Anda di halaman 1dari 13

A.

FERTILISASI
Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (coitus) dengan ejakulasi, sperma dari
saluran reproduksi pria didalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan mani berisi sel
sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Jika senggama terjadi pada masa ovulasi
(masa subur wanita), maka kemungkinan sperma akan bertemu dengan ovum yang
disebut sebagai pembuahan atau fertilisasi. Proses pembuahan ini terjadi didalam tuba
fallopi, umumnya didaerah ampula/infundibulum. Ovum yang dilepaskan saat ovulasi
dikelilingi oleh zona pelusida yang diluarnya ada sel yang membentuk corona radiata.
Setelah terjadi pembuahan, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat
ditembus oleh sperma yang lain.
Setelah sperma mencapai oosit terjadi :
1. reaksi zona atau reaksi kortikal pada selaput zona pelusida
2. oosit menyelesaikan pembelahan keduanya sehingga menghasilkan oosit definitive
yang kemudian menjadi pronukleus wanita
3. inti sel sperma membesar membentuk pronukleus pria
4. ekor sperma lepas dan bergenerasi
5. pronukleus pria dan wanita yang haploid membentuk zygote yang diploid
B. Pembelahan / Perkembangan Awal Embrio
Setelah terbentuk zigot, maka beberapa jam kemudian terjadi pembelahan zigot
sehingga terbentuk dua blastomer. Dalam tiga hari selama perjalanan ke tuba, akan
terbentuk sekelompok blastomer yang sama besar sehingga, hasil konsepsi berada
dalam stadium morula. Setelah sampai di stadium Morula, terjadi akumulasi cairan
sehingga terjadi blastula yang akhirnya terbentuk blastokista. Sekumpulan sel yang
ada didalam blastokista disebut massa sel dalam (Inter cell mass). Blastokista diluarnya
dikelilingi oleh sel-sel yang lebih kecil yang disebut trofoblas (Trophoblast) yang
mempunyai kemampuan menerobos kedalam endometrium.
C. Implantasi / Nidasi
Kontak antara zigot stadium Blastokista dengan dinding rahim akan menimbulkan
berbagai reasi seluler sehingga sel trofoblas tersebut dapat menempel dan
mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus. Tahap ini disebut
sebagai implantasi / nidasi yang terjadi kurang lebih enam hari setelah konsepsi.
Apabila sudah terjadi implantasi / nidasi maka baru dikatakan terjadi kehamilan
(Gravid). Pada hari ke empat, inti blastokista telah sampai pada permukaan stoma
endometrium. Pada hari ke enam, blastokista mulai masuk kedalam stoma
endometrium dan pada hari ke sepuluh, blastokista telah terbenam seluruhnya ke
dalam stroma endometrium, sehingga tahap implantasi / nidasi berakhir. Selaput janin
terdiri atas korion, amnion, kantung kuning telur, alantois. Bagian korion fili tetap
berkembang yang kelak akan menjadi plasenta. Plasenta, selain terdiri dari komponen
janin juga tyerdiri dari komponen maternal yang disebut desidua (desidua basalis).
Desidua dibagi menjadi dua daerah, yaitu:
1. desidua basalis, terletak diantara hasil konsepsi dengan dinding uterus
2. desidua capsularis, terletak diantara hasil konsepsi dengan cavum uteri
3. desidua parietalis/Vera, terletak meliputi/mengelilingi dinding uterus yang lain.
D. Plasentasi
Pada ± minggu ke 16 seluruh kantong rahim telah ditutupi oleh vili korialis. Setelah
kantung membesar, vili diseberang janin (daerah desidua capsularis) terjepit,
mengalami degenerasi, sehingga menjadi halus (korion halus). Vili di desidua basalis
berkembang dengan cepat membentuk plasenta (Plasenta Pars Fetalis).
Fungsi plasenta:
1. nutritive, alat yang menyalurkan makanan dari ibu ke janin
2. ekskresi, alat yang menyalurkan hasil metabolisme dari janin ke ibu.
3. respirasi, menyalurkan O2 dari ibu ke janin
4. alat pembentuk hormone (Endokrin)
5. alat penyalur antibody dari ibu ke janin (Imunologi)
6. Farmakologi, menyalurkan obat yang dibutuhkan janin, dari sang ibu.
Plasenta dihubungkan dengan umbilikulus janin melalui tali pusar (Umbilical Cord)
yang mengandung dua arteri umbilikalis dan satu vena umbilikalis. Mesoblast antara
ruang amnion danm embrio menjadi padat disebut body stalk, menghubungkan
embrio dengan dinding trofoblast yang kelak menjadi tali pusat.
E. Cairan Amnion
Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai rongga amnion. Didalam ruang ini
terdapat cairan amnion (Liquor Amnii). Volume cairan amnion (air ketuban) pada
kehamilan berkisar antara 1000 – 1500 ml. Cairan amnion berasal dari sekresi oleh
dindinmg selaput amnion/plasenta, kemudian setelah system urinorius janin
terbentuk, urine janin yang diproduksi, juga dikeluarkan kedalam rongga amnion.
F. Tumbuh Kembang Fetus
F.1. perkembangan bulan pertama sampai ke 2
Ada tonjolan di jantung dan bengkak dikepala, karena otak sedang berkembang.
Jantung mulai berdetak, dan dapat dilihat detakannya pada suatu alat ultra sonic scan.
Lesung pipit pada sisi kepala akan menjadi telinga. Dan terjadi pengentalan yang
nantinya akan membentuk mata. Pada bagian atas badan akan terjadi pembengkakan
yang akan membentuk tulang dan otot. Dan bengkak kecil menunjukan lengan dan
kaki mulai tumbuh.
F.2. Perkembangan Embrio Bulan Ke 3
Pada tahap ini, bagian muka pelan-pelan mulai terbentuk. Mata terlihat lebih jelas dan
mempunyai beberapa warna. Juga telah terbentuk mulut dengan lidah. Pada tahap ini
calon tangan dan kaki mulai terlihat menonjol pada sisi lateral corpus dan distal.
Selanjutnya akan terlihat garis-garis bakal terbentuknya jari-jari tangan dan kaki. Juga
mulai terbentuk organ-organ dalam utama seperti jantung, otak, paru-paru, hati,
ginjal, usus.
F.3. Perkembangan Embrio Pada Bulan Ke 4
Dua belas minggu setelah proses pembuahan, janin telah terbentuk sepenuhnya.
Semua organ badannya, otot, lengan dan tulang telah lengkap. Janin mengalami
pertumbuhan yang lebih matang. Saat minggu ke 14, denyut jantung berdetak lebih
kencang dan dapat etrdengar menggunakan alat ultrasonic detector. Denyut jantung
berdetak sangat cepat sekitar dua kali lebih cepat dari denyut jantung orang dewasa.
F.4. Perkembangan bulan ke 5-6
Pada masa ini janin tumbuh dengan cepat. Bagian tubuh tumbuh lebih besar sehingga
badan dan kepala lebih proporsional. Garis-garis pada kulit jari kini telah terbentuk,
sehingga janin memiliki sidik jari sendiri. Pada minggu ke 21 hingga minggu ke 25,
anda akan merasakan gerakan janin untuk pertama kali. Pada mulanya akan terasa
suatu denyutan atau sedikit peregerakan, dan mungkin terasa seperti gangguan
pencernaan. Selanjutnya, anda akan merasakan janin anda menendang.
F.5. Perkembangan bulan ke 7-8
Janin kini bergerak dengan penuh semangat dan bereaksi terhadap sentuhan dan
bersuara. Janin juga mempunyai kebiasaan untuk bangun dan tidur. Kebiasaan ini
sering berbeda dengan kebiasaan anda. Ketika anda istirahat pada malam hari, janin
mulai bangun dan menendang. Pada minggu ke 29, kelopak mata janin terbuka untuk
yang pertama kali. Pada minggu ke 30, panjang janin normal Indonesia sekitar 33 cm.
F.6. Perkembangan bulan ke 9 sampai lahir
Pada minggu ke 35 terjadi proses penyempurnaan kulit, yang sebelumnya berkerut,
pada tahap ini lebih lembut dan halus. Pada minggu ke 38, janin pada umumnya
terbaring turun, siap untuk proses kelahiran. Kadang-kadang sebelum kelahiran,
kepala berpindah masuk ke panggul dan disebut “masuk pintu atas panggul”, namun,
terkadang kepala janin belum masuk pintu atas panggul sampai kelahiran dimulai.
BATASAN USIA PRAMENAPOUSE DAN MENOPAUSE
1.      BATASAN USIA PRAMENAPOUSE
Seorang wanita memasuki masa perimenopuse pada usia 40 tahun dan akan mengalami
menopause pada usia 51,5 tahun. Namun demikian, umur terjadinya menopause pada masing-
masing individu tidaklah sama. Perbedaan usia memasuki masa menopause dipengaruhi oleh
beberapa factor. Wanita nullipara, penderita diabetes mellitus, perokok berat, status gizi yang
buruk, gaya hidup vegetarian, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan hidup pada ketinggian
>4000 m akan lebih awal mengalami menopause. Selain itu, wanita kembar dizigot atau
dengan siklus haid yang cenderung memendek akan memasuki usia menopause lebih awal.
Adapun wanita multipara, banyak mengkonsumsi daging, atau minum alkohol akan
memasuki menopause lebih lambat.

