Anda di halaman 1dari 115

KEBIJAKAN FISKAL UMAR BIN ABDUL AZIZ DALAM

MENGENTASKAN KEMISKINAN
(99-101 H/717-720 M).

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora


untuk Memenuhi Persyaratan Mengambil Gelar
Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Disusun oleh :
Teti Nurjannah (1112022000025)

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/ 1440 H
ABSTRAK

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui keadaan


ekonomi pada masa Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz (Umar
II), keberhasilan implemantasi kebijakannya serta dampaknya
dalam mengentaskan kemiskinan. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian sejarah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi
dan historiografi. Dalam hal ini penulis akan menganalisis
kebijakan fiskal Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)
dalam mengentaskan kemiskinan serta hubungannya dengan
konsep pelaksanaan kebijakan fiskal saat ini.
Islam adalah agama yang komprehensif. Salah satunya
adalah pengaturan Islam dalam masalah ekonomi.Umar bin
Abdul Aziz telah menjadi pelopor dalam melakukan reformasi
ekonomi yaitu kebijakan yang adil dan merata. Yang mampu
menciptakan keadilan dalam pendistribusian kekayaan (anggaran)
kepada rakyatnya, secara ringkasnya Umar telah mampu
mendesain rakyatnya dengan kemakmuran dan kesejahteraan.
Maka untuk menciptakan rakyatnya dalam desain
kemakmuran dan kesejahteraan Umar bin Abdul Aziz
mengimplementasikan strategi-strategi kebijakan fiskal sebagai
berikut: 1) kebijakan pengelolaan dana jizyah, 2). pengelolaan
tanah mati (ihya al-Mawat), dan 3). mereformasi pengelolaan
zakat. Yang mana bisa kita relevansikan pada masa kini d seperti
dalam pengeloalaan zakat dan pengelolaan tanah mati (ihya al-
Mawat). Sehingga berdampak pada terentasnya kemiskinan
rakyatnya.

Kata Kunci: Umar bin Abdul Aziz, Kebijakan Fiskal,


Mengentaskan kemiskinan

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil a‟lamin, segala puji dan syukur


penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
rahmat-Nya yag telah Dia berikan kepada seluruh hambanya.
Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta
para pengikutnya. Rasa syukur disertai usaha, doa, serta tekad
yang kuat, akhirnya penulis dapat meyelesaiakan tugas akhir ini.

Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk


menyelesaikan studi dan mendapat gelar Strata Satu (S1) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu membuat karya tulis ilmiah
dalam bentuk skripsi dengan judul: “Kebijakan Fiskal Umar bin
Abdul Aziz dalam Mengentaskan Kemiskinan (99-101 H/717-
720 M)”. Meskipun penulis sadar betul akan banyaknya
kekurangan dalam penulisan ini, namun semoga karya ini bisa
memberi sumbangsih besar bagi para peneliti yang ingin
mengetahui lebih dalam mengenai sejarah penerapan kebijakan
fiskal pada masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. Aamin.

ii
UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan


berbagai pihak. Peneliti secara khusus mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu. Peneliti banyak menerima bimbingan, petunjuk dan
bantuan serta dorongan dari berbagai pihak baik yang bersifat
moral maupun material. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Tatang Supriatna dan


Mamah Iros Rosita yang telah membantu penulis dalam bentuk
perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa yang tidak henti-
hentinya mengalir demi kelancaran dan kesuksesan peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini.. Dan juga yang rela mengasuh
kedua cucunya demi kelancaran menyelesaiakan skripsi penulis
ini. Terima Kasih Mah, Bapa hanya Allah SWt yang mampu
membalas semua ini. Juga teuntuk Adikku Ani Diah Kusmiati
yang telah meluangkan waktunya untuk mengasuh para anak-
anak demi kelancaran selesainya studi ini.
2. Teruntuk suamiku Abdurrahman Rewa (Abu Jaisy) terima
kasih atas segala cinta, kasih sayang, ridho, doa, daya dan upaya
yang telah engkau berikan untukku semoga apa yang engkau
lakukan khususnya dalam mendukungku menyelesaikan studiku
ini menjadi pemberat timbangan amalmu di akhirat kelak Bi.

iii
Hanya Allah yang mampu membalas semua ini. Jazakumullah
khoir.
3. Ibu Prof. Dr. Amany Lubis, M.A., selaku Rektor Universitas
Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M. Ag, selaku Dekan Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak H. Nurhasan, M.A., selaku Ketua Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu proses kelancaran skripsi ini.
6. Ibu Sholikatus Sa‟diyah M. Pd, selaku Sekertaris Jurusan
Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mensupport penulis dan
membantu penulis dalam melengkapi berkas-berkas penulis
7. Bapak Prof. Dr. Didin Saepudin, M.A. selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah embimbing dengan sepenuh hati
sehingga skripsi ini selesai tepat pada waktunya.
8. Terima kasih kepada Dosen penguji yaitu Dr. H. Abdul Chair,
MA dan Drs. M. Ma‟ruf Misbah, M.Ag, atas pengarahan dan
bimbingannya untuk membuat skripsi penulis menjadi lebih baik.
9. Kepada seluruh Dekanat dan Dosen Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berjasa
dalam mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis
selama menjadi mahasiswa aktif di Fakultas Adab dan
Humaniora.

iv
10. Keluarga besar penulis di Bandung, Garut dan Sukabumi
yang telah senantiasa menyemangati penulis untuk
menyelesaikan studi ini.
11. Kepada Mak Mimi, Umi Titin, Teh Neneng, Teh Ana, A
Masdar, Neng Fina, Syarif, Teh Nia, Novi, Wa dadam, Wa Abbas
dan seluruh keluarga dan teman-teman di Sukabumi yang selama
ini telah mendukung dari mulai proses sampai selesainya skripsi
ini. Khususnya mengasuh anak-anak saya.
12. Kepada Bi Eulis, Bi Imas, Bi Nyai yang telah ikut mengasuh
anak-anak selama penyelesaian skripsi ini berlangsung.
13. Kepada K0ak Erna, Kak Kiki Zakiyah, Ka Fadliyah Ahfa,
Kak Ina Siti Julaeha, Kak Empit, Kak Yeni dan kakak-kakak
semua yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
14. Keluarga Sejarah dan Peradaban Islam Angkatan 2012 dan
2013 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih
telah menjadi teman seperjuangan yang terus bertahan dan
berproses untuk menjadi sejarawan yang beranfaat bagi umat
khususnya.
15. Tak lupa pula bagi sahabat-sahabat pejuang skripsi Irma
Fauziah, Hikmatul Bilqis, Dwi Septiani, Rosyana dewi, Alinda
Nur Fitriani, dan juga yang lainnya. Juga teman-teman yang telah
membimbing dan menyemangati Agidia Oktavia S.Hum,
Nursilam S.Hum, Merindu Firiani S.Hum, Fitriani S.Hum, Indah
Syair, Mutia Tsani, Rindi Antika, Yudi Setiadi dan yang lainnya

v
yang telah ikut mensukseskan terselesainya skripsi ini. Semoga
Allah SWT membalas jasa-jasa antuna sekalian.

Penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.


Oleh sebab itu penulis berharap terdapat masukan berupa kritik
dan saran dalam penyempurnaan karya ini yang bermanfaat
sebagai bahan bacaan dan refrensi bagi yang lainnya.

30 Januari 2019

Teti Nurjannah

vi
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................. ii
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................... vii
DAFTAR ISTILAH ..................................................................... ix
BAB I ............................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 9
D. Tinjauan Pustaka ................................................................ 9
E. Kerangka Teori................................................................. 12
F. Metodologi Penelitian ...................................................... 13
G. Sistematika Penulisan ...................................................... 15
BAB II ......................................................................................... 18
BIOGRAFI UMAR BIN ABDUL AZIZ .................................... 18
A. Biografi Singkat Umar Bin Abdul Aziz ........................... 18
B. Sifat-Sifat Umar II (Umar Bin Abdul Aziz). ................... 22
C. Kehidupan Sosial, Ilmiah, Dakwah Masa Umar Bin Abdul
Aziz. ........................................................................................ 27
D. Karya-Karyanya. .............................................................. 44

vii
viii

BAB III ....................................................................................... 47


KEDUDUKAN UMAR BIN ABDUL AZIZ PADA MASA
KHALIFAH-KHALIFAH SEBELUMNYA. ............................. 47
A. Kedudukan Umar Bin Abdul Aziz Pada Masa Al-Walid 47
B. Umar Bin Abdul Aziz Pada Masa Khalifah Sulaiman Bin
Abdul Malik. ........................................................................... 56
C. Umar Bin Abdul Aziz Serta Para Ulama ......................... 60
BAB IV ....................................................................................... 64
PEMBAHASAN ......................................................................... 64
A. Konsep Kebijakan Fiskal Pada Masa Pemerintahan Umar
Bin Abdul Aziz. ....................................................................... 64
B. Dampak Kebijakan Fiskal Umar dalam Keberhasilannya
Mengentaskan Kemiskinan. .................................................... 80
C. Hari-Hari Terakhir dan Wafatnya Umar bin Abdul Aziz 82
BAB V......................................................................................... 86
PENUTUP ................................................................................... 86
A. Kesimpulan ...................................................................... 86
B. Saran ................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................... 95
DAFTAR ISTILAH

Alim : Berilmu

Asyaz : Yang memiliki tanda di dahinya

Atsar : Segala sesuatu yang berasal dari Nabi

Al-Katib : Juru tulis

Baitul Maal : tempat untuk menyimpan dan mengelola


segala macam harta yang menjadi pendapat
negara.

Bai‟at : pengangkatan seorang imam atau pelantikan


seorang kepala negara yang ditandai dengan
pengucapan janji atau sumpah dalam Islam.

D0haif : Lemah.

Fuqaha : jamah dri faqih yaitu seorang ahli fiqih.

Furatiyah : Eufrat.

Hablu Minallah : hubungan dengan Allah.

Hablu Minnafsi : hubungan dengan diri sendiri.

Hablu Minannas : hubungan dengan sesama manusia.

Hibah : pemberian yang dilakukan oleh seseorang


kepada pihak lain yang dilakukan ketika masih
hidup dan pelaksanaan pembagiannya
dilakukan pada waktu penghibah masih hidup
juga.

Hujjah : tanda, bukti, atau dalil.

ix
Hanif : golongan yang menolak perbuatan syirik;
mereka menolak menyembah kepada banyak
tuhan selain Allah.

Ijma‟ : kesepakatan para ulama dalam menetapkan


suatu hukum hukum dalam agama
berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis dalam suatu
perkara yang terjadi.

Ihya al-Mawat : menghidupkan tanah yang mati atau


mengelolanya.

Ilmu Nujum : Ilmu Perbintangan.

Jazirah : tanah yang menjorok ke laut.

Kaffarah : denda.

Kavling : bagian tanah yang sudah dipetak-petak dengan


ukuran tertentu yang akan dijadikan bangunan
atau tempat tinggal.

Khamar : sebutan kepada berbagai jenis minuman yang


memabukkan yang terbuat dari berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan.

Klan : sekelompok orang yang dipersatukan oleh


perasaan adanya hubungan kekerabatan atau
seketurunan, baik aktual maupun tidak.

Kunyah : sebuah nama panggilan yang biasa digunakan


oleh masyarakat Arab untuk panggilan
kehormatan atau gelar kepada seseorang,
sebagai pengganti atas nama asli orang
tersebut.

Memakzulkan : memberhentikan dari jabatan.

x
Manhaj : jalan yang jelas & terang.

Masterpiece : karya besar.

Mawali : orang orang non Arab yang telah memeluk


agama Islam.

Mujtahid : orang yang -dengan ilmunya yang tinggi dan


lengkap- telah mampu menggali dan
menyimpulkan hukum-hukum Islam dari
sumber-sumbernya yang asli seperti Al Qur'an
dan Hadits.

Muraqabatullah : orang yang merasa dirinya senantiasa diawasi


oleh Allah.

Muamalah : aturan dari Allah dengan manusia lain dalam


hal mengambangan harta benda.

Mustahiq : orang-orang yang erhak menerima zakat.

Mustanir : bersinar.

Muzara‟ah : pengerjaan lahan dari pemilik lahan kepada si


penggarap dengan pembagian hasil panennya,
seperti sawah atau ladang dengan imbalan
sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga atau
seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan
benihnya ditanggung pemilik tanah.

Muzakki : orang yang dikenai kewajiban membayar


zakat.

Nasab : keturunan atau kerabat.

Nasakh : membatalkan sesuatu dan menghapus.

xi
Qadha : sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah.

Qadhi : seorang hakim yang membuat keputusan


berdasarkan syariat Islam. Islam tidak
pengenal adanya pemisahan masalah agama
maupun yang berkaitan dengan hukum,
sehingga berperan dalam penengakan aturan
bagi setiap muslim.

Qaul : perkataa atau pendapat.

Qisas : hukum islam yang berarti pembalasan


(memberi hukuman yang setimpal), mirip
dengan istilah "hutang nyawa dibayar
nyawa".

Rawi : orang yang meriwayatkan atau memberitakan


Hadits

Restorasi : mengembalikan atau memulihkan kpd keadaan


semula.

Salafu as-Shalih : orang-orang lampau yang shalih

Sanad : rangkaian rawi yang mengantarkan matan


hingga kepada Nabi Muhammad saw.

Syubhat : menyatakan tentang keadaan yang samar


tentang kehalalan atau keharaman dari
sesuatu.

Sunnah : jalan yang di tempuh oleh Rasulullah dan para


sahabatnya, baik ilmu, keyakinan, ucapan,
perbuatan, maupun penetapan.

xii
Syura : Musyawarah.

Tabi‟in : orang Islam awal yang masa hidupnya setelah


para Sahabat Nabi dan tidak mengalami masa
hidup Nabi Muhammad. Usianya tentu saja
lebih muda dari Sahabat Nabi, bahkan ada
yang masih anak-anak atau remaja pada masa
Sahabat masih hidup.

Tabi‟u tabi‟in : pengikut tabi‟in.

Tawadhu‟ : rendah hati.

Umara : pemimpin pemerintahan.

Urgensi : penting.

Wali : pemimpin suatu wilayah setingkat gubernur.

Wara‟ : meninggalkan perkara haram.

Zuhud : seseorang lebih mengutamakan cinta akhirat


dan tidak terlalu mementingkan urusan dunia
atau harta kekayaan.

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dinasti Umayyah merupakan sebuah pemerintahan yang


berdiri setelah pemerintahan Khuafa‟ al-Rasyidin. Dinasti ini
berkuasa selama kurang lebih 90 tahun (661-750), dengan
Mu‟awiyah sebagai awal pemegang tampuk kekuasaanya. Ibu
kota Negara ia pindahkan dari Madinah ke Damaskus, tempat ia
berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Kemudian sekaligus
orang pertama yang mengganti sistem pemerintahan dari yang
bersifat demokratis (berdasarkan kehendak rakyat) menjadi
monarki (turun-menurun).1 Dinasti ini, selama pemerintahannya
di Damaskus (Suriah) telah dipimpin oleh 14 khalifah dengan
Damaskus sebagai ibukotanya.2 Darinya terdapat lima khalifah
yaitu: Mu'awiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), 'Abd al-Malik bin
Marwan (685-705 M), al-Walid bin 'Abd al-Malik (705- 715 M)
'Umar bin 'Abd al-'Aziz (717-720 M), dan Hisyam bin 'Abd al-
Malik (724-743 M).3 Tetapi, dalam skripsi ini difokuskan pada
masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz atau Umar II.

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1996) cetak. IV.h. 40- 41.
2
Ahmad Al-„Usairy, Sejarah Islam, ( Jakarta: Akbar Media, 2003)
cetak. I, h. 184.
3
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah Analisa dan
Perbandingan, (Jakarta: UI Press, 1986) cetak. V. h. 56.

1
2

Umar bin Abdul Aziz merupakan khalifah cerdas dengan


segala keilmuannya dan keshalihannya. Umar II juga merupakan
lembaran putih Dinasti Umayyah dari sekian banyak khalifah
Umayyah yang lainnya. Pembahasanya pun tentunya tidak bisa
dipisahkan dari konsep kebijakan yang beliau terapkan. Demi
mewujudkan kesejahteraan dan kedamaian di tengah-tengah
umat.
Khalifah Umar II merupakan khalifah yang menjadi
sorotan karena kegemilanganya dalam memegang dinasti Bani
Umayyah. Khalifah Umar II merupakan khalifah ke-8 (delapan)
Dinasti Umayyah, setelah kepemimpinan khalifah Sulaiman bin
Abdul Malik, yang sekaligus menunjuknya sebagai khalifah
setelahnya. Masa kepemimpinanya amatlah singkat yaitu 29
bulan atau 2,5 (setengah) tahun.
Sejarah pemerintahan Dinasti Umayyah banyak diwarnai
oleh intrik-intrik penguasa yang lalim, dengan kebijakan-
kebijakan yang kurang mensejahterakan rakyat. Meskipun,
memang tidak secara keseluruhan. Seperti halnya pada masa
ketika Umar bin Abdul Aziz memimpin dimana kebijakan-
kebijakan yang merugikan rakyat dihapus dan diganti sesuai
dengan kebijakan-kebijakan yang pernah diterapkan pada masa
al-Khulafa ar-Rasyidun, khususnya kebijakan dimasa Umar bin
Khattab atau Umar I, contohnya dalam kebijakan pembagian
ghanimah, dan kharaj.
3

Khalifah Umar II nama lengkapnya adalah Umar bin


Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin Abil As bin Umayyah
bin Abdu Syams bin Abdu Manaf. Laqabnya adalah al-Imam al-
Hafiz al-Allamah al-Mujtahid az-Zahid al-„Abid as-Sayyid
Amirul Mukminin Haqqah, Abu Hafs al-Qurasyi al-Umawi al-
Madani. Kemudian al-Misri, al-Khalifah az-Zahid ar-Rasyid
Asyajj Bani Umayyah.4 Ia adalah keturunan Umar bin Khattab
melalui ibunya yang bernama, Laila Ummu Asim binti Asim bin
Umar bin Khattab. Ia dilahirkan di Hulwan, Mesir. Ayahnya,
Marwan pernah menjadi gubernur di wilayah tersebut. Ia
dilahirkan pada tahun 61 H ada juga yang menyatakan 63
Hijriyah.5
Ciri-ciri Umar bin Abdul Aziz adalah kulitnya berkulit
coklat sawo matang, berparas lembut, berbadan kurus, berjenggot
rapi, bermata cekung, dan di wajahnya ada bekas luka karena
tertanduk kuda. Hamzah bin Sa‟id, menceritakan peristiwa ini
bahwa “Suatu hari Umar bin Abdul Aziz ingin
menemui bapaknya sedang pada waktu itu dia masih bocah, lalu
seekor kuda menanduknya sehingga melukainya, maka bapaknya
sambil mengusap darah yang mengalir seraya mengatakan,

