Anda di halaman 1dari 11

BAB 8 PENDAPATAN

PENDAPATAN – aliran masuk aset atau kenaikan aset lainnya pada suatu entitas atau
penyelesaian/pelunasan kewajiban entitas tersebut dari penyerahan atau produksi barang,
pemberian/penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang membentuk operasi sentral atau utama dan
berlanjut dari entitas tersebut.

Pendapatan mempunyai dua karakteristik utama yaitu:

1. Aliran masuk aset atau Kenaikan aset

Untuk dapat mengatakan bahwa pendapatan ada atau timbul, harus terjadi transaksi atau
kejadian yang menaikkan aset atau menimbulkan aliran masuk aset. Tidak ada batasan bahwa aset
harus berupa kas atau alat likuid yang lain. Akan tetapi, tidak semua kenaikan aset dapat menimbulkan
pendapatan.

1. Operasi utama atau sentral Berlanjut

Secara netral, pendapatan adalah produk perusahaan sebagai hasil dari upaya produktif.
Pendapatan diukur dengan jumlah rupiah aset baru yang diterima dari pelanggan. Kegiatan
utama atau sentral yang menerus atau berlanjut merupakan karakteristik yang membatasi
kenaikkan yang dapat disebut pendapatan. Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi dan
bukan kegiatan investasi dan pendanaan. Akan tetapi, pendapatan atau untung yang tidak berasal dari
operasi utama dengan sendirinya lalu dapat disebut sebagai pos nonoperasi.

Karakteristik pendukung dari definisi pendapatan yaitu:

1. Operasi dan Nonoperasi – pemisahan hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi tersebut benar-
benar luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara sangat kebetulan
saja. Bila tidak bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagaipendapatan lain-
lain dan untung.
2. Penurunan kewajiban – terjadi penurunan atau pelunasan kewajiban
3. Suatu Entitas  – maksud dalam tujuan definisi mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha
dianut dalam pendefinisian.
4. Produk perusahaan – pendapatan akhirnya harus direpresentasi oleh aliran masuk dana dari
pelanggan, hal tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana pendapatan diukur dan
bukan menunjukkan bagaimana atau syarat pendapatan terjadi.
5. Pertukaran produk – pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat
dalam sistem pembukuan.
6. Berbagai bentuk dan nama – pendapatan adalah konsep yang bersifat generic dan mencakupi
semua pos dengan berbagai bentuk dan nama apapun.
7. Kenaikan Ekuitas –

PENDAPATAN VS UNTUNG

 IAI/IASC tidak secara formal membedakan pendapatan (revenues) dan untung (gains).
 Pendapatan dan untung dicakupi dalam satu definisi penghasilan (income).
 FASB memisahkan pendapatan dan untung sebagai elemen yang berdiri sendiri.
 

UNTUNG

Ialah kenaikan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi peripheral (ikutan) atau
incidental (kala-kala) suatu entitas dan dari semua transaksi atau kejadian atau keadaan lain yang
mempengaruhi entitas tersebut kecuali kenaikan sebagai akibat dari pendapatan atau investasi oleh
pemilik

Makna yang terkandung dalam definisi Untung:

1. Kenaikan ekuitas bersih


2. Periferal atau insidental
3. Selain yang dicakupi pendapatan
4. Selain investasi oleh pemilik atau transaksi yang berkaitan dengan pemilik

FASB perlu membedakan pendapatan dan untung karena sumber untung berbeda dengan operasi utama.

Karakteristik Sumber Untung:

1. Periferal atau insidental


2. Transfer nontimbal-balik
3. Penahanan aset
4. Faktor lingkungan

Pembedaan lebih diarahkan untuk tujuan penyajian daripada untuk membedakan makna pendapatan dan
untung.

PENGAKUAN PENDAPATAN

Pencatatan jumlah rupiah pendapatan secara formal ke dalam sistem pembukuan sehingga jumlah tersebut
terrefleksi dalam statemen keuangan.