2.      BATASAN USIA MENOPAUSE


Menopause terjadi pada akhir suatu siklus yang dimulai pada masa remaja dengan
munculnya menarche. Umumnya wanita barat pertama kali mendapat menstruasi pada usia
12 tahun, sedangkan haid berakhir pada usia 45 sampai 53 tahun. Relatif sedikit wanita mulai
menopause pada usia 40 tahun dan beberapa mengalaminya setelah berusia 40 tahun. Masa
ini dikenal dengan masa pra-menopause (Depkes RI, 2005).
Menurut Boyke di Indonesia sendiri, usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun.
Namun, proses perubahan kearah menopause itu sendiri sudah mulai sejak wanita berusia 40
tahun. Masa ini dikenal sebagai masa pra-menopause (Northrup, 2006).

C.    TANDA DAN GEJALA PRAMENAPOUSE DAN MENOPAUSE


1.      TANDA DAN GEJALA PRAMENAPOUSE
Sekumpulan gejala dan tanda yang terjadi pada masa perimenopause. Kurang lebih
70% wanita usia peri dan pascamenopause mengalami keluhan vasomotor, keluhan psikis,
depresi, dan keluhan lainnya dengan derajat berat-ringan yang berbeda-beda pada setiap
individu. Keluhan tersebut akan mencapai puncaknya pada saat menjelang dan setelah
menopause kemuadian berangsur-angsur berkurang seiring dengan bartambahnya usia dan
tecapainya keseimbangan hormon pada masa senium.
         Keluhan dan Gejala Vasomotor
Keluhan vasomotor yang dijumpai berupa perasaan atau semburan panas (hot
flushes) yang muncul secara tiba-tiba dan kemudian disertai keringat yang banyak. Keluhan
ini muncul di malam hari dan menjelang pagi kemudian perlahan-lahan akan dirasakan juga
pada siang hari. Semburan panas ini mula-mula dirasakan di daerah kepala, leher, dan dada.
Kulit di area tersebut terlihat kemerahan, namun suhu badan tetap normal meskipun pasien
merasakan panas. Segera setelah panas, area yang dirasakan panas tersebut mengeluarkan
keringat (night sweats)dalam jumlah yang banyak pada bagian tubuh terutama seluruh kepala,
leher, dada bagian atas, dan punggung. Selain itu, dapat juga diikuti dengan adanya sakit
kepala, vertigo, perasaan kurang nyaman, dan palpitas.
Hot flushes  pada wanita dalam masa transisi menopause ratarata mulai dirasakan 2
tahun sebelum Final Menstrual Period (FMP) dan 85 persen wanita akan terus
mengalaminya setidaknya selama 1 tahun. Diantara wanita tersebut, 25 sampai 50 persen
mengalami hot flusehes selama 5 tahun, bahkan ada yang lebih dari 15 tahun. Durasi tiap
episode serangan hot flushes bervariasi, hingga mencapai 10 menit lamanya, dengan rata-rata
durasi serangan 4 menit. Frekuensi hot flushes setiap harinya bervariasi antar individu,
dimulai 1-2 kali per jam hingga 1-2 kali perminggu. Pada kondisi yang berat, frekuensinya
dapat mencapai 20 kali sehari. Selain itu, jika muncul pada malam hari hal ini dapat
mengganggu kualitas tidur sehingga cenderung menjadi cepat lelah dan mudah
tersinggung. Hot flushes dapat diperberat dengan adanya stres, alkohol, kopi, makanan dan
minuman yang panas. Hal ini juga dapat terjadi karena reaksi alergi pada kasus hipertiroid,
akibat obat-obatan tertentu seperti insulin, niacin, nifedipin, nitrogliserin, kalsitonin, dan
antiestrogen.
Mekanisme pasti patogenesis keluhan vasomotor belum diketahui tapi data yang
berhubungan dengan fisiologi dan behavior menunjukkan bahwa keluhan vasomotor
dihasilkan karena adanya defek fungsi pada pusat termoregulasi di hipotalamus. Pada area
preoptik medial hipotalamus terdapat nukleus yang merupakan termoregulator yang mengatur
pengeluaran keringat dan vasodilatasi yang merupakan mekanisme primer pengeluaran panas
tubuh.
Oleh karena keluhan vasomotor muncul setelah terjadinya menopause alami atau pasca
ooforektomi, maka diperkirakan mekanisme yang mendasarinya adalah bersifat
endokrinologi dan berhubungan dengan berkurangnya jumlah estrogen di ovarium maupun
meningkatnya sekresi gonadrotropin oleh pituitari. Selain itu, besar kemungkinan
keluhan ini timbul karena interaksi antara hormone estrogen dan progesteron yang fluktuatif
pada masa perimenopause. Keluhan vasomotor dapat muncul pada kondisi kadar estrogen
tinggi, rendah, maupun normal dalam darah. Keluhan vasomotor muncul sebagai akibat
reaksi withdrawl estrogen.
Meskipun estrogen memiliki efek yang signifikan terhadap munculnya hot flushes,
namun masih terdapat faktor lain yang diperkirakan terlibat dalam patofisiologi hot flushes.
Perubahan kadar neurotransmiter akan mempersempit zona termoregulasi di hipotalamus dan
menurunkan pengeluaran keringat, bahkan perubahan suhu tubuh yang sangat kecil pun dapat
memicu mekanisme pelepasan panas. Norepinefrin merupakan neurotransmiter utama yang
dapat mempersempit titik pengaturan (setpoint) termoregulasi dan memicu mekanisme
pengeluaran panas tubuh yang berhubungan dengan hot flushes. Sebagaimana diketahui,
estrogen mengatur reseptor adrenergic pada banyak jaringan. Pada saat menopause, terjadi
penurunan kadar estrogen dan resptor α2 adrenergik di hipotalamus. Penurunan reseptor α2
adrenergik presinaps akan memicu peningkatan norepinefrin dan yang selanjutnya akan
menyebabkan gejala vasomotor. Selain itu, penurunan α2 adrenergik reseptor presinaps juga
akan memicu peningkatan serotonin yang mengakibatkan mekanisme pengeluaran panas
yang dipicu oleh perubahan suhu tubuh meski sangat kecil.
         Keluhan dan Gejala Urogenital
Alat genital wanita serta saluran kemih bagian bawah merupakan organ yang sangat
dipengaruhi oleh hormon estrogen. Reseptor estrogen dan progesteron teridentifikasi di
vulva, vagina, kandung kemih, uretra, otot dasar pelvis serta fasia endopelvis. Struktur
tersebut memilki sebuah persamaan kemampuan untuk mereaksi perubahan hormonal
sebagaimana pada kondisi menopause dan nifas.
Kekurangan estrogen akan mengakibatkan atrofi dan penipisan  pada sel mukosa uretra
dan kandung kemih serta berkuranganya sirkulasi darah ke jaringan. Epitel uretra dan
trigonum vesika mengalami atrofi. Hal ini akan menimbulkan uretritis, sistitis, atau kolpitis,
sering berkemih dan inkontinensia urin serta adanya infeksi saluran kemih. Terdapat juga
gangguan miksi berupa disuri, polakisuri, nikturi, rasa ingin berkemih hebat, atau urin yang
tertahan, hal ini sangat erat kaitannya dengan atrofi mukosa uretra.
Pada usia perimenopause ini, serviks mengalami proses involusi, berkerut, sel epitelnya
menipis sehingga mudah cedera. Kelenjar endoservikal mengalami atrofi sehingga lendir
serviks yang diproduksi berkurang jumlahnya. Tanpa efek lokal estrogen vagina akan
kehilangan kolagen, jaringan lemak dan kemampuan untuk menahan cairan.dinding vagina
menyusut, rugae menjadi mendatar, dan akan nampak merah muda pucat. Permukaan epitel
vagina menipis hingga beberapa lapis sel sehingga mengurangi rasio sel permukaan dan sel
basal. Pada akhirnya, vagina menjadi lebih rapuh, kering dan mudah berndarah dengan
trauma minimal. Pembuluh darah di vagina menyempit sehingga seiring berjalannya waktu
vagina akan terus menegang dan kehilangan fleksibilitasnya. Saat seorang wanita memasuki
usia perimenopause, pH vagina akan meningkat karena menurunnya estrogen, dan akan terus
meningkat pada masa post menopause sehingga mangakibatkan mudahnya terjadi infeksi
oleh bakteri trikomonas, kandida albikan, stafilo dan streptokokus, serta bakteri coli bahkan
gonokokus. Adanya hormon estrogen akan membuat pH vagina menjadi asam sehingga
memicu sintesis Nitrit oksid (NO) yang memiliki sifat antibakteri dan hanya dapat diproduksi
bilamana pH vagina kurang dari. Selain bersifat bakterisid, NO di vagina juga bersifat radikal
bebas bagi sel-sel tumor dan kanker. Akibat perubahan ini, maka terjadi kekeringan vagina,
iritasi, dispareuni, dan rekurensi infeksi saluran kemih.
         Keluhan dan Gejala Psikologis
Suasana hati, perilaku, fungsi kognitif, fungsi sensorik, dan kerja susunan saraf pusat
dipengaruhi oleh hormon steroid seks. Apabila timbul perubahan pada hormon ini maka akan
timbul keluhan psikis dan perubahan fungsi kognitif. Berkurangnya sirkulasi darah ke otak
juga mempersulit konsentrasi sehingga mudah lupa. Pada akhirnya, akibat berkurangnya
hormon steroid seks ini, pada wanita perimenopause dapat terjadi keluhan seperti mudah
tersinggung, cepat marah, perasaan tertekan. Pada dasarnya kejadian depresi pada pria dan
wanita memiliki angka perbandingan yang sama, akan tetapi dengan terapi pemberian
estrogen keluhan depresi dapat ditekan. Oleh karena itu, estrogen dianggap sebagai salah satu
faktor predisposisi terjadinya depresi. Penyebab depresi diduga akibat meningkatnya aktivitas
serotonin di otak. Estrogen akan menghambat aktivitas enzim monoamin oksidase (MAO),
suatu enzim yang menonaktifkan serotonin dan noradrenalin. Berkurangnya jumlah estrogen
akan berdampak pada berkurangnya jumlah MAO dalam plasma. Pemberian serotonin-
antagonis dapat mengurangi keluhan depresi pada wanita pascamenopause.
Masa transisi menopause memiliki permasalahan sosiokultural yang kompleks
sebagaimana perunahan hormonal yang terjadi. Faktor psikososial dapat mempengruhi gejala
perubahan mood dan kognitif, bahkan sejak memasuki masa transisi menopause, wanita telah
menghadapi berbagai tekanan seperti halnya penyakit yang dihadapi, merawat orang tua,
perceraian, perubahan karir dan pensiun. Budaya barat yang menitik beratkan pada
kecantikan dan kemudaan menjadi stressor bagi wanita yang tengah menjadi tua untuk
merasa kehilangan status, fungsi, dan kendali diri.

2.       TANDA DAN GEJALA MENOPAUSE


Tanda gejala menopause meliputi:
a.       Gejala fisik
Gejala fisik yang pada umumnya terjadi adalah hot fluses (rasa panas) pada wajah, leher, dan
dada yang berlangsung selama beberapa menit, berkeringat dimalam hari, berdebar-debar
(detak jantung meningkat/mengencang), susah tidur, sakit kepala, keinginan buang air kecil
lebih sering.
b.      Gejala psikologis
Gejala psikologis ditandai dengan sikap yang mudah tersinggung, depresi, cemas, suasana
hati (mood) yang tidak menentu, sering lupa, dan susah berkonsentrasi.
c.       Gejala seksual
Gejala seksual ditandai dengan kekeringan vagina, mengakibatkan rasa tidak nyaman selama
berhubungan seksual dan menurunnya libido (Spencer, 2006).

D.    FISIOLOGI PERIMENOPAUSE
Proses menjadi tua pada dasarnya telah dimulai ketika sorang wanita memasuki usia 40
tahun. Pada waktu lahir, seorang wanita memiliki jumlah folikel sebanyak ± 750.000 buah
dan jumlah ini akan terus berkurang seiring berjalannya usia hingga akhirnya tinggal
beberapa ribu buah saja ketika mengalami menopause. Semakin bertambah usia, khususnya
ketika memasuki masa perimenopause, folikel-folikel itu akan mengalami peningkatan
resistensi terhadap rangsangan gonadotropin. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan folikel,
ovulasi, dan pembentukan korpus luteum dalam siklus ovarium berhenti secara perlahan-
lahan. Pada wanita diatas 40 tahun, 25% diantaranya mengalami siklus haid yang
anovulatoar.
Resistensi folikel terhadap gonadotropin ini mengakibatkan penurunan peroduksi
estrogen dan peningkatan kadar hormone gonadotropin. Tingginya kadar gonadotropin ini
disebabkan rendahnya estrogen sehingga tidak ada umpan balik negatif dalam poros
hipotalamus dan hipofisis.
Walaupun secara endrokinologi terjadi perubahan hormonal, namun tidak ada kriteria
khusus pengukuran kadar hormon untuk menentukan fase awal atau akhir dari masa transisi
menopause.

E.     MASA KLIMAKTERIUM, PROSES, DAN JENIS MENOPAUSE


  Masa Klimakterium
Menurut siklus kehidupan wanita normal, setiap kehidupan seorang wanita mengalami
fase-fase perkembangan tertentu. Dalam hal ini, fase-fase yang berkaitan dengan berbagai
fungsi organ reproduksi wanita. Fase tersebut dibagi tiga tahap, yaitu masa sebelum, sedang
berlangsung dan setelah menstruasi (Kasdu, 2002).
  Proses Menopause
Menurut Aina (2009) yang mengutip pendapat Fachrudin, secara
endokrinologis, wanita mengalami proses menua sejak di kandungan. Sejumlah
7.000.000 sel telur (folikel) terdapat pada kedua ovarium janin yang berusia 22-
24 minggu dan berkurang akibat penghancuran sehingga sewaktu dilahirkan
folikel bayi wanita tinggal 2.000.000 buah. Jumlah tersebut menjadi 200.000 saat
mendapat haid pertamanya pada masa pubertas.
Semakin sedikit folikel berkembang, semakin kurang pembentukan hormon di ovarium,
yaitu hormon progesteron dan estrogen. Haid akan menjadi tidak teratur hingga akhirnya
endometrium akan kehilangan rangsangan hormon estrogen. Lambat laun haid pun berhenti,
disebut proses menopause (Kasdu, 2002).
  Jenis–Jenis Menopause
Adapun jenis-jenis menopause yaitu (Kasdu, 2002):
1.      Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara usia 45 dan 55,
pada diri wanita yang paling tidak punya satu indung telur. Durasinya dalam
kebanyakan kasus, adalah lima hingga sepuluh tahun, meskipun seluruh proses
itu kadang kadang waktu tiga belas tahun. Selama itu menstruasi mungkin
berhenti selama beberapa bulan dan kemudian kembali dan durasi intensitas dan
alirannya mungkin bertambah atau berkurang.
2.      Menopause prematur terjadi agak lebih cepat dibanding yang pertama, pada
wanita di usia 30 tahun atau awal 40 tahun yang mempunyai setidak tidaknya
satu indung telur. Durasinya biasanya lebih pendek dari pada menopause
alamiah, satu hingga tiga tahun.
3.      Menopause buatan dapat terjadi secara sangat mendadak, karena terdorong
oleh operasi pengangkatan atau gangguan pada fungsi reproduksi termasuk
pengangkatan indung telur.

F.     PRA-MENOPAUSE DAN KADAR HORMON


Pandangan konvensional mengenai apa yang terjadi pada masa pra menopause adalah
bahwa kadar estrogen turun drastis. Ini merupakan penyederhanaan yang terlalu berlebihan
dan terlalu sering mengakibatkan timbulnya gejala-gejala yang tidak terlalu nyaman menjadi
semakin parah. Dalam menopause alamiah, perubahan hormonal pertama yang terjadi adalah
turunnya kadar progesteron secara gradual, sementara kadar estrogen tetap berada dalam
kisaran normal atau bahkan meningkat. Karena progesteron dan estrogen saling mengimbangi
satu sama lain selama siklus menstruasi, jika yang satu turun maka yang lain naik, penurunan
drastis pada kadar progesteron memungkinkan kadar estrogen naik tanpa terhalang yaitu
tanpa penyeimbang yang biasanya ada. Akibatnya adalah terjadi ekses estrogen, suatu kondisi
yang sering dinamakan dominasi estrogen yang justru merupakan kebalikan dari pandangan
konvensional (Northrup, 2006).