4
Syamsuddi Muhammad bin Ahmad, Siyar A‟lam an-Nubala‟,
(Beirut: Mu‟assasa ar-Risalah, 1981), h. 114, Lihat dalam Ali Muhammad As-
Sallabi, Umar bin Abdul Aziz Khalifah Pembaru dari bani Umayyah, terj.
Shofau Qolbi (Jakarta: Al-Kautsar, 2010), h. 11.
5
Joesoef Sou‟yb, Sejarah Daulah Umayyah I di Damaskus, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1977) cet. I, h.172.
4

„Kalau engkau bisa menjadi orang Bani Umayyah yang paling


kuat sungguh itu adalah keberuntungan.6
Sebelum menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz
menjabat sebagai Al-Amir (gubernur) wilayah Hijaz pada masa
khalifah Al-Walid I (86-89 H/705-715 M), yang mana beliau
berjasa membangun dan memperluas masjid Nabawi di Madinah
serta masjid Al-Harram di Mekah. Sedangkan pada masa khalifah
Sulaiman bin Abdul Malik menjabat sebagai Al-Katib (wazir)
yaitu bermakna penulis atau sekertaris. Sedangkan
pengangkatannya sebagai khalifah berdasarkan amanat khalifah
Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/ 714-717 M). Umar bin
Abdul Aziz (99 H/717 M) di dalam usia 37 tahun terpilih menjadi
khalifah yang kedelapan di dalam sejarah Daulah Umayyah.7 Ia
diangkat menjadi khalifah berdasarkan wasiat tertulis dari
khalifah Sulaiman.8Khalifah Umar dipandang sebagai khalifah
yang adil dan sedarhana kehidupannya. Ia ingin mengembalikan
corak kehidupan pada masa Al-Khulafa Ar-Rasyidun (632-661
M) dengan menghapus berbagai formalitas-formalitas protokoler
serta menyatakan dirinya memiliki kedudukan yang sama dengan

6
Saifudin Zuhri Qudsy, Umar bin Abdul Aziz dan Semangat
Penulisan Hadist, Jurnal ESENSIAVol. XIV No. 2 (Oktober 2013), h. 261-
262.
7
Joesoef Sou‟yb, Sejarah Daulah Umayyah I di Damaskus, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1977) cet. I, h. 172
8
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa‟ Sejarah para Penguasa Islam,
terj. Samson Rahman, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2012) h. 273
5

rakyat biasa yang membedakannya adalah dia diberi tanggung


jawab menjadi pemimpin.9
Kehidupan sosial masyarakat mengalami perubahan yang
berarti pada masa khalifah Umar II, hal ini tidak semata-mata
karena keperibadiannya yang saleh, melainkan juga karena
kebijakannya yang memihak kepada rakyat dan kepeduliannya
pada peningkatan taraf hidup masyarakat tanpa pandang bulu.
Berikut ini diantara kebijakan-kebijakan khalifah Umar bin
Abdul Aziz dalam masa pemerintahannya antara lain:
1. Hal yang pertama dilakukan khalifah Umar II dalam
menjalankan kebijakannya yaitu ketika Umar diangkat
menjadi khalifah dia mengumpulkan Bani Marwan
dan mengumumkan pengembalian hartanya ke Baitul
Mal. Umar II memulai perbaikan dari kalangan
keluarga dan familinya yaitu mengembalikan harta
kekayaan dirinya dan keluarganya kepada kaum
muslimin melalui Baitul Mal. Salah satunya adalah
tanah Fadak yaitu sebuah tanah yang digunakkan
Rasulullah untuk memberi nafkah keluarga Bani
Hasyim, yang tidak beliau gunakkan untuk
keluarganya sendiri. Begitupun Umar II memandang
bahwa satu perkara yang Rasulullah tidak lakukan
maka hal tersebutpun tidak dilakukannya.10 Khalifah

9
Joesof Sou‟yb, Sejarah Daulah Umayyah I di Damaskus...., h. 173
10
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa‟ Sejarah para Penguasa Islam,
terj. Samson Rahman, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2012) h. 274
6

juga menguasai tanah-tanah perkebunan di Hijaz,


Syam, Yaman dan Bahrain yang menghasilkan
kekayaan 40.000 dinar per tahun , setelah menduduki
jabatan barunya ia mengembalikan tanah-tanah yang
dihibahkan kepadanya dan meninggalkan kebiasaan-
kebiasaan lamanya serta menjual barang-barang
mewahnya untuk diserahkan hasil penjualannya ke
Baitul mal.11
2. Memberantas kezhaliman yang dilakukan oleh para
pejabat Negara sebelumnya, kemudian menggantinya
dengan para pejabat yang faham Islam, bersih,
bijaksana, dan berakhlak mulia dari kalangan
gubernurnya. Kemudian dari kalangan qadhi atau
hakim yang berada tepat dibawah gubernur maka ia
pilih dari kalangan ulama seperti, Hasan Al-Bashri. Ia
juga memilih para pegawai pajak dari kalangan yang
bersih dan shalih. Jika tampak tidak baik maka ia akan
langsung mencopot dan menggantikan pejabat
12
tersebut dengan yang lain. Dan untuk
mengantisipasi kerusakan birokrasi, Umar II berusaha
menaikan gaji para pegawai negara, melarang mereka
menerima hadiah dan hibah, melarang boros serta
berfoya-foya, melarang mereka untuk berbisnis, serta
11
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos,
1997) cetak. I, h. 78
12
Yusuf Al-„Isy, Sejarah Dinasti Umawiyah, terj. Iman Nurhidayat
dan Muhammad Khalil, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007) cetak. I , h. 324
7

menganjurkan para pejabat Negara untuk membangun


jembatan penghubung diantara rakyat dan pemimpin.
3. Menetapkan kebijakan pertanian baru yang bertujuan
untuk meningkatkan hasil pertanian bagi umat dengan
cara, yaitu:
a) melarang penjualan tanah kharaj
b) memperhatikan para petani dan meringankan
pajak mereka
c) perbaikan-perbaikan, penggalakan pertanian
dan upaya-upaya menghidupkan lahan tanah
mati
d) menghapus tatanan tanah terlindung untuk
orang-orang tertentu dan membukanya untuk
seluruh kaum Muslimin
e) dan pemenuhan proyek-proyek dasar
(infrastruktur) penunjang seperti,
mempermudah jalan di perbukitan, menggali
sumur di Madinah al-Hafir yang airnya jernih,
meneruskan penggalian (terusan selat) antar
sungai Nil dan laut merah untuk memudahkan
distribus makanan dari Mesir ke Mekkah,
dsb.13

13
Ali Muhammad ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar Bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, terj. Izzudin
Karimi, Lc., (Jakarta: Darul Haq, 2014) cetak. IV, h. 466-472.
8

Siasat Umar bin Abdul Aziz adalah bukan untuk


mengumpulkan harta tetapi pembangunan kemajuan. Siasatnya
adalah memperkaya orang-orang fakir dan memangkas sifat foya-
foya daripada orang kaya dan menegakkan kebenaran dalam
segala hal.14

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, agar terfokus dan tidak


melebar dalam pembahasannya, maka peneliti membatasi
permasalahan penulisan ini hanya pada pokok kebijakan fiskal
yang diterapkan pada masa Umar bin Abdul Aziz atau Umar II.
Kebijakan fiskal sendiri dapat diartikan sebagai sebuah kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu
negara melalui pengeluaran dan pendapatan, sebagai contohnya
yaitu pajak guna pemasukan kas negara (Baitul mal). Yang mana
kebijakan tersebut berdampak atau berpengaruh terhadap
kesejahteraan suatu negara yaitu mengentaskan kemiskinan.
Meskipun hanya 2 setengah tahun atau 29 bulan kepemimpinan
Umar II yaitu dari tahun 99-101 H/717-720 M, namun
kepemimpinanya dapat melampaui para khalifah-khalifah
pendahulunya.
Dari pemaparan singkat di atas maka rumusan pertanyaan
dalam penelitian ini diantaranya?

14
Yusuf Al-„Isy, Sejarah Dinasti Umawiyah, terj. Iman Nurhidayat
dan Muhammad Khalil, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007) cetak. I, h. 337
9

1. Bagaimana konsep kebijakan fiskal Umar bin Abdul Aziz


dan dampaknya dalam mengentaskan kemiskinan pada
masa pemerintahannya?
2. Bagaimana implementasi kebijakan fiskal pada masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz?
3. Bagaimana dampak kebijakan fiskal pada masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Untuk mengetahui kesuksesan penerapan konsep
kebijakan fiskal Umar bin Abdul Aziz pada masa
pemerintahannya.
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan
fiskal dan dampaknya terhadap masyarakat dalam
mengentaskan kemiskinan pada masa kepemimpinan
Umar bin Abdul Aziz.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu


melakukan tinjauan pustaka terkait dengan judul yang akan
diteliti. Maka kajian pustaka yang akan menjadi dasar pemikiran
dalam penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut:
10

Buku History of Arabs diterbitkan oleh PT Serambi Ilmu


Semesta tahun 2010, karya Philip K. Hitti, yang menjelaskan
secara rinci Dinasti Umayyah, puncak kekuasaan Dinasti
Umayyah, sampai pada warisan peradaban Dinasti Umayyah dan
akhir kekuasaannya.
Buku Islam di Kawasan Kebudayaan Arab diterbitkan
oleh Logos Wacana Ilmu, karya Ali Mufrodi, menjelaskan awal
mulanya kawasan budaya Arab, proses arabisasi, sampai pada
sejarah Dinasti Umayyah yang dimulai dari berdirinya, khalifah-
khalifah pada Dinasti Umayyah, kejayaan dan kemunduran yang
menjadi konsentrasi dalam penelitian ini.
Buku Tarikhul Khulafa‟ karya Imam Suyuthi yang
diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar. Buku ini ditulis oleh As-
Suyuthi‟, ulama dan cendikiawan Muslim yang hidup pada abad
15 di Kairo, Mesir . Ia sempat semasa dengan Khalifah Al-
Mustanjid Billah (859-884 H), yang merupakan khalifah ke-15
Bani Abbasiyah di Mesir. Buku ini membahas tentang sejarah
para pemimpin Islam, masa Khulafa Ar-Rasyidun, Bani Umayyah
dan Bani Abasiyyah. Termasuk didalamnya kisah khalifah Umar
bin Abdul Aziz.
Buku Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, karya
Nurul Huda, et al. yang diterbitkan oleh Kencana tahun 2008 ini,
membahas tentang penerapan Kebijakan Fiskal pada masa
Rasulullah sampai pada masa Khulafa Ar- Rasyidin.
11

Buku Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,


diterbitkan oleh Pustaka Pelajar tahun 2010, karya Nur Chamid,
yang menjelaskan runtutan sejarah pemikiran ekonomi Islam dari
zaman Rasulullah sampai kepada transformasi pemikiran
ekonomi dari timur ke barat. Dalam buku ini juga dibahas pada
zaman Dinasti Umayyah yaitu pada pemerintahan Mu‟awiyah bin
Abu Sofyan, Abdul Malik bin Marwan dan Umar bin Abdul Aziz
yang menjadi konsentrasi dalam penelitian ini.
Penelitian atau tulisan yang pernah dilakukan sebelumnya
sangat penting untuk diungkapkan, karena dapat dipakai sebagai
sumber informasi dan bahan acuan yang sangat berguna:
Penelitian yang dimaksud adalah penelitian komparasi
antara Umar Bin Khattab dengan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz
adalah penelitian karya Robitho mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2012 dengan judul “Perbandingan
Kebijakan Umarain, Khalifah Umar bin Khattab 13 – 23 H/ 634
– 644 M, dan Umar Bin Abdul Aziz 99- 101 H/ 717 – 720 M” .
Fokus dari penelitian ini adalah perbandingan kebijakan antara
khalifah Umar bin Khattab dan Umar Bin Abdul Aziz, dimana
beliau berdua sama-sama membawa pemerintahan lebih maju dan
lebih berkebudayaan sesuai perkembangan zaman pada saat itu.
Penelitian yang kedua yakni, “Analisis Pengelolaan
Kharaj Pada Masa Kholifah Umar Bin Abdul Aziz (99 H – 101
H)”, skripsi inii ditulis oleh Sofa Hasan (Jurusan Muamalah
Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri
12

Walisongo, Semarang, 2015), pada penelitiannya terfokus pada


salah satu kebijakan fiskal khalifah Umar II yaitu pengelolaan
dana kharaj pada masa kepemimpinan Umar II serta dampak
penerapannya.
Penelitian selanjutnya adalah karya Mukhoer Abdus
Syukur mahasiswa IAIN Purwokerto, dalam penelitiannya yang
berjudul “Kebijakan Fiskal Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-
101 H/ 717-720 M)” yang mana focus penelitian ini adalah pada
kebijakan fiskal Umar Bin Abdul Aziz dan keberhasilan
penerapan kebijakannya.
Penelitian-penelitian di atas sama dengan penelitian yang
penulis laksanakan, yaitu bertujuan untuk mengetahui Kebijakan
Umar Bin Abdul Aziz. Dan penelitian yang dilakukan penulis
adalah untuk melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya.
Namun demikian, dari penelitian yang telah ada, tidak ada
satupun yang memusatkan kajian pada analisis dampak
implementasi kebijakan fiskal kepada masyarakat dalam
mengentaskan kemiskinan pada masa Umar bin Abdul Aziz. Oleh
sebab itulah penulis merasa yakin untuk tetap melaksanakan
penelitian ini.

E. Kerangka Teori

M. Nur Rianto Al-Arif dalam teori Makro Ekonomi Islam


Konsep, Teori dan Analisis (2010) menjelaskan, Kebijakan fiskal
adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk
13

mengelola perekonomian yang lebih baik dengan cara mengubah


penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dapat
juga diartikan sebagai tindakan yang diambil pemerintah dalam
bidang anggaran belanja dengan maksud untuk mempengaruhi
jalannya perekonomian.
Dengan demikian, kebijakan fiskal dalam penelitian ini
adalah kebijakan ekonomi pemerintahan Umar II untuk
memperbaiki perekonomian dengan cara mengubah penerimaan
dan pengeluaran melalui pengelolaan dana jizyah, pengelolaan
tanah mati (Ihya al-Mawat), dan reformasi pengelolaan zakat.

F. Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat sejarah analistis (analytical history),


metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah heuristic atau
pengumpulan data, kritik sumber baik intern maupun ekstern,
interpretasi atau penafsiran, dan yang terakhir adalah tahap
historiografi atau tahap penulisan sejarah.15
Proses heuristik penulis menggunakan metode
kepustakaan (library research). Penulis mengumpulkan sumber-
sumber tertulis baik yang bersifat primer maupun sekunder.
Untuk sumber primer, penulis menggunakan buku karya para
ulama abad pertengahan yang membahas tentang qaul atau
perkataan yang dikatakan oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz.

15
M. Dien Madjid dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah Sebuah
Pengantar (Jakarta:Kencana, 2014), h. 218-231.
14

Salah satunya dimuat dalam buku, Al-Amwal karya Abu Ubaid


al-Qasim bin Salam.
Untuk sumber sekunder penulis menggunakan buku-buku
yang didapat dari Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah,
e-book yang diakses dari Libgen dan Bookzz, jurnal yang diakses
melalui J-stor dan e-ressource (Perpustakaan Nasional), serta
jurnal lain yang diakses melalui Google Cendikia. Pada
umumnya data-data sekunder yang penulis gunakan berupa buku,
artikel, dan tesis yang penulis temukan di Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora, Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Universitas Indonesia, dan
situs-situs resmi di internet.
Tahap berikutnya ialah kritik sumber (verifikasi). Dalam
proses ini, penulis melakukan uji keaslian sumber melalui kritik
ekstren. Selain itu penulis juga melakukan uji kelayakan sumber
atau kredibilitas, yang penulis telusuri melalui kritik intern.16
Dalam kritik ekstern penulis mengkritisi secara fisik mengenai
sumber-sumber primer yang penulis dapatkan, kritik ini dilihat
dari perkataan – perkataan Umar bin Abdul Aziz dalam
menjalankan kebijakanya. Seperti tertulis dalam kitab Al-Amwal
karya Abu Ubaid al-Qasim bin Salam, yang dapat dilihat dan
diuji dari tulisan dan tahun terbitnya, karena secara fisik asli
(cetak) peneliti tidak menemukan langsung, karena masa yang
sangat jauh dari masa sekarang. Maka fisik yang dimaksudkan

16
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1999), cetak II, h. 59.
15

penulis adalah tulisan fisik yang isinya sama persis dengan apa
yang dituliskan oleh tokoh tersebut.
Penulis juga menguji kredibilitas sumber (sekunder)
dengan menggunakan kritik intern. Dalam kritik intern penulis
membandingkan sumber-sumber yang penulis dapatkan. Cara
menguji kredibilitas tulisan dalam buku, maka penulis
membandingkan antar sumber-sumber yang didapatkan.
Tahap berikutnya yakni melakukan interpretasi
(penafsiran) terhadap sumber-sumber yang telah penulis himpun
untuk memperoleh fakta-fakta yang berkaitan dengan focus
kajian penulis.17 Dalam tahap ini penulis menggunakan metode
analisis dan sintesis. Dalam proses analisis (peneyelidikan),
penulis memperoleh beberapa fakta dari sumber-sumber yang
telah penulis baca, baik sumber primer maupun sekunder.
Tahap terakhir yaitu historiografi (penulisan), dalam tahap
ini penulis menguraikan fakta-fakta yang sudah didapat ke dalam
penulisan sejarah, dan menarik kesimpulan yang merupakan
jawaban dari permasalahan pokok yang menjadi kajian dalam
penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

17
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah…,h. 64.
16

Secara keseluruhan skripsi ini terbagi


mejadi lima bab, adapun susunan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
Bab I Berisi Pendahuluan yang terdiri
atas penjabaran singkat permasalahan yang
menjadi fokus kajian, identifikasi masalah,
tinjauan pustaka, kerangka teori, serta sistematika
penulisan.
Bab II Membahas tentang
kedudukan Umar bin Abdul Aziz pada masa
khalifah-khalifah sebelumnya.
Bab III Membahas tentang biografi
Umar II dari beliau lahir sampai menjadi khalifah,
sifat-sifat Umar II, kondisi masyarakat pada masa
Umar bin Abdul Aziz sebelum menjadi khalifah,
pola kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz serta
karya-karyanya.
Bab IV Membahas tentang konsep
kebijakan fiskal khalifah Umar II serta dampak
kebijakan fiskal Umar II dalam mengentasakan
kemiskinan pada masa pemerintahannya.
Bab V Penutup yang mencakup
kesimpulan yang merupakan jawaban dari
permasalah yang menjadi tujuan awal pengkajian
penelitian ini dan saran-saran yang menjadi
17

masukan-masukan untuk perbaikan penelitian


berikutnya.
BAB II
BIOGRAFI UMAR BIN ABDUL AZIZ
A. Biografi Singkat Umar Bin Abdul Aziz

1. Keluarga Umar bin Abdul Aziz


Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz, s eorang
pemimpin yang saleh, kharimastik, bijaksana, dan dekat dengan
rakyatnya. Sosoknya yang begitu melegenda tentu membuat hati
penasaran untuk mengenalnya.
Ia adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Al-
Hakam bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Abd
Manaf bin Qushay bin Kilab.1
Ayahnya adalah Abdul Aziz bin Marwan, salah seorang
dari gubernur Klan Umayah. Ia seorang yang pemberani lagi suka
berderma. Ia menikah dengan seorang wanita salehah dari
kalangan Quraisy lainnya, wanita itu merupakan keturunan Umar
bin Khattab, tepatnya adalah cucu Umar, dialah Ummu Ashim
binti Ashim bin Umar bin Khattab, dialah ibu Umar bin Abdul
Aziz. Abdul Aziz merupakan laki-laki yang saleh yang baik
pemahamannya terhadap agama. Ia merupakan murid dari
sahabat senior Abu Hurairah2
Ibunya Ummu Ashim, Laila binti Ashim bin Umar bin
Khattab. Bapaknya Laila merupakan anak Umar bin Khattab, ia

1
Syaikh Ahmad Farid. 60 Biografi Ulama Salaf. (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2012) Cet. VII, h. 61.
2
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, (Jakarta: Darul
haq, 2014) cet. IV, h. 14-15.

