Proposal Irwan PDF
Proposal Irwan PDF
Oleh :
IRWAN
C1A2 12001
KOLAKA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat
dan karunia-Nya penyusun dapat mengerjakan dan menyelesaikan penyusunan
proposal kerja praktek dengan judul “ Studi Teknis Penambangan Bijih Nikel”
Pada PT. TEKNIK ALUM SERVICE (TAS) Kec. Bungku pesisir, Kab.
Morowali, Prov. Sulawesi Tengah.
Dalam merampungkan penulisan laporan ini, penulis banyak mendapat
hambatan namun berkat semangat dan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa, serta
dari berbagai pihak, sehingga penulisan laporan ini dapat terselesaikan. Melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Penyusun,
IRWAN
C1a212001
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………..........i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….........ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
2.5.1 Morfologi...............................................................................................7
2.5.2 Topografi................................................................................................8
BAB V PENUTUP………………………………………………………....…30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang saya angkat pada kerja praktek kali
ini adalah aktivitas penambangan (penggalian dan pemuatan) dari Front
penambangan sampai Stock file di PT. Teknik Alum Service (TAS).
2
B. Bagi Perguruan tinggi.
Dengan adanya kerja praktek seperti ini hubungan atau kerja sama
anatara perguruan tinggi dan perusahaan bisa terjaling lebih erat
lagi.kemudian Hasil kerja praktek ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan masukan bagi pihak perusahaan terutama di PT. Teknik Alum
Service (TAS).
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Pembuatan Laporan
3
BAB II
TINJAUAM UMUM
4
2.2 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Teknik Alum Service ( TAS ) di-dirikan pada tahun 2007 dan
melakukan kegiatan Eksplorasi ( kegiatan drilling / Bor ) di Desa Buleleng dan
dilanjutkan di Desa Torete sampai dengan Tahun 2009 dan kantor PT. TAS
beralamat di desa Buleleng, dan saat itu masih dipimpin oleh Agam Tirto
Buwono.
Sebelum Perusahaan PT. TAS melakukan kegiatan Penambangan Ore Nickel
(Bijih Nikel) PT. TAS melakukan sosialisasi publik pada hari senin Tanggal, 22
September 2008 yang bertempat di Desa Buleleng. Pada awal tahun 2010 PT.TAS
melakukan kegiatan penambangan Bijih Nikel di Desa Buleleng sampai dengan
tahun 2012 Bulan Oktober, dan masih dipimpin oleh Bpk. Agam Tirto Buwono.
Pada tahun 2012 Bulan November, PT. TAS kembali melakukan kegiatan di
Lokasi yang sama yaitu di Desa Buleleng dan torete dibawah Pimpinan
Bapak Syarifudin, dan hanya sampai pada Bulan Agustus 2013. Pada tahun 2013
Bulan Agustus , PT. TAS diambil alih oleh Bpk. Joseph Hong selaku pimpinan
PT. TAS sampai dengan sekarang dan kembali melakukan kegiatan penambangan
di Desa Buleleng dan Torete sampai saat ini.
2.3 Lokasi Kesampaian Daerah
Secara administratif lokasi Izin Wilayah Usaha Pertambangan Operasi
Produksi ( WIUP OP ) PT. Teknik Alum Service berada di Desa Buleleng dan
Torete Kecamatan Bungku Pesisir Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi
Tengah. Wilayah izin tersebar dalam beberapa wilayah yang terpisah, luas
totalnya adalah 1.301 Ha.
Untuk mencapai daerah kegiatan Operasi Produksi pada Lokasi penelitian
pada PT. Teknik Alum Service, ada beberapa alternative yang dapat ditempuh
dengan jalur darat yaitu, dari palu dapat ditempuh dengan menggunakan
kendaraan roda 4 menuju ke Bungku selama ± 12 jam. Dari bungku ke lokasi
dapat ditempuh sekitar + 3 jam, dan dari Kolaka ke Kendari + 4 jam kemudian
selama + 5 jam dari Kendari ke Buleleng, dengan kondisi jalan beraspal dan
jalan tanah berbatu, terutama setelah akan memasuki perbatasan antara Provinsi
Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
5
Sumber : Google Earth 2015
Gambar 2.2 Peta Kesampaian Daerah
6
2.5 Geologi Ragional Daerah Penelitian
2.5.1 Morfologi
Morfologi daerah penyelidikan yang merupakan perpaduan antara litologi,
Struktur dan proses tahapan yang berlangsung di daerah penyelidikan dapat
dibagi menjadi 2 satuan morfologi, yaitu sebagai berikut :
7
1. Satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang
Satuan morfologi ini terdapat di sisi Sebelah Utara – Selatan juga memanjang
kearah barat laut – tenggara, dominan disusun oleh litologi ultramafik pada
sebelah utara dan sedimen pada sebelah selatan, topografi perbukitan
bergelombang kuat ini mempunyai ketinggian + 600 – 800 meter dari permukaan
air laut dan kemiringan lereng curam ( 15 – 30% ) dengan bentuk lembah
cembung, kerapatan 1,1. Tekstur tanah sedang warna coklat tua – coklat muda,
proses geomorfologi berupa debris floe, debris slide, erosi lembah, tata guna lahan
hutan produktif, belukar dan perkebunan. Morfologi ini dikontrol kuat oleh
litologi dan struktur yang berkembang di daerah penyelidikan. Satuan morfologi
ini menempati + 50 % dari luas wilayah penyelidikan.
