawaan cepat tetapi kurangnya
spesifisitas, respon adaptif tepat, tetapi membutuhkan beberapa hari atau
minggu untuk berkembang. respons adaptif memiliki memori, sehingga
paparan selanjutnya mengarah ke respons yang lebih kuat dan cepat, tetapi ini
tidak langsung.
Antibodi atau imunoglobulin (Ig) adalah golongan protein yang
dibentuk sel plasma (proliferasi sel B) setelah terjadi kontak dengan antigen.
Antibodi ditemukan dalam serum dan jaringan dan mengikat antigen secara
spesifik. Bila serum protein dipisahkan secara elektroforetik, Ig ditemukan
terbanyak dalam fraksi globulin g meskipun ada beberapa yang ditemukan juga
dalam fraksi globulin a dan b. Semua molekul Ig mempunyai 4 polipeptid dasar
yang terdiri atas 2 rantai berat (heavy chain) dan 2 rantai ringan (light chain) yang
identik, dihubungkan satu dengan lainnya oleh ikatan disulfide.
Antibodi adalah molekul protein (imunoglobulin) yang memiliki satu
atau lebih situs gabungan yang disebut paratopes. Antigen adalah istilah umum
untuk molekul yang mungkin memicu respons antibodi, dengan banyak
permukaan yang berbeda. Penentu antigenik adalah permukaan-permukaan
antigen yang melengkapi sisi ikatan antibodi.
Hasil interaksi antara antigen dan antiboodi (imunoglobulin) adalah
membentuk kompleks imun. Sebuah kompleks dibentuk oleh agregasi
sejumlah kecil kompleks antigen-antibodi untuk menjadi struktur yang lebih
besar. Hasilnya adalah netralisasi dan akhirnya kehancuran antigen. Dalam
mengukur respon imun tubuh, dapat mengukur kompleks yang terbentuk dan
jumlah antigen dan antibodi bebas yang tersisa.
Immunomodulator adalah suatu agen yang secara spesifik atau tidak
spesifik meningkatkan atau mengurangi respon imun, yakni terdiri atas
imunostimulan atau imunosupresan.
Terapi imunomodulator dapat digunakan pada terapi alternatif untuk
berbagai kondisi penyakit, terutama ketika mekanisme pertahanan tubuh harus
diaktifkan di bawah kondisi gangguan respon imun imunodefisiensi atau
ketika sistem pertahanan tubuh harus ditekan dalam kondisi seperti penyakit
inflamasi, gangguan autoimun, organ/ transplantasi sumsum tulang.
Manfaat imunomodulator berasal dari kemampuan dalam merangsang
mekanisme pertahanan alami dan adaptif. Imunomodulator bertindak untuk
memperkuat sistem kekebalan tubuh yang lemah dan menekan sistem
kekebalan yang terlalu aktif. Obat yang memodifikasi respon imun umumnya
dikategorikan sebagai imunomodulator. Ini bisa berfungsi sebagai
Imunosupresan dan Imunostimulan. Beberapa di antaranya dapat memiliki
keduanya tergantung pada komponen respon imun mana yang dipengaruhi.
Ada juga jenis dari imunosupresan yang disebut tolerogens.
III. HEWAN COBA
Mencit (BALB-c) usia 8-12 minggu

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Alat timbang
2. Spoit Injeksi 1 mL dan Sonde Oral
3. Gunting bedah dan pinset
4. Restrainer
5. Sentrifuge dan tabung sentrifuge
6. Gelas kimia
7. Kaca arloji
8. Mortir & stemper
9. Mikropipet
10. Eppendorf
11. Pletismometer
12. Mikroplate/ well plate 96/ plat tetes
13. Kuvet

b. Bahan
1. Aquades
2. Kapas dan tisu
3. Larutan CMC Na 1 %
4. Larutan NaCl 0,9%
5. Stimuno
6. Suspensi obat Levamisol
7. Suspensi obat metilprednisolon
8. SRBC/SDMK (Sel darah merah Kambing/domba)
9. Kertas saring
10. PBS (fosfat bufer salin)
11. Tip kuning & biru

12. Tinta hitam pelican B17

13. Asam asetat


V.CARA KERJA
Mencit dikelompokkan menjadi 6 kelompok, kontrol normal (tanpa
perlakuan), kontrol sakit, kelompok yang diberi obat metilprednisolon,
levamisol, dan 2 kelompok diberi obat herbal/ ekstrak.
1. Uji Bersihan Karbon
a. Mencit diberikan sediaan sesuai dengan pengelompokkan di atas
selama 7 hari
b. Pada hari ke-8, diambil darah melalui vena ekor (T0), kemudian
diinjeksi dengan karbon (tinta hitam pelican B17)
c. Setelah diinjeksi, diambil darah pada interval waktu 4, 8, 12, 16, dan
20 menit
d. Darah sebanyak 20 μL dicampurkan dengan 2 mL asam asetat 1% di
dalam tabung reaksi
e. Dihomogenkan
f. Diukur nilai transmitan dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 675 nm.

2. Indeks Organ
a. Setelah perlakuan ujia bersihan karbon, hewan dikorbankan
b. Diambil organ hati, limpa, timus,
c. Diisolasi dan ditimbang organ
d. Dihitung indeks organ

3. Uji Titer Antibodi


a. Mencit diimuunisasi dengan SRBC 1% sebanyak 0.1 mL/10 gBB
secara IP (hari ke-0)
b. Diberikan bahan uji sesuai pengelompokkan di atas setiap hari
selama 13 hari.
c. Pada hari ke-7 dan ke-14, darah mencit di ambil
d. Disentrifugasi darah tersebut untuk mendapatkan serum 100 µL
e. Serum diencerkan secara bertahap menggunakan PBS dengan
perbandingan 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64, 1/128, 1/256, 1/512 dan
1/1024, di dalam plat tetes
f. ditambahkan suspensi SDMK 2% sebanyak 50 µL ke setiap kolom
g. dishaker selama 5 menit

h. diinkubasi 370C selama 60 menit. Diamati


4. Uji Hipersensitivitas Tipe Lambat (Delayed Type Hypersensitivity/ DTH)
a. Mencit diimunisasi dengan SRBC 1% sebanyak 0,1 mL/10 gBB
secara IP (hari ke-0)
b. Pada hari ke-6, ketebalan telapak kaki diukur, kemudian diinjeksi 0,05
mL SRBC 1% secara intradermal
c. Diukur ketebalan kaki kembali pada jam ke-24 dan ke-48

VI. PERHITUNGAN

1. Metil Prednisolone (40 mg/kgBB tikus)


186 𝑔
Konversi Dosis = 40 mg x 0,018 x
200 𝑔

= 0,6696
KD
Yang ditimbang = x 5 ml
2 mL
0,6696 mg
= x 5 ml
2 mL
=1,674 mg

2. Stimuno (50 mg/kgBB Tikus)


0,05 𝑔 𝑋
Konversi Dosis = =
1000 𝑔 229 𝑔

x = 0,01145 g
KD
Yang ditimbang = x 5 ml
2 mL
0,01145 g
= x 5 ml
2 mL
=0,028 g
3. Levamisol (55 mg/kgBB Tikus)
167 𝑔
Konversi Dosis = 55 mg x 0,018 x
200 𝑔

= 0,827
KD
Yang ditimbang = x 5 ml
2 mL
0,827 mg
= x 5 ml
2 mL
=2,06 mg

4. Ekstrak (25 mg/kgBB)


181 𝑔
Konversi Dosis = 25 mg x 0,018 x
200 𝑔

= 0,41
KD
Yang ditimbang = x 5 ml
2 mL
0,41 mg
= x 5 ml
2 mL
=1,025 mg

5. Ekstrak (50 mg/kgBB)

167 𝑔
Konversi Dosis = 50 mg x 0,018 x
200 𝑔

= 0,75
KD
Yang ditimbang = x 5 ml
2 mL
0,75 mg
= x 5 ml
2 mL
=1,879 mg
VII. HASIL PENGAMATAN

Hasil Pengamatan Praktikum Imunomudulator Angkatan 2018

No. Perlakuan Gambar


1. Pengambilan darah tikus melalui
jalur intrakardial

2. Di Sentrifus darah yang di dapat


selama 10 menit
3. Diambil bagian bening (Serum)

4. Dipanaskan serum selama 2 menit


5. Diencerkan serum 50 µL di dalam plat
tetes yang sudah berisi PBS 100 µL
dengan perbandingan 1/2, 1/4, 1/8,
1/16, 1/32, 1/64, 1/128, 1/256, 1/512,
1/1024 dan 1/2048

6. Dimasukkan SDMK 50 µL

7. Ditunggu selama 60 menit dan


dilihat hasilnya
Indeks Organ
Kelas Kelompok BB Bobot Organ Indeks Organ
A1 2018 Na CMC 222 g a. Hati = 7,87 g a. Hati = 3,36 %
b. Limpa = 0,70 g b. Limpa = 0,315 %
c. Timus = 0,11 g c. Timus = 0,049 %
A2 2018 Stimuno 182 g a. Hati = 6,05 g a. Hati = 3,3 %
b. Limpa = 0,16 g b. Limpa = 0,08 %
c. Timus = 0,67 g c. Timus = 0,36 %
B1 2018 Levamisol 224 g a. Hati = 6,77 g a. Hati = 3,02 %
b. Limpa = 0,89 g b. Limpa = 0,39 %
c. Timus = 0,12 g c. Timus = 0,053 %
B2 2018 Methyl Prednisolon 216 g a. Hati = 8,70 g a. Hati = 4,027 %
b. Limpa = 0,84 g b. Limpa = 0,388 %
c. Timus = 0,34 g c. Timus = 0,157 %
C1 2018 Ekstrak Daun Kakao 223 g a. Hati = 7,33 g a. Hati = 3,29 %
50 mg/KgBB b. Limpa = 0,64 g b. Limpa = 0,29%
c. Timus = 0,17 g c. Timus = 0,08%
C2 2018 Levamisol 200 g a. Hati = 7,72 g a. Hati = 3,86 %
b. Limpa = 1,04 g b. Limpa = 0,52 %
c. Timus = 0,91 g c. Timus = 0,455 %
D1 2018 Levamisol 177 g a. Hati = 8,05 g a. Hati = 4,55 %
b. Limpa = 0,73 g b. Limpa = 0,412 %
c. Timus = 0,53 g c. Timus = 0,0299 %
D2 2018 Ekstrak Daun Kakao 231 g a. Hati = 11,71 g a. Hati = 5,069 %
25 mg/KgBB b. Limpa = 0,83 g b. Limpa = 0,359 %
c. Timus = 0,16 g c. Timus = 0,069 %
E1 2018 Ekstrak Daun Kakao 247 g a. Hati = 9,73 g a. Hati = 3,93 %
50 mg/KgBB b. Limpa = 1,16 g b. Limpa = 0,46 %
c. Timus = 0,13 g c. Timus = 0,092 %
E2 2018 Ekstrak Aglia 176 g a. Hati = 7,21 g a. Hati = 4,09 %
b. Limpa = 0,65 g b. Limpa = 0,36 %
c. Timus = 0,13 g c. Timus = 0,07 %
HEMAGLUTINASI
KELAS A1 2018

KELAS A2 2018
STIMUNO
KELAS B1 2018
LEVAMISOL
Tidak melakukan pengujian karena darah lisis

B2 2018
Methylprednisolone 40 mg/kg bb
Hemaglutinasi C1 2018
Ekstrak Kakao 50 mg/kgBB

Kelas C2 2018
Levamisol 25mg/kgBB
Kurang baik dikarenakan darah lisis
D1 2018
Levamisol 25mg/Kg BB
D2 2018
Ekstrak daun Kakao 25 mg
E1 2018
Ekstrak Kakao 50 mg/kgBB

E2 2018
Ekstrak Aglaia 50mg/KgBB
Tabel Titer Antibodi

No. Kelompok Titer Antibodi

1. A1 2018 1/2
Na CMC
2. A2 2018 1/8
Stimuno
3.
KELAS B1 2018 Tidak melakukan pengujian
LEVAMISOL karena darah lisis

4. B2 2018
1/32
Methyl Prednisolon 40mg/kg BB
5. C1 2018
1/4
Ekstrak Kakao 50mg/Kg BB
6. C2 2018 Tidak melakukan pengujian
Levamisol 25mg/kg BB Dikarenakan darah lisis
7. D1 2018
1/128
Levamisol 25mg/Kg BB
8. D2 2018
1/64
Ekstrak Daun Kakao 25/kg BB
9. E1 2018
1/256
Ekstrak Kakao 50mg/Kg BB
10. E2 2018 1/8
Ekstrak Aglaia 50mg/KgBB
VIII. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini berjudul penngujian imunomodulator yang bertujuan


mengamati pengaruh beberapa golongan obat Imunomodulator, membandingkan efek
dari kelompok yang diberi obat terhadap kelompok kontrol yang tidak diberi obat,
mampu menjelaskan mekanisme kerja imunomodulator, mengetahui berbagai metode
pengujian imunomodulator terhadap hewan coba.
Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan berbagai peran
ganda dalam usaha menjaga keseimbangan tubuh. Sistem imun bertugas mengatur
keseimbangan, menggunakan komponennya yang beredar diseluruh tubuh, supaya
dapat mencapai sasaran yang jauh dari pusat. Untuk melaksanakan fungsi imunitas,
didalam tubuh terdapat suatu sistem yang disebut dengan sistem limforetikuler.
Sistem ini merupakan jaringan atau kumpulan sel yang letaknya tersebar diseluruh
tubuh, misalnya didalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limfa, timus, sistem saluran
napas, saluran cerna dan beberapa organ lainnya. Jaringan ini terdiri atas bermacam-
macam sel yang dapat menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan sesuai
dengan sifat dan fungsinya masing-masing (Roitt dkk., 1993).
Sistem imun spesifik atau dikenal dengan sistem imun didapat atau adaptif,
miuncul kaena adanya antigen tertentu pada tubuh yang pernah terpapar sebelumnya.
Antigen atau material asing pertama-tama akan segera dikenal oleh sistem imun
spesifik dan menyebabkan sensitivitas sel-sel sistem imun tersbeut. Disebut sistem
imun spesifik karena sistem pertahan ini dapat menghancurkan antigen asing yang
sebelumnya telah dikenali. Sistem imun spesifik dibedakan menjadi sistem imun
spesifik humoral dan sistem imun spesifik seluler. Sistm imun humoral difasilitas
oleh limfosit B dan sistem imun seluler difasilitasi oleh limfosit T . Sistem imun
nonspesifik dikenal juga dengan sistem imun alamiah atau sistem imun bawaan
(innate). Sistem imun nonspesifik berfungsi sebagai sistem pertahanan awal tubuh
dalam menahan masuknya patogen ke dalam tubuh organisme. Sistem pertahanan
imun nonspesifik ini memberikan respon langsung terhadap patogen 6 (antigen).
Respons tersebut sudah ada di dalam tubuh organisme meskipun sebelumnya belum
pernah terpapar antigen atau patogen. Sistem pertahanan ini terdiri atas pertahanan
fisik atau mekanik, biokimiawi, humoral, serta seluler (Nugroho, 2018).
Imunomodulator adalah zat yang dapat memodulasi (mengubah atau
memengaruhi) sistem imun tubuh menjadi ke arah normal. Produk imunomodulator
berperan menguatkan sistem imun tubuh (imuno stimulator) atau menekan reaksi
sistem imun yang berlebihan (imuno suppressan) (Praworo, 2011). Imunostimulan
merupakan senyawa yang dapat digunakan untuk meningkatkan sistem pertahanan
spesifik dan non spesifik pada tubuh hewan. Senyawa ini juga menyebabkan adanya
induksi sistem pertahanan seluler dan humoral. Imunostimulan dapat berasal dari
bahan yang dapat memicu resistensi organisme terhadap adanya infeksi patogen.
Dengan penambahan bahan imunostimulan, maka sistem imun nonspesifik dapat
diaktifkan, yaitu makrofag pada vertebrata dan haemosit pada avertebrata. Selain
meningkatkan aktivitas makrofag, imunostimulan juga memicu adanya reaksi
komplemen, pengaktifan fagosit, limfosit, dan non spesifik sel sitotoksik, sehingga
terjadi perlawanan dan perlindungan dari tubuh organisme yang mendapat
imunostimulan terhadap berbagai penyakit (Nugroho, 2018). Imunosupresan adalah
kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun seperti pencegah
penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah hemolisis
rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan
sebagai antikanker. Immunosupresan merupakan zat-zat yang justru menekan
aktivitas sistem imun dengan jalan interaksi di berbagai titik dari sistem tersebut.
Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplantasi organ,
penyakit autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus (Tassiulas,
2009).
Metode pada praktikum kali ini digunakan Metode bersihan karbon (carbon
clearance) merupakan pengujian respon imun non spesifik untuk melihat kemampuan
fagositosis dengan menggunakan karbon sebagai zat asing yang diberikan secara
intravena. Metode ini digunakan untuk mengukur laju eliminasi partikel karbon
dalam darah berdasarkan pengukuran absorbansi partikel karbon dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 640,5 nm. Karbon
akan berkurang jumlahnya dalam darah seiring pertambahan waktu karena adanya
eliminasi atau peristiwa fagositosis oleh sel-sel leukosit terutama neutrofil, monosit,
makrofag, dan eosinofil (Baratawidjaja, 2009). Dan metode titer antibodi uji yang
digunakan untuk mengindetifikasi virus dan mengetahui jumlah titer antibodi yang
ada. Uji ini didasarkan pada reaksi antara antigen-antibodi dalam jumlah yang
mencukupi untuk membentuk kompleks dengan virion menyebabkan hemaglutinasi
dihambat dan akan membuat eritrosit mengendap didasar sumuran. Sebaliknya bila
antibodi terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi maka eritrosit di aglutinasi
oleh virus. Hemglutinasi merupakan gumpalan seldarah merah. Metode hemaglutinasi
merupakan metode uji serologi yang mudah dilakukan dan hasilnya dapat diketahui dengan
cepat. Prinsip dari metode ini adalah mereaksikan serum dan antigen dengan pengenceran
tertentu sehingga dapat diketahui sampai pengenceran berapa antibodi yang terkandung dala
serum dapat menghambat terjadinya aglutinasi sel darah merah (Siregar, 2006).
Praktikum kali ini menggunakan tikus dikelompokkan menjadi 6 kelompok,
kontrol normal ( SDMK dan NaCMC), kontrol sakit (stimuno), kelompok yang diberi
obat metilprednisolon, levamisol, dan 2 kelompok diberi obat herbal/ ekstrak yaitu
ekstrak aglaia. Pada penambahan NaCMC berfungsi sebagai perbandingan untuk
ekstrak dan obat, untuk control sakit diberi stimuno yang berfungsi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, ini bertujuan melihat apakah obatnya efektiv atau
tidak. Kandungan atau komposisi Stimuno adalah ekstrak tanaman meniran (Phyllanthus
niruri). Meniran memiliki aktifitas sebagai imunostimulan, analgesik, antipiretik, ACE
inhibitor, antibakteri, antifungal, antiviral, inaktivator antigen permukaan hepatitis B,
penghambat reverse transcriptase, antihepatotoksik, antihiperkolesterolemik,
antihiperlipemik, antihiperglikemik, antihipertensi, aldose reduktase inhibitor,
antimutagenik, antikarsinogenik, sitotoksik, antitumor, penghambat aberasi kromosom,
karminatif, stomachic, kardiotoksik, antidiare, dan spasmolitik. Mekanisme dari meniran
yaitu meningkatkan aktifitas respon imun nonspesifik melalui peningkatan fagositosis sel
monosit/makrofag, peningkatan reaksi inflamasi melalui peningkatan aktivitas kemotaksis
sel monosit/makrofag dan sel neutrofil, dan peningkatan sitotoksisitas sel NK (Natural
Killer). Meningkatkan aktifitas respon imun spesifik melalui peningkatan proliferasi limfosit
T, peningkatan sekresi interleukin-4 (IL-4) oleh subset limfosit T helper-2 (Th-2),
peningkatan produksi antibodi spesifik IgG dan IgM, peningkatan proliferasi limfosit B, dan
peningkatan sekresi TNF-oleh subset T helper-1 (Th-1) (Naik & Juvekar, 2003).
Methylprednisolone adalah obat kortikosteroid atau glukokortikoid sintetis.
Methilprednisolon biasanya digunakan sebagai obat anti-inflamasi. Namun,
glukokortikoid memiliki berbagai efek, termasuk perubahan metabolisme dan
respon imun. Obat ini secara umum digunakan untuk terapi Artritis dan pengobatan
jangka pendek peradangan bronkus peradangan atau bronkitis akut akibat penyakit
pernapasan . Metilprednisolon juga mungkin bermanfaat dalam pengobatan pasien gagal
jantung. Mekanisme kerja Metilprednisone bekerja dengan cara mencegah atau
menghentikan produksi zat-zat tertentu dalam tubuh yang bisa menyebabkan
peradangan, nyeri, atau pembengkakan. Kandungan steroid dalam obat ini akan
menekan zat-zat yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh saat melawan organisme
asing. Lalu ada obat levamisol sebagai imunostimulan levamisol berkhasiat untuk
meningkatkan penggadaan sel T, menghambat sitotoksistas sel T, mengembalikan
efek antigen, mitogen, limfokin dan faktor kemotaktik terhadap limfosit, granulosit
dan makrofag. Selain untuk penyakit hodgkin, penggunaan klinisnya untuk
mengobati artritis reumatoid, penyakit virus, lupus eritemotus sistemik, sindrom
nefrotik (MIMS, 2016).
Pengamatan pada praktrikum kali ini dilakukan selama seminggu, cara kerja
yang dilakukan di percobaan ini yaitu pertama-tama diambil SDMK ( Sel Darah
Merah Kambing) 2% dimasukkan kedalam botol yang telah di berikan EDTA.
Dimasukkan SDMK tadi ke tabung efendrof dan di sentrifuge selama 10 menit
dengan kekuatan 3000 rpm agar tebagi menjadi dua fase. Jika sudah terbagi dua fase
di buang bagian supernatan, di masukkan NaCL 0,9 % 3 kali lebih banyak dari SDMK
lalu di sentrifuge lagi hingga didapatkan SDMK 100%. Kemudian diambil 2 ml dan
diencerkan dengan NaCL hingga 100 ml lalu dihomogenkan hingga didapatkan
SDMK 2%. Setelah homogen di suntikkan secara Intra Peritonial pada tikus yang
sudah ditimbang berat badannya dan diberi nomor sesuai kelompok percobaan
kemudian dioralkan uji obat dan ekstak yang digunakan yaitu pada tikus 1 sebagai
control negative , tikus 2 diberikan ekstrak metil prednisolon, tikus 3 diberikan
stimuno , tikus 4 diberikan levamisol, tikus 5 diberikan ekstrak daun kakao 25 mg
dan pada tikus 6 Ekstrak Ageal 50 mg. Tikus diberikan sediaan sesuai dengan yang
dioralkan diatas serta ditimbang BB tikus selama 7 hari. Setelah 7 hari, dilakukan
pengujian titer antibodi untuk mengetahui kadar antiglutaminasi terhadap ekstrak
diambil darah tikus yang sudah dibius melalui jantung dan disentrifuge selama 10
menit. Kemudian diambil serumnya bagian atas, dipanaskanselama 3 menit dalam

56oc di gelas kimia menggunakan termometer. Pada plat tetes diencerkan secara

bertahap menggunakan PBS sebanyak 100 L ditambahkan serum sebanyak 50 L

kesetiap kolom plat tetes, dihomogenkan selama 5 menit, diinkubasi pada suhu 37oc
ditunggu selama 1 jam kemudian diamati. Pada pengujian indeks organ, tikus yang
sebelumnya dibius tadi dibedah dan diambil bagian organ hati, limpa dan timus.
Ditimbang organ dan dihitung indeks organnya.
Pada uji hemaglutinasi pada perbandingan 1, ½, ¼ , 1/8, 1/16, 1/32. 1/64, 1/128,
1/256, 1/512, 1/1014, 1/2048. Terdapat darah yang menyebar dan ada yang seperti
titik tengah. Ini menunjukkan bahwa reaksi antigen dan antibodi ditunjukkan oleh
kolom yang darahnya kelihatan menyebar dan hanya sampai pengenceran ketiga, ini
menunjukkan ekstrak aglaia kemungkinan besar memiliki efek imunosupresan atau
menekan antibodi. Untuk darah yang berada di titik tengah dapat kemungkinan
antibodinya sedikit atau tidak sama sekali. Pada indeks organ tikus 5 ( Ekstrak daun
kakao) memiliki berat hati 11,71 g, limpa 0,83 g dan timus 0,16 g. Untuk indeks
organnya hati 5,069%, limpa 0,359% dan timus 0,092%.
Metode pengujian imunomodulator ada uji bersihan karbon dan uji titer
antibody terdapat juga yang lain yaitu, uji granulosit yaitu percobaan in vitro dengan
mengukur jumlah sel ragi atau bakteri yang difagositir oleh fraksi granulosit yang
diperoleh dari serum manusia. Percobaan ini dilakukan dibawah mikroskop. Uji
bioluminisensi radikal dengan jumlah radikal 02 yang dibebaskan akibat kontak
mitogen dengan granulosit atau makrofag merupakan ukuran besarnya stimulasi yang
dicapai. Uji transformasi limfosit T, yaitu suatu populasi limfosit T diinkubasi dengan
suatu mitogen. Timidin bertanda (3H) akan masuk ke dalam asam nukleat limfosit 1.
Dengan mengukur laju pembentukan dapat ditentukan besarnya stimulasi
dibandingka dengan fitohemglutinin A (PHA) atau konkanavalin A (Con A) (Roitt
dkk., 1993).
Manfaat uji Imunomodulator dalam bidang farmasi yang dikenal sebagai
biological respons modifier, imunoaugmentor adalah berbagai macam bahan baik
rekombinan, sintetik, ataupun sistem alamiah yang mengembalikan
ketidakseimbangan imun yang dipakai pada imunoterapi. Pengaruh pengukuran BB
tikus pada perlakuan adalah untuk penyesuaian volume ekstrak yang diberikan pada
setiap tikus sehingga ekstrak yang diberikan sesuai dengan berat badan masing-
masing tikus dan pemantauan kesehatan pada setiap tikus. Tikus dengan kondisi
patologis paling buruk cenderung mengalami penurunan berat badan secara drastis
sehingga menjadi tanda peringatan untuk melakukan perlakuan khusus (Siregar, 2006).
IX. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan kali ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengaruh beberapa golongan obat Imunomodulator ke hewan uji untuk


meningkatkan antibody
2. Efek dari control normal sebagai tolak ukur yang bias dibandingkan untuk
pengaruh dari obat lain, dan ekstrak sebagai pembentuk antigen dan
antibodi.
3. Mekanisme kerja Imunomodulator adalah zat yang dapat memodulasi
(mengubah atau memengaruhi) sistem imun tubuh menjadi ke arah normal.
Produk imunomodulator berperan menguatkan sistem imun tubuh (imuno
stimulator) atau menekan reaksi sistem imun yang berlebihan (imuno
suppressan)
4. Berbagai metode pengujian imunomodulator terhadap hewan coba yaitu
ada uji bersihan karbon, uji titer antibody, uji granulosit, Uji
bioluminisensi, Uji transformasi limfosit T
DAFTAR PUSTAKA

American diaebetes association (ADA), 2014, Diagnosis and Classification of


Diabetes Mellitus, Diabetes Care2014;37(Suppl. 1): S81–S90.

Anonim. 2016. MIMS Petunjuk Konsultasi, Edisi 16. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer

Baratawidjaja K, Rengganis I. 2009. Imunologi Dasar, Edisi Kedelapan. Jakarta:


Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia

Lawrence, J.C., 1994, Insulin and Oral Hypoglycemic Agents, In Brody, T.M.,
Larner, J., Minneman, K.P., and Neu, H.C. (Ed.), Human Pharmacology,
2nd Ed., 523-539, Mosby, London.

Naik, A.D., dan Juvekar, A.R. 2003. Effects of alkaloidal extract of Phyllanthus
niruri on HIV replication. Indian J. Med Sci., 57, 387.

Nugroho, Rudy Agung. 2018. Potensi Bahan Hayati Sebagai Imunostimulan


Hewan Akuatik. Yogyakarta : Penerbit Deepublish

Praworo, Kukuh. 2011. Terapi Medipic : Medical Picture. Jakarta : Penerbit Plus

Price, S.A. dan Wilson, L.M., 2014, Patofiologi, EGC: Jakarta.

Roitt. 1997. Pokok Pokok Ilmu Kekebalan. Jakarta: Gramedia

Siregar AA J Pamungkas, SSD Yusuf, dkk. 2006. Diktat penuntun praktikum


mata kuliah mikrobiologi II laboratorium Immunologi veteriner Departemen:
Bogor.

Tassiulas IO, Boumpas DT. 2009. Clinical features and treatment of SLE. In: Firestein
GS, Budd RC
LEMBAR PENILAIAN

TANGGAL PRAKTIKUM :

TANGGAL PENYERAHAN LAPORAN :

TOTAL NILAI
NILAI RESPONSI

NILAI KEHADIRAN

NILAI AKTIVITAS

NILAI HJSP

CATATAN :

TANDA TANGAN

MAHASISWA ASISTEN DOSEN

Eunike Filia Tandidatu Putri Nur Eliza


NIM.1813015219 NIM. 1713015088

Anda mungkin juga menyukai