18
19

sering menyampaikan hadis nabi dari Umar. Ia adalah laki-laki


dengan perawakan tegap dan jangkung, satu dari sekian laki-laki
mulia di zaman tabi‟in.3
Dengan demikian jelaslah, bahwa dari pihak ayahnya ia
adalah keturunn bangsawan Bani Umayyah dan dari pihak ibunya
bersambung dengan khalifah Umar bn Khattab.4
2. Kelahirannya.
Ahli sejarah berpendapat bahwa kelahiran Umar bin
Abdul Aziz terjadi di tahun 61 H.5 Ia dilahirkan di Kota Madinah
An-Nabawiyah, pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah.
Umar bin Abdul Aziz tidak memiliki usia yang panjang, ia wafat
pada usia 40 tahun, usia yang masih relatif muda dan masih
dikategorikan usia produktif. Namun, di balik usia yang singkat
tersebut, ia telah berbuat banyak untuk peradaban manusia dan
Islam secara khusus. Ia dijuluki Asyaj Bani Umayah (yang terluka
di wajahnya) sebagaimana mimpi Umar bin Khattab.6

3
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 15
4
K.H. Firdaus A.N., Kepemimpinan Khalifah Umar Bin Abdil Aziz,
(Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1988) h. 53-54.
5
Ada dua riwayat berbeda yang mengabarkan tahun kelahiran
Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pertama adalah riwayat dari Muhammad bin
Sa'ad yang berkata: "Umar bin Abdul Aziz lahir pada tahun 63 H, yang itu
adalah tahun meninggalnya Maimunah, istri Nabi Saw." Kedua adalah riwayat
dari Abdullah bin Dawud yang mengatakan: "Thalhah bin Yahya, A'masy,
Hisyam bin 'Urwah dan Umar bin Abdul Aziz dilahirkan pada tahun
terbunuhnya al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, yaitu tahun 61 H." Lihat Siroh
Wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz, al-Khalifah az-Zahid, Abul Faraj
Abdurrahman Ibnul Jauzi al-Qursyi ad-Dimasyqi, hal. 327
6
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 17.
20

3. Saudara-Saudara Umar bin Abdul Aziz


Abdul Aziz bin Marwan (bapak Umar), mempunyai
sepuluh orang anak. Mereka adalah Umar, Abu Bakar,
Muhammad, dan Ashim. Ibu mereka adalah Laila binti Ashim bin
Umar bin Khaththab. Abdul Aziz mempunyai enam anak dari
selain Laila, yaitu Al-Ashbagh, Sahal, Suhail, Ummu Al-Hakam,
Zabban dan Ummul Banin. Ashim (saudara Umar) inilah yang
kemudian menjadi kunyah ibunya (Laila Ummu Ashim). 7

4. Anak-Anak Umar bin Abdul Aziz


Umar bin Abdul Aziz mempunyai empat belas anak laki-
laki, di antara mereka adalah Abdul Malik, Abdul Aziz,
Abdullah, Ibrahim, Ishaq, Ya‟qub, Bakar, Al-Walid, Musa,
Ashim, Yazid, Zaban, Abdullah, serta tiga anak perempuan,
Aminah, Ummu Ammar dan Ummu Abdillah.8
Pada saat Umar bin Abdul Aziz wafat, ia tidak
meninggalkan harta untuk anak-anaknya kecuali sedikit. Setiap
anak laki-laki hanya mendapatkan jatah 19 dirham saja,
sementara satu anak dari Hisyam bin Abdul Malik (khalifah Bani

7
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 18.
8
Sebagian lain menyebutkan bahwa anak-anak laki-laki Umar
berjumlah dua belas dan anak-anak perempuannya berjumlah enam
sebagaimana disebutkan oleh Ibnu al-Jauzi.
21

Umayah lainnya) mendapatkan warisan dari bapaknya sebesar


satu juta dirham.9
5. Istri-Istri Umar bin Abdul Aziz.
Istri pertamanya adalah wanita yang salehah dari kalangan
kerajaan Bani Umayah, ia merupakan putri dari Khalifah Abdul
Malik bin Marwan yaitu Fatimah binti Abdul Malik. Ia putri
khalifah, kakeknya juga khalifah, saudara perempuan dari para
khalifah, dan istri dari Umar bin Abdul Aziz, namun hidupnya
sederhana. Istrinya yang lain adalah Lamis binti Ali, Ummu
Utsman bin Syu‟aib, dan Ummu Walad.10
6. Ciri-Ciri Fisik Umar bin Abdul Aziz.
Umar bin Abdul Aziz berkulit cokelat, berwajah lembut
dan tampan, berperawakan ramping, berjanggut rapi, bermata
cekung, dan di keningnya terdapat bekas luka akibat sepakan kaki
kuda.Ada pula yang mengatakan, ia berkulit putih, berwajah
lembut dan tampan, berperawakan ramping dan berjenggot rapi.11

Laila menikah dengan putera khalifah Daulah Umawiyah


yang keempat, namanya Abdul Aziz. Dari perkawinannya itulah
lahir seorang anak yang namanya Umar bin Abdul Aziz.

9
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h.19.
10
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Umar bin Abdul Aziz Khalifah
Pembaharu dari Bani Umayyah, h. 18
11
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Umar bin Abdul Aziz Khalifah
Pembaharu dari Bani Umayyah, h. 18.
22

B. Sifat-Sifat Umar II (Umar Bin Abdul Aziz).


Setiap pemimpin tentunya memiliki sifat-sifat yang khas
yang tersemat pada pribadinya. Begitupun dengan Umar bin
Abdul Aziz. Diantara sifat-sifat yang paling menonjol yaitu:
Imannya yang mendalam kepada Allah dan keagunganNya,
imannya kepada tempat kembali dan hari Akhir, ketakutanNya
kepada Allah, keberanian, keadilan, kemampuan dalam
menyelesaikan masalah, kuat dalam memimpin, dan lainnya.

Diantara sifat-sifat beliau yang terpenting yaitu:

1. Ketakutannya Yang Besar Kepada Allah

Umar bin Abdul Aziz memahami benar dengan fitrahnya


yang lurus dan akidahnya yang shahih, bahwa akhirat seorang
Muslim lebih patut diperhatikan daripada dunianya.

Umar bin Abdul Aziz sangat takut kepada Allah.


Sebagaimana penuturan orang terdekat beliau yaitu Fathimah
binti Abdul Malik, sang istri. “Demi Allah Umar bukan termasuk
orang yang banyak shalat, bukan termasuk orang yang banyak
puasa, akan tetapi demi Allah, aku tidak melihat seseorang yang
lebih takut kepada Allah daripada dirinya. Di atas tempat tidur
dia teringat kepada Allah, maka dia akan menggigil seperti
burung kecil yang kehujanan karena ketakutan yang mendalam.12

2. Sifat Zuhud Umar bin Abdul Aziz


12
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h.117.
23

Sifat zuhud Umar bin Abdul Aziz terbangun. Beliau


menanggalkan segala urusan yang tidak berfaedah bagi
kehidupan akhiratnya. Beliau tidak berbahagia dengan jabatannya
sebagai khalifah, dan tidak bersedih atas lenyapnya perkara
dunia. Beliau menanggalkan apa yang mampu beliau raih dari
kehidupan dunia dan lebih memilih kehidupan akhiratnya. Beliau
lebih senang untuk menyibukan diri dengan akhiratnya dan
berharap satu-satunya ridha Allah. Malik bin Dinar berkata,
“Orang-orang berkata, ahli zuhud adalah Malik bin Dinar akan
tetapi zuhud sebenarnya adalah Umar bin Abdul Aziz, di mana
dunia datang kepadanya namun beliau meninggalkannya.13
Begitupun ketika Umar menjabat sebagai khalifah, Umar
menolak bermewah-mewahan dalam makanan. Ia tidak
memperhatikan makanan kecuali apa yang menghilangkan rasa
laparnya dan menegakkan tulang rusuknya.14
Umar bin Abdul Aziz melepaskan semua sifat boros dan
bermewah-mewahan. Beliau tidak memakai pakaian kecuali yang
kasar.15
Zuhud yang paling menonjol pada diri Umar bin Abdul
Aziz adalah zuhud harta. Kekayaan Umar sebelum menjabat

13
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 120.
14
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h.120-121.
15
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h.121.
24

sebagai khallifah adalah empat puluh ribu dinar, namun ketika


wafat, hanya empat ratus dinar saja.
3. Ketawadhu’an Umar bin Abdul Aziz.

Sifat tawadhu‟ Umar meliputi segala urusan hidup dan


muamalahnya.16 Beliau memperbaiki lampu sendiri, duduk
bersama rakyat di atas tanah, menolak jika para pengawal dan
penjaganya berjalan di depannya, tidak mau berbeda dengan
masyarakat pada umumnya dalam hal apapun.

4. Sikap Wara’ Umar bin Abdul Aziz.

Wara‟ berarti menahan diri dari apa-apa yang mungkin


merugikan. Diantara contoh wara‟ Umar bin Abdul Aziz adalah
bahwa beliau tidak menerima hadiah apa pun dari pegawainya
atau dari ahli dzimmah karena beliau takut bahwa hadiah tersebut
termasuk suap.

Umar sangat berhati-hati dalam menggunakan harta kaum


Muslimin, beliau menyalakan lampu dari Baitul Mal jika sedang
menunaikan hajat kaum Muslimin, jika telah selesai dari hajat
kaum Muslimin beliau kemudian memadamkannya dan
menyalakannya dari biayanya sendiri. Ketika datang sesorang
untuk bertanya kepada beliau, maka beliau menanyakan
urusannya terlebih dahulu, mengenai urusan umum atau pribadi.
Jika umum beliau gunakan lampu dari biaya Baitul Mal, jika

16
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h.125.
25

pribadi beliau gunakan lampu miliknya. Lebih jelasnya sikap


zuhud dan wara‟ Umar bin Abdul Aziz sebagai berikut :

1. Tidak berambisi untuk mengejar pangkat dan kedudukan


2. Sederhana dalam memakai kendaraan
3. Sederhana dalam pakaian dan makanan
4. Kesulitan dalam pergi haji, karena kekayaannya telah
diserahkan kepada kepentingan umum.
5. Tidak menerima hadiah
6. Berhati-hati dalam menggunakan harta kaum Muslimin
dan menjauhkan diri dari Syubhat.
7. Sederhana dalam melaksanakan hari raya (tidak
bermewah-mewahan dalam berpakaian).

Demikianlah wara‟ Umar bin Abdul Aziz, mencakup


segala urusannya.

5. Kesabaran Umar bin Abdul Aziz.


Diantara sifat-sifat Umar bin Abdul Aziz adalah sabar dan
bersyukur.Umar bin Abdul Aziz pernah berkhutbah, beliau
berkata, “Tidaklah seorang ditimpa musibah, lalu dia
mengucapkan „Inna lillahi wa inna ilaihi roji‟un‟ melainkan
pahala yang Allah berikan kepadanya lebih utama daripada apa
yang Dia ambil darinya.”17
6. Ketegasan Umar bin Abul Aziz.

17
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h.132-134.
26

Ketegasan Umar terlihat dalam momen yang berbeda-


beda dan di bidang-bidang yang bermacam-macam, seperti
ketegasannya terhadap para gubernur dan para pembesar bani
Umayyah, ketegasannya terhadap orang-orang yang ingin
memecah belah kaum Muslimin lainnya.

Indikasi pertama ketegasan beliau adalah sikapnya


terhadap Bani Marwan ketika Umara meminta kepada Bani
Marwan untuk menyerahkan harta-harta yang dimiliki mereka
yang semestinya menjadi hak kaum muslimin, akan tetapi mereka
tidak mau menyerahkannya.

Ketegasan Umar dalam memimpin berdampak positif bagi


jalannya roda pemerintahan, yang menghasilkan keadilan,
ketenangan di kalangan masyarakat.

7. Keadilan Umar bin Abdul Aziz.

Sifat adil termasuk sifat yang paling menonjol pada


kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. Keadilan Umar sangat
terlihat sekali dalam setiap kebijakan-kebijakan yang beliau
ambil dalam pemerintahannya. Beliau mengembalikan hak-hak
kaum Muslimin. Beliau mensejahtrakan fakir miskin dan
memangkas pemborosan di kalangan orang-orang kaya. Di
masanya segala hal tertata rapi pada tempatnya dan pada
porsinya.
27

C. Kehidupan Sosial, Ilmiah, Dakwah Masa Umar Bin Abdul


Aziz.

a. Kehidupan Sosial Pada Masa Umar bin Abdul Aziz.


1. Mengingatkan Masyarakat tentang Kampung Akhirat.

Umar tidak menyia-nyiakan jabatannya sebagai khalifah


untuk berbuat lebih banyak dan berani dalam berdakwah kepada
masyarakatnya. Dengan posisi tertinggi itu ia menjadi begitu
sangat leluasa untuk melakukan pembenahan-pembenahan
masyarakat. Termasuk mengingatkan masyarakat akan kampung
akhirat.
2. Menolak Penghormatan yang Berlebihan

Sudah lazim jika pemimpin itu dihormati oleh rakyatnya.


Namun penghormatan rakyat itu perlu ditafsirkan lebih dalam.
Umar bin Abdul Aziz adalah pemimpin pertama. Pemimpin
yang baik dan terhormat yang dicintai dan mencintai rakyatnya.
Namun Umar tidak suka penghormatan yang berlebihan
kepadanya. Ia adalah pemimpin, bukan penguasa.

Diantara bentuk penghormatan itu adalah, berdiri disaat


khalifah datang. Orang-orang sebelumnya telah terbiasa
melakukan itu. Tapi Umar melihat itu terlalu berlebihan. Ia
merasa dirinya juga manusia biasa seperti yang lainnya. Bedanya
ia hanyalah mendapatkan amanah memimpin rakyat. Hal
28

tersebut pun sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah dan


Khulafaur Rasyidin.18

3. Mencukupkan kebutuhan kaum fakir miskin agar


terhindar dari meminta-minta.

Sebelumnya Umar juga pernah melihat beberpa fakir


miskin yang berjualan khabat19 kepada para musafir. Lalu ia
mencari dan bertanya keadaan mereka, lalu mereka menjawab,
“Allah telah memberikan kami kehidupan yang layak melalui
Umar bin Abdul Aziz, hingga kami tidak perlu berjualan khabat
lagi.

Kesejahteraan itu adalah hasil dari keadilan yang


diterapkan Umar bin Abdul Aziz dalam membagikan dana di
Baitul Mal. Sehingga kesejahteraan pun dapat tersalurkan secara
merata.20

Sesungguhnya jasa Umar bin Abdul Aziz dalam


melakukan perubahan sosial terhadap masyarakat, lebih banyak
daripada yang tertulis.

b. Kehidupan Ilmiah Pada Masa Umar bin Abdul Aziz.


Di samping kehidupan sosial, madrasah Ilmiah atau
lembaga pendidikan menjadi salah satu penopang penting dalam
18
Herfi Ghulam Fauzi. Umar bin Abdul Aziz 29 bulan Mengubah
Dunia. h. 124.
19
Sejenis rumput yang digunakkan sebagai makanan unta.
20
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz,
(Jakarta: Beirut Publishing, 2014), h.189-190.
29

meraih kesuksesan suatu masyarakat yang cemerlang. Madrasah-


madrasah ilmiah dan fiqhiyah di wilayah-wilayah penaklukan
Islam telah memberi dampak positif dan membentuk generasi
tabi‟in yang mengemban ilmu para sahabat, karena yang menjadi
cikal-bakal hadirnya sebuah lembaga pendidikan Islam adalah
para sahabat-sahabat yang shalih. Mereka menyampaikan
pengajaran tersebut kepada umat, mereka menjadi untaian sanad
yang membawa Kitab Allah dan Sunnah RasulNya kepada umat.
Madrasah-madrasah tersebut bertebaran di Mekah, Madinah,
Bashrah, Kufah dan kota-kota lainnya. Begitupun pada masa
kepemimpinan khalifah Umayyah Umar bin Abdul Aziz, para
alumni madrasah-madrasah terdahulu menjadi pengajar di
madrasah-madrasah pada masa Umar tersebut.
Diantara madrasah-madrasah para sahabat yang turut
berpengaruh dalam menghadirkan para guru-guru yang turut
mengajar di madrasah Umar yaitu:
1. Madrasah Syam

Berdiri pada masa Umar bin Khattab, pendirinya adalah


Muadz bin Jabal, Abu ad-Darda, dan Ubadah bin ash-Shamit.
Setelah mereka, estafet dakwah dan pendidikan dilanjutkan oleh
para tabi‟in yaitu, Imam ahli Fikih, Abu Idris, A‟idz bin Abdullah
al-Khaulani, Al-Faqih Qabishah bin Dzu‟aib ad-Dimasyqi, Raja
30

bin Haiwah al-Filisthin, Makhul asy-Syami ad-Dimasyqi, Umar


bin Abdul Aziz, dan Bilal bin Sa‟ad as-Sukuni.21

2. Madrasah Madinah

Banyak ulama yang muncul di Madinah. Di zaman Umar


bin Khattab sendiri jumlah para ulama ahli fatwa mencapai 300
orang. Diantaranya yang banyak memberi fatwa ada tujuh orang
yaitu, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin
Mas‟ud, Aisyah, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas, dan
Abdullah bin Umar. Para ulama tabi‟in kemudian mewarisi ilmu,
fikih, pendidikan dan dakwah.22

Ulama tabi‟in yang paling terkenal adalah Sa‟is bin al-


Musayyib, Urwah bin az-Zubair, Amrah binti Abdurrahman bin
Sa‟ad al-Anshariyah, al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar
ash-Shiddiq, Sulaiman bin Yasar, dan Nafi mantan sahaya
Abdullah bin Umar.23

3.Madrasah Makkah

Madrasah di Makkah memiliki tempat khusus di hati para


penimba ilmu di hati orang-orang Mukmin baik yang bermukim
ataupun sebagai pendatang untuk berziarah ke Makkah.

