Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan
kebutuhan keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mau
membuat kontrak (Carpenito, 2006).
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang mal adaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam
berhubungan (Dalami, 2009).

II. Proses terjadinya masalah


a. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan
sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama
yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan
orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di
kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak
tidak mersaa diperlakukan sebagai objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam
berhubungan terdiri dari:

a) Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak,
akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat
penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di
kemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa
percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan
orang lain pada masa berikutnya.
b) Masa Kanak-Kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai
mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan
teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu
dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus,
aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat
menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang tua
harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada
saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan,
berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.
c) Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman
sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk
mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi
hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan
kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang
tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan
keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan
tertekan maupun tergantung pada remaja.

d) Masa Dewasa Muda


Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan
interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai
dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerim
perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap
untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai
pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah
saling memberi dan menerima (mutuality).
e) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak
terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk
mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri.
Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan
yang interdependen antara orang tua dengan anak.
f) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik,
kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran.
Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain akan
meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat
dipertahankan.
2) Faktor biologis
Faktor genetic dapat berperan dalam respons sosial maladptive menurut
(Stuart, 2006). Terjadinya penyakit jiwa pada individu juga dipengaruih oleh
keluarganya disbanding dengan individu yang tidak mempunyai riwayat penyakit
terkait.
3) Faktor sosiokultural
Menurut (Stuart, 2006), isolasi sosial merupakan faktor utama dalam
gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
kurang produktif seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, penderita kronis. Isolasi
dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda
dari yang dimiliki budaya mayoritas.
4) Faktor dalam keluarga
Menurut (Stuart, 2006) pola komunikasi dalam keluarga dapat mengantar
seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan
hal-hal yang negative akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
Adanya dua esan yang bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan,
menyebabkan anak menjadi traumatic dan enggan berkomunikasi dengan orang
lain.
b. Faktor presipitasi
Menurut (Stuart, 2006) faktor presipitasi terdiri dari:
1) Stressor sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unti keluarga dan berpisah
dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit
2) Stressor psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat
menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
c. Mekanisme koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptive, menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan
dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Stuart, 2006). Koping yang berhubungan
dengan gangguan kepribadian anti sosial antara lain: proyeksi, merendahkan orang
lain.koping ini berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang: farmasi reaksi,
idealisasi orang lain dan merendahkan orang lain.

d. Rentang respon
Rentang respon sosial

Respons adaptif Respons maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerjasama Ketergantungan Narkisisme
Interdependen
1. Respon adaftif
Respon yang masih dapat di terima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan secara umum serta masih dalam batas normal dalam
menyelesaikan masalah.
a) Menyendiri : respons yang di butuhkan seseorang untuk merenungkan
apa yang telah terjadi dilingkungan sosial nya.
b) Otonomi : kemampuan individu untuk menentukan atau
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c) Bekerjasama : kemampuan individu yang saling membutuhkan satu
sama lain.
d) Interdependen : saling ketergantungan antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.

2. Respon maladaftif
Respon yand di berikn individu yang menyimpang dari norma sosial.
Yang termasuk respons maladaftif adalah :
a) Menarik diri : sesorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b) Ketergantungan : seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
c) Manipulasi : seseorang yang menggangu orang lain sebagai individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
d) Curiga : seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang
lain.

III. Pohon masalah

Resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi

Isolasi sosial

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1) Isolasi sosial: menarik diri
2) Perubahan sensori persepsi: halusinasi
3) Kekerasan, resiko tinggi
4) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
5) Motivasi perawatan diri kurang
6) Defisit perawatan diri
7) Koping keluarga inefektif : ketidak mampuan keluarga untuk merawat klien di
rumah (Keliat, 2005)

IV. Diagnosa keperawatan


a. Isolasi sosial
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
c. Resiko gangguan sensori persepsi
(Keliat, 2005)
V. Rencana tindakan keperawatan

Tgl No Perencanaan
Dx keperawatan Intervensi
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi

1 Isolasi sosial : Menarik diri Klien dapat Setelah di lakukan 1x


interaksi,
berinteraksi dengan
orang lain sehingga pasien menunjukan tanda-tanda
tidak terjadi menarik pecaya terhadap perawat dengan
diri menujukan:
1. Klien dapat
membina
hubungan saling 1. Ekspresi wajah bersahabat,
percaya menunjukan rasa tenang , ada
kontak mata, mau berjabat 1. Bina hubungan saling
tangan, mau menyebutkan nama, percaya dengan
mau menjawab salam, mau menggunakan prinsip
duduk berdampingan dengan komunikasi terapeutik:
perawat, mau mengutarakan a. Sapa klien dengan
masalah yang dihadapi namabaik verbal maupun
non verbal
b. Perkenalkan diri dengan
sopan
c. Tanyakan nama lengkap
dan nama panggilan yang

disukai klien

d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
g. Berikan perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat 2. Klien dapat menyebutkan 2. Kaji pengetahuan klien

menyebutkan penyebab menarik diri yang tentang perilaku menarik


penyebab Menarik berasal dari: diri dan tandanya:
diri. a. Diri sendiri a. “Dirumah klien tinggal
b.Orang lain dengan siapa”
c. Lingkungan b. “Siapa yang paling dekat
dengan klien”
. c. “Apa yang membuat
klien dekat denganya”

d. “Dengan siapa klien tidak


dekat”
e. “Apa yang membuat
klien tidak dekat”

3. Klien dapat 1. Klien dapat berinteraksi 1. Kaji pengetahuan klien

menyebutkan menyebutkan keuntungan dan tentang keuntungan


keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan memiliki teman
kerugian orang lain. Misalnya: 2. Beri kesempatan kepada
berinteraksi dengan a. Banyak teman klien untuk berinteraksi
orang lain b. Tidak sendiri dengan orang lain
c. Bisa diskusi,dll 3. Diskusikan bersama klien
tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang
lain
4. Beri penguatan positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang

lain

2. Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien


kerugian bila tidak berinteraksi tentang kerugian bila tidak
dengan orang lain. Misalnya: berinteraksi dengan orang
a. Sendiri lain
2. Beri kesempatan kepada
b. Tidak memiliki teman klien untuk
c. Sepi,dll mengungkapakan perasaan
tentang kerugian bila tidak
berinteraksi dengan orang
lain
3. Diskusikan bersama klien
tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang
lain
4. Beri penguatan positif
terhadap kempuan
mengungkapkan persaan
tentang kerugian tidak

berinteraksi dengan orang


lain
4. Klien dapat 4. Klien dapat mendemonstrasikan 1. Kaji kemampuan klien

melaksanakan interaksi sosial secara bertahap membina hubungan dengan


interaksi sosial antara: orang lain.
secara bertahap a. Klien-perawat 2. Bermain peran tentang cara
berhubungan/berinteraksi
b. Klien-perawat-perawat lain dengan orang lain.
c. Klien-perawat-perawat lain- 3. Dorong dan Bantu klien
klien lain untuk berinteraksi dengan
d. Klien- orang lain melalui tahap:
keluarga/kelompok/masyarak a. Klien-perawat
at b. Kien-perawat-perawat
lain
c. Klien-perawat-perawat
lain-klien lain
d. Klien-
keluarga/komunitas/masy
arakat

4. Beri penguatan positif


terhadap keberhasilan yang
telah dicapai
5. Bantu klien untuk
mengevaluasi keuntungan
menjalin hubungan sosial
6. Dikusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
bersama klien dalam
mengisi waktu, yaitu
berinteraksi dengan orang
lain
7. Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan ruangan
8. Beri penguatan positif atas
kegiatan klien dalam
kegiatan ruangan
5. Klien dapat 5. Klien dapat mengungkapkan 1. Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaanya setelah mengungkapkan perasaanya
perasaanya setelah berinteraksi dengan orang lain bila berinteraksi dengan
berinteraksi dengan untuk: orang lain
orang lain a. Diri-sendiri 2. Diskusikan dengan klien
b. Orang lain tentang perasaan keuntungsn
berinteraksi dengan orang
lain
3. Beri penguatan positif
atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan
keuntungan berhubungan
dengan orang lain
6. Klien dapat 6. Keluarga dapat: 1. Bina hubungan saling
memberdayakan percaya dengan keluarga:
system pendukung a. Menjelaskan perasaan nya a. Salam,perkenalkan
atau keluarga b. Menjelaskan cara merawat diri b. Jelaskan tujuan
klien menarik diri c. Buat kontrak

c. Mendemonstrasikan cara d. Eksplorasi perasaan klien


perawatan klien menarik
diri 2. Diskusikan dengan anggota
d. Berpartisipasi dalm perawatan keluarga tentang:
klien menarik diri a. Perilaku menarik diri
b. Penyebab perilaku
menarik diri

c. Akibat yang akan terjadi


jika perilaku menarik diri
tidak ditanggapi
d. Cara keluarga
menghadapi klien
menarik diri
3. Dorong anggota keluarga
untuk memberi dukungan
kepada klien dalam

berkomunikasi dengan
orang lain
4. Anjurkan anggota keluarga
untuk secara rutin
bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu
5. Beri penguatan positif atas
hal-hal yang telah dicapai
oleh keluarga