G.    PERUBAHAN FISIK, GANGGUAN-GANGGUAN SERTA FAKTOR-FAKTOR


YANG MEMENGARUHI MENOPAUSE
  Perubahan Fisik pada Menopause
Menurut Aina (2009), yang mengutip pendapat Hurlock, ketika seorang memasuki
menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi
secara tiba–tiba disekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher, dan dada bagian atas. Kadang–
kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel,
resah, cepat marah, dan berdebar-debar. Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan
gejala dari menopause yaitu:
1.      Menurunnya gairah seks (Hilangnya hasrat seksual)
Wanita mengalami penurunan dalam kadar testosteron mereka selama pra menopause ini
dapat mengakibatkan hilangnya hasrat seksual. Tapi bagi sebagian wanita masalah libido
terkait dengan kurangnya hormon estrogen atau menipisnya jaringan vagina (Northrup,
2006).
2.      Menstruasi yang tidak teratur atau abnormal (yang paling sering, perdarahan vagina yang
berlebihan)
Ketika seorang wanita mengalami perubahan hormon di masa pra menopause, segala
macam perdarahan mungkin terjadi, mulai dari menstruasi yang menjadi sangat ringan dan
sebentar sampai menstruasi yang berjarak tiga bulan atau lebih. Dan sebagian wanita
mempunyai pola perdarahan yang begitu tidak menentu sehingga tampak seperti bukan
menstruasi sama sekali (MacKenzei , 2002).
3.      Pembengkakan (retensi air)
Ketidak nyamanan menahan kencing (lepasnya air kencing saat batuk, bersin, tertawa
dsb) terjadi dikarenakan menipisnya lapisan saluran kencing luar yang sangat bergantung
pada estrogen. Gejala gejala kencing sering dapat diatasi dengan penggunaan secolek kecil
krim estrogen di lokasi tersebut. Latihan kegel juga dapat meningkatkan aliran darah ke area
itu dan membanu mengatasi ketidak mampuan menahan kencing (Northrup, 2006).
4.      Mengembang dan melembutnya payudara
Banyak wanita mengalami payudaranya melembut tepat sebelum menstruasi mereka
datang. Tapi selama pra menopause, payudara akan terus lembut atau membesar jauh lebih
sering. Ini jauh lebih umum jika seorang wanita mengalami dominasi estrogen.
5.      Perubahan suasana hati (yang paling sering rasa kesal dan depresi)
Banyak wanita merasakan bahwa perubahan suasana hati mereka lebih
parah dibanding sebelumnya menjelang haid mereka datang, meningkatnya
suasana hati yang negatif dan gelap, bersifat abnormal.
6.      Berkeringat di Malam hari
Berkeringat di malam hari merupakan suatu kesatuan dengan gelora panas.
Terlebih pada pukul 3 dan 4 pagi merupakan saat yang paling umum dimana
wanita pra menopause mandi keringat. Sehingga perlu mengganti pakaian
dimalam hari. Berkeringat malam hari tidak saja mengganggu tidur melainkan
juga teman atau pasangan tidur. Akibatnya diantara keduanya merasa lelah dan
lebih mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak.
Cara kerjanya belum diketahui secara pasti, tetapi pancaran panas pada
tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur thermostat tubuh pada suhu yang
lebih rendah. Akibatnya suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak
menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta mengeluarkan
keringat untuk mendinginkan diri (Kasdu, 2002).
7.      Jantung berdebar-debar
Seperti gelora panas, debaran jantung dapat berkisar dari ringan sampai
berat. Gejala ini jarang yang berbahaya, meskipun kadang-kadang bisa terasa
sangat menakutkan. Itu merupakan akibat ketidak seimbangan antara sistem
syaraf simpatik dan para simpatik dan sering terkait dengan ketakutan dan
kecemasan
8.      Sakit kepala, terutama sebelum menstruasi
Kadar hormon yang tidak seimbang ikut menambah apa yang dinamakan
migrain menstruasi selama masa pra menopause dan menopause. Jenis sakit
kepala ini biasanya datang tepat sebelum menstruasi anda, ketika kadar
estrogen maupun progesteron dapat turun secara drastis. Ratusan wanita dapat
sembuh dari migrain menstruasi dan migrain menopause mereka sepenuhnya
dengan menggunakan krim progesteron (Yatim, 2001).
9.      Gelora Panas
Gelora panas adalah gejala pra menopause yang paling umum dalam
budaya kita terjadi sekitar 70 sampai 85% dari semua wanita pra menopause.
Gelora panas itu bisa sangat ringan atau sangat berat sehingga mengakibatkan
kurang tidur dan depresi. Itu dimulai dengan sensasi hangat yang muncul tiba-
tiba dan selintas yang kemudian dapat menjadi sangat panas di wajah, kulit
kepala, dan area dada, kadang kadang bisa disertai dengan kulit kemerahan dan
keringat. Kadang-kadang itu disertai frekuensi jantung yang meningkat, diikuti
dengan rasa kedinginan. Pada kebanyakan wanita, gelora panas sering dimulai
tepat sebelum atau selama periode menstruasi di masa pra menopause (Hurlock,
1997).