8
Sumber : PT. Teknik Alum Service
2.5.2 Topografi
Ditinjau dari peta topografi yang mencakup daerah Buleleng dan sekitarnya,
morfologi wilayah ini didominasi oleh perbukitan yang memanjang berarah relatif
Baratlaut – Tenggara dan Utara – Selatan, yang diduga merupakan lipatan-lipatan
yang dipengaruhi oleh Sesar Matano di sebelah utara dan Sesar Lasolo di bagian
selatannya. Adanya bukit-bukit soliter yang ditemukan, diperkirakan merupakan
bagian dari lipatan-lipatan yang tersesarkan. Pola pengairannya didominasi oleh
pola dendritik dan rektangular. Satuan kelerengannya terbagi atas dataran landai
di sepanjang pantai timur Sulawesi, perbukitan bergelombang lemah – kuat, serta
perbukitan tertajam kuat di sekitar patahan.
Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta
unsur-unsur lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-
lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih
dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan
umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal
ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada
daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih
banyak dari pada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang
intensif.
9
2.5.3 Litologi dan Stratigrafi
Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan umur batuan, terdapat
3 kelompok batuan (Simandjuntak, 1983), pada wilayah sulawesi yaitu :
1. Batuan Malihan Kompleks Mekongga
Batuan malihan berderajat rendah (low grade metamorphic) ini
merupakan batuan alas di lengan tenggara Sulawesi. Batuan malihan
kompleks Mekongga ini diperkirakan berumur Permo-Karbon. Dan
termasuk kepada batuan metamorf fasies epidot-amfibolit. Batuan malihan
ini terjadi karena adanya proses burial metamorphism. Batuan penyusunnya
berupa sekis mika, sekis kuarsa, sekis klorit, sekis mika-amfibol, sekis grafit
dan genes.
2. Kelompok Batuan Sedimen Mesozoikum
Di atas batuan malihan itu secara tak selaras menindih batuan
sedimen klastika, yaitu Formasi Meluhu dan sedimen karbonat Formasi
Laonti. Keduanya diperkirakan berumur Trias Akhir hingga Jura Awal.
Formasi Meluhu tersusun dari batusabak, filit dan kuarsit, setempat sisipan
batugamping hablur. Formasi Laonti terdiri atas batugamping hablur
bersisipan filit di bagian bawahnya dan setempat sisipan kalsilutit rijangan.
3. Kelompok Mollasa Sulawesi
Pada Neogen tak selaras di atas kedua mendala yang saling
bersentuhan itu, diendapkan Kelompok Molasa Sulawesi. Batuan jenis
Molasa yang tertua di daerah penelitian adalah Formasi Langkowala yang
diperkirakan berumur akhir Miosen Tengah. Formasi ini terdiri dari
batupasir konglomerat. Formasi Langkowala mempunyai Anggota
Konglomerat yang keduanya berhubungan menjemari. Di atasnya menindih
secara selaras batuan berumur Miosen Akhir hingga Pliosen yang terdiri
dari Formasi Eemoiko dan Formasi Boepinang. Formasi Eemoiko
dibentuk oleh batu gamping koral, kalkarenit, batupasir gampingan dan napal.
Formasi Boepinang terdiri atas batu lempung pasiran, napal pasiran, dan
batupasir. Secara tak selaras kedua formasi ini tertindih oleh Formasi
Alangga dan Formasi Buara yang saling menjemari. Formasi Alangga
10
0
berumur Pliosen, terbentuk oleh konglomerat dan batupasir yang belum
padat. Formasi Buara dibangun oleh terumbu koral, setempat terdapat
lensa konglomerat dan batupasir yang belum padat. Formasi ini masih
memperlihatkan hubungan yang menerus dengan pertumbuhan terumbu pada
pantai yang berumur Resen. Satuan batuan termuda yaitu endapan sungai,
rawa, dan kolovium.
