Teori Dan Praktik Pembelajaran Al Quran Hadits
Teori Dan Praktik Pembelajaran Al Quran Hadits
A. PENDAHULUAN
Al Qur’an merupakan sumber hukum pertama dan Hadits sebagai sumber
hukum yang kedua dalam Islam. Belajar Al-Qur’an itu merupakan kewajiban
yang utama bagi setiap mukmin. Dalam kehidupan sehari-hari umat Islam
meyakini dan berpegang teguh dengan Al-Qur’an karena ia akan dapat
memberikan ketenangan dan ketentraman dalam hati. Bahkan apabila ayat-ayat
Allah SWT dibacakan, maka bagi orang yang beriman bertambahlah keimanannya
dan mereka selalu bertawakal kepada Allah SWT. Sebagaimana ditegaskan dalam
Al-Qur’an surah al-Anfal ayat 2:
Islam juga memberikan tempat dan kedudukan yang tinggi bagi tiap-tiap
orang yang selalu membacanya, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an. Al-
Qur’an juga akan memberikan syafaat kepada para pembacanya, sebagaimana
sabda Rasulullah yang berbunyi:
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan unsur mata pelajaran PAI pada
madrasah yang memberikan pendidikan kepada peserta didik untuk memahami
dan mencintai Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam dan
mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Al-Qur’an dan hadits di Madrasah Ibtidaiyah, menekankan
proses kegiatan belajar yang berorientasi pada kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh seorang Muslim terhadap kedua sumber ajaran tersebut. Di antaranya
adalah kemampuan dalam membaca, menulis, mengahafal, mengartikan,
memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an dan hadits. Untuk dapat memenuhi
target pembelajaran bagi siswa MI tersebut, seorang guru tentunya harus
mempersiapkan rencana pembelajaran yang berpusat pada kemampuan dasar yang
ingin dicapai.
Makalah ini akan menguraikan hasil observasi proses belajar mengajar yang
dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Aluh-Aluh Besar pada mata pelajaran
Al-Qur’an Hadits.
B. LANDASAN TEORITIS
1. Latar Belakang Psikologi Peserta Didik
Secara hakikatnya psikologi merupakan kajian tentang kejiwaan, yang
mempunyai implikasi terhadap proses pendidikan. Pendidikan Islam dalam
bingkai psikologi, berfungsi sebagai proses pembinaan terhadap potensi-potensi
yang sudah ada.
Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada
setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan ciri-ciri pada tahap-
tahap yang lain. Peserta didik yang belajar di madrasah Ibtidaiyah termasuk dalam
fase/masa anak-anak.
Masa anak-anak berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun dengan ciri-ciri
utama, yaitu:
a. Memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok
sebaya (peer group).
3
1
Tohirin, PSIKOLOGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Berbasis
Integrasi dan Kompetensi), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 41.
2
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2000), h. 186-188.
3
Ibid, h. 190.
4
pengetahuan tentang alam dan sekitarnya. Pada usia 6-7 tahun biasanya anak telah
memiliki kesiapan untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah dasar. Pada masa
ini anak-anak lebih mudah diarahkan, diberi tugas yang harus diselesaikan, dan
cenderung mudah untuk belajar berbagai kebiasaan seperti makan, tidur, bangun
dan belajar pada waktu dan tempat tertentu.4
Tingkatan perkembangan intelektual peserta didik madrasah ibtidayah
merujuk pada pendapat Piaget memiliki ciri-ciri yaitu: tahap pra operasional (2-7
tahun), tahap berpikir pra konseptual (2-4 tahun) yang ditandai dengan mulainya
adaptasi terhadap simbol, mulai dan tingkah laku berbahasa, aktivitas imitasi dan
permainan. Kemudian pada tahap berpikir intuitif (4-7 tahun) ditandai oleh
berpikir pralogis yaitu antara operasional konkret dengan prakonseptual. Pada
tahap ini perkembangan ingatan peserta didik sudah mulai mantap, tetapi
kemampuan berpikir deduktif dan induktif masih lemah/belum mantap.
Perkembangan intelektual siswa madrasah ibtidayah berada pada tahap
operasional konkret (7-11 tahun) yang ditandai oleh kemampuan berpikir konkret
dan mendalam, mampu mengklasifikasi dan mengontrol persepsinya. Pada tahap
ini, perkembangan kemampuan berpikir siswa sudah mantap, kemampuan skema
asimilasinya sudah lebih tinggi dalam melakukan suatu koordinasi yang konsisten
antar skema.5 Kemudian, pada usia 11 tahun hingga dewasa, peserta didik
memiliki karakteristik perkembangan intelektual yang disebut tahap operasional
formal. Pada tahap ini peserta didik sudah mapu berpikir secara lebih abstrak,
idealistik, dan logis.6
Secara substansial mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik sejak dini untuk mencintai kitab
sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung
4
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 24.
5
Abdul Madjid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h.
8.
6
John W Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007),
h. 47-48.
5
dalam al-Qur'an-Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi
pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
b. Strategi Pembelajaran
Strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan mengajar tertentu. 9 Strategi bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran, di dalamnya terkandung makna perencanaan.
Ada banyak strategi pembelajaran yang bisa digunakan, diantaranya adalah:
1) Strategi Pembelajaran Ekspositori; ialah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari
seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal.10 Strategi ini merupakan
bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru
(teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi
ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru
menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan
materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.
2) Strategi Pembelajaran Inkuiri; ialah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui
tanya jawab antara guru dan siswa.
3) Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM); strategi ini dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Terdapat 3 ciri utama dari strategi ini. a) SPBM merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah
kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa
9
Elhefni, dkk, Strategi Pembelajaran, (Palembang: CV. Grafika Telindo, 2011), h. 9.
10
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran....., h. 177.
7
c. Metode Pembelajaran
Metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu Metha dan Hodos. Metha berarti
jalan atau melewati dan Hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu
Ibid, h. 212-213.
11
12
Ibid, h. 225.
13
Ibid, h. 253.
8
cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan ajar agar tercapai tujuan
pengajaran.14
Setiap pengajaran diperlukan metode-metode untuk menyampaikan
pembelajaran agar tujuan pendidikan dapat dicapai dengan baik. Dalam hal ini
metode pengajaran untuk mata pelajaran Al-Qur’an Hadits itu banyak sekali, dan
bisa digunakan beberapa metode dalam satu kali pembelajaran. Diantara metode-
metode tersebut adalah metode diskusi, ceramah, tanya jawab, demonstrasi,
pemberian tugas, drill, reading aloud, dll.
Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan oleh guru ketika menentukan
pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran. Jika guru memilihnya tidak tepat
maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar dan
efektif. Sebaliknya jika guru berhasil memilih dan menentukan pendekatan,
strategi dan metode dengan baik, maka kemungkinan pembelajarannya akan
berjalan dengan lancar dan efektif.
Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru ketika
menentukan pendekatan, strategi, dan metode, diantaranya adalah:
1) Pendekatan, strategi, dan metode harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
2) Sesuai dengan materi pembelajaran
3) Tersedianya alat, bahan, dan sumber belajar
4) Harus memperhatikan jenjang pendidikan/kelas/tingkat
5) Waktu yang tersedia.
