Anda di halaman 1dari 18

1

TEORI DAN PRAKTIK PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS


DI MADRASAH IBTIDAIYAH KELAS 1-3

A. PENDAHULUAN
Al Qur’an merupakan sumber hukum pertama dan Hadits sebagai sumber
hukum yang kedua dalam Islam. Belajar Al-Qur’an itu merupakan kewajiban
yang utama bagi setiap mukmin. Dalam kehidupan sehari-hari umat Islam
meyakini dan berpegang teguh dengan Al-Qur’an karena ia akan dapat
memberikan ketenangan dan ketentraman dalam hati. Bahkan apabila ayat-ayat
Allah SWT dibacakan, maka bagi orang yang beriman bertambahlah keimanannya
dan mereka selalu bertawakal kepada Allah SWT. Sebagaimana ditegaskan dalam
Al-Qur’an surah al-Anfal ayat 2:

‫ت َعلَْي ِه ْم آيَاتُ هُ َز َاد ْت ُه ْم إِميَانً ا‬ ِ ِ ِ ِ َّ ِ


ْ َ‫ت ُقلُ وبُ ُه ْم َوإِ َذا تُلي‬
ْ َ‫ين إِ َذا ذُك َر اللَّهُ َوجل‬ ِ
َ ‫إمَّنَ ا الْ ُم ْؤمنُ و َن الذ‬
)٢( ‫َو َعلَى َرهِّبِ ْم َيَت َو َّكلُو َن‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila
disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-
Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal”.

Islam juga memberikan tempat dan kedudukan yang tinggi bagi tiap-tiap
orang yang selalu membacanya, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an. Al-
Qur’an juga akan memberikan syafaat kepada para pembacanya, sebagaimana
sabda Rasulullah yang berbunyi:

ُ ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلََّ َم َي ُق‬ ِ َ ‫ مَسِ عت رس‬:‫ال‬ ِ ِِ


‫ول‬ َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ ُ ْ َ َ‫َع ْن أيب أ َُم َامةَ الْبَاهل ُّي َرض َي اللَّهُ َعْنهُ ق‬
(‫َص َحابِِه) رواه مسلم‬ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫ فَِإنَّهُ يَأْيِت َي ْو َم الْقيَ َامة َشف ًيعا ِأل‬،‫ا ْقَرءُوا الْ ُق ْرآ َن‬:
Artinya:“Dari Abu Umamah al-Bahili ra berkata: Aku mendengar
Rasulullah saw bersabda: Bacalah al-Qur’an karena ia akan memberikan syafaat
kepada para sahabatnya”.
2

Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan unsur mata pelajaran PAI pada
madrasah yang memberikan pendidikan kepada peserta didik untuk memahami
dan mencintai Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam dan
mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Al-Qur’an dan hadits di Madrasah Ibtidaiyah, menekankan
proses kegiatan belajar yang berorientasi pada kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh seorang Muslim terhadap kedua sumber ajaran tersebut. Di antaranya
adalah kemampuan dalam membaca, menulis, mengahafal, mengartikan,
memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an dan hadits. Untuk dapat memenuhi
target pembelajaran bagi siswa MI tersebut, seorang guru tentunya harus
mempersiapkan rencana pembelajaran yang berpusat pada kemampuan dasar yang
ingin dicapai.
Makalah ini akan menguraikan hasil observasi proses belajar mengajar yang
dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Aluh-Aluh Besar pada mata pelajaran
Al-Qur’an Hadits.