2.5.4 Struktur Geologi
Struktur geologi di Sulawesi didominasi oleh arah barat laut – tenggara yang
berupa sesar mendatar sinistral dan sesar naik (Gambar 2.2).
Sesar Palu–Koro memotong Sulawesi bagian barat dan tengah, menerus ke
bagian utara hingga ke Palung Sulawesi Utara yang merupakan batas tepi benua
di Laut Sulawesi. Jalur Sesar Palu – Koro merupakan sesar mendatar sinistral
dengan pergeseran lebih dari 750 km (Tjia, 1973; Sukamto, 1975), arah gerak
sesuai dengan jalur Sesar Matano dan jalur Sesar Sorong. Sesar Sadang yang
terletak di bagian barat dan sejajar dengan Sesar Palu berada pada lengan
Selatan Sulawesi, menghasilkan lembah sungai sadang dan sungai masupu yang
sistemnya dikontrol oleh sesar mendatar (Hamilton, 1997).
11
2.5.5 Mineralogi Endapan
Secara horisontal penyebaran Ni tergantung dari arah aliran air tanah yang
sangat dipengaruhi oleh bentuk kemiringan lereng (topografi). Air tanah bergerak
dari daerah-daerah yang mempunyai tingkat ketinggian ke arah lereng, yang mana
sebagian besar dari air tanah pembawa Ni, Mg dan Si yang mengalir ke zona
tempat fluktuasi air tanah berlangsung. Pada tempat-tempat yang banyak
mengandung rekahan-rekahan Ni akan terjebak dan terakumulasi di tempat-
tempat yang dalam sesuai dengan rekahan-rekahan yang ada, sedangkan pada
lereng dengan kemiringan landai sampai sedang adalah merupakan tempat
pengayaan nikel. Umumnya penjelasan mengenai profil endapan nikel laterit yang
ideal ( Nusantara, 2002 ) dibagi menjadi 4 zona yaitu:
a. Zona Overburden
Sona ini merupakan top soil mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar
nikel yang rendah ( kurang dari 1% ). Zona ini tersusun oleh humus dan limonit.
Mineral penyusunnya adalah goethit, hematit, dan mangan yang mengindikasikan
daerah yang sudah lama tersingkap.
b. Zona Limonit
Sona ini merupakan lapisan kaya besi dari limonit soil yang menyelimuti
seluruh area dengan kadar nikel antara 1% – 2%. Pada zona ini mulai terdapat
pengkayaan mineral ekonomis berupa kromit dan kobalt. Limonit dibedakan
menjadi dua, yaitu red limonite (hematit) dan yellow limonite (goethit). Lapisan
ini memiliki ukuran butir halus (fine grained), berwarna merah-coklat atau
kuning, agak lunak, berkadar air antara 30 % – 40 %, lapisan kaya besi dari tanah
limonit menyelimuti seluruh daerah dengan ketebalan rata-rata 3 – 7 meter.
Lapisan ini tipis pada lereng yang terjal, dan dapat hilang karena erosi. Sebagian
dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite.
c. Zona Saprolit
Sona ini merupakan hasil pelapukan batuan peridotit, berwarna kuning
kecoklatan agak kemerahan, terletak di bagian bawah dari lapisan limonit, dengan
kadar nikel yang lebih tinggi (lebih dari 2%) dan ketebalan rata-rata 7 meter.
12
Campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonit, saprolitic rims, vein dari
endapan garnierit, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat
silica boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonit ke bedrock.
Terkadang terdapat mineral kuarsa yang mengisi rekahan, serta mineral-mineral
primer yang terlapukan membentuk klorit. Garnierit di lapangan biasanya
diidentifikasikan sebagai colloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous
serpentine. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. Lapisan ini terdapat
bersama batuan yang keras atau rapuh dan sebagian saprolit. Lapisan ini
merupakan lapisan yang bernilai ekonomis untuk ditambang sebagai bijih.
d. Sona Bedrock (Batuan Dasar)
Sona ini merupakan bagian terbawah dari profil laterit dengan kadar nikel
yang rendah (kurang dari 1%) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral
ekonomis untuk ditambang. Lapisan ini terdiri atas batuan peridotit yang tidak
atau belum mengalami pelapukan. Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang-kadang
membuka, terisi oleh mineral garnierit dan silika.