2 Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Pasien memiliki

Rendah konsep diri yang


positif
1. Pasien dapat
membina
hubungan saling Setelah dilakukan 1x interaksi, 1. Bina hubungan saling
percaya pasien menunjukan: percaya dengan
1. Ekspresi wajah bersahabat menggunakan prinsip
terapeutik:
2. Menunjukan rasa senang a. Sapa klien dengan ramah
b. Perkenalkan diri dengan
3. Ada kontak mata

23
5. Mau menyebutkan nama soan

6. Mau menjawab salam c. Tanyakan nama lengkap


dan nama panggialan
7. Pasien mau duduk yang disukai pasien
berdampingan dengan perawat d. Jelaskan tujuan
8. Pasien mau mengutarakan pertemuan
masalah yang di hadapi e. Jujur dan menempati
janji
f. Tunjukan sikap empati
dan menerima pasien apa
adanya
g. Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar pasien

2. Pasien dapat Setelah 2x interaksi pasien dapat 1. Diskusikan dengan pasien

mengidentifikasi menyebutkan: tentang pasien tentang:


aspek positif dan
kemampuan yang a. Aspek positif dan kemampuan a. Aspek positif yang
dimiliki yang dimiliki pasien. dimiliki pasien, keluarga,
b. Aspek positif keluarga lingkungan
c. Aspek positif lingkungan b. Kemampuan yang

dimiliki pasien

2. Bersama pasien buat daftar


tentang:
a. Aspek positif yang
dimiliki pasien, keluarga,
lingkungan
b. Kemampuan yang
dimilki pasien
3. Beri pujian yang realitis,
hindarkan memberi
penilaian negatif

3. Pasien dapat Setelah 3x interaksi pasien 1. Dilaksanakan pasien

membina menyebutkan kemampuan yang Diskusikan kemampuan


kemampuan yang dapat dilaksanakan pasien yang akan
dimiliki untuk dilanjutkan pelaksanaanya
dilaksanakan

4. pasien dapat Setelah 4x interaksi pasien dapat 1. Rencanakan bersama pasien,

merencanakan membuat rencana kegiatan harian aktivitas yang dapat


kegiatan sesuai dilakukan setiap hari sesuai

dengan kemmpuan kemampuan pasien


yang dimiliki
2. Tingkatkan kegiatan sesuai
kondisi pasien
a. Kegiatan mandiri
b. Kegiatan dengan
bantuan

3. Beri contoh cara


pelaksanaan kegiatan yang
dapat pasien lakukan

5. pasien dapat Setelah 5x interaksi pasien 1. Anjurkan pasien untuk

melakukan melakukan kegiatan sesuai jadwal melaksanakan kegiatan yang


kegiatan sesuai yang dibuat telah direncanakan
rencana yang 2. Pantau kegiatan yang
dibuat dilaksankan pasien
3. Beri pujian atas usaha yang
dilakukan pasien
4. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah
pulang
6. pasien dapat Setelah 6x interaksi pasien 1. Beri pendidikan kesehatan

memanfaatkan memanfaatkan system pendukung pada keluarga tentang cara


sistem pendukung yang ada di keluarga merawat pasien dengan
yang ada harga diri rendah
a. Beri alasan setiap
berinteraksi
b. Perkenalkan nama-

nama panggilan perawat


dan tujuan perawat
berkenalan
c. Tanyakan dan panggil
nama kesukaan pasien
d. Tunjukan sikap jujur
dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
e. Tanyakan perasaan
pasien dan masalah
yang dihadapi klien
f. Buat kontrak interaksi

yang jelas

g. Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
3 Gangguan sensori persepsi: Pasien dapat Setelah 5x interaksi pasien 1. Bina hubungan saling

Halusinasi mengontrol halusinasi meunjukan tanda-tanda percaya percaya dengan


yang dialaminya kepada perawat: menggunakan prinsip
(Lihat/dengar/penghidu/raba/kecap) 1. Pasien dapat 1. Ekspresi wajah bersahabat komunikasi terapeutik:
membina a. Sapa pasien dengan
hubungan saling 2. Menujukan rasa senang ramah baik verbal
percaya maupun non verbal
3. Ada kontak mata b. Tanyakan nama
lengkap dan nama
4. Mau berjabat tangan panggilan yang disukai
pasien
5. Mau menyebutkan nama c. Buat kontrak yang jelas
d. Tunjukan sikap jujur
6. Mau menjawab salam dan menepati janji

7. Mau duduk berdampingan


dengan perawat
setiap kali berinteraksi

e. Tunjukan sikap empati


dan menerima apa
adanya klien
f. Beri perhatian kepada
pada pasien dan
perhatikan kebutuhan
dasar pasien
g. Tanyakan perasaan
pasien dan masalah
yang dihadapi pasien