B. LANDASAN TEORITIS
1. Latar Belakang Psikologi Peserta Didik
Secara hakikatnya psikologi merupakan kajian tentang kejiwaan, yang
mempunyai implikasi terhadap proses pendidikan. Pendidikan Islam dalam
bingkai psikologi, berfungsi sebagai proses pembinaan terhadap potensi-potensi
yang sudah ada.
Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada
setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan ciri-ciri pada tahap-
tahap yang lain. Peserta didik yang belajar di madrasah Ibtidaiyah termasuk dalam
fase/masa anak-anak.
Masa anak-anak berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun dengan ciri-ciri
utama, yaitu:
a. Memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok
sebaya (peer group).
3

b. Keadaan fisik yang memungkinkan anak memasuki dunia permainan dan


pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani (psikomotorik).
c. Memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan
komunikasi yang luas.1
Menurut Crijns, periode atau tahap perkembangan masa anak-anak ini
ditandai dengan sejumlah karakteristik sebagai berikut:
1) Anak-anak pada masa ini mulai sadar akan dirinya sebagai seseorang yang
mempunyai kedudukan tersendiri seperti halnya dengan orang-orang lain.
Mereka mulai bisa bermain bersama.
2) Dalam masa ini mulai berkembangan pemikiran kritis, nafsu persaingan,
minat-minat dan bakat.
3) Mereka ingin mengetahui segala sesuatu secara mendalam, suka bertanya,
dan menyelidiki.
4) Hidup mereka berkelompok-kelompok, anak laki-laki terpisah dengan
anak-anak perempuan. Mereka memainkan peranan-peranan nyata seperti
yang mereka lihat di masyarakat.2
Kemudian Havinghurst juga menyusun karakteristik fase-fase perkembangan
masa anak-anak sebagai berikut:
a) Belajar keterampilan fisik untuk keperluan bermain
b) Membentuk sikap diri sendiri
c) Belajar bergaul secara rukun
d) Belajar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung
e) Mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan
f) Membuat kebebasan diri dan mengembangkan sikap terhadap kelompok
serta lembaga-lembaga sosial.3
Menurut Syamsu Yusuf, pada tahap perkembangan individu usia sekolah
dasar, anak mulai menunjukkan perhatian yang besar terhadap dunia ilmu

1
Tohirin, PSIKOLOGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Berbasis
Integrasi dan Kompetensi), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 41.
2
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2000), h. 186-188.
3
Ibid, h. 190.
4

pengetahuan tentang alam dan sekitarnya. Pada usia 6-7 tahun biasanya anak telah
memiliki kesiapan untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah dasar. Pada masa
ini anak-anak lebih mudah diarahkan, diberi tugas yang harus diselesaikan, dan
cenderung mudah untuk belajar berbagai kebiasaan seperti makan, tidur, bangun
dan belajar pada waktu dan tempat tertentu.4
Tingkatan perkembangan intelektual peserta didik madrasah ibtidayah
merujuk pada pendapat Piaget memiliki ciri-ciri yaitu: tahap pra operasional (2-7
tahun), tahap berpikir pra konseptual (2-4 tahun) yang ditandai dengan mulainya
adaptasi terhadap simbol, mulai dan tingkah laku berbahasa, aktivitas imitasi dan
permainan. Kemudian pada tahap berpikir intuitif (4-7 tahun) ditandai oleh
berpikir pralogis yaitu antara operasional konkret dengan prakonseptual. Pada
tahap ini perkembangan ingatan peserta didik sudah mulai mantap, tetapi
kemampuan berpikir deduktif dan induktif masih lemah/belum mantap.
Perkembangan intelektual siswa madrasah ibtidayah berada pada tahap
operasional konkret (7-11 tahun) yang ditandai oleh kemampuan berpikir konkret
dan mendalam, mampu mengklasifikasi dan mengontrol persepsinya. Pada tahap
ini, perkembangan kemampuan berpikir siswa sudah mantap, kemampuan skema
asimilasinya sudah lebih tinggi dalam melakukan suatu koordinasi yang konsisten
antar skema.5 Kemudian, pada usia 11 tahun hingga dewasa, peserta didik
memiliki karakteristik perkembangan intelektual yang disebut tahap operasional
formal. Pada tahap ini peserta didik sudah mapu berpikir secara lebih abstrak,
idealistik, dan logis.6
Secara substansial mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik sejak dini untuk mencintai kitab
sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung

4
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 24.
5
Abdul Madjid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h.
8.
6
John W Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007),
h. 47-48.
5

dalam al-Qur'an-Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi
pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Jatsiyah ayat 20:

)٢٠( ‫َّاس َو ُه ًدى َو َرمْح َةٌ لَِق ْوٍم يُوقِنُو َن‬


ِ ‫صائُِر لِلن‬
َ َ‫َه َذا ب‬
Artinya: “Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang meyakini”.

Dengan melihat beberapa karakteristik di atas maka peserta didik/siswa di


Madarasah Ibtidaiyah dianggap sudah bisa menerima dan mengikuti pembelajaran
walaupun pemahamannya masih secara konkrit.

2. Pendekatan, Strategi, Metode Pembelajaran


a. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan (approach) dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya
strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau
tergantung dari pendekatan tertentu.7
Pedekatan pembelajaran sebagai penjelas untuk mempermudah bagi para
guru memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah bagi siswa untuk
memahami materi yang disampaikan dengan memelihara suasana pembelajaran
yang menyenangkan.8 Istilah pendekatan pembelajaran bermakna cara-cara yang
ditempuh oleh guru untuk menghampiri siswa agar lebih memahami bahan yang
diajarkan oleh guru. Terdapat beberapa pendekatan belajar yang digunakan guru,
yaitu:
1) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi/berpusat pada siswa (student
centered approach).

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:


7

Kencana, 2007), h. 125.


8
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: ALFABETA, 2010), h.
68.
6

2) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi/berpusat pada guru (teacher


centered approach).

b. Strategi Pembelajaran
Strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan mengajar tertentu. 9 Strategi bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran, di dalamnya terkandung makna perencanaan.
Ada banyak strategi pembelajaran yang bisa digunakan, diantaranya adalah:
1) Strategi Pembelajaran Ekspositori; ialah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari
seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal.10 Strategi ini merupakan
bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru
(teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi
ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru
menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan
materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.
2) Strategi Pembelajaran Inkuiri; ialah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui
tanya jawab antara guru dan siswa.
3) Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM); strategi ini dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Terdapat 3 ciri utama dari strategi ini. a) SPBM merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah
kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa
9
Elhefni, dkk, Strategi Pembelajaran, (Palembang: CV. Grafika Telindo, 2011), h. 9.

10
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran....., h. 177.
7

hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi


pejaran, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. b) Aktivitas
pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah sebagai kata kunci
dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada
proses pembelajaran. c) Pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendektan berpikir secara ilmiah.11
4) Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir; ialah strategi
pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan
berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai
bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.12
5) Strategi Pembelajaran Kooperatif; ialah strategi pembelajaran kelompok
yang mana rangkaian kegiatan belajarnya dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi ini, yaitu: 1)
Adanya peserta dalam kelompok; 2) Adanya aturan dalam kelompok; 3)
Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan 4) Adanya tujuan
yang harus dicapai.
6) Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL); ialah strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyara sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka.13

c. Metode Pembelajaran
Metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu Metha dan Hodos. Metha berarti
jalan atau melewati dan Hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu

Ibid, h. 212-213.
11

12
Ibid, h. 225.
13
Ibid, h. 253.
8

cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan ajar agar tercapai tujuan
pengajaran.14
Setiap pengajaran diperlukan metode-metode untuk menyampaikan
pembelajaran agar tujuan pendidikan dapat dicapai dengan baik. Dalam hal ini
metode pengajaran untuk mata pelajaran Al-Qur’an Hadits itu banyak sekali, dan
bisa digunakan beberapa metode dalam satu kali pembelajaran. Diantara metode-
metode tersebut adalah metode diskusi, ceramah, tanya jawab, demonstrasi,
pemberian tugas, drill, reading aloud, dll.
Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan oleh guru ketika menentukan
pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran. Jika guru memilihnya tidak tepat
maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar dan
efektif. Sebaliknya jika guru berhasil memilih dan menentukan pendekatan,
strategi dan metode dengan baik, maka kemungkinan pembelajarannya akan
berjalan dengan lancar dan efektif.
Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru ketika
menentukan pendekatan, strategi, dan metode, diantaranya adalah:
1) Pendekatan, strategi, dan metode harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
2) Sesuai dengan materi pembelajaran
3) Tersedianya alat, bahan, dan sumber belajar
4) Harus memperhatikan jenjang pendidikan/kelas/tingkat
5) Waktu yang tersedia.

3. Materi Pembelajaran Al Qur`An Hadits di Madrasah Ibtidaiyah


Mata pelajaran Al-Qur'an Hadis di Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu
mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis al-
Qur'an dan hadis dengan benar, serta hapalan terhadap surat-surat pendek dalam
al-Qur'an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek
tersebut dan hadis-hadis tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan. Hal ini sejalan dengan misi
pendidikan dasar adalah untuk:
14
Suparta dan Herry Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Amissco,
2008), h. 19.
9

a. Pengembangan potensi dan kapasitas belajar peserta didik.


b. Pengembangan kemampuan baca tulis hitung dan bernalar serta
keterampilan hidup.
Dari hasil penelitian di MIN Aluh-Aluh Besar didapat sekolah memakai
kurikulum 2013 untuk kelas I dan IV sedangkan kelas II, III, V, dan VI memakai
kurikulum KTSP. Dibawah ini akan dipaparkan mengenai materi mata pelajaran
Al-Qur'an Hadis di Madrasah Ibtidaiyah untuk kelas I, II, dan III.
Materi mata pelajaran Al-Qur'an Hadis di Madrasah Ibtidaiyah untuk kelas I
pada kurikulum 2013 sebagai berikut: Al qur`an surah al-Fâtihah, an-Nâs, al-
Falaq, al-Ikhlâs, dan al-Lahab, hidup tertib dan menghargai orang lain, huruf-
huruf hijaiyah sesuai makhrajnya dan tanda bacanya, Al qur`an surah an-Nashr
dan al-Quraisy, mempelajari al-Qur’an dan Hadis adalah ibadah, Allah mecintai
orang-orang yang menjaga kebersihan, perilaku mencintai al-Qur'an Hadis,
berperilaku bersih dalam kehidupan sehari-hari, dan hadis tentang kebersihan.
Materi mata pelajaran Al-Qur'an Hadis di Madrasah Ibtidaiyah untuk kelas II
pada kurikulum KTSP sebagai berikut: Menulis huruf hijaiyah secara terpisah dan
bersambung, kaidah ilmu tajwid tentang tanda baca waqaf dan wasal, Al qur`an
surah an-Nashr, Al qur`an surah al-Qadr, al-Ma’un, al-Kafirun, al-Fil, dan
al-‘Ashr, dan hadits tentang hormat kepada kedua orang tua.
Materi mata pelajaran Al-Qur'an Hadis di Madrasah Ibtidaiyah untuk kelas III
pada kurikulum KTSP sebagai berikut: Al qur`an surah at-Takatsur, al- Zalzalah
dan al- Humazah, bacaan ghunnah, Al Qomariyah dan Al Syamsiyah, hadits
tentang shalat berjamaah, prilaku shalat berjamaah dalam kehidupan sehari-hari,
Al qur`an surah al-Qori’ah dan at-Tin, kandungan surah al-Fatihah dan surah al-
Ikhlas, bacaan Mad Thobi’i, Mad Wajib Muttasil dan Mad Jaiz Munfasil, hadits
tentang persaudaraan dan prilaku persaudaraan dengan sesama