Dua konsep penting:

1. Pembentukan pendapatan (earning of revenue)

PEMBENTUKAN PENDAPATAN adalah suatu konsep yang berkaitan dengan masalah kapan
dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul atau menjadi ada. Konsep pembentukan
pendapatan menyatakan bahwa pendapatan terbentuk, terhimpun, atau terhak (to be earned)
bersamaan dengan dan melekatkan pada seluruh atau totalitas proses berlangsungnya operasi
perusahaan dan bukan sebagai hasil transaksi tertentu. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar
upaya dan hasil/capaian serta kontinuitas usaha. Biaya merepresentasi upaya dan pendapatan
merepresentasi capaian.

Pendekatan ini juga dilandasi oleh konsep HOMOGENITAS KOS yaitu Seluruh pos biaya yang
direpresentasi dengan kos menghasilkan pendapatan sebagai satu kesatuan. Kos komponen atau pos
biaya secara individual mempunyai kontribusi dalam menghasilkan pendapatan. Kos mempunyai
kedudukan yang sama dalam menghasilkan pendapatan.
 

Implikasi Konsep Homogenitas Kos

Kos berkaitan dengan pendapatan secara proporsional dengan besarnya kos. Urutan pengurangan
kos barang terjual, biaya penjualan, dan biaya administratif dalam statemen L-R bukan
merupakan urutan prioritas. Begitu kos suatu objek biaya terjadi, pendapatan dapat dianggap terbentuk
sehingga laba juga terbentuk.

Asumsi di Balik Homogenitas Kos

Dianutnya konsep dasar upaya dan capaian/hasil. Upaya terjadi dahulu baru pendapatan datang.

Setiap usaha secara umum mendatangkan atau  menjajikan laba sehingga orang mau melakukan usaha.
Biaya (expense) merupakan upaya yang sengaja dilakukan secara senang hati dengan penuh kesadaran,
semangat, dan pengertian bukan beban yang harus diderita atau ditanggung oleh pendapatan. Istilah beban
tidak cocok/mengenai untuk expense.

1. Realisasi pendapatan (realization of revenue) – pendekatan transaksi

Dengan konsep realisasi, pendapatan baru dapat dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat
terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen (pembeli) untuk membayar produk
baik produk telah selesai dan diserahkan ataupun belum dibuat sama sekali. Berdasarkan konsep
realisasi, pendapatan sebenarnya terjadi akibat transaksi tertentu yaitu transaksi penjualan dan
kontrak.

KRITERIA PENGAKUAN PENDAPATAN

1. Telah terrealisasi atau cukup pasti terrealisasi (realized atau realizable)

Telah terealisasi bilamana produk (barang atau jasa), barang dagangan, atau aset lain telah terjual
atau ditukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Cukup pasti terealisasi bilamana aset berkaitan
yang berterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang cukup pasti
jumlahnya. Mudah dikonversi bila mempunyai (a) harga  satuan yang tetap tidak bergantung bentuk
dan penyajian barang dan (b) daftar harga barang tersedia di suatu pasar aktif tersedia.

1. Telah terbentuk/terhak (earned)

Telah terbentuk bilamana perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan yang harus
dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai yang melekat pada pendapatan.

Kedua kriteria harus dipenuhi walaupun bobot atau kekritisan untuk keduanya berbeda untuk situasi yang
berbeda. Cukup terbentuk dapat dikaitkan dengan produk akhir atau dengan perioda. Pendapatan baru
dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut:

1. Keterukuran nilai aset


2. Adanya suatu transaksi
3. Proses penghimpunan secara substansial telah selesai
SAAT PENGAKUAN PENDAPATAN

Kapan kedua kriteria kriteria pengakuan dipenuhi. Berbagai gagasan:

1. Saat kontrak penjualan disepakati – setelah menandatangani kontrak penjualan dan bahkan
sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum mulai memproduksi
barang, contoh barang konsumsi dengan jarak penandatangan kontrak dan penyerahan barang
cukup pendek.
2. Selama proses produksi secara bertahap – pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara
bertahap (per perioda akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus pada
saat projek selesai dan diserahkan.

Akresi yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau proses alamiah lainnya.

Apresiasi yaitu selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai buku aset
terdepresiasi).

