Anda di halaman 1dari 36

STUDI TEKNIS PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PADA PT.

TEKNIK ALUM SERVICE (TAS) KEC. BUNGKU PESISIR,


KAB. MOROWALI, PROV. SULAWESI TENGAH.

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Kerja praktek


Pada Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Teknik Pertambangan
Universitas SembilanBelas November Kolaka

Oleh :
IRWAN
C1A2 12001

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER

KOLAKA
2016
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : STUDI TEKNIS PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PADA PT.


TEKNIK ALUM SERVICE KEC. BUNGKU PESISIR, KAB.
MOROWALI, PROV, SULAWESI TENGAH.
OLEH : IRWAN

NIM : C1A2 12001

Kolaka, 3 February 2016


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat
dan karunia-Nya penyusun dapat mengerjakan dan menyelesaikan penyusunan
proposal kerja praktek dengan judul “ Studi Teknis Penambangan Bijih Nikel”
Pada PT. TEKNIK ALUM SERVICE (TAS) Kec. Bungku pesisir, Kab.
Morowali, Prov. Sulawesi Tengah.
Dalam merampungkan penulisan laporan ini, penulis banyak mendapat
hambatan namun berkat semangat dan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa, serta
dari berbagai pihak, sehingga penulisan laporan ini dapat terselesaikan. Melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak DR. Azhari, S. S.Tp., M.Si selaku Rektor Universitas Sembilanbelas


November Kolaka
2. Bapak Musnajam, ST., M.Eng selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Sembilanbelas November Kolaka
3. Ibu Vita Astini, ST., M.Sc selaku ketua Program Studi Teknik Pertambangan
Universitas Sembilanbelas November Kolaka
4. Ibu Ika Sartika Ambarsari, ST., MT Selaku Pembimbing dalam penyusunan
Proposal Kerja Praktek ini.

Semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa meridhoi segala usaha –


usaha yang kita lakukan dalam melaksakan kebaikan – kebaikan yang bermamfaat
bagi orang banyak.

Kolaka, 3 February 2016

Penyusun,

IRWAN
C1a212001

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………..........i

KATA PENGANTAR……………………………………………………….........ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………............1

1.2 Batasan Masalah….…………………………………………………........2

1.3 Maksud dan Tujuan Praktek……………………………….........……......2

1.4 Mamfaat Kerja Praktek……………………………….….........……….....2

1.5 Waktu Kerja Praktek………………………………............……………..3

BAB II.TINJAUAN UMUM

2.1 Propil PT. Teknik Alum Service……………………………….…....….....4

2.2 Sejarah Singkat Perusahaan................................................................….....5

2.3 Lokasi Kesampaian…………………………………………………..........5

2.4 Penduduk Dan Sosial budaya………………………………………...........6

2.5 Geologi Ragional Daerah Penelitian.....................……………...…............6

2.5.1 Morfologi...............................................................................................7

2.5.2 Topografi................................................................................................8

2.5.3 Litologi Dan Statigrafi.........................................................................10

2.5.4 Struktur Geologi...................................................................................11

2.5.5 Mineralogi Endapan.............................................................................12


BAB III. DASAR TEORI

1.1 Nikel Laterit…………………………………………………………......14

1.2 Kegiatan Penambangan……………………………………………….....17

3.2.1 Tahap Persiapan Penambangan………………………………........17

3.2.2 Kegiatan Penambangan………………………………………........19

3.2.3 Produksi Alat Muat……………………………………………......24

3.2.4 Dump Truk…………………………………………………….......25

BAB IV.METODOLOGI KERJA PRAKTEK

4.1 Metode Kerja Praktek……………………………………………......27

4.2 Teknik Pengumpulan Data……………………………………….......28

4.3 Teknik Pengolahan Data…………………………………………......28

4.4 Bagan Alir Kerja Praktek.....................................................................29

BAB V PENUTUP………………………………………………………....…30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


PT. Teknik Alum Service (TAS). Salah satu perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri pertambangan, yang sedang melakukan
eksplorasi dan penambangan endapan nikel laterik yang berada di daerah
kec. bungku pesisir, kab. morowali, prov. sulawesi tengah.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun
2009 tentang minerba (Mineral dan Batubara), pertambangan adalah
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan
dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan atau
pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang.
Sehingga menjadikan industri pertambangan sebagai industri kompleks.
Indonesia memeiliki sumber daya nikel yang cukup besar untuk
memasok kebutuhan pasar nikel dunia. Sehingga potensi endapan nikel
laterik di indonesia yang berada di wilayah utara melimpah, karena salah
satu batuan penyusun di daerah utara adalah ultra basa, maka potensi untuk
terbentuknya nikel laterik cukup besar.

Oleh karena itu untuk mendapatkan mineral yang memiliki nilai


jual yang tinggi maka harus dilakukan teknis penambangan yang sesuai
dengan tahapan yang telah di tentukan pemerinntah.
Teknis penambangan secara umum meliputi pekerjaan antara lain
pembongkaran (loosening) atau penggalian (breaking), pemuatan (digging )
( loading ), pengangkutan ( hauling/transporting ).

1
1.2. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang saya angkat pada kerja praktek kali
ini adalah aktivitas penambangan (penggalian dan pemuatan) dari Front
penambangan sampai Stock file di PT. Teknik Alum Service (TAS).

1.3. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui metode/sistem penambangan endapan bijih nikel


yang digunakan oleh PT. Teknik Alum Service (TAS).
2. Untuk mengetahui teknis penambangan yang digunakan oleh PT.
Teknik Alum Service (TAS).
3. Untuk mengetahui Jenis alat gali dan alat muat yang digunakan oleh
PT. Teknik Alum Service (TAS).