C. TEMUAN DI LAPANGAN
1. Profil Sekolah dan Sejarah Perkembangannya
a. Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh Besar
10

Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh Besar di dirikan pada tahun 1987


oleh seorang tokoh agama yang bernama KH. Muhammad Yusuf. Berlokasi di
jalan lapangan MTQ simpang pipih RT 06 Aluh-Aluh Besar kecamatan Aluh-
Aluh Kabupaten Banjar. Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh Besar pada
awalnya merupakan lembaga pendidikan berstatus swasta dengan nama Madrasah
Ibtidayah Swasta Darussalam, kemudian pada tahun 1997 sekolah tersebut
berstatus negeri dengan akreditasi sekolah C.
b. Periodesasi Kepemimpinan
Sejak berdirinya Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh Besar tahun 1987
sampai sekarang pernah mengalami enam kali pergantian kepala sekolah. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada susunan kepemimpinan dari yang pertama
sampai sekarang, yaitu:
Tabel 1. Daftar Nama-nama Kepala Sekolah di Madarasah Ibtidayah Negeri Aluh-
Aluh Besar
No Nama Tahun Jabatan
1 KH. Muhammad Yusuf 1997-2002
2 Drs. Arifin 2002-2005
3 H. Bahran, S. Pd.I 2005-2007
4 Drs. Akhyar 2007-2009
5 Harun Ar-Rasyid 2009-2010
6 Dardiansyah, S. Ag 2010-Sekarang
Sumber: Dokumentasi TU MIN Aluh-Aluh Besar
c. Visi dan Misi
Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh Besar mempunyai visi, yaitu
menjadikan Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh Besar sebagai penanaman
iman dan ketakwaan, keilmuan, dan mengoptimalkan potensi-potensi anak didik
serta perkembangan kemasyarakatan.
Sedangkan misi dari Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh Besar adalah
sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan pendidikan yang menciptakan lulusan yang beriman,
bertakwa, berilmu dan berakhlak mulia.
2) Melakukan pembinaan baik untuk keseimbangan antara kesehatan lahir
dan batin.
11

3) Melakukan pembinaan berbagai aktivitas baik mata pelajaran agama,


umum, dan ekstrakurekuler serta pemahaman keagamaan membaca
alquran.
4) Mengantarkan siswa untuk mampu menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi.
5) Membina kader bangsa yang mampu tampil sebagai rohmatan lil`alamin.

d. Dewan Guru dan Staf Tata Usaha


Dewan Guru di Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh Besar berjumlah 13
orang, Sedangkan Staf Tata Usaha ada 1 orang, yaitu:
Tabel 2. Daftar Dewan Guru dan Staf Tata Usaha di Madarasah Ibtidayah Negeri
Aluh-Aluh Besar
NO NAMA
1 Dardiansyah, S. Ag
2 Imam Muslim, S. Pd.I
3 Tuni Akhmadi, A. Ma
4 Norhayati, A. Ma
5 Salathiah, A. Ma
6 Bastiah, S. Pd.I
7 Zainal Arifin, S. Pd.
8 Bunaim, A. Ma
9 Rustam, S. Pd. I
10 Ardiansyah, S. Pd.
11 Halimah, S. Pd.
12 Bahran, S. Pd.I
13 M. Arsyad, S. Pd.
Sumber: Profil Sekolah MIN Aluh-Aluh Besar

e. Keadaan siswa
Jumlah siswa di Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh Besar tahun ajaran
2015/2016 pada semester ganjil adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Data Tentang Keadaan Siswa di Madarasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh
Besar
Siswa
No Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 I 13 15 28
2 II 11 19 30
3 III 15 9 24
12