  Faktor-Faktor yang Memengaruhi Menopause


Menurut Kasdu (2002) beberapa faktor yang mempengaruhi menopause yaitu:
1.      Usia saat haid pertama sekali
Semakin muda seorang mengalami haid pertama sekali, semakin tua atau lama ia memasuki
masa menopause artinya wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahun
akan mengalami menopase lebih dini, sedangkan wanita yang haid lebih dini seringkali akan
mengalami menopause sampai pada usianya mencapai 50 tahun.
2.      Faktor Psikis
Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan psikis seorang
wanita. Menurut beberapa penelitian mereka akan mengalami masa menopause lebih muda,
dibandingkan mereka yang menikah dan bekerja.

3.      Jumlah anak
Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan, maka
makin tua mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan
memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan juga memperlambat penuaan tubuh.
4.      Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memulai memasuki usia menopause.
Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ
reproduksi. Bahkan memperlambat proses penuaan tubuh.
5.      Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada wanita yang menggunakannya
akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal ini dapat terjadi karena cara
kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.
6.      Merokok
Diduga, wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause dini dibandingkan
dengan perempuan yang tidak merokok.
7.       Sosial Ekonomi
Menopause dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, disamping pendidikan dan pekerjaan
suami.
  Gangguan-Gangguan yang Terjadi Selama Menopause
Menurut Mustopo (2005) gangguan-gangguan yang sering terjadi selama
menopause adalah:
1.      Osteoporosis
2.      Penyakit jantung koroner
Kolesterol baik yang tinggi pada wanita muda dipengaruhi oleh estrogen.Setelah
menopause risiko terkena penyakit jantung koroner dua kali lipat pada wanita
karena lemak golongan atherogenik (yang memproduksi lemak pada arteri)
meningkat pada sekitar usia 60 tahun.
3.      Kanker
Pada masa menopause terjadi proses degenerasi sehingga menyebabkan
perubahan-perubahan tidak saja pada organ reproduksi juga bagian tubuh
lainnya, salah satu proses degenerasi tersebut adalah penyakit kanker. Kondisi
ini adalah suatu keadaan pertumbuhan jaringan yang abnormal.
4.      Demensia tipe alzhaimer
Selama periode pra menopause dan pasca menopause terjadi penurunan kadar
hormon seks steroid. Penurunan ini menyebabkan beberapa perubahan neuro
endokrin sistem susunan saraf pusat, maupun kondisi biokimiawi otak. Padahal
sistem susunan saraf pusat merupakan target organ yang penting bagi hormon
seks steroid seperti estrogen. Pada keadaan ini terjadi proses degeneratif sel
neuron (kesatuan saraf) pada hampir seluruh bagian otak, terutama didaerah
yang berkaitan dengan fungsi ingatan.
5.      Berat badan meningkat
Usia menopause terjadi peningkatan berat badan akibat turunnya estrogen dan
gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak. Selain pada usia ini
biasanya aktivitas tubuh berkurang, selain itu daya elastis kulit juga menurun,
yang memudahkan lemak disimpan dalam tubuh.
6.      Perubahan kulit
Gangguan diatas dasarnya terjadi karena hormon estrogen yang mulai tertekan.
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti
maka kulit akan terasa tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah,
leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti
kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas.

Anda mungkin juga menyukai