13
BAB III
LANDASAN TEORI
14
A. Metode Penambangan
Dalam penambangan mineral atau endapan bijih dengan metode tambang
terbuka dapat dilakukan dengan cara, yaitu :
1. Open Pit
Gambar 3.1
15
Cara inkonvensial atau cara pengangkutan hasil galian / peledakan ke
tempat dumping dengan mengunakan cara kombinasi alat – alat angkut.
Misalkan dari permukaan / medan kerja (front) ke tempat crusher
digunakan truck dan selanjutnya melalui ore pass ke loading point dari
sini diangkut ke ore bin dengan mengunakan belt conveyer, dan akhirnya
diangkut keluar tambang dengan cage.
2. Open Cut
Gambar 3.2
Cara pengangkutan endapan bijih atau mineral pada metode ini sama
dengan pengangkutan yang dilakukan pada metode open pit.
16
Faktor-faktor dalam pemilihan sistem penambangan yaitu :
17
b. Perintisan
Perintisan merupakan pekerjaan lanjutan dari pekerjaan
pembabatan dan pembersihan yang kegiatannya meliputi : Meratakan /
membuat jalan darurat untuk lewarnya alat-alat mekanis, membuat saluran
air untuk mengeringkan tempat kerja bila hal itu diperlukan. Dalam
pekerjaan ini yang harus selalu diperhatikan ialah mempergunakan
keuntungan dari gaya berat. Jadi kalau misalnya harus melakukan
penimbunaan, maka harus diambil tanah dari sebelah atas.
c. Stripping ( pengupasan tanah penutup )
Pengupasan tanah penutup dilakukan dengan suatu perencanaan
berdasarkan letak pembuangan atau penimbunan sementara “overburden”
agar selanjutnya mudah dikembalikan setelah proses penambangan
berakhir untuk dimamfaatkan kembali pada tahap rehabilitasi lahan
(reklamasi) dan tata guna tanah dengan tujuan mencegah timbulnya
dampak negatif dari aktivitas penambangan. Pekerjaan ini biasanya
dilakukan bersama-sama dengan kegiatan clearing menggunakan alat
bulldozer. Pekerjaan ini dimulai dari tempat yang tinggi (puncak bukit)
dan kemudian tanah penutup didorong kebawah kearah tempat yang lebih
rendah sehingga alat dapat bekerja dengan bantuan gaya gravitasi bumi.
PD = LD × FS x 60
CD
Keterangan :
18
3.2.2. Kegiatan Penambangan
1. Penggalian/pembongkaran
Gambar 3.3
19
Karena perbedaan kekuatan dari material yang akan digali, dilakukan
penggolongan :
I. Soft atau Easy digging : tanah penutup (top soil), pasir, sandy clay dan
lain-lain
II. Medium hard digging : lempung, batuan lapuk
III. Very hard digging atau rock: diperlukan peledakan sebelum
penggalian
Adapun lapisan tanah penutup yang akan dikupas antara lain, yaitu :
1. Top soil,
2. Ovenburden
Top soil adalah lapisan tanah paling atas (pucuk atau humus) adalah
bagian atas tanah (humus) dengan ketebalan 1 – 1.5 m dari permukaan yang
mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetasi dan
overburden adalah lapisan tanah penutup ( lapisan yg menutupi bahan galian ).
20
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pengupasan Lapisan Tanah
Penutup.
A. Material
Setiap macam tanah atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik
dan kimia yang berbeda-beda. Pada dasarnya pemindahan tanah itu merupakan
suatu pekerjaan untuk meratakan tanah atau penggalian suatu lahan. Beberapa
jenis tanah dianggap mudah untuk dimuat, jenis tanah yang dapat langsung
digusur dalam kondisi aslinya.
Tanah atau batuan yang keras akan lebih sukar dikoyak (ripped) digali
(dug) atau dikupas (stripped). Hal ini tentu akan menurunkan produksi alat
mekanis yang digunakan.
Nilai kekerasan tanah atau batuan biasanya diukur dengan alat “Ripper
Mater“ atau “ Seismic Test“ dan satuannya adalah meter per detik, yaitu sesuai
dengan satuan untuk kecepatan gelombang seismik pada batuan. Tanah yang
banyak mengandung humus harus dipisahkan, sehingga dikemudian hari dapat
untuk menutupi tempat penimbunan ( reklamasi ).