1. Saat produksi selesai – pendapatan sudah terealisasi dan pada saat produk selesai pendapatan
secara substansial sudah terbentuk.
2. Saat penjualan
3. Saat kas terkumpul – pengakuan berdasarkan asas kas.

SAAT PENGAKUAN PENJUALAN JASA

Sejalan dengan pengakuan pendapatan pada perusahaan perdagangan atau pemanufakturan. Pedoman
umum:

1. Saat jasa telah dilaksanakan atau dikonsumsi


2. Selama proses pelaksanaan secara bertahap
3. Saat pelaksanaan jasa selesai sepenuhnya
4. Saat kas terkumpul

PROSEDUR PENGAKUAN PENDAPATAN

Kebijakan akuntansi perusahaan yang menetapkan kapan suatu penjualan dianggap secara teknis telah
terjadi sehingga memicu pencatatan jumlah rupiah penjualan tersebut. Kebijakan ini biasanya dituangkan
dalam buku pedoman akuntansi (accounting manual).

BAB 9 BIAYA

BIAYA – aliran keluar aset atau penyerapan aset lainnya pada suatu entitas atau penimbulan
kewajiban entitas tersebut (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi barang, produksi
barang, pemberian/penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang membentuk operasi sentral atau utama
dan belanjut dari entitas tersebut.

Karakteristik biaya berdasarkan definisi yaitu:

1. Penurunan Aset atau aliran keluar


Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang
menurunkan aset atau menimbulkan aliran keluar aser atau sumber ekonomik. Aset dalam hal ini
harus diartikan sebagai semua aset perusahaan sebagai satu kesatuan (bukan hanya aset tertentu
misalnya sediaan bahan baku).

1. Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus

Tidak semua penurunan atau konsumsi aset membentuk biaya. Agar menjadi biaya konsumsi tersebut
harus berkaitan dengan kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha. Yang dimaksud dengan
kegiatan utama adalah kegiatan penciptaan pendapatan (laba) yang direpresentasi dalam kegiatan
memproduksi/mengirim barang atau menyerahkan/melaksanakan jasa.

Karakteristik pendukung dari definisi Biaya yaitu:

1. Kenaikan Kewajiban
2. Penurunan Ekuitas – secara eksplisit penurunan aset akhirnya akan mengubah ekuitas atau
menurunkan ekuitas
3. Aliran Fisis atau Moneter
4. Rugi

RUGI

RUGI — Penurunan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi peripheral (ikutan) atau
incidental (kala-kala) suatu entitas dan dari semua transaksi atau kejadian atau keadaan lain yang
mempengaruhi entitas tersebut kecuali penurunan sebagai akibat dari biaya atau distribusi oleh
pemilik.

Karakteristik rugi berdasarkan definisi yaitu:

1. Penurunan ekuitas (aset bersih)


2. Transaksi Periferal dan Insidental
3. Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik

Empat sumber rugi yaitu:

1. Periferal dan incidental – penjualan investasi, aset tetap, utang obligasi sebelum jatuh tempo
2. Transfer nontimbal-balik – pencurian dan pembayaran ganti rugi dari kekalahan tuntutan
3. Penahanan aset – penurunan harga sekuritas, investasi, valuta asing
4. Faktor lingkungan – ganti rugi asuransi musibah lama yang lebih rendah dari kos aset yang rusak

PENGAKUAN BIAYA

KRITERIA PENGAKUAN yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan nilai aset yang
memenuhi definisi biaya atau rugi dapat diakui. Criteria pengakuan biaya adalah

1. Pemanfaatan

Biaya diakui bilamana manfaat ekonomik telah dikonsumsi dalam rangka penyerahan barang atau
jasa untuk mendatangkan pendapatan
1. Kelenyapan.

bilamana manfaat ekonomik masa datang telah lenyap

Biaya diukur dengan kos yang sebelumnya melekat pada aset. Biaya dapat dipandang sebagai bagian
kos yang telah terhabiskan dalam rangka menciptakan pendapatan. Bagian kos yang terhabiskan dapat
dihubungkan dengan pendapatan atas dasar hubungan:

1. Dasar sebab-akibat, alokasi sistemik dan

Basis asosiasi atas dasar sebab-akibat atau penandingan langsung atas dasar produk merupakan
basis yang paling ideal

1. Dasar rasional, atau pengakuan segera.

Akan tetapi, alasan kepraktisan dan ketidaktersediaankanan beberapa faktor kos (administrative
dan pemasaran) menjadikan akuntansi beralih ke penandingan taklangsung atau penandingan
perioda. Dengan kata lain, takaran penandingan bukan lagi produk melainkan perioda.

Dengan perioda sebagai takaran, sebagai alokasi sistemik lebih menggambarkan kelayakan ekonomik
daripada pembebanan langsung semua manfaat pada saat terjadinyya atau daripada pendekatan tanpa
alokasi sebagaimana dikemukakan Thomas. Namun demikian, alokasi bukan merupakan sarana untuk
meratakan laba tahunan. Harus dibedakan antara tujuan perataan faktor kos dalam perioda interim
(bulanan) untuk kepentingan internal dengan perataan laba antartahun untuk kepentingan eksternal.

Untuk penentuan kos produk yang tepat, alokasi internal merupakan kebutuhan. Alokasi kos bergabung
atau bersama yang paling valid secara teoritis adalah alokasi atas dasar harga pasar relative. Alokasi
ini sejalan dengan konsep upaya dan capaian/hasil serta homogenitas kos. Alokasi harus dilakukan
karena bila suatu produk menghasilkan pendapatan maka pendapatan tersebut jelas bukan tanpa
kos (cost free).

Makna alokasi antarperiode sebenarnya adalah penundaan pembebanan kos yang merepresentasi
manfaat ekonomik aset. Kos dapat ditangguhkan pembebanannya terhadap pendapatan kalau kos
dapat dikaitkan secara cukup pasti dengan pendapatan masa datang. Kos dapat ditangguhkan
pembebanannya kalau kos merupakan pengeluaran yang sah, merupakan pengeluaran yang umum
(wajar atau normal), dapat dikaitkan secara cukup pasti dengan pendapatan atau kegiatan masa
datang, dan terjadi berulang-ulang.

Alokasi bukan sarana penundaan rugi. Semua rugi yang nyata-nyata telah terjadi harus segera
diakui tanpa harus memandang apakah rugi tersebut berkaitan dengan kegiatan utama
perusahaan. Pembebanan arbitrer lebih valid disbanding penundaan pembebanan kos yang tidak lagi
merepresentasi manfaat ekonomik. Keterlenyapan manfaat menjadi pemicu untuk mengakui segera kos
sebagai biaya atau rugi. Bila biaya dipandang dalam arti luas, penandingan pendapatan dan biaya dapat
didasarkan atas penandingan produk, perioda, dan arbitrer.

Alokasi kos barang tersedia dijual menjadi sediaan dan kos barang terjual dengan metoda MPKP
adalah yang paling menggambarkan kegiatan operasi yang factual dan objektif. Oleh karena itu,
metode ini adalah yang paling sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan eksternal.
Depresiasi merupakan bagian dari kos aset tetap yang dianggap telah menghasilkan pendapatan.
Penyerahan kos aset secara sistemik dan rasional atas dasar pola penyerapan lebih menggambarkan
operasi factual dan objektif disbanding pembebanan langsung pada saat diperolehnya aset.
Tersedianya beberapa metoda depresiasi dimaksudkan untuk memberi keleluasan bagi manajemen
untuk menentukan pola penyerapan manfaat yang paling sesuai dengan kondisi yang melingkupi.
Walaupun demikian, metode unit produksi adalah metode yang paling ideal.

Depresiasi merupakan biaya yang nyata bukan biaya hipotesis. Akuntansi depresiasi adalah proses
alokasi sistematis dalam rangka penandingan biaya dan pendapatan. Akuntansi depresiasi bukan
sarana akumulasi dana untuk penggantian aset tetap. Akuntansi depresiasi juga bukan merupakan
proses penilaian untuk mengukur penurunan nilai aset. Dengan kata lain, depresiasi bukan penurunan
nilai aset melainkan bagian kos yang merepresentasi biaya dalam rangka mendatangkan pendapatan
dalam suatu periode.