4 IV 17 8 25
5 V 9 11 20
6 VI 11 10 21
Jumlah 148
Sumber: Profil Sekolah MIN Aluh-Aluh Besar
f. Sarana dan Prasarana
Saran dan Prasarana di Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh Besar, adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. Data Tentang Saran dan Prasarana di Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-
Aluh Besar
No Saran dan Prasarana Jumlah
1. Kantor, terdiri dari:
a. Ruang kepala sekolah 1
b. Ruang TU 1
c. Ruang guru 1
d. Ruang tamu 1
e. Ruang UKS 1
f. Gudang tempat penyimpanan benda milik sekolah 1
2 Perpustakaan 1
3 Ruang kelas, terdiri dari:
a. Kelas I 2
b. Kelas II 2
c. Kelas III 1
d. Kelas IV 1
e. Kelas V 1
f. Kelas VI 1
4 Mushola 1
5 Lapangan 1
Sumber: Profil Sekolah MIN Aluh-Aluh Besar
2. Kurikulum yang Digunakan
Struktur kurikulum MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam
satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I-VI. Struktur kurikulum
MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata
pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.15
a. Kurikulum MI memuat 7 mata pelajaran Umum dan 4 Mata Pelajaran
Agama dan Bahasa Arab serta muatan lokal. Pengembangan diri
merupakan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kompetensi

15
Profil Madrasah Ibtidaiyah Negeri Aluh-Aluh Besar Tahun Pelajaraan 2015-2016.
13

yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk


keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam
mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan.
b. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan.
c. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan
konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan
sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
d. Pembelajaran pada Kelas I dan IV dilaksanakan melalui pendekatan
tematik kurikulum 2013, sedangkan pada Kelas II, III, V, dan VI
dilaksanakan melalui Pendekatan KTSP Berkarakter atau kurikulum
KTSP.
e. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana
tertera dalam struktur kurikulum.
f. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.

3. Latar Belakang Guru Al-Qur`an Hadits


Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Al-Qur`an Hadits diketahui guru
tersebut berlatarbelakang pendidikan S1, alumni IAIN Antasari Banjarmasin
Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam. Pengalaman mengajar 7
tahun, sejak tahun 2009 sampai dengan sekarang. Pernah mengajarkan mata
pelajaran Matematika sebelum diberikan amanah mengajarkan mata pelajaran Al-
Qur`an Hadits. Guru Al-Qur`an Hadits di Madrasah Ibtidayah Negeri Aluh-Aluh
Besar ini masih berstatus sebagai guru honorer.16
4. Buku Ajar/Rujukan
Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi yang dilakukan di MIN Aluh-
Aluh Besar pada kelas I, penulis menemukan buku ajar yang digunakan oleh guru
sama dengan yang dipakai oleh siswa. Buku yang dipakai adalah buku Al-Qur`an
16
Hasil wawancara dengan Guru Al-Qur`an Hadits.
14

hadits yang diterbitkan oleh Aqila dan dicetak oleh PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri yang disusun berdasarkan kurikulum 2013. Judul bukunya “Cinta Al-
Qur`an hadits”.17
5. Materi Pembelajaran
a. Surah Al-Ikhlas
Anak muslim harus hafal surah al-ikhlas. Surah al-ikhlas menyuruh kita
untuk mengakui allah sebagai tuhan satu-satunya yang wajib disembah dan
dimintai pertolongan, tidak ada tuhan selain allah.
b. Mengenal Surah Al-Ikhlas

‫الر ِحي ِم‬


َّ ‫بِ ْس ِم اللَّ ِه الرَّمْح َ ِن‬
ِ َّ ُ‫)اللَّه‬١( ‫َح ٌد‬
)٤( ‫َح ٌد‬
َ ‫)ومَلْ يَ ُك ْن لَهُ ُك ُف ًوا أ‬
َ ٣( ‫)مَلْ يَل ْد َومَلْ يُولَ ْد‬٢( ‫الص َم ُد‬ َ ‫قُ ْل ُه َو اللَّهُ أ‬
Surah al-ikhlas adalah surah yang ke 112, surah al-ikhlas terdiri dari 4 ayat,
surah al-ikhlas berarti tulus dan murni, kita harus tulus meyakini bahwa allah itu
maha esa.
c. Melafalkan Surah Al-Ikhlas Per Lafal