1.4. Manfaat Kerja Praktek


Hasil Kerja Praktek ini merupakan salah satu bahan masukan
kepada pihak lembaga pendidikan dalam rangka meningkatkan dan
pemberdayaan perpustakaan di Fakultas Teknik, khususnya Jurusan
Teknik Pertambangan Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
Adapun Mamfaat dari Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut :
A. Bagi Akademisi
Sebagai perbandingan pengetahuan yang lebih bagi saya mengenai
proses penambangan bijih nikel yang sesuai undang-undang_nya
Kerja praktek ini merupakan pengalaman yang berharga bagi diri
saya khususnya, dan nantinya diharapkan dapat menjadi acuan saat
melakukan tugas akhir.
Untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengalaman tentang dunia
pertambangan khususnya masalah teknis-teknis penambangan yang
akan kita lakukan kedepannya.

2
B. Bagi Perguruan tinggi.
Dengan adanya kerja praktek seperti ini hubungan atau kerja sama
anatara perguruan tinggi dan perusahaan bisa terjaling lebih erat
lagi.kemudian Hasil kerja praktek ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan masukan bagi pihak perusahaan terutama di PT. Teknik Alum
Service (TAS).

1.5 Waktu Kerja Praktek


Waktu Pelaksanaan Kerja Prektek dimulai pada bulan April – Mei
2016
Tabel 1. 1 Jadwal Kerja praktek

Mulai 20 April s/d 20 Mei 2016


Rencana Kegiatan
Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-I ke II ke III ke IV

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Pengolahan Data

Analisis Data

Pembuatan Laporan

3
BAB II
TINJAUAM UMUM

2.1 Profil PT. Teknik Alum Service (TAS)


Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan
PT.Teknik Alum Service (TAS). berkomitmen untuk mengembangkan potensi
bahan galian nikel di wilayah Sulawesi Tengah khususnya di desa Buleleng.
Komitmen ini disambut baik oleh Pemerintah Kabupaten Morowali dengan
menerbitkan Surat Keputusan Bupati Morowali No. 540.6/SK
.001/DESDM/V/2009 Tanggal 5 mei 2009 tentang Persetujuan Revisi Izin Usaha
Pertambangan Operasi Produksi kepada PT. Teknik Alum Service (TAS). seluas
1.301 Ha di Wilayah Desa Buleleng dan Torete Kecamatan Bungku Pesisir
Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah.

Sumber : PT. Teknik Alum Service


Gambar 2.1 Peta IUP PT. Teknik Alum Service

4
2.2 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Teknik Alum Service ( TAS ) di-dirikan pada tahun 2007 dan
melakukan kegiatan Eksplorasi ( kegiatan drilling / Bor ) di Desa Buleleng dan
dilanjutkan di Desa Torete sampai dengan Tahun 2009 dan kantor PT. TAS
beralamat di desa Buleleng, dan saat itu masih dipimpin oleh Agam Tirto
Buwono.
Sebelum Perusahaan PT. TAS melakukan kegiatan Penambangan Ore Nickel
(Bijih Nikel) PT. TAS melakukan sosialisasi publik pada hari senin Tanggal, 22
September 2008 yang bertempat di Desa Buleleng. Pada awal tahun 2010 PT.TAS
melakukan kegiatan penambangan Bijih Nikel di Desa Buleleng sampai dengan
tahun 2012 Bulan Oktober, dan masih dipimpin oleh Bpk. Agam Tirto Buwono.
Pada tahun 2012 Bulan November, PT. TAS kembali melakukan kegiatan di
Lokasi yang sama yaitu di Desa Buleleng dan torete dibawah Pimpinan
Bapak Syarifudin, dan hanya sampai pada Bulan Agustus 2013. Pada tahun 2013
Bulan Agustus , PT. TAS diambil alih oleh Bpk. Joseph Hong selaku pimpinan
PT. TAS sampai dengan sekarang dan kembali melakukan kegiatan penambangan
di Desa Buleleng dan Torete sampai saat ini.
2.3 Lokasi Kesampaian Daerah
Secara administratif lokasi Izin Wilayah Usaha Pertambangan Operasi
Produksi ( WIUP OP ) PT. Teknik Alum Service berada di Desa Buleleng dan
Torete Kecamatan Bungku Pesisir Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi
Tengah. Wilayah izin tersebar dalam beberapa wilayah yang terpisah, luas
totalnya adalah 1.301 Ha.
Untuk mencapai daerah kegiatan Operasi Produksi pada Lokasi penelitian
pada PT. Teknik Alum Service, ada beberapa alternative yang dapat ditempuh
dengan jalur darat yaitu, dari palu dapat ditempuh dengan menggunakan
kendaraan roda 4 menuju ke Bungku selama ± 12 jam. Dari bungku ke lokasi
dapat ditempuh sekitar + 3 jam, dan dari Kolaka ke Kendari + 4 jam kemudian
selama + 5 jam dari Kendari ke Buleleng, dengan kondisi jalan beraspal dan
jalan tanah berbatu, terutama setelah akan memasuki perbatasan antara Provinsi
Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.

5
Sumber : Google Earth 2015
Gambar 2.2 Peta Kesampaian Daerah

2.4 Penduduk dan Sosial Budaya


Secara umum, penduduk di Wilayah desa Buleleng bermata pencaharian
sebagai petani, nelayan, pedagang, dan pegawai pemerintah. Berbagai macam
suku juga hadir di wilayah ini, baik suku lokal itu sendiri yaitu suku Bungku dan
berbagai suku pendatang yaitu suku Bugis, Jawa, Bali, Tator, Tolaki dan
sebagainya. Kepercayaan atau agama yang dianut penduduk di wilayah ini terdiri
dari Islam, Kristen, Katholik, dan Hindu. Adapun rumah ibadah di wilayah ini
sudah tersebar diberbagai desa. Sedangkan kondisi jalan yang terdapat di wilayah
ini relatif sudah memadai, selama periode triwulan 4 tahun 2014, proyek
pengaspalan jalan sedang dilanjutkan dan sisanya masih berupa jalan berbatu atau
jalan tanah yang diperkeras.

6
2.5 Geologi Ragional Daerah Penelitian

Ditinjau dari kedudukan regionalnya, daerah IUP Operasi Produksi PT.


Teknik Alum Service secara geolgi termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar
Bungku (S.Supriatna dkk, 1995). Batuan di wilayah penyelidikan secara umum
disusun oleh batuan sedimen dan ultramafik serta terdapat intrusi batuan beku.
Kegiatan tektonik di daerah ini diduga berlangsung semenjak Jura, mengakibatkan
batuan yang berumur Pra – Jura, yaitu batuan ultramafik mengalami alih tempat,
perlipataan dan sesar. Proses ini diikuti oleh kegiatan magma yang menghasilkan
terobosan granit, granodiorit dan diorite pada Kapur Akhir. Sejak Paleosen awal
sampai Eosen awal sampai terjadi pengangkatan, erosi dan pendataran
menghasilkan sedimen darat yang luas.

Sumber : PT. Teknik Alum Service


Gambar 2.3 Peta Geologi Lokal PT. Teknik Alum Service

2.5.1 Morfologi
Morfologi daerah penyelidikan yang merupakan perpaduan antara litologi,
Struktur dan proses tahapan yang berlangsung di daerah penyelidikan dapat
dibagi menjadi 2 satuan morfologi, yaitu sebagai berikut :

7
1. Satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang

Satuan morfologi ini terdapat dibagian tengah dari wilayah konsesi


memanjang kearah barat laut – tenggara. Topografi perbukitan bergelombang
sedang dengan ketinggian antara 75 – 150 meter dari permukaan air laut dan
kemiringan lereng antara 10 – 45% ( miring ), Slope cembung, pola pengaliran
agak denritik dengan kerapatan 1,1 – 1,25. Tekstur tanah sedang berwarna coklat
muda dan proses geomorfologi yang berlangsung adalah debris slide, erosi alur –
lembah yang menjadikan bentuk lembah seperti huruf ” V ”. Tata guna lahan
berupa hutan produktif, perkebunan liar. Satuan morfologi ini menempati + 45%
dari luas wilayah penyelidikan.

2. Satuan morfologi perbukitan bergelombang kuat

Satuan morfologi ini terdapat di sisi Sebelah Utara – Selatan juga memanjang
kearah barat laut – tenggara, dominan disusun oleh litologi ultramafik pada
sebelah utara dan sedimen pada sebelah selatan, topografi perbukitan
bergelombang kuat ini mempunyai ketinggian + 600 – 800 meter dari permukaan
air laut dan kemiringan lereng curam ( 15 – 30% ) dengan bentuk lembah
cembung, kerapatan 1,1. Tekstur tanah sedang warna coklat tua – coklat muda,
proses geomorfologi berupa debris floe, debris slide, erosi lembah, tata guna lahan
hutan produktif, belukar dan perkebunan. Morfologi ini dikontrol kuat oleh
litologi dan struktur yang berkembang di daerah penyelidikan. Satuan morfologi
ini menempati + 50 % dari luas wilayah penyelidikan.

8
Sumber : PT. Teknik Alum Service

Gambar 2.4 Morfologi Daerah IUP PT. Teknik Alum Service

2.5.2 Topografi
Ditinjau dari peta topografi yang mencakup daerah Buleleng dan sekitarnya,
morfologi wilayah ini didominasi oleh perbukitan yang memanjang berarah relatif
Baratlaut – Tenggara dan Utara – Selatan, yang diduga merupakan lipatan-lipatan
yang dipengaruhi oleh Sesar Matano di sebelah utara dan Sesar Lasolo di bagian
selatannya. Adanya bukit-bukit soliter yang ditemukan, diperkirakan merupakan
bagian dari lipatan-lipatan yang tersesarkan. Pola pengairannya didominasi oleh
pola dendritik dan rektangular. Satuan kelerengannya terbagi atas dataran landai
di sepanjang pantai timur Sulawesi, perbukitan bergelombang lemah – kuat, serta
perbukitan tertajam kuat di sekitar patahan.
Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta
unsur-unsur lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-
lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih
dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan
umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal
ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada
daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih
banyak dari pada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang
intensif.

9
2.5.3 Litologi dan Stratigrafi
Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan umur batuan, terdapat
3 kelompok batuan (Simandjuntak, 1983), pada wilayah sulawesi yaitu :
1. Batuan Malihan Kompleks Mekongga
Batuan malihan berderajat rendah (low grade metamorphic) ini
merupakan batuan alas di lengan tenggara Sulawesi. Batuan malihan
kompleks Mekongga ini diperkirakan berumur Permo-Karbon. Dan
termasuk kepada batuan metamorf fasies epidot-amfibolit. Batuan malihan
ini terjadi karena adanya proses burial metamorphism. Batuan penyusunnya
berupa sekis mika, sekis kuarsa, sekis klorit, sekis mika-amfibol, sekis grafit
dan genes.
2. Kelompok Batuan Sedimen Mesozoikum
Di atas batuan malihan itu secara tak selaras menindih batuan
sedimen klastika, yaitu Formasi Meluhu dan sedimen karbonat Formasi
Laonti. Keduanya diperkirakan berumur Trias Akhir hingga Jura Awal.
Formasi Meluhu tersusun dari batusabak, filit dan kuarsit, setempat sisipan
batugamping hablur. Formasi Laonti terdiri atas batugamping hablur
bersisipan filit di bagian bawahnya dan setempat sisipan kalsilutit rijangan.
3. Kelompok Mollasa Sulawesi
Pada Neogen tak selaras di atas kedua mendala yang saling
bersentuhan itu, diendapkan Kelompok Molasa Sulawesi. Batuan jenis
Molasa yang tertua di daerah penelitian adalah Formasi Langkowala yang
diperkirakan berumur akhir Miosen Tengah. Formasi ini terdiri dari
batupasir konglomerat. Formasi Langkowala mempunyai Anggota
Konglomerat yang keduanya berhubungan menjemari. Di atasnya menindih
secara selaras batuan berumur Miosen Akhir hingga Pliosen yang terdiri
dari Formasi Eemoiko dan Formasi Boepinang. Formasi Eemoiko
dibentuk oleh batu gamping koral, kalkarenit, batupasir gampingan dan napal.
Formasi Boepinang terdiri atas batu lempung pasiran, napal pasiran, dan
batupasir. Secara tak selaras kedua formasi ini tertindih oleh Formasi
Alangga dan Formasi Buara yang saling menjemari. Formasi Alangga

10
0
berumur Pliosen, terbentuk oleh konglomerat dan batupasir yang belum
padat. Formasi Buara dibangun oleh terumbu koral, setempat terdapat
lensa konglomerat dan batupasir yang belum padat. Formasi ini masih
memperlihatkan hubungan yang menerus dengan pertumbuhan terumbu pada
pantai yang berumur Resen. Satuan batuan termuda yaitu endapan sungai,
rawa, dan kolovium.
2.5.4 Struktur Geologi
Struktur geologi di Sulawesi didominasi oleh arah barat laut – tenggara yang
berupa sesar mendatar sinistral dan sesar naik (Gambar 2.2).
Sesar Palu–Koro memotong Sulawesi bagian barat dan tengah, menerus ke
bagian utara hingga ke Palung Sulawesi Utara yang merupakan batas tepi benua
di Laut Sulawesi. Jalur Sesar Palu – Koro merupakan sesar mendatar sinistral
dengan pergeseran lebih dari 750 km (Tjia, 1973; Sukamto, 1975), arah gerak
sesuai dengan jalur Sesar Matano dan jalur Sesar Sorong. Sesar Sadang yang
terletak di bagian barat dan sejajar dengan Sesar Palu berada pada lengan
Selatan Sulawesi, menghasilkan lembah sungai sadang dan sungai masupu yang
sistemnya dikontrol oleh sesar mendatar (Hamilton, 1997).

Gambar 2.5 Struktur utama di sulawesi, Hamilton (1997)

11
2.5.5 Mineralogi Endapan
Secara horisontal penyebaran Ni tergantung dari arah aliran air tanah yang
sangat dipengaruhi oleh bentuk kemiringan lereng (topografi). Air tanah bergerak
dari daerah-daerah yang mempunyai tingkat ketinggian ke arah lereng, yang mana
sebagian besar dari air tanah pembawa Ni, Mg dan Si yang mengalir ke zona
tempat fluktuasi air tanah berlangsung. Pada tempat-tempat yang banyak
mengandung rekahan-rekahan Ni akan terjebak dan terakumulasi di tempat-
tempat yang dalam sesuai dengan rekahan-rekahan yang ada, sedangkan pada
lereng dengan kemiringan landai sampai sedang adalah merupakan tempat
pengayaan nikel. Umumnya penjelasan mengenai profil endapan nikel laterit yang
ideal ( Nusantara, 2002 ) dibagi menjadi 4 zona yaitu:

a. Zona Overburden
Sona ini merupakan top soil mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar
nikel yang rendah ( kurang dari 1% ). Zona ini tersusun oleh humus dan limonit.
Mineral penyusunnya adalah goethit, hematit, dan mangan yang mengindikasikan
daerah yang sudah lama tersingkap.
b. Zona Limonit
Sona ini merupakan lapisan kaya besi dari limonit soil yang menyelimuti
seluruh area dengan kadar nikel antara 1% – 2%. Pada zona ini mulai terdapat
pengkayaan mineral ekonomis berupa kromit dan kobalt. Limonit dibedakan
menjadi dua, yaitu red limonite (hematit) dan yellow limonite (goethit). Lapisan
ini memiliki ukuran butir halus (fine grained), berwarna merah-coklat atau
kuning, agak lunak, berkadar air antara 30 % – 40 %, lapisan kaya besi dari tanah
limonit menyelimuti seluruh daerah dengan ketebalan rata-rata 3 – 7 meter.
Lapisan ini tipis pada lereng yang terjal, dan dapat hilang karena erosi. Sebagian
dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite.
c. Zona Saprolit
Sona ini merupakan hasil pelapukan batuan peridotit, berwarna kuning
kecoklatan agak kemerahan, terletak di bagian bawah dari lapisan limonit, dengan
kadar nikel yang lebih tinggi (lebih dari 2%) dan ketebalan rata-rata 7 meter.

12
Campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonit, saprolitic rims, vein dari
endapan garnierit, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat
silica boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonit ke bedrock.
Terkadang terdapat mineral kuarsa yang mengisi rekahan, serta mineral-mineral
primer yang terlapukan membentuk klorit. Garnierit di lapangan biasanya
diidentifikasikan sebagai colloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous
serpentine. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. Lapisan ini terdapat
bersama batuan yang keras atau rapuh dan sebagian saprolit. Lapisan ini
merupakan lapisan yang bernilai ekonomis untuk ditambang sebagai bijih.
d. Sona Bedrock (Batuan Dasar)
Sona ini merupakan bagian terbawah dari profil laterit dengan kadar nikel
yang rendah (kurang dari 1%) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral
ekonomis untuk ditambang. Lapisan ini terdiri atas batuan peridotit yang tidak
atau belum mengalami pelapukan. Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang-kadang
membuka, terisi oleh mineral garnierit dan silika.

Ketebalan dari masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari


morfologi dan relief, umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada bagian
bawah bukit dengan relief yang landai.

13
BAB III

LANDASAN TEORI

1.1 Nikel Laterik

Batuan induk bijih nikel laterit adalah batuan peridotit. Menurut


Vinogradov (1987) batuan ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel
sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral
olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses
terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius
ion dan muatan ion yang hampir bersamaan diantara unsur-unsur tersebut
Endapan nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan
ultrabasa secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu :

1. Lapisan tanah penutup


Lapisan tanah penutup biasa disebut iron capping. Material lapisan
berukuran lempung, berwarna coklat kemerahan, dan biasanya terdapat
juga sisa-sisa tumbuhan. Tebal lapisan bervariasi antara 0 – 2 m.
2. Lapisan Limonit
Merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran butir lempung
sampai pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati walaupun masih
sangat sulit, dengan tebal lapisan berkisar antara 1 – 10 m.
3. Lapisan Saprolit
Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk,
berupa bongkah - bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai
kehijauan. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.

4. Bedrock ( Batuan Dasar )


Bagian terbawah dari profil nikel laterit, berwarna hitam kehijauan,
terdiri dari bongkah – bongkah batuan dasar dengan ukuran > 75 cm, dan
secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis

14
A. Metode Penambangan
Dalam penambangan mineral atau endapan bijih dengan metode tambang
terbuka dapat dilakukan dengan cara, yaitu :

1. Open Pit

Gambar 3.1

Penambangan dengan cara open pit adalah penambangan terbuka yang


dilakukan untuk menggali endapan bijih metal seperti endapan bijih nikel
(Ni), endapan bijih besi (Fe), endapan bijih tembaga (Cu) dan sebagainya.
Penambangan dengan dengan cara open pit biasanya biasanya dilakukan
untuk endapan bijih atau mineral yang terdapat pada daerah datar atau daerah
lembah. Tanah akan digali kebawah sehingga akan membentuk cekungan
atau pit.

Cara pengangkutan pada open pit tergantung dari kedalaman endapan


dan topografinya. Pada dasarnya cara pengangutan ada 2 (dua), yaitu :
Cara konversial atau cara langsung, yaitu hasil galian atau peledakan
diangkut oleh truck / belt conveyer / mine car / skip dump type rail cars
dan sebagainya, langsung dari tempat pengalian ke tempat dumping
dengan menelusuri tebing-tebing sepanjang bukit.

15
Cara inkonvensial atau cara pengangkutan hasil galian / peledakan ke
tempat dumping dengan mengunakan cara kombinasi alat – alat angkut.
Misalkan dari permukaan / medan kerja (front) ke tempat crusher
digunakan truck dan selanjutnya melalui ore pass ke loading point dari
sini diangkut ke ore bin dengan mengunakan belt conveyer, dan akhirnya
diangkut keluar tambang dengan cage.

2. Open Cut

Gambar 3.2

Penambangan dengan cara ini hampir sama dengan cara penambangan


open pit. Namun, teknik penambangan ini dilakukan untuk daerah lereng
bukit. Medan kerja yang digali dari arah bawah ke atas atau sebaliknya (slide
hill type). Bentuk tambang dapat pula melingkari bukit, hal tersebut tergantuk
dari letak endapan penambangan yang diinginkan.

Cara pengangkutan endapan bijih atau mineral pada metode ini sama
dengan pengangkutan yang dilakukan pada metode open pit.

16
Faktor-faktor dalam pemilihan sistem penambangan yaitu :

 Sifat keruangan dari endapan bijih, meliputi :


a) Ukuran (dimensi : tinggi atau tebal khususnya)
b) Bentuk (tanular, lentikular, massif, irregular)
c) Posisi (miring, mendatar atau tegak)
d) Kedalaman (nilai rata-rata, nisbah pengupasan)

 Kondisi geologi dan hidrologi, meliputi :


 Mineralogy dan petrologi (sulfida atau oksida)
 Komposisi kimia (utama, hasil samping, mineral by product)
 Struktur endapan (lipatan, patahan, intrusi, diskontinuitas)
 Bidang lemah (kekar, fracture, cleavage dalam mineral, cleat dalam
batubara)
 Keseragaman, alterasi, erosi
 Air tanah dan hidrologi

3.2. Kegiatan Penambangan

3.2.1. Tahap Persiapan Penambangan

Sebagai realisasi dari rencana yang telah ditetapkan, maka sebelum


dilakukan penambangan perlu adanya kegiatan persiapan penambangan.
Adapun tahap-tahap persiapan tersebut antara lain :

a. Land Clearing ( Pembersihan Lahan )


Land clearing merupakan pekerjaan tahap awal sebelum penggalian
bijih nikel dilakukan. Hal ini meliputi pekerjaan pembersihan lokasi yang
akan ditambang dari pohon-pohon, persiapan peralatan-peralatan tambang
yang akan dioperasikan, dan perintisan jalan menuju daerah tambang. Alat
yang digunakan pada pekerjaan ini yaitu bulldozer.

17
b. Perintisan
Perintisan merupakan pekerjaan lanjutan dari pekerjaan
pembabatan dan pembersihan yang kegiatannya meliputi : Meratakan /
membuat jalan darurat untuk lewarnya alat-alat mekanis, membuat saluran
air untuk mengeringkan tempat kerja bila hal itu diperlukan. Dalam
pekerjaan ini yang harus selalu diperhatikan ialah mempergunakan
keuntungan dari gaya berat. Jadi kalau misalnya harus melakukan
penimbunaan, maka harus diambil tanah dari sebelah atas.
c. Stripping ( pengupasan tanah penutup )
Pengupasan tanah penutup dilakukan dengan suatu perencanaan
berdasarkan letak pembuangan atau penimbunan sementara “overburden”
agar selanjutnya mudah dikembalikan setelah proses penambangan
berakhir untuk dimamfaatkan kembali pada tahap rehabilitasi lahan
(reklamasi) dan tata guna tanah dengan tujuan mencegah timbulnya
dampak negatif dari aktivitas penambangan. Pekerjaan ini biasanya
dilakukan bersama-sama dengan kegiatan clearing menggunakan alat
bulldozer. Pekerjaan ini dimulai dari tempat yang tinggi (puncak bukit)
dan kemudian tanah penutup didorong kebawah kearah tempat yang lebih
rendah sehingga alat dapat bekerja dengan bantuan gaya gravitasi bumi.

Kemampuan produksi alat angkut bulldozer dapat dihitung


dengan menggunakan rumus :

PD = LD × FS x 60
CD

Keterangan :

PD = Produksi Dozer pada jam kerja aktif, cm/jam


LD = Kapasitas Blade, 1 cm
CD = Faktor berai materian, %
FS = Waktu edar rata-rata, mil

18
3.2.2. Kegiatan Penambangan

Setelah kegiatan persiapan penambangan telah selesai, maka kegiatan


penambangan bijih nikel sudah dapat dilakukan.

Adapun rangkaian kegiatan penambangan meliputi :

1. Penggalian/pembongkaran

Gambar 3.3

Kegiatan penggalian pasti dilakukan pada hampir semua kegiatan


pertambangan. Salah satu keputusan penting yang perlu dilakukan adalah
pemilihan sistem penggalian yang cocok, karena material yang digali sangat
bervariasi dan memiliki karakteristik material masing-masing.

Penggalian material keras biasanya dimulai dengan pemboran dan


peledakan yang akan mempengaruhi cara penanganan material bongkaran
selanjutnya.

Ada 4 faktor utama yang diperlukan dalam analisis penggalian :

1. Karakteristik batuan utuh dan massa batuan


2. Produksi yang ingin dicapai
3. Geometri dan ukuran tambang
4. Karakteristik alat gali

19
Karena perbedaan kekuatan dari material yang akan digali, dilakukan
penggolongan :

I. Soft atau Easy digging : tanah penutup (top soil), pasir, sandy clay dan
lain-lain
II. Medium hard digging : lempung, batuan lapuk
III. Very hard digging atau rock: diperlukan peledakan sebelum
penggalian

Pembongkaran ore dilakukan dengan menggunakan alat-alat mekanis


seperti pembuatan jenjang dilakukan dengana alat Bulldozer dengan dimensi lebar
± 8 meter, tinggi ± 2 – 4 m. jika endapan relatif lepas maka penggalian dapat
mempergunakan Shovel Dozer atau Wheel Loader.( Prodojosumarto, dkk. 1989)

Dalam pengalian sistem penambangan dapat dilaksanakan dengan baik,


terutama dalam penanganan top soil dan overburden.

Dalam kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan


suatu lapisan tanah atau batuan yang berada diatas cadangan bahan galian, agar
bahan galian tersebut menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan kondisi kegiatan
pengupasan lapisan tanah penutup yang baik diperlukan alat yang mendukung dan
sistematika pengupasan yang baik.

Adapun lapisan tanah penutup yang akan dikupas antara lain, yaitu :

1. Top soil,
2. Ovenburden
Top soil adalah lapisan tanah paling atas (pucuk atau humus) adalah
bagian atas tanah (humus) dengan ketebalan 1 – 1.5 m dari permukaan yang
mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetasi dan
overburden adalah lapisan tanah penutup ( lapisan yg menutupi bahan galian ).

20
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pengupasan Lapisan Tanah
Penutup.

A. Material

Setiap macam tanah atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik
dan kimia yang berbeda-beda. Pada dasarnya pemindahan tanah itu merupakan
suatu pekerjaan untuk meratakan tanah atau penggalian suatu lahan. Beberapa
jenis tanah dianggap mudah untuk dimuat, jenis tanah yang dapat langsung
digusur dalam kondisi aslinya.

Tanah atau batuan yang keras akan lebih sukar dikoyak (ripped) digali
(dug) atau dikupas (stripped). Hal ini tentu akan menurunkan produksi alat
mekanis yang digunakan.

Nilai kekerasan tanah atau batuan biasanya diukur dengan alat “Ripper
Mater“ atau “ Seismic Test“ dan satuannya adalah meter per detik, yaitu sesuai
dengan satuan untuk kecepatan gelombang seismik pada batuan. Tanah yang
banyak mengandung humus harus dipisahkan, sehingga dikemudian hari dapat
untuk menutupi tempat penimbunan ( reklamasi ).

B. Alat mekanis yang digunakan.

Pemilihan dan penggunaan alat mekanis sangat penting, karena alat


mekanis merupakan alat yang digunakan dalam pengupasan konvensional,
sehingga perlu pemilihan alat untuk kegiatan pengupasan tepat dan cepat.
Pemilihan alat mekanis dapat menentukan cepat lambatnya kegiatan
pengupasan lapisan tanah penutup terselesaikan.

2. Pemuatan/Loading
Pemuatan adalah merupakan rangkaian kegiatan atau pekerjaan yang
dilakukan untuk memuat bijih nikel hasil penggalian kedalam alat angkut.
Kegiatan pemuatan ini dilakukan dengan alat gali yaitu excavator dan
backhoe. Disamping itu banyak pula di gunakan wheel loader sebagai alat
muat dengan berbagai kapasitas mangkok. ore yang dimuat adalah ore yang

21
telah ditumpuk oleh alat gali dekat front penambangan dan telah diuji
kadarnya dan dianggap layak untuk diangkut (selectiv mining). ore dimuat ke
alat angkut (dump truck) untuk dibawa ke tempat penimbunan (stock yard).
Kemampuan produksi alat muat dapat dihitunng dengan menggunakan rumus
:

Efisiensi Kerja = Waktu Efektif × 100 %


Waktu Kerja

Gambar 3.4
Pemuatan Ore / Loading Ore
C. Waktu Edar (Cycle time)

Waktu edar maksudnya adalah waktu yang diperlukan untuk


menyelesaikan pekerjaan pemindahan material satu putaran

Waktu edar alat muat, misalnya power shovel, exacavator dan lainnya,

Dimulai pada saat mangkok :

a. Menggali
b. Swing isi
c. menumpah
d. Swing kosong

22
Waktu edar (Cycle time) terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap (fixed
time) dan waktu variabel (variabel time). jadi yang termasuk waktu edar total
adalah penjumlahan waktu tetap dan waktu variabel.

 Waktu tetap adalah waktu pengisian atau pemuatan termasuk manuver


dan menunggu, waktu pengosongan muatan, waktu membelot dan waktu
mengganti gigi dan percepatan, dan
 Waktu variabel adalah waktu mengangkut muatan dan waktu kembali
kosong.
Waktu muat/loading time, adalah waktu yang dibutuhkan suatu alat
untuk memuat material kedalam alat angkut sesuai dengan kapasitas alat untuk
memuat material kedalam alat angkut. Nilai waktu muat dapat ditentukan
walaupun tergantung dari jenis tanah, ukuran unit pengangkut (blade, boul,
bucket) metode dalam pemuatan dari efisiensi alat.
Waktu Angkut/hauling time, adalah waktu yang diperlukan dalam suatu
alat untuk dari tempat pemuatan ketempat pembongkaran. Waktu angkut
tergantung dari jarak angkut, kondisi jalan, tenaga alat, dll. Pada saat alat
kembali ketempat pemuatan maka waktu yang diperlukan untuk kembali
tersebut . Dengan besar cycle time yang di gunakan,maka persamaan tersebut
dapat di hitung menggunakan :

Ct (menit) = Bt + Stf +Lt+ Ste

60 (menit)

Dimana :
 Bt (satuan detik) = Bucket time. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk
mengisi bucket.
 Stf (satuan detik) = Swing time full. Waktu yang dibutuhkan alat muat
untuk swing atau berputar sebelum pemuatan (kondisi bucket penuh
muatan).
 Lt (satuan detik) = Loading time. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk
mengisi muatan.
 SteSte (satuan detik) = Swing time empty. Waktu yang dibutuhkan alat
muat untuk swing sebelum mengambil material (kondisi bucket kosong)
23
 Angka 60 dari persamaan diatas adalah untuk mengubah 1 cycle time alat
dari satuan detik menjadi menit. 1 menit sama dengan 60 detik
D. Kapasitas Produksi Alat

Kapasitas alat adalah kemampuan suatu alat mekanis untuk


memindahkan material. Jadi kapasitas alat dibatasi oleh bentuk dari
penampungnya, misalnya mangkok (bucket), bak (tray), atau bowl.. Kapasitas
muatan yang rata dengan batas penampunya disebut kapasitas peres (struck
capacity), sedangkan yang melebihi batas penampungnya disebut kapasitas
munjung (heaped capacity).( Rochmanhadi,1982)

3.2.3. Produksi alat muat

Berbagai jenis alat muat yang beroperasi dilokasi tambang


diantaranya power shovel dan exacavator, baik yang bertebaga diesel, listrik
atau uap. Rochmanhadi,(1982)

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terhadap produktifitas excavator


antara lain :

1. Faktor keadaan pekerjaan


2. Faktor keadaan mesin
3. Faktor pemotongan dan sudut swing

Gambar 3.5 Excavator PC 200

24
Perhitungan produktifitas gilir kerja1 tergantung pada jumlah ton per satu siklus
shovel, waktu per siklus untuk shovel, ukuran truk dan waktu spotting. Sehingga
dengan besar produksi alat muat dapat di hitung persamaan sebagai berikut :

P = Kb x Ef x Sf x Ff x 60 menit/jam
Ct

Dimana : P : Produksi alat, ton/ jam


Ef : Efisiensi kerja,%
Sf : Factor berai (swell factor)
Kb : Kapasitas alat, M³
Ct : Waktu edar, jam
Ff : Fill Faktor %

3.2.4. Dump truck

Dump truck adalah sebagai alat pengangkut dengan kapasitas angkut


yang relatif besar, dengan jarak angkut yang cukup jauh. Dump truck
mempunyai beberapa variasi dalam system dumpingnya antara lain:

 real dump truck, dimana sistem pembuangan material ke belakang


 side dump truck, dimana sistem pembuangan material ke samping
 real and side dump truck, dimana sistem pembuangan ke belakang dan
kesamping.
Daya muat dari sebuah dump truck dinyatakan dalam berat atau
volume muatannya, namun dalam memilih ukuran truck, yang digunakan
harus ada perimbangan antara daya muat dump truck dan volume, serta alat
pemuat material kepada truck seperti gambar dibawah ini.

25
Gambar 3.6 Dump Truck

Alat angkut yang di gunakan adalah Dump Truk turbo 930E dalam
menghitung alat angkut di gunakan rumus sebagai berikut :

P = n x ( Kb x Sf x Eff ) x 60 Menit/jam
Ct
Dimana : P : produksi alat, ton/ jam
Eff : efisiensi kerja,%
Sf : factor berai (swell factor) %
Kb : kapasitas alat, ton
Ct : waktu edar, jam

26
BAB IV

METODOLOGI KERJA PRAKTEK

4.1. Metode Kerja Praktek


a. Sistematika Kerja Praktek
1. Perencanaan Kerja Praktek
Dalam kegiatan ini semua hal mengenai judul, lokasi, materi dalam
melaksanakan kerja praktek harus disiapkan.

2. Studi Literatur
Tahap studi literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber
informasi yang berasal dari referensi-referensi yang ada maupun data
perusahaan yang berkaitan dengan tujuan kerja praktek. Studi literatur ini
dilakukan sebelum dan selama kerja praktek ini berlangsung.

3. Pelaksanaan Kerja Praktek


Melaksanakan aktifitas-aktifitas lapangan yang meliputi
pengambilan data dan pengumpulan data mengenai objek kerja praktek
yang terkait dengan judul kerja praktek.

4. Pengumpulan Data Lapangan


Adapun data-data yang di ambil selama di Lapangan adalah :
Data Primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung dilapangan oleh orang yang melakukan kerja praktek.
Data primer juga biasa disebut data asli atau data baru. Meliputi
menghitung waktu yang di gunakan pada saat penggalian,
pemuatan dari pront penambangan sampai stock file.
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan kerja praktek dari sumber sumber yang
telah ada. Data ini bias didapatkan dari perpustakaan atau dari
laporan kerja praktek terdahulu.

27
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan data gambaran/foto mengenai lokasi
lapangan, tanaman, kegiatan dan lain lain.

4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode pengumpulan


data secara ovservasi terstruktur melalui setiap aktivitas dari penambangan
bijih nikel yang terjadi dilapangan, audio visual digunakan sebagai alat untuk
mengambil gambar dari setiap proses penambangan bijih nikel.

4.3 Teknik Pengolahan Data

Sesuai dengan teknik pengumpula data, maka teknik pengolahan data


dilakukan sesuai sifat data terhadap proses penambangan bijih nikel yang
menyangkut karakteristik fisik antara lain pembongkaran/penggalian dan
pemuatan.

28
4.4 Bagan alir kerja praktek PT. TEKNIK ALUM SERVICE (TAS)

MULAI

PENGUMPULAN
STUDI LITERATUR LITERATUR DAN
REFERENSI DARI
BUKU DAN INTERNET

OBSERVASI LAPANGAN

PT. Teknik Alum Service (TAS

PENGAMBILAN DATA

Data Primer Data Sekunder


1. Waktu Edar Alat Gali dan - Studi referensi/literatur buku-
Alat Muat buku yang berkaitan dengan
2. Bagaimana Metode kerja praktek
pengupasan Over Burden
pada kegiatan penambangan

Mengimput data
penggalian sampai
PENGOLAHAN DATA pemuatan dari front
penambangan sampai
stock file

Mengetahui jumlah alat


HASIL gali dan alat muat yang di
gunakan pada saat
melakukan penambangan
dengan waktu edar yang
telah di tentukan

PENYUSUNAN LAPORAN

MEMAHAMI TEKNIS PENAMBANGAN


BAB V

29
PENUTUP

Demikian Proposal Permohonan Kerja praktek (KP) ini dibuat sebagai

salah satu pertimbangan bagi pihak PT.TEKNIK ALUM SERVICE (TAS).

olehnya Besar harapan saya agar kiranya proposal ini disambut dengan senang

hati dan kesempatan yang diberikan oleh pihak perusahaan tentunya akan

dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Kolaka, 3 Februari, 2016

PEMOHON

IRWAN
C1A2 12001

30
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,http://bosstambang.com/53/Eksploitasi/tahapan-kegiatan eksploitasi.html

Anonim,http://ilmugeologitambang.com/tahapan-kegiatan-tambang-atau-

pertambangan.html

Anonim,http://laporan kerja praktek.com/teknis penambangan bijih nikel.tanggal

04 January 2016, pukul 20:45

Anonim,http:// jurnal kerja praktek..com studi preparasi sampel nikel laterik, pada

18 january 2016. Pukul 19:45

Anonim,http:// jurnal penilitian.com analisis kadar nikel laterik, pada tanggl 18

Januari 2016 pukul 21:15

Elearning.gunadarma.ac.id/…/bab4_land_clearing_dan_produksi.html

http://mheea-nck.blogspot.co.id/2010/04/konsep-dasar-perencanaan-
tambang.html.

Rachmatrisejet.blogspot.co.id/2012/12/pengantar-jalan-tambang.html

Perencanaan Tambang Gelombang II

Prodjosumarto, P. (1995). Pemindahan Tanah Mekanis. Bandung : Jurusan


Teknik Pertambangan, ITB.

Anda mungkin juga menyukai