Konsep depresiasi juga berlaku untuk aset takberwujud, sumber alam, dan tanah yang terbatas
manfaat ekonomiknya. Goodwill (muhibah) dapat diinterpretasi sebagai kemampuan melaba di atas
normal, artibut spe

sifik yang dapat dipisahkan, atau akun penilaian induk. Kos organisasi harus segera mulai diamortisasi
manakala ada tanda-tanda penurunan atau penciutan yang berlanjut baik dalam laba, lingkup kegiatan,
ataupun modal perusahaan.

BAB 10 LABA

LABA KOMPREHENSIF – perubahan dalam ekuitas suatu badan usaha selama suatu periode
yang berasal dari transaksi dan kejadian lain dan kondisi dari sumber-sumber nonpemilik. Suatu
badan usaha meliputi semua perubahan dalam ekuitas selama periode kecuali perubahan yang diakibatkan
oleh investasi oleh pemilik dan distribusi ke pemilik.

Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup
kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan tetapi, teori akuntansi sampai
saat ini belum mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba. Oleh karena itu, berbeda
dengan elemen statemen keuangan lainnya, pembahasan laba meliputi tiga tataran yaitu (a) semantic, (b)
sintaktik dan (c) pragmatik.

Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memenuhi tujuan
menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. Sementara itu, pemakai informasi
mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Teori akuntansi laba menghadapi dua pendekatan: satu laba untuk
berbagai tujuan atau beda tujuan beda laba. Teori akuntansi laba diarahkan untuk memformulasi laba
dengan pendekatan pertama.

Konsep laba dalam tataran semantic meliputi pemaknaan laba sebagai pengukur kinerja, pengkonfirmasi
harapan investor, dan estimator laba ekonomik. Meskipun akuntansi paling tidak harus dapat mengukur
dan menyajikan laba ekonomik, akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi laba yang dapat
digunakan pemakai untuk mengukur laba ekonomik yang pada gilirannya untuk menentukan nilai
ekonomik perusahaan.

Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuran dalam suatu periode yang dapat dinikmati
(distribusi atau tarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan. Pengertian semacam ini
didasarkan pada konsep pemertahanan capital. Konsep ini membedakan antara laba dan capital. Konsep
ini membedakan antara laba dan capital. Capital bermakna sebagai sediaan (stock) potensi jasa atau
kemakmuran sedangkan laba bermakna antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi serta
antara transaksi operasi dan transaksi pemiliki. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset
bersih sehingga berbagai dasar penilaian capital dapat diterapkan.

Atas dasar berbagai teori dan konsep tentang makna laba, dapat diajukan definisi formal laba sebagai
berikut:

Laba adalah tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan capital dalam suatu
periode yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh
entitas penguasa/pemilik capital tanpa mengurangi kemampuan ekonomik capital mula-mula (awal
periode)

Dalam tataran sintaktik, teori laba berkepentingan dengan bagaimana laba diukur dan disajikan.
Laba dapat diukur dan diakui atas dasar pendekatan kegiatan atau pendekatan transaksi. Dengan
pendekatan pemertahanaan capital, laba diukur atas dasar penilaian capital pada awal dan akhir perioda.
Untuk itu, harus ditentukan jenis capital (financial atau fisis), skala pengukuran (nominal atau daya beli),
dan dasar penilaian (kos historis atau sekarang). Untuk menentukan laba, capital pada dua titik waktu
dapat diukur atas dasar kapitalisasi aliran kas harapan, penilaian pasar, setara kas, harga masukan historis,
harga masukan sekarang, dan pemertahanan daya beli.

Pada tataran semantic, teori laba berkepentingan untuk menyakinkan bahwa laba merupakan
predictor aliran kas ke investor, bahwa laba akuntansi bermanfaat dalam perkontrakan dan
pengendalian manajemen, dan bahwa laba akuntansi mengandung informasi yang bermanfaat bagi
investor.