2. Pemuatan/Loading
Pemuatan adalah merupakan rangkaian kegiatan atau pekerjaan yang
dilakukan untuk memuat bijih nikel hasil penggalian kedalam alat angkut.
Kegiatan pemuatan ini dilakukan dengan alat gali yaitu excavator dan
backhoe. Disamping itu banyak pula di gunakan wheel loader sebagai alat
muat dengan berbagai kapasitas mangkok. ore yang dimuat adalah ore yang
21
telah ditumpuk oleh alat gali dekat front penambangan dan telah diuji
kadarnya dan dianggap layak untuk diangkut (selectiv mining). ore dimuat ke
alat angkut (dump truck) untuk dibawa ke tempat penimbunan (stock yard).
Kemampuan produksi alat muat dapat dihitunng dengan menggunakan rumus
:
Gambar 3.4
Pemuatan Ore / Loading Ore
C. Waktu Edar (Cycle time)
Waktu edar alat muat, misalnya power shovel, exacavator dan lainnya,
a. Menggali
b. Swing isi
c. menumpah
d. Swing kosong
22
Waktu edar (Cycle time) terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap (fixed
time) dan waktu variabel (variabel time). jadi yang termasuk waktu edar total
adalah penjumlahan waktu tetap dan waktu variabel.
60 (menit)
Dimana :
Bt (satuan detik) = Bucket time. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk
mengisi bucket.
Stf (satuan detik) = Swing time full. Waktu yang dibutuhkan alat muat
untuk swing atau berputar sebelum pemuatan (kondisi bucket penuh
muatan).
Lt (satuan detik) = Loading time. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk
mengisi muatan.
SteSte (satuan detik) = Swing time empty. Waktu yang dibutuhkan alat
muat untuk swing sebelum mengambil material (kondisi bucket kosong)
23
Angka 60 dari persamaan diatas adalah untuk mengubah 1 cycle time alat
dari satuan detik menjadi menit. 1 menit sama dengan 60 detik
D. Kapasitas Produksi Alat
24
Perhitungan produktifitas gilir kerja1 tergantung pada jumlah ton per satu siklus
shovel, waktu per siklus untuk shovel, ukuran truk dan waktu spotting. Sehingga
dengan besar produksi alat muat dapat di hitung persamaan sebagai berikut :
P = Kb x Ef x Sf x Ff x 60 menit/jam
Ct
25
Gambar 3.6 Dump Truck
Alat angkut yang di gunakan adalah Dump Truk turbo 930E dalam
menghitung alat angkut di gunakan rumus sebagai berikut :
P = n x ( Kb x Sf x Eff ) x 60 Menit/jam
Ct
Dimana : P : produksi alat, ton/ jam
Eff : efisiensi kerja,%
Sf : factor berai (swell factor) %
Kb : kapasitas alat, ton
Ct : waktu edar, jam
26
BAB IV
2. Studi Literatur
Tahap studi literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber
informasi yang berasal dari referensi-referensi yang ada maupun data
perusahaan yang berkaitan dengan tujuan kerja praktek. Studi literatur ini
dilakukan sebelum dan selama kerja praktek ini berlangsung.
27
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan data gambaran/foto mengenai lokasi
lapangan, tanaman, kegiatan dan lain lain.
28
4.4 Bagan alir kerja praktek PT. TEKNIK ALUM SERVICE (TAS)
MULAI
PENGUMPULAN
STUDI LITERATUR LITERATUR DAN
REFERENSI DARI
BUKU DAN INTERNET
OBSERVASI LAPANGAN
PENGAMBILAN DATA
Mengimput data
penggalian sampai
PENGOLAHAN DATA pemuatan dari front
penambangan sampai
stock file
PENYUSUNAN LAPORAN
29
PENUTUP
olehnya Besar harapan saya agar kiranya proposal ini disambut dengan senang
hati dan kesempatan yang diberikan oleh pihak perusahaan tentunya akan
PEMOHON
IRWAN
C1A2 12001
30
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,http://bosstambang.com/53/Eksploitasi/tahapan-kegiatan eksploitasi.html
Anonim,http://ilmugeologitambang.com/tahapan-kegiatan-tambang-atau-
pertambangan.html
Anonim,http:// jurnal kerja praktek..com studi preparasi sampel nikel laterik, pada
Elearning.gunadarma.ac.id/…/bab4_land_clearing_dan_produksi.html
http://mheea-nck.blogspot.co.id/2010/04/konsep-dasar-perencanaan-
tambang.html.
Rachmatrisejet.blogspot.co.id/2012/12/pengantar-jalan-tambang.html