C. TEMUAN DI LAPANGAN
1. Profil Sekolah dan Sejarah Perkembangannya
a. Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh Besar
10
e. Keadaan siswa
Jumlah siswa di Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh Besar tahun ajaran
2015/2016 pada semester ganjil adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Data Tentang Keadaan Siswa di Madarasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh
Besar
Siswa
No Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 I 13 15 28
2 II 11 19 30
3 III 15 9 24
12
4 IV 17 8 25
5 V 9 11 20
6 VI 11 10 21
Jumlah 148
Sumber: Profil Sekolah MIN Aluh-Aluh Besar
f. Sarana dan Prasarana
Saran dan Prasarana di Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh Besar, adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. Data Tentang Saran dan Prasarana di Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-
Aluh Besar
No Saran dan Prasarana Jumlah
1. Kantor, terdiri dari:
a. Ruang kepala sekolah 1
b. Ruang TU 1
c. Ruang guru 1
d. Ruang tamu 1
e. Ruang UKS 1
f. Gudang tempat penyimpanan benda milik sekolah 1
2 Perpustakaan 1
3 Ruang kelas, terdiri dari:
a. Kelas I 2
b. Kelas II 2
c. Kelas III 1
d. Kelas IV 1
e. Kelas V 1
f. Kelas VI 1
4 Mushola 1
5 Lapangan 1
Sumber: Profil Sekolah MIN Aluh-Aluh Besar
2. Kurikulum yang Digunakan
Struktur kurikulum MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam
satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I-VI. Struktur kurikulum
MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata
pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.15
a. Kurikulum MI memuat 7 mata pelajaran Umum dan 4 Mata Pelajaran
Agama dan Bahasa Arab serta muatan lokal. Pengembangan diri
merupakan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kompetensi
15
Profil Madrasah Ibtidaiyah Negeri Aluh-Aluh Besar Tahun Pelajaraan 2015-2016.
13
hadits yang diterbitkan oleh Aqila dan dicetak oleh PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri yang disusun berdasarkan kurikulum 2013. Judul bukunya “Cinta Al-
Qur`an hadits”.17
5. Materi Pembelajaran
a. Surah Al-Ikhlas
Anak muslim harus hafal surah al-ikhlas. Surah al-ikhlas menyuruh kita
untuk mengakui allah sebagai tuhan satu-satunya yang wajib disembah dan
dimintai pertolongan, tidak ada tuhan selain allah.
b. Mengenal Surah Al-Ikhlas
6. Proses Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi tanggal 11 oktober 2016 di MIN Aluh-Aluh
Besar kelas I. Pembelajaran mata pelajaran al-Qur’an Hadits dimulai pada jam
08.20. Pembelajaran pada saat itu membahas tentang surah al-ikhlas.
Pembelajaran meliputi mengenal surah al-ikhlas, melafalkan surah al-ikhlas per
lafal, dan menghafalkan surah al-ikhlas.
17
Hasil dokumentasi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Aluh-Aluh Besar.
15
E. PENUTUP
1. Simpulan
17
Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru saat ini sudah diusahakan
secara optimal. Untuk mencapai tujuan pembelajaran sudah dilakukan sebisa
mungkin oleh guru. Hanya saja ada beberapa hal yang belum teraplikasikan
dengan baik. Untuk itu perlu kiranya para guru agar terus membenahi
kekurangan-kekurangan yang ada dan memanfaatkan hal-hal yang belum
teraplikasikan dengan baik.
Tidak hanya pada proses belajar mengajar saja yang harus dibenahi, tapi juga
di luar itu guru harus selalu memberikan teladan yang baik bagi siswa agar
tertanam nilai-nilai yang baik pada diri mereka. Artinya pembelajaran tidak hanya
dilakukan sebatas dikelas, yang mana mereka harus mengetahui teorinya saja
tetapi juga praktiknya secara langsung.
2. Saran
Guru hendaknya lebih kreatif dalam memanfaatkan media yang ada untuk
menarik perhatian peserta didik agar mereka lebih termotivasi lagi belajarnya dan
tidak merasa bosan. Sesuai dengan perkembangan zaman sekarang yang semakin
canggih, guru juga harus memanfaatkan teknologi yang ada sebagai penunjang
agar teknologi tersebut dapat membantunya dalam mentransferkan pemahaman
ilmu terhadap anak didik.
DAFTAR PUSTAKA