Kebijakan manajemen baik jangka pendek maupun jangka panjang akan terrefleksi dalam laba. Laba
merupakan signal kebijakan manajemen (baik yang berdampak negative maupun positif). Laba dianggap
mengandung informasi kalau pasar saham bereaksi terhadap pengumuman laba akuntansi. Hipotesis pasar
efisien merupakan sarana untuk menguji hal ini. Pengujian dapat dilakukan atas dasar asosiasi antara laba
dan harga saham atau dasar studi peristiwa.

Siapa yang dituju oleh angka laba juga menentukan bagaimana laba diukur. Siapa yang dituju berkaitan
dengan teori entitas yang dianut. Teori entitas meliputi entitas usaha bersama, entitas bisnis, entitas
investor, entitas pemilik, entitas pemilik residual, entitas pengendali, dan entitas dana. Teori ini
menentukan dan membedakan antara biaya dan pembagian laba sehingga menentukan pula bagaimana
komponen-komponen laba-rugi disajikan dalam statemen laba-rugi.

Meskipun praktik akuntansi dewasa ini dilandasi oleh konsep kesatuan usaha, penyajian statemen
laba-rugi sebenarnya dilandasi oleh konsep kesatuan pemilik. Untuk tujuan penyusunan dan
penyajian statemen laba-rugi, dapat digunakan salah satu sudut pandang diatas. Jadi, konsep yang
melandasi rerangka dasar pengolahan data tidak harus sama dengan konseo yang melandasi
bentuk, susunan, dan penyajian statemen laba-rugi.

 
BAB 11 EKUITAS

            Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisis dan konseptual antara manajemen dan
pemilik. Ekuitas pemegang saham (ekuitas) menggambarkan hubungan yuridis antara perseroan
dengan para pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen penting yaitu (a)
modal setoran dan (b) laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal yuridis dan modal setoran lain.

            Ekuitas didefinisi secara sintaktik sebagai hak residual atas aset perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi secara sintaktik bukan semantic karena
keperluan untuk mempertahankan artikulasi statemen keuangan. Ekuitas mengandung makna
pemilikan. Oleh karena itu, untuk organisasi nonbisnis ekuitas sering disebut sebagai aset bersih.

            Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal yaitu hal atas penyelesaian klaim, hak
penggunaan aset dan substansi perjanjian (yuridis). Walaupun demikian, atas dasar konsep kesatuan
usaha kreditor dan investor dipandang sebagai pihak luar perusahaan yang terpisah dari manajemen.

            Modal setoran perlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal setoran merupakan suatu
bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan  keutuhannya sedangkan laba ditahan merupakan
modal yang tercipta atau terhimpun karena pemanfaatan aset, modal setoran merupakan perubahan
aset dalam rangka pendanaan (transaksi modal) segangkan laba ditahan merupakan perubahan aset
dalam rangka produksi (transaksi operasi).

            Kontrak yang sesungguhnya antara pemegang saham dan perseroan ditunjukkan oleh keseluruhan
dana yang disetor (modal setoran) tanpa memperhatikan adanya modal yuridis atau modal saham yang
sering dianggap sebagai batas perlindungan bagi pihak lain. Pemisahan dan pelaporan modal yuridis tidak
menjadi masalah secara teknis. Akan tetapi, secara konseptual modal yuridis dan modal setoran lain harus
ditotal untuk menunjukkan modal setoran yang harus dibedakan dengan laba ditahan. Dari segi akuntansi,
yang mendasarkan diri ada konsep dasar substansi di atas bentuk, ekuitas pemegang saham adalah seluruh
jumlah yang secara ekonomik tertanam dalam perseroan termasuk laba ditahan.

            MODAL SETORAN DAPAT BERTAMBAH karena:

1. Pemesanan saham,
2. Konversi status obligasi,
3. Konversi status saham istimewa,
4. Dividen saham, dan
5. Hak beli saham.

Transaksi yang menyangkut hal-hal tersebutmerupakan transaksi modal sehingga dapat melibatkan laba
ditahan.

MODAL SETORAN DAPAT BERKURANG karena Saham treasuri. Masalah yang berkaitan dengan
saham treasuri adalah:

1. Penentuan jumlah rupiah yang harus dianggap mempengaruhi modal setoran dan laba ditahan dan
2. Pengungkapan pengarunya terhadap modal yuridis bila saham treasuri dijual kembali.

