Anda di halaman 1dari 11

Teks biografi

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Nama :Dara Litricia
Kelas :X mia 5
Mapel :Bahasa Indonesia
Guru Pembimbing: Lasmy spd

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 ACEH BARAT


[3:33 PM, 3/17/2020] Dara Litricia: Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikanmakalah ini dengan baik
walaupun jauh dari kesempurnaan dimana tugas ini
disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas
mata pelajaran ‘Sejarah’.
Dengan terselesainya makalah ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Lasmy, S.Pd selaku guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang telah membimbing penulis
dalam proses pembelajaran.
2. Kepada teman-teman yang telah memberikan
bantuan dalam proses pencarian bahan unruk
pembuatan makalah yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Saya mengakui bahwa saya adalah manusia biasa yang
mempunyai kekurangan dan
kelebihan dalam berbagai hal. Saya merasa masih
banyak kekurangan dari makalah saya ini.
Karena tidak semua hal yang dapat saya deskripsikan
dengan sempurna dalam makalah ini. Saya
telah melakukannya dengan semaksimal mungkin
dengan kemampuan yang saya miliki.
Mungkin ini yang dapat saya selesaikan. Apabila ada
kritik dan saran dari pembaca, saya
bersedia menerima semua kritik dan saran tersebut.
Karena kritik dan saran ini sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki makalah saya
dimasa mendatang.sehingga saya akan berusaha
untuk menyelesaikan makalah dengan lebih baik lagi.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.....................................................................
..................... i
DAFTAR
ISI....................................................................................
.................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..........................................................................
...................
B. Rumusan
Masalah...........................................................................
.............
C. Tujuan
Masalah...........................................................................
.................
BAB II ISI
A. Pengertian Teks
Biografi................................................
B. Struktur Teks
Biografi.....................................................
C. Ciri Kebahasaan Teks
Biografi............................................................................
......
D. Contoh Teks
Biografi............................................................................
......
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................
...................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia saat ini banyak melahirkan orang-orang
yang cerdas dan memliki pemikiran yang
maju untuk merubah bangsanya ke hal yang lebih
baik. Tidak hanya dalam bidang pendidikan
tapi juga dalam berbagai bidang.
Untuk melihat sisi lain dari orang-orang yang
cerdas ini dibutuhkan sebuah peninggalan yang
berupa bentuk tulisan mengenai kehidupannya.
Dalam penulisan kreatif dikenal dengan
biografi atau autobiografi yang merupakan isi dari
riwayat hidup dari seseorang.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian teks biografi
2. Struktur teks biografi
3. Ciri kebahasaa teks biografi
4. Contoh teks biografi (tokoh idola)
C. Tujuan
1. Mengetahui dan mempelajari hidup seorang
tokoh
2. Mengetahui informasi yang belum diketahui
tentang tokoh tersebut sehingga dapat
menambah wawasan kita
3. Mengetahui riwayat hidup seseorang
BAB II
ISI
A. Pengertian Teks Biografi
.
Pengertian biografi. Biografi berasal dari bahasa
Yunani, bios yang memiliki arti hidup
dan graphien yang berarti tulis. Biografi
merupakan sebuah tulisan yang membahas
tentang
kehidupan seseorang. Secara sederhana, biografi
dapat di artikan sebagai sebuah kisah riwayat
hidup seseorang

B. Struktur teks biografi


1.Orientasi
Orientasi merupakan bagian dimana menjelaskan
tentang pengenalan tokoh, berisi
gambaran awal tentang tokoh yang diceritakan
dalam biografi tersebut.
2. Peristiwa dan Masalah
Bagian peristiwa atau kejadian merupakan bagian
yang berisi tentang sebuah peristiwa
atau kejadian yang pernah dialami, termasuk
didalamnya memuat tentang masalah yang pernah
dihadapinya dalam mencapai tujuan serta cita-
citanya. Hal-hal yang menarik, mengagumkan,
mengesankan, dan mengharukan yang pernah
dialami tokoh juga diuraikan dalam bagian ini.
3. Reorientasi
Reorientasi merupakan bagian penutup. Bagian ini
berisi tentang pandangan penulis
terhadap tokoh yang diceritakan tersebut.
Reorientasi bersifat opsional, yang artinya pada
bagian
ini boleh ada atau tidak.
C. Ciri Kebahasaan Teks Biografi
1. Kata rujukan
Kata rujukan adalah bagian kata auat biasa
disebut dengan kelompok kata yang
merujuk pada kata-kata sebelumnya.
2. Adanya keterangan aktivitas, waktu dan tempat
Pada teks cerita biografi selalu disertai dengan
adanya keterangan aktivitas, waktu dan
tempat. Adanya keterangan aktivitas, waktu dan
tempat guna untuk memperjelas dalam suatu
kalimat tersebut.
3. Penggunaan kata kerja
Disetiap teks naratif, eperti teks biografi selalu
terdapat kata kerja yang menyatakan tindakan.
4. Penggunaan kata hubung
Kata hubung biasa disebut dengan konjungsi. Kata
penghubung berfungsi sebagai
penghubung antara kata yang satu dengan kata
yang lainnya.
C. Contoh Teks Biografi
Biografi Chairil Anwar

Chairil Anwar dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Chairil Anwar


merupakan anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, mantan bupati
Kabupaten Indragiri Riau, berasal dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota,
Sumatra Barat. Sedangkan ibunya Saleha, berasal dari Situjuh, Limapuluh
Kota. Dia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana
Menteri pertama Indonesia. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup
berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai, dan ayahnya menikah lagi.
Selepas perceraian itu, saat habis SMA, Chairil mengikut ibunya ke
Jakarta.

Chairil masuk sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar


untuk orang-orang pribumi waktu masa penjajahan Belanda. Dia kemudian
meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO),
sekolah menengah pertama Hindia Belanda, tetapi dia keluar sebelum
lulus. Dia mulai untuk menulis sebagai seorang remaja tetapi tak satupun
puisi awalnya yang ditemukan.

Pada usia sembilan belas tahun, setelah perceraian orang-tuanya, Chairil


pindah dengan ibunya ke Jakarta di mana dia berkenalan dengan dunia
sastra. Meskipun pendidikannya tak selesai, Chairil menguasai bahasa
Inggris, bahasa Belanda dan bahasa Jerman, dan dia mengisi jam-jamnya
dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti:
Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff
dan Edgar du Perron. Penulis-penulis ini sangat mempengaruhi tulisannya
dan secara tidak langsung mempengaruhi puisi tatanan kesusasteraan
Indonesia.

Semasa kecil di Medan, Chairil sangat dekat dengan neneknya. Keakraban


ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil. Dalam hidupnya yang amat
jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya
meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar
biasa pedih:

“Bukan kematian benar yang menusuk kalbu

Keridlaanmu menerima segala tiba

Tak kutahu setinggi itu atas debu


Dan duka maha tuan bertahta”

Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia
bahkan terbiasa menyebut nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu,
sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil
acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga
menunjukkan kecintaannya pada ibunya.

Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman


dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang
kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat
Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik
pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan
keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang
menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan
tidak pernah diam.
Masa Dewasa Chairil Anwar

Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastera setelah pemuatan


tulisannya di “Majalah Nisan” pada tahun 1942, pada saat itu dia baru
berusia dua puluh tahun. Hampir semua puisi-puisi yang dia tulis merujuk
pada kematian. Chairil ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta
jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak
memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi-puisinya beredar di
atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan
tidak diterbitkan hingga tahun 1945.
Semua tulisannya yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak
dikompilasi dalam tiga buku : Deru Campur Debu (1949); Kerikil Tajam
Yang Terampas dan Yang Putus (1949); dan Tiga Menguak Takdir (1950,
kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).
Chairil memang penyair besar yang menginspirasi dan mengapresiasi
upaya manusia meraih kemerdekaan, termasuk perjuangan bangsa
Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hal ini, antara lain
tercermin dari sajaknya bertajuk: “Krawang-Bekasi”, yang disadurnya dari
sajak “The Young Dead Soldiers”, karya Archibald MacLeish (1948).
Dia juga menulis sajak “Persetujuan dengan Bung Karno”, yang
merefleksikan dukungannya pada Bung Karno untuk terus
mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945.

Bahkan sajaknya yang berjudul “Aku” dan “Diponegoro” juga banyak


diapresiasi orang sebagai sajak perjuangan. Kata Aku binatang jalang
dalam sajak Aku, diapresiasi sebagai dorongan kata hati rakyat Indonesia
untuk bebas merdeka.

Chairil Anwar yang dikenal sebagai “Si Binatang Jalang” (dalam karyanya


berjudul Aku) adalah pelopor Angkatan ’45 yang menciptakan trend baru
pemakaian kata dalam berpuisi yang terkesan sangat lugas, solid dan
kuat. Dia bersama Asrul Sani dan Rivai Apin memelopori puisi modern
Indonesia. Chairil Anwar meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC
dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Hari
meninggalnya diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
Chairil menekuni pendidikan HIS dan MULO, walau pendidikan MULO-nya
tidak tamat. Puisi-puisinya digemari hingga saat ini. Salah satu puisinya
yang paling terkenal sering dideklamasikan berjudul Aku ( “Aku mau hidup
Seribu Tahun lagi!”). Selain menulis puisi, ia juga menerjemahkan karya
sastra asing ke dalam bahasa Indonesia. Dia juga pernah menjadi redaktur
ruang budaya Siasat “Gelanggang” dan Gema Suasana. Dia juga
mendirikan “Gelanggang Seniman Merdeka” (1946).

Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang Chairil Anwar. “Kami


pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak
mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya
kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”

Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati,
Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar
Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi
Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah
menikahinya.

Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan


gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta cerai. Saat anaknya
berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda.

Akhir Hidup Chairil Anwar

Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya, yang


bertambah lemah akibat gaya hidupnya yang semrawut. Sebelum dia bisa
menginjak usia dua puluh tujuh tahun, dia sudah kena sejumlah penyakit.
Chairil Anwar meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC Dia
dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya
diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari
meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.

 Kumpulan puisinya antara lain: Kerikil Tajam dan yang Terampas


dan yang Putus (1949); Deru Campur Debu (1949); Tiga Menguak Takdir
(1950 bersama Asrul Sani dan Rivai Apin); Aku Ini Binatang Jalang (1986);
Koleksi sajak 1942-1949″, diedit oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh
Sapardi Djoko Damono (1986); Derai-derai Cemara (1998). Buku kumpulan
puisinya diterbitkan Gramedia berjudul Aku ini Binatang Jalang (1986).
Karya-karya terjemahannya adalah: Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948,
Andre Gide); Kena Gempur (1951, John Steinbeck).

Sementara karya-karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris,


Jerman dan Spanyol adalah: “Sharp gravel, Indonesian poems”, oleh
Donna M. Dickinson (Berkeley, California, 1960); “Cuatro poemas
indonesios, Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati” (Madrid: Palma de
Mallorca, 1962); Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan
Nurdin Salam (New York, New Directions, 1963); “Only Dust: Three Modern
Indonesian Poets”, oleh Ulli Beier (Port Moresby [New Guinea]: Papua
Pocket Poets, 1969);

The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, disunting dan


diterjemahkan oleh Burton Raffel (Albany, State University of New York
Press, 1970); The Complete Poems of Chairil Anwar, disunting dan
diterjemahkan oleh Liaw Yock Fang, dengan bantuan HB Jassin
(Singapore: University Education Press, 1974); Feuer und Asche: sämtliche
Gedichte, Indonesisch/Deutsch oleh Walter Karwath (Wina: Octopus
Verlag, 1978); The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose of
Chairil Anwar, oleh Burton Raffel (Athens, Ohio: Ohio University, Center for
International Studies, 1993)

Sedangkan karya-karya tentang Chairil Anwar antara lain:

1. Chairil Anwar: memperingati hari 28 April 1949, diselenggarakan


oleh Bagian Kesenian Djawatan Kebudajaan, Kementerian Pendidikan,
Pengadjaran dan Kebudajaan (Djakarta, 1953);
2. Boen S. Oemarjati, “Chairil Anwar: The Poet and his Language” (Den
Haag: Martinus Nijhoff, 1972);
3. Abdul Kadir Bakar, “Sekelumit pembicaraan tentang penyair Chairil
Anwar” (Ujung Pandang: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu
Sastra, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, 1974);
4. S.U.S. Nababan, “A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah
and Chairil Anwar” (New York, 1976);
5. Arief Budiman, “Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan” (Jakarta:
Pustaka Jawa, 1976);
6. Robin Anne Ross, Some Prominent Themes in the Poetry of Chairil
Anwar, Auckland, 1976;
7. H.B. Jassin, “Chairil Anwar, pelopor Angkatan ’45, disertai kumpulan
hasil tulisannya”, (Jakarta: Gunung Agung, 1983);
8. Husain Junus, “Gaya bahasa Chairil Anwar” (Manado: Universitas
Sam Ratulangi, 1984);
9. Rachmat Djoko Pradopo, “Bahasa puisi penyair utama sastra
Indonesia modern” (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985);
10. Sjumandjaya, “Aku: berdasarkan perjalanan hidup dan karya penyair
Chairil Anwar (Jakarta: Grafitipers, 1987);
11. Pamusuk Eneste, “Mengenal Chairil Anwar” (Jakarta: Obor, 1995);
12. Zaenal Hakim, “Edisi kritis puisi Chairil Anwar” (Jakarta: Dian
Rakyat, 1996).

Anda mungkin juga menyukai