‫َولَ ْم‬ ‫يَلِ ْد‬ ‫لَ ْم‬ ‫الص َم ُد‬


َّ ُ‫اللَّه‬ ‫َح ٌد‬َ‫أ‬ ُ‫اللَّه‬ ‫ُه َو‬ ‫قُ ْل‬
‫َح ٌد‬َ‫أ‬ ‫ُك ُف ًوا‬ ُ‫لَه‬ ‫يَ ُك ْن‬ ‫َولَ ْم‬ ‫يُولَ ْد‬

d. Menghafalkan Surah Al-Ikhlas


Surah Al-Ikhlas termasuk surah pendek yang mudah dihafal. Bacalah surah
Al-Ikhlas berulang-ulang, hingga hafal.

6. Proses Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi tanggal 11 oktober 2016 di MIN Aluh-Aluh
Besar kelas I. Pembelajaran mata pelajaran al-Qur’an Hadits dimulai pada jam
08.20. Pembelajaran pada saat itu membahas tentang surah al-ikhlas.
Pembelajaran meliputi mengenal surah al-ikhlas, melafalkan surah al-ikhlas per
lafal, dan menghafalkan surah al-ikhlas.

17
Hasil dokumentasi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Aluh-Aluh Besar.
15

Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian


mengabsen siswa, dan setelah itu guru melakukan apersepsi dengan menanyakan
“kemaren kita belajar tentang apa?” dengan serentak mereka menjawab “surah al-
ikhlas”. Kemudian guru kembali mengenalkan surah al-ikhlas, mengenai urutan
surah yang ke 112, terdiri dari 4 ayat, surah al-ikhlas berarti tulus dan murni,
sambil melontarkan pertanyaan kepada siswa mengenai surah al-ikhlas tersebut.
Memberikan penjelasan mengenai allah maha esa, kemudian guru menyuruh
siswa membuka buku pelajaran halaman 43 untuk melanjutkan materi
pembelajaran. Terlihat siswa mengerjakan apa yang diperintahkan gurunya,
namun ada dua orang siswa yang asyik memainkan mainan yang mereka beli
sebelum bel berbunyi pertanda dimulainya pembelajaran. Melihat hal tersebut
guru al-Qur’an Hadits memerintahkan agar mainannya disimpan dulu karena
sekarang saatnya belajar. Setelah itu, guru melafalkan surah al-ikhlas per lafal
dengan diikuti semua siswa dan Guru juga memotivasi siswa agar dapat
menghafal surah al-ikhlas. Untuk menghafal guru tidak menugaskan siswanya
untuk menghafalkan surah al-ikhlas di rumah, akan tetapi hanya membimbing
siswa membaca surah al-ikhlas secara berulang-ulang ayat demi ayat. Diharapkan
siswa dapat hafal surah al-ikhlas dengan hal tersebut. Ini dilakukan karena
sebagian siswa masih ada yang belum bisa membaca al-Qur’an.

7. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


Dari hasil temuan tersebut pendekatan yang digunakan oleh guru pendekatan
yang berorientasi/berpusat pada guru (teacher centered approach). Strategi yang
digunakan adalah strategi pembelajaran ekspositori. Kemudian metode yang
dipakai adalah mengulang-ulang bacaan (drill), reading aloud (membaca
nyaring), ceramah dan tanya jawab dengan melemparkan pertanyaan secara umum
bertujuan kepada siswa dan terkadang ditujukan kepada siswa yang kurang
memperhatikan.