21
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 340-343
22
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h.344.
23
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h.344.
31

Sebelumnya para ulama di zaman para sahabat hanya terdiri dari


golongan kecil, namun pada masa tabi‟in dan tabi‟u tabi‟in
terdapat peningkatan seiring dengan banyaknya orang yang
tertarik untuk belajar di sana. Pada zaman tabi‟in Makkah
memiliki keistimewaan dengan hadirnya ulama umat (Habrul
Ummah) dan Turjuman al-Qur‟an, Ibnu Abbas sangat besar
perannya dalam melahirkan para generasi cemerlang dari
kalangan muridnya di bidang ilmu tafsir. Yang menjadikan
madrasah di Makkah unggul di bidang Ilmu tafsir, sebabnya
adalah imam dan guru besar mereka adalah Ibnu Abbas.

Diantara para ulama yang lahir di madrasah Makkah


adalah: Mujahid bin Jabr al-Makki, Ikrimah mantan sahaya Ibnu
Abbas, dan Atha bin Abu Rabbah.24

4. Madrasah Bashrah

Kota Bashrah bersaing dengan Kufah dalam segi


keilmuan. Para sahabat yang menetap di sana diantaranya adalah
Abu Musa al-Asy‟ari, Imran bin Hushain, Anas bin Malik, dll.
Pemuka tabi‟in yaitu, al-Hasan al-Bashri, Sulaiman at-Taimi,
Tsabit al-Bunani, Rabi‟ah bin Abu Abdurrahman, Ibrahim bin

24
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h.345-348.
32

Abu Maisarah, Muhammad bin Sirin al-Bashri, dan Qatadah bin


Di‟amah as-Sadusi.25

5. Madrasah Kufah

Salah satu Khalifah yang memperhatikan Kufah adalah


Umar bin al-Khathab, beliau mengirimkan Abdullah bin Mas‟ud
ke sana, Ibnu Mas‟ud berusaha keras membentuk generasi yang
memikul tanggung jawab dakwah kepada Allah dari sisi fikih dan
ilmu. Ada beberapa murid Ibnu Mas‟ud yang terkenal dengan
fikih, ilmu, zuhud, dan takwa, diantaranya adalah Alqalamah bin
Qais, Masruq bin al-Ajda, Ubaidah as-Salmani, al-Aswad bin
Yazid, Murrah al-Jufi, dll. Sedangkan dari tabi‟in yaitu, Amir bin
Syurahbil asy-Sya‟bi dan Hammad bin Abu Salamah.26

6. Madrasah Yaman

Sahabat dan ulama Yaman yang sangat berjasa dalam


menyebarkan Islam di sana adalah Mu‟adz bin Jabal, Ali bin Abi
Thalib dan Abu Musa al-Asy‟ari. Dari kalangan tabi‟in yaitu,
Thawus bin Kaisan dan Wahab bin Munabih.27

7. Madrasah Mesir

25
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h.348-350.
26
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 351-352.
27
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 352-354
33

Madrasah di Mesir hadir dengan adanya para Syaikh dan


sahabat yang berhijrah ke sana di masa-masa penaklukan dan
singgah di al-Fusthath san Iskandariyah. Diantara mereka yaitu,
Amr bin Ash, putranya, dan Abdullah, dan azh-Zubair bin
Awwam. Sahabat yang paling berpengaruh di sana adalah Uqbah
bin Amir. Sedangkan ulama tabi‟innya yaitu, Yazid bin Abu
Habib seorang hamba sahaya berkulit hitam, namun memiliki
kedudukan tinggi dengan ketakwaannya.28

8. Madrasah Afrika Utara

Para pelopor panglima penakluk yang masuk ke Afrika


Utara adalah Amr bin al-Ash, kemudian Abdullah bin Sa‟ad bin
Abu as-Sarah, kemudian Muawiyah bin Khudaij meneruskan
pembukaan Afrika, sehingga Muawiyah mengangkatnya menjadi
gubernur Mesir dan Afrika. Lalu Uqbah bin Nafi‟ al-Fihri, yang
membuka kota Qairawan.

Pada masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, Umar


mengirim Ismail bin Abu al-Muhajir sebagai gubernur Afrika th.
100 H, dia ini adalah seorang da‟I kepada Islam dengan lisannya,
akhlaknya, dan perbuatannya. Bersamanya diutus pula sepuluh
orang tabi‟in dari kalangan ahli ilmu yang mulia. Mereka yang
tidak tahu- menahu halal haram pun dengan segera

28
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h.356-357.
34

melaksanakannya dengan menjauhi segala perbuatan yang


haram.29

c. Kehidupan Dakwah Pada Masa Umar bin Abdul Aziz.

Umar bin Abdul Aziz menjadikan jiwa, hati, dan akal


pikiran selurh rakyatnya, sebagai target sasaran agar mereka
dapat lebih mudah mengenal agama Islam, serta lebih tepat pada
sasarannya, menjadikan mereka Muslim yang taat dengan seluruh
jiwa dan raganya.
Umar lebih memperhatikan kepada pembangunan dan
peningkatan taraf hidup dalam negeri, dengan maksud
menyatukan seluruh wilayah, memberikan keamanan,
menyebarkan pengetahuan, dan sebisa mungkin menjangkau
setiap individu masyarakat. Sebagaimana Umar memperhatikan
keadilan tiap individu masyarakatnya.
Beberapa program keberhasilan Umar bin Abdul Aziz
dalam membantu keberhadilan tegaknya dakwah Islam adalah:
1. Menugaskan para dai secara proposional.

Umar bin Abdul Aziz mewajibkan negara untuk


memberikan honor kepada para ulama dan cendikiawan agar
berkonsentrasi penuh waktu dalam menjalankan program dakwah
dan pendidikan yang dicanangkannya. Umar menetapkan gaji

29
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 357-358.
35

yang memadai untuk kebutuhan mereka. Serta memberikan


beasiswa yang layak bagi para pelajarnya.

Umar bin Abdul Aziz memerintahkan petugas Baitul Mal


untuk mengatur dana sekitar seratus dinar bagi mereka yang
menghabiskan waktunya untuk belajar atau mengajarkan ilmu
agama di masjid, ataupun yang hanya belajar Al-Qur‟an dari
mana pun mereka berasal.

Beliau pun pernah menulis surat kepada gubernur Hams,


untuk memperhatikan nasib orang-orang yang melakukan
kebaikan dan mendedikasikan waktunya untuk mengajarkan ilmu
agama. Agar mereka tidak perlu repot-repot untuk memikirkan
kehidupan mereka. Dan lebih berkonsentrasi dalam mengamalkan
ilmunya.30

2. Mendorong para ulama untuk menyebarkan ilmu


pengetahuan.

Umar juga memerintahkan mereka menjadikan masjid-


masjid sebagai pusat untuk mengajarkan masyarakat tentang ilmu
agama, melancarkan bacaan Qur‟annya, serta menyampaikan
hadist nabi dan menghidupkan sunnahNya. Ikrimah bin Ammar
(dari Yaman) berkata bahwa dia pernah mendengar isi dari surat
yang dikirimkan oleh Umar bin Abdul Aziz yang menyebutkan,
“Amma ba‟du. Perhatikanlah orang-orang yang berilmu untuk

30
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 278-279.
36

menyebarkan ilmu mereka di masjid-masjid, karena sunnah Nabi


telah banyak ditinggalkan orang.”31

3. Mengutus para ulama hingga ke wilayah Afrika Utara.

Umar bin Abdul Aziz mengembangkan program


pendidikannya dengan mengutus para ulama ke berbagai wilayah,
bahkan hingga ke pelosok-pelosok desa, agar seluruh lapisan
masyarakat Islam dapat mempelajari dan mengetahui Syariat
Islam. Umar mengutus Yazid bin Abdul Malik dan Harits bin
Muhammad ke kempung badui. Namun dari keduanya hanya
Yazid yang mau menerima upah, sedangkan Harits menolak.
Dan berdoa semoga lebih banyak orang-orang yang sepeti Harits.
Disamping Umar mewajibkan para pengajar untuk mendapatkan
upah dari Baitul Mal, tetapi Umar pun tidak memungkiri jika ada
orang yang tidak mau menerimanya. Apalagi dengan alasan
beramal. 32

Kemudian, ke wilayah Mesir Umar mengutus Nafi Maula


Ibnu Umar seorang ulama dari Madinah, yang mengajarkan
masyarakat ilmu hadist. Selain itu, Umar juga mengutus sepuluh
ulama tabi‟in dari madrasah Mesir ke wilayah Afrika untuk
mengajarkan masyarakat ilmu agama. Diantaranya: Ismail bin
Ubaidillah bin Abu Al-Muhajir, Bakr bin Sawadah Al-Jadzami,

31
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 279-280.
32
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 280.
37

Ju‟tsul bin Ahan Ar-Ruaini Al-Qutbani, Hibban bin Jabalah Al-


Qurasyi, Sa‟ad bin Mas‟ud At-Tajibi, Thalq bin Ja‟ban Al-Farisi,
Abdurrahman bin Rafi At-Tanukhi, Abdullah bin Al-Mughirah
bin Abi Burdah al-Kannani, Wahab bin Hay Al-Ma‟afiri,dan
Abdullah bin Yazid Al-Ma‟afir.33

Target dalam rencana pendidikan tersebut adalah:

 Meluaskan pengetahuan bahasa Arab dan menghapus buta


huruf ditengah-tengah kabilah Barbar.
 Mendirikan sekolah-sekolah dan lembega-lembaga
pendidikan Al-Qur‟an dan tajwid. Agar mengikat masyarakat
dengan pedoman Qur‟an.
 Menyampaikan akidah Ahlus Sunnah dengan jelas.
 Mengajarkan masyarakat tentang halal dan haram.

Berkah yang ditebarkan Umar pada masa


kepemimpinannya di Afrika Utara adalah dimulai dengan
menunjuk gubernur yang shalih dan mengutus ulama yang fakih
ke wilayah tersebut. Sehingga dakwah pun semakin melebar di
Afrika Utara.34

4. Mengajak masyarakat non Muslim utuk memeluk agama


Islam.

33
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h.281-285.
34
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 281.
38

Ibnu Saad meriwayatkan dari Isa bin Abi‟Atha (salah satu


penjaga Baitul Mal di kota Madinah yang berasal dari Syam), dia
mengatakan bahwa Umar bin Abdul Aziz pernah memberikan
sejumlah uang kepada masyarakat non muslim untuk melunakkan
hati mereka dan bersedia memeluk agama Islam. Diriwayatkan
pula bahwa Umar bin Abdul Aziz pernah memberikan seribu
dinar kepada seorang komandan pasukan Romawi untuk
menggugah hatinya untuk masuk agama Islam.35

5. Memperbaiki perlakuan terhadap Ahlu Dzimmah (non


muslim yang tunduk kepada Islam).

Keadilan juga dirasakan oleh non muslim atas


kepemimpian Umar bin Abdul Aziz, Umar menghapuskan jizyah
atas mereka ketika bersedia memeluk agama Islam. Hal tersebut
ternyata melunakkan hati mereka dan semakin tertarik untuk
memeluk agama Islam, meskipun dampaknya semakin berkurang
pemasukan jizyah atas non muslim kepada Baitul Mal.

Hal ini dinyatakan langsung oleh Umar kepada para


pejabatnya, sebagaimana surat yang dikirimkan kepada gubernur
Khurasan, Jarah bin Abdullah Al-Hukmi, dia berkata, “Lihatlah,

35
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 287.
39

siapa saja yang bersedia untuk shalat menghadap kiblat, maka


hapuskanlah kewajiban jizyah darinya.36

d. Pola kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz dalam


Pemerintahan.

Pertama: meletakan manhaj kepemimpinannya dalam


menata Negara

Umar bin Abdul Aziz sejak pidato pertamanya dan sejak


dilantiknya beliau menjadi khalifah yaitu pada hari Jum‟at 11
Shafar 99 H. Isi pokok dari khutbah politik pertama beliau
adalah:37

a. Umar berpegang kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Umar


tidak menerima perdebatan apa pun dalam masalah agama, atas
dasar bahwa beliau sebagai pemimpin yang melaksanakan syariat
yang telah jelas yang mana halal dan yang mana haram.
b. Umar menetapkan syarat bagi siapa yang ingin menghubungi
beliau, yaitu;
 Mengadukan sebuah hajat dari orang yang tidak
mampu mengadukannya kepada khalifah.
 Membantu beliau di atas kebaikan sesuai dengan
kemampuannya.

36
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 287-288.
37
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 58-61.
40

 Orang yang mendekat kepada beliau wajib dan


harus membimbingnya kepada kebaikan,
mengajaknya kepada apa yang baik bagi rakyat
dan agama.
 Orang yang mendekat kepada beliau tidak boleh
mengghibah siapa pun di depan beliau.
 Orang yang mendekat kepada beliau tidak boleh
turut campur dalam urusan pemerintahan dan
dalam perkara yang bukan urusannya.
c. Umar menetapkan janji atas dirinya sendiri untuk tidak
memberikan kebatilan kepada siapa pun,dan tidak menghalangi
hak siapa pun.

Umar tidak ingin ada seorang pun dari gubernurnya yang


nantinya akan menjadi hujjah atas keburukan dirinya, maka dia
merinci apa yang tercantum dalam khutbahnya yang pertama
dalam surat-surat yang dia kirimkan kepada para
gubernurnya.surat-surat ini dibagi menjadi dua;

1) Surat-surat yang beliau kirimkan kepada para gubernur, yang


menjelaskan apa yang mesti mereka pegang dalam tindak-tanduk
pribadi secara khusus terhadap rakyat.
2) Surat-surat kepada para gubernur yang menjelaskan dasar-
dasar yang membatasi kebijakan mereka, metode interaksi mereka
41

dengan rakyat dari kalangan kaum muslimin atau selain kaum


muslimin .38

Kedua: berusaha keras untuk beramal (bekerja) dengan


berpedoman pada al-Qur;an dan as-Sunnah.

Di antara ciri paling istimewa dari kebijakan Umar adalah


bahwa beliau bekerja (dan bertindak) dengan dasar al-Qur‟an dan
as-Sunnah, menyebarkan ilmu di kalangan rakyatnya, berupaya
membuat mereka paham tentang agama mereka, mengenalkan
mereka dengan sunnah Rasulullah saw. Umar melihat bahwa di
antara kewajibannya yang paling penting adalah mengenalkan
rakyatnya terhadap dasar-dasar agama mereka yang mendorong
mereka untuk mengamalkannya.

Tugas ulama tidak hanya terbatas dalam mengajar semata,


lebih dari itu sebagian dari mereka ada yang di serahi memikul
tugas negara, di antara mereka ada yang memegang tugas ilmu,
mereka juga berperan dalam bidang dakwah di jalan Allah.
Perhatian besar ini, yang menjadi ciri khas manhaj Umar untuk
mengajar rakyat dan menjelaskan kepadanya bahwa perkara-
perkara agama mempunyai dampak positif dalam membangun
kestabilan negara.

Ketiga:Prinsip Musyawarah Umar Bin Abdul Aziz.

38
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 62.
42

Umar bin Abdul Aziz menaruh perhatian besar terhadap


dasar musyawarah dalam negaranya. Di antara kata-kata yang
beliau ucapkan tentang hal ini, “Sesungguhnya musyawarah dan
tukar pendapat merupakan pintu rahmat dan kunci keberkahan,
tidak ada pendapat yang akan tersesat bersama keduanya, dan
ketegasan tidak akan hilang bersama keduanya.”39
Dasar musyawarah ini telah Umar terapkan sejak Umar
dilantik menjadi gubernur Madinah pada masa Al-Walid bin
Abdul Malik, yaitu dengan mengundang sepuluh ulama ahli fikih
Madinah. Umar pun kemudian meletakkan dasar syura pada masa
kepemimpinanya sebagai khalifah. Umar menyerahkan kepada
masyarakat terkait pemilihannya sebagai khalifah. Apakah mereka
hendak memilihnya atau tidak.40
Dengan meletakkan dasar ini, Umar telah keluar dari
dasar pewarisan kekuasaan yang dilakukan oleh kebanyakan
khalifah dari Bani Umayyah kepada dasar syura dan pemilihan
(oleh kaum Muslimin). Umar tidak cukup dengan pembaiatan
rakyatnya. Ia pun kemudian mengirim surat ke seluruh penjuru
negeri, maka seluruh rakyatpun kemudian membaiatnya.
Keempat: Keadilan pada masa Umar bin Abdul Aziz
Keadilan pada masa Umar ada dua sisi:
Pencegahan (Preventif): yaitu mencegah terjadinya
kezaliman dan menghilangkannya dari orang-orang yang
39
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 65.
40
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 66.
43

dizhalimi, yakni mencegah pelanggarannya terhadap hak-hak


manusia yang berkaitan dengan jiwa, kehormatan dan harta
mereka, menghukum pelaku pelanggaran sesuai dengan hukum
yang berlaku.
Selanjutnya, pro aktif: Sisi ini lebih banyak berkaitan
dengan Negara, di mana negara menunaikan hak setiap rakyat
dalam menjamin kebebasan mereka dan mata pencaharian
keluarga mereka, sehingga diantara mereka tidak ada orang yang
miskin, terabaikan, terancam serta tertinggal.
Keadilan yang dilakukan Umar adalah:
 Umar memulai dari dirinya sendiri, yaitu dengan
mengembalikan seluruh harta miliknya yang bukan menjadi
haknya. Umar mengembalikan tanah kavling miliknya kepada
negara adalah gunung Waros di Yaman, tanah-tanah kavling di
Yamamah, disamping Fadak dan Khaibar serta Suwaida. Namun
Suwaida tidak dikembalikannya karena dahulu Umar datang ke
sebuah tanah mati yang tidak dimiliki siapa pun, lalu beliau
menghidupkannya dari hartanya yang beliau dapatkan bersama
kaum Muslimin lainnya, hasilnya telah dinikmati sebesar dua
dinar.
 Mengembalikan apa-apa yang diambil Bani Umayyah secara
tidak benar.
 Pengembalian hak-hak kepada pemiliknya.
 Umar memakzulkan semua gubernur dan penguasa yang
zhalim.
44

 Menghapuskan kezhaliman yang menimpa para mantan hamba


sahaya.
 Menghapus kezhaliman terhadap ahli dzimmah.
 Menghapus pungutan liar.
 Mengembalikan hak yang terampas dan mengeluarkan
zakatnya.