 
Dua konsep dapat diterapkan dalam transaksi saham treasuri yaitu

1. konsep satu-transaksi dan

konsep ini disebut juga dengan metode kos karena jumlah rupiah total yang dibayarkan dianggap seakan-
akan merupakan kos pembelian saham treasuri. Disebut satu-transaksi karena pembelian saham treasuri
dan penjualannya kembali diangga satu transaksi. Artinya, pembelian dan penjualan dianggap sebagai
kesatuan transaksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan transaksi saham treasuri tersebut.

1. Konsep dua-transaksi

Dengan konsep ini, pemerolehan kembali saham sebagai saham treasuri dianggap sebagai likuidasi
ekuitas pemegang saham sedangkan penjualan kembali saham treasuri dianggap sebagai penerbitan
saham baru. Konsep ini disebut pendekatan nilai nominal (par-value approach) karena harga penarikan
atau penjualan kembali ditandingkan dengan nilai nominal. Selisihnya, baik dalam penarikan atau
penjualan, dikompensasi ke modal setoran lain (excess of paid-in capital over par stock atau agio saham)
seluruhnya atau sebatas porsi modal setoran lain mula-mula dan selisihnya dikompensasi ke laba ditahan.

            Beberapa pos yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi laba ditahan dan dilaporkan
sebagai PENYESUAI LABA DITAHAN adalah:

1. Penyesuaian periode-lalu
2. Koreksi kesalahan
3. Pengaruh perubahan akuntansi, dan

Secara umum, perubahan akibat ketiga komponen pertama diperlukan sebagai transaksi operasi sehingga
dilaporkan dalam statemen laba-rugi.

1. Kuasi-reorganisasi.

Kuasi-reorganisasi akan mempengaruhi laba ditahan secara langsung. Kuasi-reorganisasi


dilakukan apabila terdapat deficit yang cukup besar tetapii perusahaan masih berjalan baik dan
mempunyai prospek yang baik pula. Hal ini dilakukan untuk mengatasi keadaan yang disebut bankrupt
secara teknis sehingga perusahaan bebas dari kemungkinan bankrupt atau pailit secara hukum yang
mengarah ke likuidasi.

Penyusunan kembali struktur ekuitas pemegang saham melalui kuasi-reorganisasi menempatakan


perusahaan dalam posisi baru berdiri (fresh start). Statemen keuangan untuk tahun terjadinya kuasi-
reorganisasi harus mengungkapkan rincian jumlah yang membentuk struktur modal yang baru. Laba
ditahan sebelum reorganisasi tidak dapat diteruskan lagi dan laba ditahan dalam neraca setelah
reorganisasi haris diberi tanggal mulai terbentuknya (tanggal reorganisasi). Kuasi-reorganisasi
hanya dapat dilakukan kalau syarat-syarat tertentu dipenuhi.

Laba Komprehensif

Pemisahan yang tegas antara transaksi operasi (nonpemilik) dan transaksi pemilik yang berakibat
pemisahan secara tegas antara modal setoran dan laba ditahan mempunyai konsekuensi bahwa segala
perubahan yang berkaitan dengan operasi dalam arti luas dilaporkan melalui statemen laba rugi. Hal ini
menjadi landasan penyajian laba dengan:
1. Pendekatan semua-termasuk

Pendekatan ini hanya memasukkan ke dalam atatemen laba rugi pos-pos operasi yang dianggap
bertalian dengan tahun berjalan dan penggunaan aset (sumber ekonomik) untuk mencapai tujuan
utama. Pendekatan ini menekankan makna periode sekarang atau berjalan (current) dan operasi dalam
arti sempit.

1. Pendekatan kinerja sekarang

Pendekatan ini menekankan pemisahan secara tegas transaksi operasi dalam arti luas dan
transaksi modal. Dengan kata lain, yang diperhitungkan sebagai laba dan disajikan melalui
statemen laba rugi adalah semua pos akibat transaksi nonpemilik. Pendekatan ini dilandasi oleh
konsep dasar kontinuitas usaha yang memandang statemen laba-rugi merupakan penggalan aliran operasi
(pendapatan dan biaya) dalam jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai