Anda di halaman 1dari 11

ANAK PERILAKU SOSIAL MENYIMPANG

Laporan ini di buat guna memenuhi tugas

Mata kuliah Advokasi Anak dan Perempuan

DOSEN PENGAMPU: Syahrizal, M.Pd.

Di susun oleh:
Kelompok : 4
Putri Aulia (1810502013)
Regina Januarti (1810502014)
Silfi Nur Rahmawati (1810502015)
Widya Harum Pratiwi (1810502017)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini bangsa Indonesia telah dihadapkan dengan berbagai
permasalahan yang sangat kompleks baik secara internal maupun eksternal,
barangkali dapat kita bayangkan seandainya bangsa ini dipimpin oleh generasi muda
atau anak bangsa yang bodoh, malas, tidak bermoral, dan sifat yang tidak terpuji,
maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang terbelakang, jauh tertinggal dari negara-
negara lainnya.
Anak didik dipandang sebagai generasi yang belum matang dan dewasa.
Untuk itu perlu dibina dan dididik secara mental sehingga watak anak didik dapat
berkembang dengan baik. Sesuai dengan yang diharapkan menurut psikologi Prof.
Slamet Santoso “Pembinaan watak adalah tugas utama pendidikan” berupa pikiran
dan tindakan yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang terlihat setiap harinya,
dengan kata lain watak yang baik adalah cermin dari sikap dan perilaku yang
menunjang tinggi nilai-nilai mental. Sebagai pengganti generasi tua, dan penerima
estafet kepemimpinan dimasa datang, para siswa perlu dibina dan dididik karena masa
depan bangsa ini ditentukan oleh sejauh mana kualitas para generasinya, baik secara
moral maupun keprofesionalannya dalam memimpin bangsa ini pada suatu saat ini.
Tidak ada orang yang menginginkan putra-putrinya menjadi orang yang
bodoh, jahat, tidak bermoral dan berwatak tidak baik. Semua orang tua, masyarakat
dan pemerintah menginginkan agar para generasi muda mempunyai akhlak yang baik,
bermoral, berwatak yang baik, dan pintar. Dengan kata lain antara Imtaq dan Iptek
harus seimbang.
Jika terjadi ketimpangan berperilaku maka upaya pembinaan anak didik akan
sia-sia. Kenyataan saat ini menunjukkan betapa banyaknya para siswa yang terlibat
dalam tingkah laku menyimpang. Watak siswa/siswi saat ini sangat berbeda dengan
generasi muda sebelumnya, umumnya generasi sekarang bersifat santai, kurang
mandiri, kurang ulet, bersifat (lebih mudah terpengaruh), emosional serta kurangnya
rasa nasionalisme, hal ini dapat kita lihat dari kecendrungan setiap hari baik pelajar
maupun pemuda yang kerap melakukan kebrutal. Banyak faktor dan sumber yang
menjadi penyebab timbulnya perilaku menyimpang baik yang berasal dari dalam
maupun yang dari luar diri individu yang bersangkutan.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang penulis paparkan pada pendahuluan diatas, maka pada
makalah ini penulis akan membahas tentang:
a) Pengertian Perilaku menyimpang
b) Ciri-ciri Perilaku menyimpang
c) Faktor-fator penyebab Perilaku menyimpang anak
d) Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang anak
e) Peranan Orang Tua dalam menanggulangi Perilaku Menyimpang di Kalangan
Anak

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian  Perilaku Menyimpang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai
tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan
(norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh
masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih
kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku
pada masyarakat.
Berikut ini beberapa Definisi dari para Ahli Sosiologi mengenai Perilaku
Menyimpang :

1)  Menurut James Worker Van der Zaden.

Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap
sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.

2)   Menurut Robert Muhamad Zaenal Lawang.

Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-


norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang
berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.

3)   Menurut Paul Band Horton.

Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai


pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. Kebalikan dari
perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut
dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya
seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

Dari beberapa defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa “Perilaku


menyimpang” adalah suatu tindakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum,
agama, dan norma-norma masyarakat sehingga akibatnya dapat merugikan orang lain,
mengganggu ketentuan umum dan juga merusak dirinya sendiri.

3
B. Ciri-ciri Perilaku Menyimpang
Menurut Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki enam ciri sebagai
berikut.
a) Penyimpangan harus dapat didefinisikan
Tidak ada satupun perbuatan yang begitu saja dinilai menyimpang. Suatu
perbuatan dikatakan menyimpang jika memang didefinisikan sebagai
menyimpang. Perilaku menyim[pangn bukannlah semata-mata ciri tindakan yang
dilakukan ornag, melainkan akibat dari adanya peraturan dan penerapan sanksi
yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tersebut. Singkatnya, penilaian
menyimpang tidaknya suatu perilaku harus berdasarkan kriteria tertentu dan
diketahui penyebabnya.
b.    Penyimpangan bisa diterima atau bisa juga ditolak
Perilaku menyimpang tidak selalu merupakan hal yang negatif. Ada
beberapa penimpangan yang diterima bahkan dipuji dan dihormati, seperti orang
jenius yang mengemukakan pendapat-pendapat baru yang kadang-kadang
bertentangan dengan pendapat umum atau pahlawan ang gagah berani dan sering
terlibat peperangan. Sedangkan perampokan, pembunuhan terhadap etnis tertentu,
dan menyebarkan teror dengan bom atau gas beracun, termasuk dalam
penyimpangan yang ditolak dalam masyarakat.
c.    Penyimpangan relatif dan penimpangan mutlak
Pada kebanyakan masyarakat modern, tidak ada seorang pun yang msuk
kategori sepenuhnya penurut (konformis) ataupun sepenuhnya penyimpang.
Alasannya, orang yang termasuk kedua kategori ini justru akan mengalami
kesulitan dalam kehidupannya. Oleh sebab itu, pada dasarnya semua orang
normal pun sesekali pernah melakukan tindakan menyimpang, tetapi pada batas-
batas tertentu yang bersifat relative untuk setiap orang. Perbedaannya hanya pada
frekuensi dan kadar penyimpangannya saja. Orang yang tadinya penyimpang
mutlak lambat laun juga harus berkompromi dengan lingkungannya.
d.    Penyimpangan terhadap budaya nyata atau budaya ideal
Budaya  ideal di sini adalah segenap peraturan hukum yang erlaku dalam
suatu kelompok masyarakat. Tetapi dalam kenyataannya, tidak ada seorangpun
yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut. Antara budaya nyata
dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah

4
menjadi pengatahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung
banyak dilanggar.
e.    Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan
Apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai atau norma yang melarang
suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh banyak orang, maka akan
muncul “norma-norma penghindaran”. Norma penghindaran adalah pola
perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka tanpa harus
menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka. Jadi, norma-norma
penghindaran merupakan suatu bentuk penyimpanganperilaku yang bersifat
setengah melembaga (semi- institutitionalized).
f.      Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan)
Penyimpangan sosial tidak selalu menjadi ancaman karena kadang-kadang
dapat dianggap sebagai alat pemelihara stabilitas sosial. Di satu pihak,
masyarakat memerlukan keteraturan dan kepatian dalam kehidupan. Kita harus
mengetahui, sampai batas tertentu, perilaku apa yang kita harapkan dari orang
lain, apa yang orang lain inginkan dari kita, serta wujud masyarakat seperti apa
yang pantas bagi sosialisasi anggotanya. Di lain pihak, perilaku menyimpang
merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan
sosial. Tanpa suatu perilaku menyimpang, penyesuaia budaya terhadap perubahan
kebutuhan dan keadaan akan menjadi sulit. Tidak ada masyarakat yang mampu
bertahan dalam kondisi statis untuk jangka waktu lama. Masyarakat yang
terisolasi sekalipun akan mengalami perubahan. Perubahan ini mengharuskan
banyak orang untuk menerapkan norma-norma baru.

C. Faktor-faktor Penyebab Penyimpangan Perilaku Anak


Secara garis besar, faktor-faktor penyebab penyimpangan perilaku dapat
diklasifikasikan atas dua kategori, yaitu: (a) kondisi biologis (hereditas, kerusakan
otak, dan diet), dan (b) kondisi psikologis.
(a) Kondisi Biologis
a. Faktor hereditas.  Hasil-hasil penelitian mengungkapkan bahwa karakteristik
anak dapat dipengaruhi  oleh faktor genetic yang bersifat bawaan dari orang
tua. Penelitian eksperimen juga telah didesain mengenai efek nature dan
nurture pada penyesuaian diri. Hasilnya menunjukan bahwa faktor hereditas

5
memberikan kontribusi terhadap penyimpangan perilaku (Lahey & Ciminero,
1980).
b. Kerusakan otak (brain disorder). Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa:
a) Penyimpangan perilaku serius, khususnya infantile
autism,  berhubungan dengan kerusakan otak (brain disorder)
b) Hiperaktivitas, disebabkan oleh berbagi faktor, salah satu diantara
faktor-faktor itu adalah karena kerusakan otak.
c) Tidak semua perilaku menyimpang disebabkan oleh kerusakan otak,
bahkan anak yang mengalami gangguan otak belum tentu mengalami
perilaku menyimpang.
c. Diet atau keadaan nutrisi. Hasil penelitian Lahey & Cimiero (1980),
menunjukkan bahwa kekurangan nutrisi tidak hanya menyebabkan terjadinya
retarnasi fisik dan mental, tetapi juga menjadi penyebab terjadinyaperilaku
menyimpang.
(b) Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku.
Kondisi-kondisi tersebut dapat bersumber dari lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat atau faktor yang bersumber dari individu sendiri seperti stres.
Beberapa faktor penyebab perilaku menyimpang yang bersumber dari lingkungan
keluarga seperti  perceraian orang tua, ketidakhadiran orang tua, konflik orang
tua, penyimpangan perilaku orang tua (psikotik, antisosial, sikap bermusuhan,
penyelahgunaan obat, sikap tidak konsisten).
Stres merujuk pada situasi dimana seseorang mengalami kesenjangan antara
kebutuhan dan tuntutan lingkungan. Faktor fisiologis, sosial maupun psikologis
merupakan sumber stres yang berdampak negative seperti frustasi, kehilangan
sesuatu yang dicintai, disebut stressor. Stressor dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan fisiologis (sirkulasi dan tekanan darah), gangguan perhatian,
pemecahan masalah,unjuk kerja, takut, marah, dan emosi yang berlebihan.

D. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang Anak


a. Penyimpangan perimer
Penyimpangan perimer adalah penyimpangan yang bersifat temporer atau
sementara dan hanya menguasai sebagian kecil kehidupan seseorang. Menurut

6
Edwin M. Lemerd yang berpendapat bahwa seseorang yang telah melakukan
penyimpangan tahap primer (pertama) lalu oleh masyarakat sudah diberikan cap
sebagai penyimpang, maka orang tersebut terdorong untuk melakukan
penyimpangan sekunder (tahap lanjut) denagn alas an “kepalang tanggung”.
Ciri-ciri penyimpangan primer antara lain:
1. Bersifat sementara
2. Gaya hidupnya tidak didominasi oleh prilaku menyimpang
3. Masyarakat masih mentolelir/menerima
b. Penyimpangan sekunder
Penyimpangan sekunder adalah perbuatan yang dilakukan secara khas dengan
memperlihatkan perilaku menyimpang.
Ciri-ciri penyimpangan sekunder antara lain:
1. Gaya hidup didominasi oleh perilaku menyimpang
2. Masyarakat tidakbisa mentolelir perilakumenyimpang tersebut.
c. Penyimpangan individu
Penyimpangan individu adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seorang
individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-
norma yang berlaku. Contohnya pencurian yang dilakukan sendiri.
d.   Penyimpangan kelompok
Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang dilakukan secara
berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-
norma masyarakat yang berlaku. Contohnya, geng kejahatan atau mafia.
e.     Penyimpangan situasional
Penumpangan jenis ini disebabkan oleh pengruh bermacam-macam kekuatan
situsional/sosial diluar individu dan memaksa individu tersebut untuk berbuat
menyipang. Contohnya, seorang suami mencuri karena melihat anak istrinya
kelaparan.
E. Peranan Orang Tua Dalam Menanggulangi Perilaku Menyimpang di Kalangan
Anak
Menurut Daradjat (1968:87) Keluarga/orangtua memberikan bimbingan bagi
anakanak didalam kegiatan sehari-hari. Baik dalam pengisian waktu senggang, dalam
pergaulan, maupun dalam kehidupan masyarakat perlu sekali Dengan demikian
mereka merasa telah mendapatkan kepercayaan serta penghargaan dari masyarakat,
sehingga kebutuhan psikis dan sosial yang mereka perlukan dalam pengembangan dan

7
pembinaan pribadinya terpenuhi. Dengan demikian mereka akan merasa aman dan
percaya kepada masyarakatnya. Selanjutnya akan terhindarlah mereka dari kelakuan-
kelakuan yang mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat. Selanjutnya akan
terhindarlah mereka dari kelakuan-kelakuan yang mengganggu ketentraman dan
ketertiban masyarakat. Karena Orang tua merupakan lembaga utama dalam
membentuk kepribadian anak.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
  

8
            Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang dapat terjadi pada manusia
muda, dewasa, atau tua baik laki-laki maupun perempuan. Perilaku menyimpang ini tidak
mengenal pangkat atau jabatan dan tidak juga tidak mengenal waktu dan tempat.
            Batasan tentang perilaku menyimpang tidak begitu jelas dan sangat luas, sebagai
acuan bahwa perilaku dapat dikatakan menyimpang yang di bedakan menjadi dua jenis yaitu:
Penyimpangan tingkah laku yang bersifat moral dan asosial yang tidak di ataur dalam
undang-undang sehingga dapat di golongkan dalam pelanggaran hukum. Dan penyimpangan
tingkah laku yang bersifat melanggar hukum dengan menyelesaikan sesuai dengan undang-
undang dan hukum, yang biasa di sebut dengan kenakanlan remaja
            Beberapa gejala yang tampak dari keadaan/kondisi remaja yang berpilaku
menyimpang yaitu: Remaja tersebut tidak disukai oleh teman-temannya, akibatnya sering
menyendiri, Remaja yang menghindarkan diri dari tanggang jawab baik di rumah maupun
disekolah, Remaja yang sering mengeluh, berarti dia tidak mampu mengatasi masalahnya,
Remaja yang suka berbohong, Remaja yang sering mengganggu/menyakiti temannya atau
orang lain, Remaja yang tidak menyayangi guru atau mata pealajaran disekolah.
            Faktor- faktor timbulnya perilaku menyimpang yaitu: faktor yang berasal dari dalam
diri Individu yang bersangkutan dan faktor yang berasal dari luar individu.
            Usaha orang tua dan guru dalm mengatasi perilaku menyimpang yaitu: Menciptakan
hubungan yang harmonis di antara anggota keluarga. Orang tua jangan terlalu menurut secara
berlebihan kepada anak untuk berprestasi/memaksakan kehendaknya untuk mengambil
jurusan/bidang studi yang dimiliki anak. Membantu mengatasi berbagai kesulitan yang
dialami oleh remaja. Dan menegakkan disiplin sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

9
Rahman, Taupik, dkk, 2007.Sosiologi 1 Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat, Jakarta;
Yudistira
Thalib, Syamsul Bahri, 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, cet
ke 1, Jakarta; Kencana
Sarwono, Sarlito W, 2010 Pengantar Psikologi Umum,cet ke 2, Jakarta; RajaGrafindo
Persada
http://makalah4you.blogspot.com/2013/11/makalah-perilaku-menyimpang.html (diakses pada
12 Desember 2019, Pkl. 22.20)
udjiran. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Padang. Universitas Negeri Padang
Muin, Idianto. 2006. Sosiolog. Jakarta. Erlangga
Hamid Hasan, Said, Dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter
Bangsa. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kementrian
Pendidikan Nasional.

10

Anda mungkin juga menyukai