D. Karya-Karyanya.
Pembukuan Hadist terjadi pada masa kepemimpin
Umar bin Abdul Aziz.41 Hal tersebut terlihat dari arahan-arahan
beliau kepada kalangan umum dan terpelajar untuk menulis ilmu
dan membukukan as-Sunnah.
Hal-hal yang melatarbelakangi dan mendorong Umar
bin Abdul Aziz dalam membukukan hadist diantaranya:
1. Umar khawatir ilmu-ilmu tersebut akan lenyap, karena
para penghafal dan mampu menjaganya belum tentu ada
setiap saat. Karena dikhawatirkan dengan ketiadaan para
ulama, hilang juga ilmunya.
2. Mewabahnya pemalsuan dan penyusupan hadist palsu
serta mencampur-adukkannya dengan hadist-hadist shahih
dari sabda Rasulullah disebabkan adanya perselisihan
madzhab dan politik.

41
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h.377.
45

Ibnu Hajar berkata, “Orang pertama yang membukukan


hadist adalah Ibnu Syihab az-Zuhri, di ujung abad pertama
berdasarkan perintah Umar bin Abdul Aziz.42
Umar bin Abdul Aziz memerintahkan kepada penduduk Madinah
seluruhnya, bahkan hingga ke seluruh penjuru kota di negeri yang
beliau pimpin. Beliau mendorong mereka untuk mengumpulkan
hadist-hadist Rasulullah, meskipun hanya beberapa hadist.
Umar bin Abdul Aziz juga memperhatikan kepada
Bahasa Arab, beliau mendorong penduduk negeri-negeri yang
ditaklukan untuk mempelajari dan menguasainya. Karena bahasa
Arab sangat penting dalam memahami kitab Allah dan Sunnah
Nabi yang mulia.

Umar bin Abdul Aziz mengikuti manhaj yang lurus dalam


mengumpulkan dan membukukan hadist yaitu manhaj Nabi.
Beliau meletakkan syarat yang ketat dalam melaksanakan
targetnya. Diantaranya:
1. Melakukan pemilihan yang baik terhadap orang-orang yang
kapabel untuk mengemban tugas ini. Seperti Abu Bakar al-Hazm
seorang ulama besar di zamannya. Dan juga az-Zuhri, seorang
ulama besar, hafizh di zamannya.
2. Umar meminta siapa yang membukukan as-Sunnah agar
mengumpulkan hadist-hadist secara mutlak, dan
membukukannya. Umar kemudian memerintahkan Ibnu Hazm

42
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h
46

agar membukukan hadist yang dihafal Amrah bin Abdurrahman


karena dia adalah rawi paling akurat riwayatnya dari Ummul
Mukminin Aisyah.
3. Menugaskan siapa yang membukukan as-Sunnah agar
membedakan yang shahih dengan yang dhaif.
4. Melakukan cek dan ricek untuk memastikan keshahihan hadist
dan menyampaikan hadist.43

43
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan pemimpin yang Adil, h. 378-379.
47

BAB III

KEDUDUKAN UMAR BIN ABDUL AZIZ PADA MASA


KHALIFAH-KHALIFAH SEBELUMNYA.

A. Kedudukan Umar Bin Abdul Aziz Pada Masa Al-Walid


Umar bin Abdul Aziz adalah pemimpin sekaligus ulama
yang shalih. Ia juga termasuk orang yang sangat beruntung
karena meski bukan keturunan khalifah, akan tetapi dekat dengan
para khalifah. Berkat kelebihan dan keistimewaan ilmunya dia
sering dimintai pendapat serta nasihat oleh para khalifah. Abdul
malik salah satu khalifah yang sangat menyayanginya lebih dari
anak-anaknya. Kemudian ia pun dinikahkan dengan anaknya
yaitu Fathimah binti Abdul Malik. Umar muda pun tak segan-
segan untuk mengingatkan tanggung jawab pamannya ketika ia
memimpin.

Begitupun di hati anak-anak Abdul Malik, Umar memiliki


posisi istimewa. Pada masa Al-Walid Umar diangkat sebagai
gubernur Madinah.

Dia adalah Walid bin Abdul Malik bin Marwan bin


Hakam bin Abu Ash bin Umayyah bin Abdisyams bin
Abdumanaf, Abu Abbas Al-Umawi. Walid adalah anak sulung
Abdul Malik, sekligus menjadi khalifah sesudahnya. Ibunya
bernama Waladah binti Abbas bin Huzn bin Harits bin Zuhair Al-
48

Abbasi. Walid dilahirkan pada tahun 50 H. Dia seorang yang


berperawakan tinggi dan berkulit coklat. Pada tubuhnya terdapat
bekas cacar air ringan. Mancung hidungnya. Ketika berjalan dia
bergaya sombong. Karena kedua orang tuanya memanjakannya
dengan kemewahan yang berdampak pada kurangnya akhlak
pada dirinya. Dia memiliki uban pada bagian depan janggutnya.

Walid memiliki kekurangan dalam berbahasa Arab. Suatu


ketika, khalifah Abdul Malik ingin melantiknya menjadi putra
mahkota tetapi dia kurang cakap berbahasa Arab dengan baik.
Setelah itu, Walid mengumpulkan sejumlah ahli ilmu nahwu
yang tinggal bersamanya selama setahun untuk mempelajari ilmu
Nahwu.44

Khalifah Walid bin Abdul Malik merupakan Khalifah ke-


enam dalam kepemimpinan Bani Umayyah. Walid ditunjuk oleh
ayahnya yaitu Abdul Malik bin Marwan sebagai putra mahkota,
dia memimpin sepeninggalan ayahnya. Dia dibaiat sebagai
khalifah pada hari kematian ayahnya.

1. Pengangkatan Umar Bin Abdul Aziz Sebagai Gubernur


Madinah.

44
Syaikh Muhammad ibnu Ahmad Kan‟an, Daulah Bani Umayyah:
fragmen sejarah Khalifah Islamiah sejak era Muawiyah bian Abi Sofyan
hingga Marwan bin Muhammad (41 H/661 M-132 H/ 749 M) terj: Erwan
Raihan, (Sukoharjo: Al-Qowam), cet. V, h. 493
49

Pada tahun 87 H Walid bin Abdul Malik memecat


Hisyam bin Isma‟il dari kedudukannya sebagai gubernur
Madinah. Kemudian Walid mengangkat saudara sepupunya
sekaligus suami adiknya, Fatimah binti Abdul Malik, yakni Umar
bin Abdul Aziz sebagai gubernur Madinah, Umar bin Abdul Aziz
kemudian memasuki kota Madinah bersama kafilah yang
berjumlah 30 unta, pada bulan Rabi‟ul Awal tahun tersebut.
Umar tinggal di rumah Marwan. Usianya pada waktu itu adalah
25 tahun. Ketika Umar menjabat sebagai gubernur Madinah,
wilayah Tha‟if digabungkan ke dalam wilayah kepemimpinannya
pada tahun 91 H. Dengan demikian ia memimpin seluruh wilayah
Hijaz.

Namun, ketika ia diangkat sebagai gubernur Madinah oleh


Al-Walid, ia mengajukan tiga syarat:

1. Dapat menjadi pemimpin yang adil, bijaksana dan


tidak sewenang-wenang kepada siapapun. Serta
bertanggung jawab pada Baitu Mal.
2. Diperkenankan melaksanakan haji di tahun pertama ia
memimpin.
3. Dia diperbolehkan untuk memberikan sumbangan
kepada penduduk Madinah.45

2. Majelis Sepuluh Ulama Ahli Fikih Madinah.


45
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Umar bin Abdul Aziz, terj. H. Shofau
Qolbi, Lc, MA, (Jakarta: Al-Kautsar, 2009) h. 31
50

Hal pertama yang Umar lakukan selepas pelantikannya


adalah mengumpulkan para ulama fikih. Setelah Umar
mengerjakan shalat Dzuhur, dia memanggil sepuluh orang ulama
ahli fikih Madinah, yakni Urwah bin Zubair, Ubaidillah bin
Abdullah bin Utbah, Abu Bakar bin Abdurrahman bin Harits bin
Hisyam, Abu Bakar bin Sulaiman bin Khaitsamah, Sulaiman bin
Yasar, Qasim bin Muhammad, Salim bin Abdullah bin Umar dan
saudara laki-lakinya yakni Ubaidullah bin Abdullah bin Umar,
Abdullah bin Amir bin Rabi‟ah dan Kharijah bin Zaid bin Tsabit.
Mereka semuanya datang menjumpai Umar bin Abdul Aziz dan
duduk satu majelis dengannya.

Tidak seperti gubernur otokrasi lain, dia melaksanakan


pemerintahannya dengan berkonsultasi kepada mereka. Dia
memberi mereka wewenang untuk mengawasi pemerintahannya.
Langkah ini mendapatkan penghargaan dari penduduk Madinah
yang sebelumnya menjadi korban kekejaman dan perlakuan tidak
adil dibawah Yazid dan Abdul Malik. Selama dua tahun masa
jabatannya sebagai Gubernur Madinah, dia memperbaiki dan
memperluas jalan baru dan memperbaiki jalan lama menuju
Madinah.

Walid menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz supaya


menghentikan tindakan Hisyam bin Ismail terhadap publik dan
menahannya di rumah Marwan- Walid berpandangan buruk
terhadap Hisyam, karena Hisyam telah bertindak buruk terhadap
51

penduduk Madinah selama masa kekuasaanya atas mereka, yakni


sekitar empat tahun, terutama pada Said bin Musayab dan Ali bin
Husain.46

3. Perluasan Dan Pembangunan Masjid Nabawi

Pada bulan Rabiul Awal tahun 88 H surat Walid kepada


Umar bin Abdul Aziz tiba di Madinah, menyuruhnya untuk
meruntuhkan masjid Nabawi dan membangun kamar-kamar istri
rasulullah ke dalamnya, serta memperluasnya dari bagian
kiblatnya dan seluruh sisinya, sampai luasnya menjadi 200 hasta
x 200 hasta.

Namun Umar tidak keberatan untuk menghancurkannya


dan meninggikan atap masjidnya. Kemudian tatkala tukang-
tukang hendak meruntuhkan bangunan masjid lama, sejumlah
orang mulia dan para pemuka dari kalangan Bani Hasyim dan
bani lainnya menangis sebagaimana isak tangis masyarakat pada
hari wafatnya Nabi. Umar bin Abul Aziz menjawab kepada siapa
saja yang memiliki tanah atau bangunan yang akan digunakan
untuk perluasan masjid bahwa dia akan membeli itu dari mereka
dan Umar bersungguh-sungguh dalam melakukannya. Dikirimlah
kepada Umar pekerja yang banyak jumlahnya dari Walid. Lantas
Umar memasukan kamar Nabi, yakni kamar Aisyah ke dalam
masjid Nabawi, hingga kuburan Nabi menjadi masuk ke dalam

46
Syaikh Muhammad ibnu Ahmad Kan‟an, Daulah Bani Umayyah,
h.532
52

masjid, dan itu sekaligus menjadi batas bangunan di arah timur.


Demikian halnya dengan kamar-kamar Ummul Mukminin (istri-
istri Nabi), semuanya dimasukkan ke dalam masjid, sebagaimana
yang diperitahkan oleh Walid bin Abdul Malik.47

4. Penggalian Sumur Madinah

Walid juga menulis surat kepada Umar in Abdul Aziz


yang isinya perintah untuk menggali sumber air di Madinah, serta
supaya mengalirkan airnya, lalu Umar melaksanakannya. Walid
juga menitahkan supaya menggali sumur-sumur, serta supaya
memudahkan jalan di kota dan jalan di bukit, lantas mengalirkan
airnya dari belakang Madinah ke sumber air tersebut. Sumber air
itu dibangun di belakang masjid Nabawi, di sebuah tempat yang
menurutnya tempat paling baik.

Pada tahun 88 H ini juga, Mekah mengalami kekeringan.


Tepatnya ketika Umar menunaikan haji bersama rakyatnya.
Akhirnya, berkat doa Umar dan rakyatnya Mekah diguyur hujan
deras sampai banjir, kemudian tanah menjadi sangat subur. Ini
semua berkat keberkahan doa Umar bin Abdul Aziz.48

5. Pemecatan Umar Dari Jabatannya.

47
Syaikh Muhammad ibnu Ahmad Kan‟an, Daulah Bani Umayyah ,
h.537-538
48
Syaikh Muhammad ibnu Ahmad Kan‟an, Daulah Bani Umayyah,
h.539
53

Kemudian selama enam tahun di Madinah, Umar telah


memperluas Masjid Madinah dan membuat sumur umum untuk
kepentingan rakyat dan musafir yang lalu lintas. Demikian
amannya negeri itu sehigga tersiar ke seluruh wilayah, bahwa
rakyat Hijaz di bawah Umar bin Abdul Aziz hidup penuh dengan
kerukunan. Akhirnya banyaklah orang yang berdatangan menetap
di negeri itu yang datang dari berbagai daerah terutama Irak.
Ketika itu Irak dipimpin oleh penguasa yang terkenal zalim
sehingga di daerah itu sering timbul huru-hara dan
pemberontakan di sana-sini yang menyebabkan rakyat Irak
banyak yang pergi mengungsi ke negeri Hizaj. Hingga kewalahan
menampung pengungsi tersebut karena kasihan. Umar pun
kemudian mencoba mengirim surat kepada Khalifah Walid agar
memecat al-Hajjaj dari jabatannya sebagai gubernur Irak, karena
telah zalim terhadap rakyat di sana. Dan hal ini diketahui oleh
Hajjaj, maka ia pun sebaliknya ia pun berkirim surat kepada
Khalifah Walid agar memecat Umar dari jabatannya, guna
melampiaskan kemarahan Hajjaj. Di luar dugaan ternyata
Khalifah walid menyetujui permintaan Hajjaj, serta memintanya
mengusulkan nama-nama pengganti Umar bin Abdul Aziz. Yang
kemudian khalifah mengangkat dua orang untuk memimpin
Mekah dan Madinah, yang sebelumnya hanya Umar yang
memimpin dua kota mulai tersebut. Penggantinya yaitu Usman
54

bin Hayyan sebagai gubernur Madinah dan Khalid bin Abdillah


sebagai gubernur Mekah.49

Umar tidaklah terlalu memikirkan akan pemecatan


dirinya. Diapun pulang ke Damsyik membawa kekayaan yang
banyak dari gajinya bertahun-tahun sebagai gubernur. Namun,
yang menjadi memilukan hatinya adalah beliau menyaksikan para
khalifah Bani Umayyah justru membela serta mengukuhkan para
pejabat yang zalim yang tidak peduli terhadap rakyat memegang
tampuk kekuasaan. Mereka telah menyelewengkan harta rakyat
dan Negara serta uang zakat untuk kepentingan mereka sendiri.
Hal ini menimbulkan sakit hati di mata rakyat terhadap penguasa,
dan akibatnya timbullah pemeberontakan-pemberontakan di
mana-mana.

Akhirnya Walid mengangkat Utsman bin Hayyan sebagai


gubernur Madinah dan Khalid bin Abdullah Al-Qasri sebagai
gubernur Mekah, serta melaksanakan apa saja yang disarankan
atau diperintahkan oleh Hajjaj.

Selanjutnya Umar bin Abdul Aziz keluar meninggalkan


Madinah, pada bulan Syawal, lalu tinggal di Suwaida.50 Utsman

49
K.H.Firdaus A.N.. Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. (Jakarta:
CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1988) Cet. III, h. 62.
50
As-Suwaida adalah sebidang tanah yang dimiliki oleh Umar bin
Abdulaziz, yang berlokasi dekat dengan Madinah. Disebut dengan nama itu
karena diambil dari nama mata air di sana. Di tempat itu Umar mempunyai
sebuah istana yang dibangun kokoh. Tatkala harta warisan yang didapatkan
oeleh Umar dari bapaknya dia berikan semua ke baitulmal, dia sisakan
Suwaida‟ dan Khaibar tetap menjadi miliknya, karena dia yakin bahwa kedua
55

bin Hayyan datang ke Madinah pada dua terakhir bulan Syawal


tahun ini.51

6. Nasihat Umar Kepada Khalifah Al-Walid

Kedudukan Umar dihadapan Al-Walid tidak semulus


sebagaimana di masa Sulaiman bin Abdul Malik yang akan di
bahas pada bab selanjutnya. Umar dan al-Walid sering beradu
argumentasi yang terkadang justeru membuat posisi Umar tidak
nyaman. Terlebih ketika permintaan khalifah Al-Walid tidak
dilaksanakan oleh Umar. Ataupun Walid tidak sependapat
dengan argumen Umar bin Abdul Aziz. Tetapi meskipun begitu
Umar selalu menaruh rasa rohmat terhadap sang khalifah.

Nasihat Umar kepada Walid, ketika ia hendak melepaskan


Sulaiman dari jabatannya sebagai calon putra mahkota setelah
Walid, dan ingin mambaiat putranya Abdul Aziz untuk menjadi
khalifah sesudahnya. Ketika itu Umar bersikap tegas, tidak
menyetujui pendapat Walid. Walid pun marah kepada Umar dan
hendak mencoba menggunakan kekerasan agar ia mau
menyetujuinya. Yang berakhir dengan penahanan Umar di
sebuah rumah dan tidak ada seorang pun yang diperbolehkan
mengunjunginya. Akhirnya rumah pun dibuka setelah tiga hari

tanah itu adalah halal murni bagi dirinya, tiada syubhat padanya sedikit pun.
Ketika menjadi khalifah , dia mendapatkan nafkah dan makan dari hasil kedua
tanah tersebut, lalu dia infakkan yang berlebih darinya.
51
Syaikh Muhammad ibnu Ahmad Kan‟an, Daulah Bani Umayyah ,
h. 563-564.
56

penahanan, hingga umar terlihat sangat lemah. Hal tersebut


dilakukan setelah ada campur tangan dari saudara Umar yaitu
Ummul Banin dan istrinya Fathimah binti Abdul Malik.

Meskipun Umar dan Walid tidak pernah sepi dari


perdebatan dan adu pendapat. Yang paling sengit adalah
mengenai pendapatnya tentang Sulaiman. Namun, Umar tetap
menghormati Al-Walid sebagai Khalifah yang sah sampai akhir
kepemimpinannya.

B. Umar Bin Abdul Aziz Pada Masa Khalifah Sulaiman Bin


Abdul Malik.

Dia adalah Sulaiman bin Abdul Malik bin Marwan bin


Hakam bin Abu Ash bin Umayah bin Abdus Syams, Al-Qurasyi
Al-Umawi, Abu Ayub. Beliau dilahirkan di Madinah, di kalangan
Bani Jadzilah. Dia tumbuh dewasa di Syams bersama bapaknya.
Sedangkan wafatnya adalah pada hari Jum‟at, tanggal 10 Shafar
atau dikatakan juga tanggal 20 Shafar tahun 99 H dalam usia 45
tahun. Dikatakan pula bahwa usianya 43 tahun. Disebutkan pula
usianya tidak lebih dari 40 tahun. Adapun masa pemerintahannya
berlangsung selama 2 tahun 8 bulan.52

52
Syaikh Muhammad ibnu Ahmad Kan‟an, Daulah Bani Umayyah:
fragmen sejaah Khalifah Islamiah sejak era Muawiyah bian Abi Sofyan hingga
Marwan bin Muhammad (41 H/661 M-132 H/ 749 M) terj: Erwan Raihan,
(Sukoharjo: Al-Qowam, 2015), cet. V, h 591
57

Sulaiman dibaiat menjadi khalifah sepeninggalan


kakaknya Walid. Tepatnya pada hari Sabtu pertengahan bulan
Jumadats Tsaniah tahun 96 H.53

Pada masa pemerintahan Sulaiman, beberapa kekurangan


yang ada diperbaiki. Dia menjadikan saudara sepupunya, Umar
bin Abdul Aziz, sebagai konsultan dan menterinya.

Adapun saran-saran Umar bin Abdul Aziz kepada


Sulaiman dan yang dilaksanakan di antaranya, memecat semua
punggawa Hajjaj, membebaskan semua napi dari penjara,
membebaskan tawanan perang, medermakan pemberian di Irak,
mengembalikan shalat tepat pada waktunya yakni di awal karena
sebelumnya para khalifah bani Umayyah mengakhirkan waktu
shalat, serta urusan-urusan kebaikan lainnya yang dia dengar dari
Umar bin Abdul Aziz.54

Sulaiman pernah datang ke Madinah dan memberikan


sejumlah harta. Namun penyaluran harta tersebut dirasa Umar
kurang tepat, karena malah membuat si kaya semakin kaya dan si
miskin semakin miskin. Umar meluruskan tindakan Sulaiman bin
Abdul Malik. Sulaiman berpendapat bahwa ketika ia telah
menginfakan hartanya itu sudah cukup membuat dirinya beramal
shaleh. Tentu dengan tindakannya itu Umar tidak sependapat dan

53
Syaikh Muhammad ibnu Ahmad Kan‟an, Daulah Bani Umayyah.
h 603
54
Syaikh Muhammad ibnu Ahmad Kan‟an. Daulah Bani Umayyah.
h. 594
58

meluruskannya. Umar mengingatkannya, bahwa mengeluarkan


harta bukan kepada siapa yang berhak menerimanya adalah
keliru, sedangkan orang yang berhak meerimanya justru tidak
mendapatkannya. Umar pun menjelaskan pentingnya
membedakan antara mendermakan harta dan mengeluarkan
kepada orang yang berhak menerimanya.55

Muawiyah telah mengangkat Yazid. Begitupun Yazid


mengikuti jejak ayahnya mengangkat puteranya Abdul Malik.
Abdul Malik pun melakukan hal serupa dengan menyingkirkan
Abdul Aziz dan membaiat puteranya Walid sebagai
56
penggantinya.

Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, yang sangat


menghormati Umar bin Abdul Aziz, menominasikannya sebagai
penggantinya. Setelah kematiannya, Umar bin Abdul Aziz
dengan enggan menerima tampuk kekuasaan bahkan
meninggalkan semua kejayaan dan kemegahan istana. Seperti
orang awam, ia lebih suka menempati tenda kecil dan
menyerahkan Istana Kerajaan kepada keluarga Sulaiman. Dia
memerintahkan kuda-kuda dari istana kerajaan dilelang dan
hasilnya diserahkan ke baitul mal.57

55
Ali Muhammad Ash-Shallabi. Umar bin Abdul Aziz. terj. H.
Shofau Qolbi, Lc, MA, (Jakarta: Al-Kautsar, 2009) h. 45.
56
Syaikh Muhammad ibnu Ahmad Kan‟an, Daulah Bani Umayyah,
h. 671
57
M. Atiqul Haque. Seratus Pahlawan Muslim yang Mengubah
Dunia, ( Jogjakarta: DIGLOSSIA, 2007) cetak. I. h. 258.
59

Tindakan pertamanya sebagai Khalifah adalah


mengembalikan kepemilikan atas properti yang direbut oleh
Umayyah. Pertama- tama, dia mengembalikan semua barang
bergerak dan propertinya kepada harta publik. Dia bahkan
menyerahkan sebuah cincin emas yang diberi oleh Walid. Secara
umum dia menempatkan prioritas tertinggi pada pemberian
kompensasi korban pemerasan ilegal apa pun bentuknya.
Restorasi Fidak memancing memancing reaksi beragam dari
rakyat.58

Berdasarkan penuturan Ibnu Jarir bahwa pada tahun 98


H, Sulaiman bin Abdul Malik melantik putranya Ayub untuk
menjadi putra mahkota, yakni menjadi khalifah
sepeninggalannya. Itu dia lakukan sesudah meninggalnya
saudaranya, Marwan bin Abdul Malik. Kemudian dia
mengalihkan penyerahan kekuasaan diserahkan kepada
saudaranya, Yazid menuju penyerahan untuk anak-anak Ayub.
Sulaiman menunggu-nunggu kematian saudaranya itu. Tetapi
ternyata Ayub meninggal dunia ketika bapaknya masih hidup.
Akhirnya Sulaiman membaiat saudara sepupunya, Umar bin
Abdul Aziz sebagai khalifah sepeninggalannya.

58
M. Atiqul Haque. Seratus Pahlawan Muslim yang Mengubah
Dunia, h. 259.
60

C. Umar Bin Abdul Aziz Serta Para Ulama


Pengertian “Ulama” menurut KBBI (Kamus besar bahasa
Indonesia) yaitu Ulama adalah orang yang ahli dalam hal atau
dalam pengetahuan agama Islam.
Untuk menentukan siapa yang termasuk ulama,
rujukannya adalah nash Al-Quran dan Hadits tentang ciri atau
sifat ulama, antara lain:
Pertama, paling takut kepada Allah. Kedua, berperan
sebagai “pewaris nabi” (waratsatul ambiya‟). Seorang ulama
menjalankan peran sebagaimana para nabi, yakni memberikan
petunjuk kepada umat dengan aturan Islam, seperti mengeluarkan
fatwa, laksana bintang-bintang di langit yang memberikan
petunjuk dalam kegelapan bumi dan laut (HR. Ahmad).
Ketiga, terdepan dalam dakwah Islam, menegakkan „amar ma‟ruf
nahyi munkar, menunjukkan kebenaran dan kebatilan sesuai
hukum Allah, dan meluruskan penguasa yang zhalim atau
menyalahi aturan Allah.

Dalam pemerintahan Umar para ulama memiliki beberapa


peran penting yaitu, memberikan dukungan bagi Khalifah agar
senantiasa berjalan dalam manhaj perbaikan, memberikan nasihat
dan peringatan kepada Umar tentang tanggung jawab, serta yang
paling pokok adalah mengemban beberapa tugas dan tanggung
jawab negara.

Diantara para ulama yang dekat dengan Umar bin Abdul


Aziz, terdapat beberapa ulama yang sangat berpengaruh baik
61

kepada pribadi Umar sendiri yaitu sebagai penasihat dan pemberi


peringatan, ataupun kepada pemerintahan terkait dengan
tanggung jawab dan kebijakannya. Diantaranya ada ulama salafu
as-shalihi yaitu Hasan al- Bashri, Abdul Malik bin Umar bin
Abdul Aziz, Malik bin Dinar, Raja bin Haiwah, Salim bin
Abdillah, dan lainnya. Karena Umar bin Abdul Aziz sendiri
adalah seorang Alim ulama yang disegani karena ilmunya yang
dalam. Dari situlah alasan beliau sangat mencintai para ulama dan
tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Kalaulah beliau tidak
menjadi seorang pemimpin mungkin beliau sudah menjadi ulama
besar.

Jika di Madinah dulu baru saja dia menginjakkan kakinya


di kota suci itu sebagai Gubernur, beliau telah mengadakan
pendekatan yang mesra dengan ulama terkemuka di kota tersebut,
bahkan mengangkat tokoh-tokoh terkemuka sebagai pembantu
dan penasihatnya. Tetapi kemudian setelah beliau pindah ke ibu
kota Damaskus, maka beliau menghubungi ulama-ulama yang
berada di luar daerah itu dengan perantara-perantara surat –surat.
Sedang dengan para Ulama di kota Damaskus sendiri terbukalah
kesempatan baginya untuk bertemu dengan mereka kapan saja
beliau kehendaki.

Dukungan Para Ulama Dalam Pemerintahan Umar Bin


Abdul Aziz
62

Salah satu Ulama yang sangat mendukung Umar dalam


pemerintahannya adalah Maimun bin Mihran yaitu seorang ulama
salaf yang memiliki sikap tegas dan kata-kata yang bagus dalam
membela al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah.

Para gubernur pada masa Umar bin Abdul Aziz mayoritas


adalah para Ulama. Tugas Negara yang terpenting dan
berpengaruh kepada kebijakan Negara adalah kepemimpinan
daerah dan pengurus Baitul Mal.

Diantara para gubernur Umar bin Abdul Aziz adalah


gubernur Kuffah yaitu Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Zaid
bin al-Khattab, beliau seorang Imam terpercaya dan gubernur yag
adil. Gubernur Madinah adalah Imam besar Abu Bakar bin Amr
bin Hazm. Gubernur Afrika adalah Imam besar Ismail bin Abu
al-Muhajir. Gubernur Jazirah Furatiyah, Armenia, dan Azerbaijan
adalah ahli fikih sekaligus ahli hadits Adi bin Adi al-Kindi.
Gubernur Yordania adalah Imam Qadhi Ubadah bin Nissi.
Gubernur Yaman adalah orang shalih yang terpercaya yaitu,
Urwah bin Athiyyah As-Sa‟dii. Dan gubernur ar-Riqqah adalah
seorang Qadhi yang mulia, Salim bin Wabishah al-Abdi.

Sedangkan pengurus Baitul Mal diantaranya, Maimun bin


Mihran seorang ulama yang mulia pemegang harta Negara
daerah, sedangkan harta Negara pusat dipegang oleh Shalih bin
Jubair ash-Shuda‟I, Baitul Mal Yaman dipegang oleh seorang
63

alim, Wahab bin Munabih dan Abu Zanad, sementara Umar bin
Maimun adalah kepala departemen pos Umar bin Abdul Aziz.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Konsep Kebijakan Fiskal Pada Masa Kekhilafahan Umar
Bin Abdul Aziz.

a. Langkah-langkah yang digunakan Umar dalam mencapai


keadilan ekonomi bagi rakyatanya.
1. Mengembalikan hak kepada yang berhak.

Umar melakukan reformasi ekonomi yang ia mulai dari


dirinya terlebih dahulu, yang pertama beliau lakukan adalah
menyerahkan seluruh kekayaan diri dan keluarganya yang beliau
rasa bukan menjadi haknya kepada kaum Muslimin melalui
Baitul Mal. Hal tersebut dilakukannya semata-mata untuk
membatalkan kezaliman dan mengembalikan hak kepada
pemiliknya.

2. Melakukan kebebasan ekonomi, yang disertai dengan batasan-


batasan.

Umar bin Abdul Aziz menegaskan pengertian kebebasan


ekonomi yang terikat, beliau menulis surat kepada gubernurnya,
hendaknya manusia bebas berniaga di daratan dan lautan, mereka
tidak boleh dihalang-halangi dan dipersulit.1

1
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpi n yang Adil, h. 464.

64
Umar juga tidak ikut campur tangan dalam menetapkan
harga. Karena menurutnya penetapan harga itu dikembalikan
kepada Allah. Umar juga melarang jual-beli barang-barang yang
haram, seperti khamar.

Langkah-langkah yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz


dalam mencapai keadilan ekonomi dengan mengembalikan hak-
hak kepada pemiliknya dan melakukan kebebasan ekonomi yang
terikat telah membuahkan hasil, hal tersebut ditandai dengan
semakin berkembangnya perekonomian rakyat karena membuat
rakyat akhirya terpacu untuk kreatif dalam berkarya dan
menyingkirkan semua kendala-kendala yang menghalanginya.

3.Menetapkan kebijakan pertanian yang adil.

1. Pelarangan menjual tanah kharaj

Pada masa kepemimpinan sebelum Umar bin Abdul Aziz


orang-orang melakukan praktek jual-beli tanah. Namun setelah
Umar memimpin tepatnya pada th. 100 H Umar melarangnya dan
kemudian beliau menulis surat kepada rakyatnya,

“Barang siapa membeli sesuatu setelah tahun seratus, maka


akadnya tertolak.”

65
66

Maka tahun tersebut disebut dengan tahun al-muddah


(tempo atau batas, maka setelahnya masyarakat menahan diri
dengan tidak melakukan paraktek jual beli tanah.1

Dengan kebijakan pelarangan jual-beli tanah Kharaj,


namun tetap memberlakukan sepersepuluh atas hasilnya. Umar
telah menjaga sumber pemasukan negara yang utama. Kebijakan
tersebut juga berdampak kepada keadilan dalam masyarakat yaitu
dengan mengembalikan milik umum kepada rakyat bukan
menjadikannya sebagai milik perorangan yang terbatas.2

2. Memperhatikan para petani dan meringankan pajak kepada


mereka.

Para khalifah sebelumnya telah terbiasa menetapkan pajak


tinggi kepada para petani, juga pajak yang beragam, hal tersebut
membuat para petani keberatan sehingga mereka pun
menelantarkan lahan-lahan mereka. Akibatnya banyak tanah yang
terbengkalai, dan berdampak kepada kerugian negara dengan
berkurangnya sumber pemasukan negara. Pada saat Umar, beliau
berusaha menghapuskan semua pajak yang tidak sesuai dengan
ketetapn hukum. Diantaranya:3

1
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz, h.
294.
2
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Umar bin Abdul Aziz Khalifah
Pembaharu dari Bani Umayyah, h.431.
3
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 468.
67

 Umar menghapus akad qubalah4 yang biasa dipraktikan di


Bashrah, Umar menghapus praktek kira-kira (mengira-ngira)
dalam menakar, dimana para petugas negara menetapkan harga
tinggi atas hasil pertanian melalui perkiraan lalu mereka meminta
para petani membayar kontan.
 Umar bin Abdul Aziz juga menghapus pajak yang ditetapkan
atas orang-orang Yaman seperti kharaj, padahal tanah mereka
adalah sepersepuluh5.

Umar berusaha memangkas setiap perilaku-perilaku


yang menyimpang dan zhalim, karena perilaku tersebut
memberikan dampak yang buruk bagi perekonomian negara,
yang membuat para pemilik tanah tidak mampu menggarap
lahannya sendiri dan akhirnya terabaikan. Hasil pertanian
menurun dan menyebabkan kerugian bagi negara. Umar tidak
mau menerima pemasukan yang besar bagi negara namun dengan
cara yang lalim.

3. Upaya menghidupkan lahan-lahan yang mati.

Umar berusaha menghidupkan dan memperbaiki tanah-


tanah yang mati. Umar juga berupaya memanfaatkan tanah-tanah

4
Qubalah adalah penunjukkan seseorang sebagai penjamin untuk
mendapatkan tanah kharaj dengan upah tertentu yang terima untuk dirinya.
5
Tanah yang berstatus sepersepuluh adalah tanah-tanah yang
dihidupkan dan digarap kaum Muslimin dan ketika panen dikeluarkan
zakatnya sepersepuluh.
68

shawafi6. Umar memandang bahwa hak kepemilikannya ada di


Baitul Maal. Umar melarang pengalihan hak milik pada tanah
tersebut dan memerintahkan untuk diberlakukan akad muzara‟ah
dengan bagi hasil, masing-masing mendapatkan setengah dari
hasilnya. Jika ia ditanami, maka sepertiga, jika ia tidak ditanami,
maka beliau memerintahkannya agar diberikan sehingga zakatnya
bisa sepersepuluh.7

4. Sikap Umar terhadap tanah terlindung (al-Hima)

Umar menghapus tatanan tanah terlindung untuk orang-


orang tertentu dan membukanya bagi seluruh rakyat tidak
dikhususkan bagi sekelompok orang semata. Namun meskipun
begitu, Umar tetap mengecualikan an-Naqi8 yang ditetapkan oleh
Rasulullah untuk unta-unta zakat. Dengan demikian tanah
terlindung menjadi milik rakyat , yang manfaatnya diberikan juga
kepada mereka.9

5. Membangun Sarana-Sarana Penunjang.

Pada masa pemerintahan al-Walid yang mana Umar


menjabat sebagai gubernur Madinah, telah dimulai

6
Yaitu tanah yang dikhususkan oleh penguasa untuk keluarganya.
Ada juga yang berpendapat, tanah atau kepemilikan yang ditinggalkan oleh
pemiliknya atau pemiliknya mati tanpa mempunyai ahli waris. Bentuk tunggal
(Shawafi) adalah shafiyah.
7
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz, h.
297.
8
Sebuah wilayah di daerah Muzainah.
9
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz,
h.298.
69

pembangunan-pembangunan infrastuktur dalam membantu


memperlancar pertanian masyarakat. Diantaranya penggalian
bi‟ru (sumur) al-Hafir yang airnya jernih, penggalian (terusan
selat) teluk diantara sungai Nil dan laut merah, untuk
memudahkan distribusi makanan dari Mesir ke Mekkah, dan
penggalian sungai di Basrah atas permintaan gubernurnya, yang
kemudian sungai ini diberi nama sungai Adiy.10

2. Kebijakan Fiskal Umar bin Abdul Aziz.

Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam


bidang yang berhubungan dengan perpajakan, penerimaan dan
pengeluaran dari keuangan. Kebijakan fiskal merupakan suatu
kewajiban negara dan menjadi hak bagi rakyatnya, sehingga
kebijakan fiskal bukanlah semata-mata sebagai suatu kebutuhan
untuk perbaikan ekonomi maupun untuk peningkatan
kesejahteraan rakyat semata, akan tetapi lebih dari itu merupakan
penciptaan mekanisme distribusi ekonomi yang adil. Karena
hakikat permasalahan ekonomi yang melanda umat manusia
adalah berasal dari bagaimana distribusi harta di tengah-tengah
masyarakat terjadi.11

Rasulullah adalah kepala negara pertama yang


mengenalkan konsep ekonomi Islam. Sesuatu yang revolusioner

10
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Umar bin Abdul Aziz Khalifah
Pembaharu dari Bani Umayyah, h. 46-437.
11
Lilik Rahmawati, “Kebijakan Fiskal dalam Islam”. Al-Qanun,
Vol. 11, No.2, Desember 2008, h. 443.
70

yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah pembentukan


lembaga penyimpanan yang disebut Baitul Maal. Apa yang
dilakukan oleh Rasulullah itu merupakan proses penerimaan dan
pembelanjaan yang trasnparan. Baitul Maal dapat menjalankan
kebijakan fiskal karena sumber penerimaannya tidak terbatas pada
zakat saja. Namun mencakup pula kharaj, zakat, khums, jizyah dan
penerimaan lainnya seperti kaffarah.12

Pada masa Rasulullah Baitul Maal masih terletak di


masjid Nabawi yang ketika itu digunakan sebagai kantor pusat
negara. Karena pada saat itu belum ada tempat khusus untuk
Baitul Maal, karena harta yang masuk belum banyak dan selalu
habis dibagikan kepada kaum Muslimin. Pada masa Abu Bakar
Baitul Maal menjangkau lebih luas lagi, bukan hanya harta milik
umat tetapi juga milik negara. Pada masa Umar bin al-Khaththab
sudah memiliki tempat khusus bahkan dibangun pos-pos khusus.
Bahkan Umar mendirikan lembaga keuangan negara pertama
yang disebut ad-Diwan. Sedangkan kepemimpinan dua khalifah
sesudahnya menginduk kepada sistem yang digalakkan oleh
Umar namun sudah semakin luas. Dan pemasukan negara dijaga
dengan sangat hati-hati pada masa Khulafa ar-Rasyidin agar
senantiasa sesuai dengan aturan Allah dan tercipta
pendistribusian yang adil dan merata.

12
Ririn Noviyanti, “Pengelolaan Keuangan Publik Islam Perspektif
Historis”. IQTSHODIA, Vol.1, No.1, Maret 2016, h. 97.
71

Namun pada masa kepemimpinan Bani Umayyah,


kondisi Baitul Maal mulai berubah. Al-Maududi menyebutkan,
jika pada masa sebelumnya Baitul Maal dikelola dengan penuh
kehati-hatian sebagai amanat Allah SWT dan amanah dari rakyat,
maka pada pemerintahan ini kekuasaan berada dibawah Khalifah
tanpa dikritik oleh rakyat. Keadaan tersebut berlangsung sampai
datangnya Khalifah ke-8 Bani Umayyah, yakni Umar bin Abdul
Aziz. Umar berupaya membersihkan Baitul Maal dari pemasukan
yang tidak halal dan berusaha mendistribusikannya kepada yang
berhak menerimanya. Umar membuat perhitungan dengan para
Amir bawahannya agar mereka mengembalikan harta yang
sebelumnya bersumber dari sesuatu yang tidak sah. Di samping
itu, Umar sendiri mengembalikan milik pribadinya sendiri, yang
pada saat itu berjumlah sekitar 40.000 dinar setahun, kepada
Baitul Maal.13

Terdapat beberapa kebijakan yang dicanangkan Umar


terkait keuangan publik, antara lain:

1. Mengembalikan zakat sebagai institusi utama pendapatan


negara
a. Menyalin dokumen Nabi tentang zakat
b. Membentuk tata kelola zakat yang rapi
2. Mengoptimalkan pendapatan kharaj
a. Perbaikan lahan pertanian

13
Ririn Noviyanti, “Pengelolaan Keuangan Publik Islam Perspektif
Historis”. IQTSHODIA, Vol.1, No.1, Maret 2016, h. 103-104.
72

b. Menghentikan praktek privatisasi tanah kharaj


c. Beban kharaj yang adil dan fleksibel
3. Penetapan jizyah yang relatif tinggi
4. Kebijakan perpajakan yang adil
a. Menghapus pajak yang tidak sesuai syari‟at
b. Menerapkan prinsip keadilan dalam pemungutan pajak
5. Pemberantasan korupsi dan nepotisme
a. Mengembalikan madzalim
b. Memberantas korupsi
c. Melarang bisnis pejabat negara
d. Melarang pejabat menerima hadiah
e. Memberantas kerja paksa
f. Larangan pemanfaatan harta milik negara.
6. Gerakan penghematan, efisiensi, dan memangkas birokrasi.14

3. Sumber-Sumber Kebijakan Fiskal Umar bin Abdul Aziz


dalam Hal Pendapatan Negara.

Umar bin Abdul Aziz menghapus pajak-pajak yang


zhalim, menghapus jizyah bagi siapa saja yang masuk Islam,
memangkas pajak-pajak illegal dari petani, dan juga menghapus
pungli. Umar juga mengembalikan hak-hak Baitul Mal yang
dirampas secara zhalim oleh para pembesar dan pejabat yang

14
Ririn Noviyanti, “Pengelolaan Keuangan Publik Islam Perspektif
Historis”. h. 104-105.
73

nakal. Umar juga menghemat anggaran militer dan birokrasi. Hal


ini menjadikan perekonomian negara stabil dan meningkat.15

Dalam mewujudkan kesejahteraan diantara umat dari sisi


perekonomiannya, Umar bin Abdul Aziz memulai kebijakannya
dengan menambahkan pengeluaran Baitul Maal demi
kepentingan rakyat. Umar membuat perhitungan dengan para
Amir bawahannya agar mereka mengembalikan harta yang
sebelumnya bersumber dari sesuatu yang tidak sah. Di samping
itu, Umar sendiri mengembalikan milik pribadinya sendiri, yang
waktu itu berjumlah sekitar 40.000 dinar setahun, ke Baitul Mal.
Harta tersebut diperoleh dari warisan ayahnya, Abdul Aziz bin
Marwan.16 Untuk memenuhi dan mengembalikan hak-hak umat
yang terzalimi, dan juga mengeluarkan sejumlah dana untuk
biaya operasional masyarakat seperti sarana dan prasarana
penunjang.

Sedangkan untuk sumber pemasukan negara, Umar bin


Abdul Aziz bukan menambah, justru mengurangi dan menghapus
pajak-pajak yang dinilai sebagai suatu kezaliman, menghapus
jizyah dari anggota masyarakat yang telah memeluk Islam,

15
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 473.
16
Achmad Room Fitrianto. Baitul Mal Dalam Sistem Ekonomi. El-
Qist, Vol.04, N0.02, Oktober, 2014. h. 811
74

menghapuskan pajak tambahan yang sebelumnya sering diambil


dari para petani.17

Pada masa Umar bin Abdul Aziz pendapatan negara


melalui Baitul Mal berasal dari zakat, jizyah, kharaj, cukai,
khumus dan fai‟. Pajak diterapkan atas individu (jizyah dan pajak
khusus muslim), tanah kharaj,dan usyur (cukai) atas barang-
barang impor dari negara yang mengenakan cukai terhadap
pedagang kaum muslimin, sehingga tidak memberikan beban
berat bagi masyarakat. Aspek politik dari kebijakan fiskal yang
dilakukan oleh khalifah adalah dalam rangka mengurusi dan
melayani umat.18

1. Zakat

Umar bin Abdul Aziz sangat serius dalam menangani


zakat, karena zakat merupakan hak Allah yang ditetapkan bagi
orang-orang fakir, miskin, dan lainnya. Dalam pengaturan
zakat,19 Umar senantiasa mengikuti jejak Rasulullah dan juga
keputusan-keputusan Umar bin al-Khaththab. Jika tidak ada
mustahiq zakat yang membutuhkan maka Umar

17
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz, h.
300.
18
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis,
(Jakarta: Kencana Predana media Group, 2008), h. 155.
19
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Umar bin Abdul Aziz Khalifah
Pembaharu dari Bani Umayyah, h. 438-439.
75

memerintahkannya untuk digunakan membeli para hamba sahaya


dan memerdekakannya.20

Diantara bukti keseriusan Umar bin Abdul Aziz dalam


penerapan zakat antara lain:

1. Memilih para pegawai zakat yang amanah dan terpercaya.


2. Meminta para pegawainya untuk menuliskan bukti resi
pembayaran atau sejenis kwitansi bagi orang yang membayar
zakat hingga mereka tidak harus membayar kembali kecuali pada
tahun berikutnya.21
3. Umar bin Abdul Aziz dalam penerapan zakat mengambil
kebijakan untuk memperluas cakupan zakat, yang tercantum
dalam fikihnya seperti, zakat ikan, madu, dan lainnya.22

2. Jizyah

Jizyah adalah upeti yang terpikul pada pundak orang


yang berada di bawah tanggungan kaum muslimin yang diambil
dari orang-orang kafir setiap tahunnya. Hal ini berdasarkan al-
Qur‟an, as-Sunnah dan Ijma‟.23 Umar menghapus beban jizyah

20
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 474.
21
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz, h.
301.
22
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 475.
23
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Umar bin Abdul Aziz Khalifah
Pembaharu dari Bani Umayyah, h. 442.
76

dari orang-orang yang masuk Islam dan hanya menetapkannya


bagi orang-orang kafir.

Mekanisme penerapan jizyah pada pemerintahan Umar


bin Abdul Aziz, diantarannya:

1. Umar menghapus jizyah atas kaum Muslimin.


2. Umar berusaha mengangkat kezaliman terhadap ahli dzimmah.
Beliau membagi jizyah menjadi tiga tingkatan: orang kaya, kelas
menengah dan miskin.24
3. Umar mengambil jizyah dari para ahli dzimmah sesuai dengan
profesi yang mereka geluti, para pedagang diambil dari hasil
dagangannya, para pemilik tanah diambil dari hasil tanahnya, dan
para pekerja berasal dari hasil pekerjaannya.25
4. Umar menghapus jizyah atas orang-orang miskin, dan
membantunya dari Baitul Maal.
5. Umar menetapkan jizyah atas orang-orang Syam lebih tinggi
dari orang-orang Yaman, karena mereka lebih kaya.
6. Umar menggugurkan jizyah bagi siapa yang gugur dan wafat.
7. Umar meringankan pungutan jizyah dari penduduk Najran,
dari 2000 potong pakaian dikurangi hingga hanya 200 potong
pakaian saja.26

24
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Umar bin Abdul Aziz Khalifah
Pembaharu dari Bani Umayyah, h.447.
25
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Umar bin Abdul Aziz Khalifah
Pembaharu dari Bani Umayyah, h.442-443.
26
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz, h.
303.
77

3. Kharaj

Mekanisme penerapan kharaj pada masa pemerintahan


Umar bin Abdul Aziz, diantaranya:

 Umar melarang penjualan tanah kharaj, sehingga dengan itu


beliau berhasil mempertahankan sumber pendapatan negara.
 Umar disamping mengurusi kharaj, beliau juga
memperhatikan kehidupan para petani agar mereka fokus
mengurusi tanahnya, yaitu dengan membangun jalan-jalan dan
saluran-saluran irigasi. Jalan-jalan untuk memudahkan mereka
mengangkut hasil panennya, sedangkan saluran-saluran irigasi
dan sumber-sumber air agar memudahkan mereka mengairi
tanaman mereka dengan biaya yang lebih murah.27

Umar bin Abdul Aziz mewajibkan pajak kharaj hanya


kepada umat Islam dan jizyah (pajak jiwa) kepada non Muslim,
kebijakan ini diambil oleh Khalifah untuk mengimbangi
kewajiban kepada negara yang dikenakan kepada semua
penduduk. Jika non Muslim harus membayar pajak tanah (kharaj)
sedangkan mereka umumnya bukan dari kalangan orang yang
mampu, maka menurut Umar hal tersebut kurang adil. Orang non
Muslim cukup membayar pajak jiwa (jizyah) saja. Sementara
orang-orang Islam, harus membayar pajak tanah (kharaj), karena

27
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h.478-479.
78

sebagian besar mereka adalah orang-orang kaya dan mampu


membayar pajak.28

4. Al-Usyur

Perniagaan di masa Umar bin Abdul Aziz begitu


berkembang, sehingga negara mampu mengalokasikannya untuk
dana umum. Adapun langkah-langkah yang diambil Umar demi
kelancaran aktivitas roda perniagaan antara lain:

a. Menghapus pajak-pajak tambahan yang dulu sempat


ditetapkan atas lahan-lahan pertanian. Dan hanya membatasinya
pada usyur, dampaknya terjadi penurunan harga dari hasil
pertanian, sehingga pemintaan atasnya meningkat. Dan transaksi
perdaganganpun meningkat.29
b. Menghapus cara-cara kekerasan dalam mendapatkan hak
negara dari sisi finansial atas para pedagang dan lainnya.
c. Membangun tempat peristirahatan di jalan-jalan perniagaaan
di wilayah timur, karena kebanyakan perjalanan ke sana adalah
untuk berniaga. Umar meminta kepada para gubernurnya untuk
menyiapkan keperluan kaum Muslimin yang melakukan
perjalanan dan singgah di tempat itu selama sehari semalam dan
memberi makan hewan kendaraannya dari biaya negara. Ataupun
ada yang mau menambah waktu bagi yang sakit atau kehabisan

28
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,
(Yogyakarta: November 2010), h. 115.
29
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Umar bin Abdul Aziz Khalifah
Pembaharu dari Bani Umayyah, h. 446.
79

bekal ataupun terkena rampok atau hilang oleh sebab apapun,


maka Umar memberinya bekal secukupnya untuk pulang ke
negerinya.30
d. Menahan pemberian kepada para pedagang agar perdagangan
menjadi sumber rizki mereka satu-satunya, menjadikan mereka
lebih giat menekuninya.
e. Membayar hutang orang-orang yang berhutang yang bukan
untuk melakukan hal yang sia-sia dan foya-foya.
f. Umar meletakkan standar penyatuan ukuran takaran dan
timbangan di seluruh penjuru negeri dan menjadikannya sebagai
peraturan dasar negera.31
g. Melarang para gubernur dan pejabat negara untuk berniaga,
agar kehadiran mereka di pasar tidak merusak persaingan sehat
diantara para pedagang, yang Umar bin Abdul Aziz khawatirkan
akan berpengaruh terhadap penetapan harga.32
5. Ghanimah dan Fai’
Ketika Umar diangkat menjadi khalifah ia tidak banyak
melakukan penaklukan atau pembukaan suatu wilayah.
Melainkan lebih terfokus pada perbaikan kondisi dalam negeri.
Umar hanya melakukan aktivitas dakwah kepada penguasa dan

30
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 481.
31
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h.482.
32
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz, h.
306.
80

memberi teladan yang baik. Oleh karena itu tidak banyak harta
ghanimah yang masuk ke dalam kas negara.33

Dalam kebijakan belanja umum Umar bin Abdul Aziz


mengalokasikannya pada pembelanjaan untuk jaminan sosial,
fakir dan miskin, Gharim (orang yang menanggung hutang), para
musafir dan ibnu sabil, hamba sahaya, daan sektor-sektor lainnya.

Umar sangat berhati-hati sekali dalam membelanjakan


harta umat, untuk sebisa mungkin tidak melakukan pemborosan
dan menghamburkan harta untuk yang sia-sia. Ia selalu
mengarahkannya untuk kemaslahtan Umat dan senantiasa sesuai
dengan hukum Allah.

B. Dampak Kebijakan Fiskal Umar dalam Keberhasilannya


Mengentaskan Kemiskinan.
Pengaruh yang sangat dirasakan dari kebijakan ekonomi
Umar bin Abdul Aziz adalah dari aplikasi kebijakan fiskal yang
berdampak pada pengentasan kesmiskinan pada masa
kepemimpinanya.
Dampaknya bisa dilihat dari pendistribusian sumber-
sumber pemasukan Baitul Maal kepada masyarakat dari
kebijakan fiskal ini seperti zakat, kharaj, jizyah, usyur dan
ghanimah.
Pertama, adalah pendistribusian zakat. Kesejahteraan
itu berasal dari ketakwaan Umar, yang mana memberikan efek

33
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz,
h.307.
81

yang nyata terhadap pembayaran zakat secara langsung oleh


rakyat kepada negara, karena rakyat begitu percaya bahwa
pemimpinnya tidak akan menyia-nyiakan hartanya dan
mendistribusiannya kepada yang berhak. Ketika mereka
mengetahui Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, masyarakat
berbondong-bondong membayar zakat kepada negara.
Terdapat kisah yang sangat menarik dari pendistribusian
zakat di masa Umar. Dimana kesejahteraan rakyat di masa
Umayyah betul-betul terjamin.Cerita tentang harta zakat yang
tidak terdistribusikan karena tidak adanya fakir miskin yang
berhak menerima zakat kembali terulang. Yahya bin Said,
seorang petugas zakat pada waktu itu berkata, “Saya pernah
diutus oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat
ke Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud untuk
membagikannya kepada fakir miskin.Namun saya tidak
menemukan seorang pun. Umar bin Abdul Azis telah
menjadikan semua rakyatnya hidup dalam kecukupan ekonomi.
Akhirnya saya putuskan untuk membeli budak lalu
34
memerdekakannya.
Kedua, dampak perndistribusian dari jizyah. Perbaikan
yang dilakukan Umar dari pengambilan jizyah, mempunyai
pengaruh terhandap pemasukan finansial Baitul Maal. Salah
satunya adalah penghapusan jizyah dari siapa saja saja yang

34
Ririn Noviyanti, Pengelolaan Publik Islam dalam Persperktif
Historis, h. 104.
82

masuk Islam, yang mana menambah kepercayaan rakyat kepada


pemimpin.35
Ketiga, dampak pendistribusian dari kharaj. Kharaj
pada masa Umar mencapai rekor pemasukan diatas rata-rata,
seperti di Khurasan kharaj di sana melebihi kebutuhan negara.,
begitupun di Irak merupakan pendapatan kharaj terbesar bagi
negara. Dampaknya bagi negara adalah membantu terwujudnya
sasaran-sasaran ekonomi dalam bentuk dukungan terhadap
proyek pembangunan infranstruktur, proyek-proyek produktif,
membiayai yang miskin, karena pendapatan dari kharaj sifatnya
fleksibel, tidak seperti zakat yang sudah terdapat ketentuannya
dalam al-Qur‟an.36
Keempat, dampak peningkatan pendapatan dari usyur
adalah membuka pendapatan baru bagi negara terbuka dan Umar
bisa mengalokasikannya kepada anggaran belanja umum.37
Kelima, dampak pendistribusian dari ghanimah dan fai‟
adalah membantu mewujudkan keadilan di kalangan masyarakat
dan terkikisnya kezhaliman.38

C. Hari-Hari Terakhir dan Wafatnya Umar bin Abdul Aziz.

35
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 478
36
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h.479.
37
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 482.
38
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang
Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 485.
83

Umar menyampaikan pidato terakhir kalinya kepada


masyarakat ketika beliau berada di Qanashirah. Di dalam pidato
tersebut beliau mengingatkan masyarakat agar senantiasa
mempersiapkan amal shaleh sebagai persiapan untuk menghadapi
hari pembalasan. Senantiasa tunduk dan takut kepada Allah, dan
jangan terlena dengan dunia yang fana ini.

Setelah itu Umar bin Abdul Aziz menangis dan rakyat


pun ikut menangis. Dan itulah pidato terakhir kalinya yang
disampaikan Umar.39

Umar bin Abdul Aziz merupakan pemimpin yang sholih,


adil dan senantiasa memimpin sesuai dengan syari‟at Islam.
Namun, sebaik-baiknya pemimpin selalu ada orang tidak
menyukainya. Begitupun yang terjadi kepada Umar bin Abdul
Aziz, pasalnya, para keluarga Bani Umayyah merasa tersingkir
dan terbatas atas kebijakan yang diterapkan Umar bin Abdul
Aziz, yaitu dengan mengurangi fasilitas negara yang dinikmati
para keluarga Bani Umayyah.

Sesungguhnya Umar senantiasa berbuat adil dalam setiap


kebijakannya, namun mereka merasa Umar telah menyingkirkan
mereka dari pemerintahan. Bahkan harta yang sudah di tangan
mereka pun, Umar kembalikan kepada yang berhak. Mereka
memandang, bahwa Umar bin Abdul Aziz telah menjadi

39
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz, h.
380.
84

penghalang bagi mereka dalam mengecap kehidupan yang


mewah dan penuh dengan foya-foya seperti apa yang telah
menjadi kebiasaan mereka terdahulu.40 Hal inilah yang menjadi
latar belakang keluarga Bani Umayyah meracuni Umar dan
hendak menyingkirkannya dari tampuk kekuasaan. Akhirnya
mereka membuat makar untuk meracuni Umar bin Abdul Aziz.41

Adapun orang yang ditunjuk sebagai eksekutornya


adalah pelayan yang sehari-hari menyiapkan makanan dan
minuman untuk Umar. Diriwayatkan bahwa pelayan tersebut
diiming-imingi untuk dimerdekakan dan diberikan seribu dinar
jika ia sukses menjalankan misinya tersebut.

Setap kali pembantu itu hendak melakukan niat jahatnya,


ia merasa khawatir dan resah. Kemudian mereka mengancam
pembantu itu, jika tidak mau melakukannya, maka ia akan
dibunuh. Akhirnya, dengan perasaan harap-harap cemas,
pembantu itu memasukkan racun yang ia sembunyikan dibalik
kukunya, ketika hendak menghidangkan minuman untuk Umar
bin Abdul Aziz. Setelah meminumnya, Umar merasa ada sesuatu
yang aneh terjadi pada perutnya.

Persiapan Umar menjelang wafatnya:


1. Membeli sendiri tanah pemakamannya seharga dua dinar.

40
K.H. Firdaus A.N., Kepemimpinan Khalifah Umar Bin Abdul
Aziz, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya), h. 203.
41
Herfi Ghulam Fauzi, 29 Bulan Mengubah Dunia, h. 130.
85

2. Menulis surat kepada khalifah pengganti Umar, yaitu Yazid


bin Abdil Malik ketika tengah menghadapi sakaratul maut.
3. Nasihat Umar untuk anak-anaknya.42

Kemudian, tepat pada hari Jum'at, 20 Rajab, tahun 101 H.


Umar bin Abdul Aziz pergi menghadap Sang Maha Pencipta.
Setelah terbaring dalam sakit selama dua puluh hari. Saat itu
usianya baru genap empat puluh tahun. Masih sangat muda.
Namun jasa-jasanya untuk umat Islam sudah sangat banyak.43

Dua puluh sembilan bulan lebih empat hari berlalu.


Dalam waktu yang sesaat itu, Umar bin Abdul Aziz telah
mengabdikan dirinya untuk umat. Melayani masyarakat.
Memprioritaskan rakyat. Dengan segenap keteguhan hati dan
ketulusan niat.

42
K.H. Firdaus A.N., Kepemimpinan Khalifah Umar Bin Abdul
Aziz, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya), h. 208.
43
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Umar bin Abdul Aziz Khalifah
Pembaharu dari Bani Umayyah, h. 571.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Umar bin Abdul Aziz merupakan seorang yang sangat beruntung
karena merupakan keturunan dari dua nashab besar, dari sang ibu
beliau merupakan cicit Umar bin al-Khaththab yang mewarisi
ketangguhan, ketegasan, keteladanan serta keshalehan dari Umar
I, dari sang ayah beliau merupakan keturunan para khalifah Bani
Umayyah karena ayahnya Abdul Aziz merupakan anak dari
Marwan. Umar bin Abdul Aziz sendiri merupakan khalifah ke-8
dari Bani Umayyah.

Umar bin Abdul Aziz tidak lama menjadi penguasa


dinasti Bani Umayyah. Beliau hanya memimpin dua setengah
tahun tepatnya 29 bulan 10 hari. Namun, beliau memanfaatkan
waktu yang sedikit itu dengan sangat baik. Hal yang sangat
membekas pada kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz adalah
mengentaskan kemiskinan dalam waktu singkat yang berdampak
pada kesejahteraan umat secara keseluruhan.

Dari uraian pemasalan dalam pembahasan sebelumnya,


dapat ditarik menjadi dua kesimpulan:

1. Salah satu kunci kesejahteraan itu berasal dari kebijakan fiskal


yang diterapkan oleh Umar bin Abdul Aziz pada masa
kepemimpinanya. Dalam pencapaian keadilan ekonomi bagi
rakyatnya Umar menggunakan langkah-langah nyata seperti,

86
87

mengembalikan hak kepada yang berhak, menghadirkan


kebebasan ekonomi namun dengan disertai batasan-batasan
tertentu, dan juga beliau menetapkan kebijakan yang adil bagi
rakyatnya dengan melarang penjualan tanah kharaj,
memperhatikan para petani dan meringankan pajak mereka,
berusaha menghidupkan tanah-tanah mati dan tanah-tanah
terlindung, dan yang terakhir adalah memberikan sarana-sarana
penunjang untuk memudahkan dan melancarkan mereka
bercocok tanam.

Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam


bidang yang berhubungan dengan perpajakan, penerimaan dan
pengeluaran dari keuangan. Kebijakan fiskal merupakan
kebijakan yang sangat penting dan wajib ditunaikan oleh negara
atas rakyatnya. Kebijakan fiskal bukan hanya bertujuan
memperbaiki ekonomi saja, tetapi yang lebih dikedepankan
adalah terciptanya mekanisme distribusi ekonomi yang adil dan
merata. Sebab hakikat permasalahan ekonomi yang melanda
masyarakat berasal dari cara pendistribusian harta di tengah-
tengah mereka.

Pada masa Umar bin Abdul Aziz Baitul Maal diletakan


ditempat yang semestinya, yang mana sebelumnya telah dirampas
secara zhalim oleh para pembesar Bani Umayyah yang nakal.
Umar juga menghemat anggaran militer dan birokrasi. Yang
berdampak pada kestabilan dan peningkatan ekonomi negara.
88

Umar bin Abdul Aziz memulai kebijakannya dengan


menambahkan pengeluaran Baitul Maal. Pendapatan negara pada
masa Umar berasal dari zakat, jizyah, kharaj, cukai, khumus dan
fai‟.

2. Implementasi kebijakan fiskal pada masa Umar bin Abdul


Aziz dengan tujuan meraih kesejahteraan ekonomi yang merata
dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran melalui
pengelolaan dana jizyah, pengelolaan tanah mati, mereformasi
pengelolaan zakat sebagai institusi utama pendapatan negara,
mengoptimalkan pendapatan kharaj, menetapkan kebijakan
perpajakan yang adil, memberantas korupsi dan nepotisme, dan
yang terakhir adalah melakukan gerakan penghematan, efisiensi,
dan memangkas anggaran birokrasi yang tidak perlu.
3. Pengaruh yang dirasakan dari kebijakan ekonomi Umar bin
Abdul Aziz berasal dari kebijakan fiskal yang berdampak pada
pengentasan kemiskinan pada masa kepemimpinannya.
Dampaknya bisa dilihat dari pendistribusian sumber-sumber
pemasukan Baitul Maal dari kebijakan fiskal ini. Seperti
pendistribusian zakat, berkat ketakwaan yang dimiliki Umar,
menjadikan rakyat begitu percaya terhadap pemerintah dan
mendorong masyarakat berbondong-bondong membayar zakat
kepada negara dan menjadikan peningkatan pemasukan zakat
kepada negara. Kedua, pendistribusian jizyah, perbaikan yang
dilakukan Umar dengan menghapus jizyah dari orang yang sudah
masuk Islam berdampak pada masuknya ahlu dzimmah secara
89

berjama‟ah menambah pemasukan zakat bukan jizyah kepada


negara. Ketiga, dari pendistribusian kharaj, kharaj pada masa
Umar mencapai rekor pemasukan di atas rata-rata yang mampu
membantu pembangunan proyek infrastruktur, produktif dan
membiayai rakyat miskin. Terakhir dari usyur, ghanimah dan fai‟
memberikan dampak pada terbukanya pendapatan ekonomi
negara yang dapat dialokasikan kepada belanja umum negara,
juga membantu mewujudkan keadilan dan mengikis kezhaliman
oleh kebijakan politik yang diarahkan oleh Umar demi
terciptanya kesejahteraan di tengah masyarakat.
Keberhasilan penerapan kebijakan fiskal Umar bin Abdul
Aziz tidak terlepas dari aspek politiknya yaitu dalam rangka
mengurusi dan melayani umat.

B. Saran

Umar bin Abdul Aziz telah menjadi proklamator dalam


melakukan reformasi ekonomi dalam bentuk kebijakan
pembangunan ekonomi modern, yang berhasil mencapai
keseimbangan bahkan terjadi surplus pendapatan dalam neraca
anggaran negara, tidak lain semua anggaran itu dipergunakan
untuk memperbaiki kondisi rakyatnya dalam semua dimensi baik
dalam dimensi spiritual maupun matriil, untuk memenuhi
kebutuhan rakyatnya sehingga semuanya hidup dalam peringkat
ekonomi yang cukup, secara ringkasnya Umar bin Aziz telah
mampu mendesain rakyatnya dengan kemakmuran dan
kesejahteraan.
90

Penulis pun berusaha untuk menambah khazanah perihal


Umar bin Abdul Aziz dan kebijakan-kebijakannya. Namun,
penulis mengalami kesulitan dan keterbatasan dalam mengakses
sumber primer lainnya. Oleh karenanya, penulis menyarankan
untuk yang hendak melakukan penelitian yang sama, sebaiknya
melakukan kajian lebih dalam untuk bisa mendapatkan data lebih
lengkap. Agar semakin memperkaya khazanah keilmuan di masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah,


Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Aziz Dahlan, Abdul. Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta,
PT Intermasa, 1996
A.N, K.H.Firdaus. Kepemimpinan Khalifah Umar bin
Abdul Aziz . Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1988
As-Dimasyqi, Abu Al-Fida Al Hafiz Ibnu Katsir. Al-
Bidayah wa An-Nihayah. Jedah: Darul Ashfahani. 1998.
Al-„Isy, Yusuf. Sejarah Dinasti Umawiyah, terj. Iman
Nurhidayat dan Muhammad Khalil, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2007.
Al-„U sairy, Ahmad. Sejarah Islam, Jakarta: Akbar
Media, 2003.
Al- Jauzi, Ibnu. Sirah Umar bin Abdul Aziz, Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyah. t.t.
Al- Jauzi, Abdurrahman Ibnu. Siroh Wa Manaqib Umar
bin Abdul Aziz, al-Khalifah az-Zahid, Dar al-Kutub AL-Ilmiyah:
Beirut, 1984
As-Suyuthi, Imam. Tarikh Khulafa‟ Sejarah para
Penguasa Islam, terj. Samson Rahman, Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2012.
Al-Qasim bin Sallam, Abu Ubaid. Al-Amwal. Beirut :
Darul Fikri. 1088.
______ . Kitab Al-Amwal. Terj. Setiawan Budi Utomo.
Jakarta: Gema Insani, 2006.

91
92

Chamid, Nur. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi


Islam, Yogyakarta: November 2010.
Farid. Ahmad, 60 Biografi Ulama Salaf. Cet. VII Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2012
Fauzi, Herfi Ghulam. Umar bin Abdul Aziz 29 Bulan
Mengubah Dunia, E-book Cahaya Siroh.com, Agustus 2012.
Haque, M. Atiqul. Seratus Pahlawan Muslim yang
Mengubah Dunia, Jogjakarta: DIGLOSSIA, 2007.
Huda, Nurul, et al. Ekonomi Makro Islam : Pendekatan
Teoritis, Jakarta: Kencana
Hitti, Philip K. History of The Arabs. Terj R. Cecep
Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. Jakarta: PT Serambi
Ilmu Semesta, 2010.
Imarah, Muhammad. 45 Tokoh Pengukir Sejarah. Terj.
Ahmad Syakur. Surakarta: Era Intermedia, 2009.
Kan‟an, Muhammad ibnu Ahmad. Daulah Bani
Umayyah: fragmen sejaah Khalifah Islamiah sejak era
Muawiyah bian Abi Sofyan hingga Marwan bin Muhammad (41
H/661 M-132 H/ 749 M) terj: Erwan Raihan, Sukoharjo: Al-
Qowam, 2015.
Madjid, M. Dien dan Johan Wahyudi. Ilmu Sejarah
Sebuah Pengantar, Jakarta:Kencana, 2014., 2008.
Mufrodi, Ali. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab,
Jakarta: Logos, 1997.
Muhammad ash-Shallabi, Ali. Perjalanan Hidup
Khalifah yang Agung Umar Bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin
yang Adil, terj. Izzudin Karimi, Lc., Jakarta: Darul Haq, 2014.
93

______. Umar bin Abdul Aziz Khalifah Pembaru dari


Bani Umayyah, terj. Shofau Qolbi, Jakarta: Al-Kautsar, 2010.
______ . Biografi Umar bin Abdul Aziz. Terj. M. Faqih.
Jakarta: Beirut Publishing. 2014.
Muhammad bin Ahmad, Syamsudin. Siyar A‟lam an-
Nubala‟, Beirut: Mu‟assasa ar-Risalah, 1981.
Muhammad Khalid, Khalid. Mengenal Pola
Kepemimpinan Umat dari Karakteristik Perilaku Khalifah
Rasulullah, terj. Muhyuddin Syaf. Bandung: CV Dipenogoro,
1998.
Mursi, Muhammad Said, Tokoh-tokoh Besar Islam
Sepanjang Sejarah. Terj. Khoirul Amru Harahap, Lc, MHI. Dan
Achmad Faozan, Lc, M.Ag. Editor: Muhammad Ihsan, Lc. Cet. I.
Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007.
Nasution, Harun. Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah
Analisa dan Perbandingan, Jakarta: UI Press, 1986.
Sou‟yb, Joesoef. Sejarah Daulah Umayyah I di
Damaskus, Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1996.

Jurnal:
Hafidhudin, Didin. Peran Strategis Organisasi Zakat
Dalam Menguatkan Zakat di Dunia., Jurnal Ekonomi Islam Al-
Infaq,Universitas Ibnu Khaldun. Volume 2, No. 1, Maret, 2011
94

Jabir, Muh. Dinasti Bani Umayyah di Suriah


(Pembentukan, Kemajuan, Dan Kemunduran), Jurnal Hunafa
Vol. 4 no. 3, September 2007.
Zuhri Qudsy. Saifudin. Umar bin Abdul Aziz dan
Semangat Penulisan Hadist, Jurnal ESENSIAVol. XIV No. 2
Oktober 2013.
Rahmawati, Lilik. “Kebijakan Fiskal dalam Islam”. Al-
Qanun, Vol. 11, No.2, Desember 2008
Noviyanti, Ririn. “Pengelolaan Keuangan Publik Islam
Perspektif Historis”. IQTSHODIA, Vol.1, No.1, Maret 2016, h.
97.
Room Fitrianto, Achmad. Baitul Mal Dalam Sistem
Ekonomi. El-Qist, Vol.04, N0.02, Oktober, 2014.
Jajuli, Sulaeman. Kebijakan Fiskal dalam Perspektif
Islam (Baitul Maal sebagai Basis Pertama Dalam Pendapatan
Islam), AD-DEENAR, JURNAL EKONOMI DAN BISNIS
ISLAM
Fathurrahman, Ayief. Memahami Kebijakan Ekonomi
Politik Tiga Khalifah, JES. Vol. 2, No.2, Maret 2018.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Sumber: muttaqin.id

95
SILSILAH KHALIFAH-KHALIFAH BANI UMAYYAH
Umayyah

Abu Al- Harb


'as
Abu Sufian
Al-hakam Muawiyyah
I (1)
Marwan I
(4) Yazid I (2)
Muhamma Abdul Abdul Muawiyyah
d Malik (5) Aziz II (3)

Marwan II Yazid II Hisyam Umar


(14) Al Walid Sulaiman (9)
(7) (10) Bin
(6)
Abdul
Al-walid Muawiyyah Aziz (8)
Yazid III Ibrahim II (11)
(12) (13)
Abdul
Rahman

96
Sumber : nu.or.id.

97
98

Makam Umar bin Abdul Aziz yang terletak di masjid Umar


bin Abdul Aziz di Kota Homs, Suriah.

Sumber : https://hikmah-harian
republika.blogspot.com/2014/05/mozaik-makam-pemimpin-
umat-di-suriah.html

Anda mungkin juga menyukai