D. ANALISIS TEORI DAN PRAKTIK PAI


16

Berdasarkan teori tentang pembelajaran dan hasil observasi di lapangan,


maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang sudah sesuai dan berbeda
antara teori dan praktiknya, yaitu pada pembelajaran Al-Qur’an Hadits di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Aluh-Aluh Besar kelas I. Di antaranya sebagai
berikut:
1. Penanaman terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits
diperuntukkan agar peserta didik mencintai kitab sucinya, mempelajari dan
mempraktikkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, dan menjadi
pedoman serta pegangan hidupnya. Hal ini sudah dilakukan guru terkait
tentang hal tersebut, materi-materi yang bersangkutan sudah diajarkan oleh
guru di sekolah.
2. Pendekatan, strategi, dan metode yang digunakan sudah cukup bagus dalam
pembelajaran al-Qur’an Hadits.
3. Untuk media pembelajaran, pada saat observasi penulis menemukan media
pembelajaran seperti papan tulis yang berada dikelas dan satu buah LCD yang
berada di ruangan guru, namun jarang digunakan.
4. Waktu yang tersedia sangat singkat, namun gurunya tidak on time masuk
kelas. Hal tersebut membuat pelajaran semakin singkat lagi, sehingga
pembelajaran tidak terealisasikan dengan baik.
5. Untuk evaluasi, guru tidak melakukannya pada akhir pembelajaran, evaluasi
dilakukan pada saat proses belajar mengajar dengan menanyakan kepada
siswa tentang materi yang terkait dan meminta hafalan siswa. Padahal
evaluasi diakhir pembelajaran itu sangat penting dilakukan, karena dari
evaluasi tersebut guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman
mereka terhadap materi yang diajarkan, hal tersebut membantu guru untuk
mengambil tindakan selanjutnya jika pada proses pembelajaran ada tujuan
yang belum tercapai. Namun sayangnya hal itu tidak dilakukan.

E. PENUTUP
1. Simpulan
17

Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru saat ini sudah diusahakan
secara optimal. Untuk mencapai tujuan pembelajaran sudah dilakukan sebisa
mungkin oleh guru. Hanya saja ada beberapa hal yang belum teraplikasikan
dengan baik. Untuk itu perlu kiranya para guru agar terus membenahi
kekurangan-kekurangan yang ada dan memanfaatkan hal-hal yang belum
teraplikasikan dengan baik.
Tidak hanya pada proses belajar mengajar saja yang harus dibenahi, tapi juga
di luar itu guru harus selalu memberikan teladan yang baik bagi siswa agar
tertanam nilai-nilai yang baik pada diri mereka. Artinya pembelajaran tidak hanya
dilakukan sebatas dikelas, yang mana mereka harus mengetahui teorinya saja
tetapi juga praktiknya secara langsung.
2. Saran
Guru hendaknya lebih kreatif dalam memanfaatkan media yang ada untuk
menarik perhatian peserta didik agar mereka lebih termotivasi lagi belajarnya dan
tidak merasa bosan. Sesuai dengan perkembangan zaman sekarang yang semakin
canggih, guru juga harus memanfaatkan teknologi yang ada sebagai penunjang
agar teknologi tersebut dapat membantunya dalam mentransferkan pemahaman
ilmu terhadap anak didik.

DAFTAR PUSTAKA

Elhefni, dkk. Strategi Pembelajaran, Palembang, CV. Grafika Telindo, 2011.

Madjid, Abdul, Pembelajaran Tematik Terpadu, Bandung, Remaja Rosdakarya,


2014.

Pidarta, Made. Landasan Kependidikan, Jakarta, PT Rineke Cipta, 2000.

Profil Madrasah MIN Aluh-Aluh Besar Tahun Pelajaraan 2015-2016.

Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, ALFABETA, 2010.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


Jakarta, Kencana, 2007.
18

Santrock, John W, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group,


2007.

Suparta, Aly, Herry, Noer, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta,


Amissco, 2008.

Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),


Malang, PT Rineke Cipta, 1990.

Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, Remaja


Rosdakarya, 2004.

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi


dan Kompetensi), Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2008.

Anda mungkin juga menyukai