1. Pasien dapat Setelah 5x interaksi pasien dapat 1. Adakah kontrak sering

mengenal menyebutkan: dan singkat secara


halusinasinya bertahap
1. Jenis halusinasi a. Observasi tinglah laku
pasien terkait dengan
2. Isi halusinasinya
b. Tanyakan apakah pasien
3. Waktu mengalami

4. Frekuensi
sesuatu/halusinasi

c. Jika pasien menjawab iya,


tanyakan pa yang sedang
dialaminya
d. Katakan bahwa perawat
percaya pasien mengalami
hal tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalami apa yang
dirasakan klien
e. Katakan bahwa ada pasien
yang lain yang mengalami
hal yang sama
f. Katakan bahwa perawat
akan membantu pasien

1. Jika pasien tidak mengalami


halusinasi, klarifikasi
tentang adanya pengalaman
takut, sedih, senang, cemas, jengkel halusinasi, diskusikan

dengan pasien:

a. Isi, waktu, frekuensi

b. Situasi dan kondisi yang


menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
2. Pasien dapat Setelah 5x interaksi pasien 1. Identifikasi bersama klien

mengontrol menyebutkan: cara yang dilakukan jika


halusinasinya terjadi halusinasi
1. Tindakan yang biasanya 2. Diskusikan cara cara yang
dilakukan untuk mengendalikan digunakan pasien:
halusinasinya a. Jika cara yang
2. Pasien dapat menyebutkan cara diguanakan adaptif beri
baru mengontrol halusinasinya pujian
3. pasien dapat memilih cara untuk b. Jika cara yang
mengendalikan halusinasinya digunakan maladaptive
4. pasien melaksankan cara yang diskusikan kerugian
dipilih untuk mengendalikan cara tersebut
halusinasinaya 3. Diskusikan cara baru untuk
5. pasien mengikutsertakan terapi
aktivitas kelompok memutuskan/mengontrol

timbulnya halusinasi

a. Katakan pada diri sendiri


bahwa itu tidak nyata
(“Saya tidak mau
dengar/lihat/penghidu/ra
ba/kecap pada saat
halusinasi terjadi)
b. Menemui orang lain atau
perawat/teman/anggota
keluarga untuk
menceritakan tentang
halusinasinaya
c. Membuat dan
melaksanakan jadwal
yang telah disusun
d. Meminta
keluarga/teman/perawat
untuk menyapa jika
terjadi halusinasi

4. Bantu pasien memilih cara


yang sudah dinjurkan dan
latih untuk mencobanya
5. Beri kesempatan klien
untuk melakukan cara yang
sudah dipilih dan dilatih
jika berhasil diberi pujian
6. Anjurkan pasien mengikuti
terapi aktivitas kelompok

3. Pasien dapat Setelah 5x pertemuan keluarga 1. Buat kontrak dengan

dukungan dari menyatakan setuju untuk keluarga untuk pertemuan


keluarga dalam mengikuti pertemuan dengan
mengontrol perawat, (waktu, tempat dan topik)
halusinasinya keluarga mempu menyebutkan
pengertian, tanda dan gejala,proses 2. Diskusikan dengan keluarga
terjadinya halusinasi (pada saat pertemuan
keluarga/kunjungan rumah)
a. Pengertian halusinasi
b. Tanda dan gejala
halusinasi
c. Obat-obatan untuk

halusinasi

d. Cara yang dapat


dilakukan pasien dan
keluarga untuk
memutuskan halusinasi
e. Cara merawat anggota
keluaraga yang
halusinasi dirumah
(Beri kegiatan
berpergian bersama
serta pantau obat-
obatan dan cara
pemberianya untuk
mengatasi halusinasi)

4. Pasien dapat Setelah 5x interaksi pasien dapat 1. Diskusikan dengan pasien

memanfaatkan menyebutkan: tentang manfaat dan


obat dengan baik kerugian tidak minum obat
1. Pasien dapat ( Nama, warna, dosis, cara,
mendemonstrasikan
pengguanaan obat dengan efek terapi, dan efek

benar samping)

2. Pasien dapat menyebutkan 2. Pantau pasien pada saat


akibat berhenti minum obat minum obat
3. Beri pujian jika pasien
menggunakan obat dengan
benar
4. Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa
konsultasi dengan dokter
5. Anjurkan pasien untuk
konsultasi kepada dokter
atau perawat jika terjadi hal
yang tidak diinginkan
VI. Daftar Pustaka
Carpenito, L.J. (2006). Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2).
Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC.
Dalami, E, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial.
Jakarta: Trans Info Media.
Purba dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press
Stuart, Gail W. ( 2006 ). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai