Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk
di daerah tropis dan subtropics. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
betina. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh plasmodium falciparum ( P.
Falciparum). Plasmodium vivax ( P. Vivax), plasmodium ovale (P. Ovale), plasmodium
Malariae ( P. Malariae) dan Palsmodium Knowlesi ( P. Knowlesi ). Parasit yang terakhir
disebutkan ini belum banyak dilaporkan di Indonesia (Kemenkes, 2012).
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh
dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60° Lintang Utara dan 40°
Lintang Selatan (Yatim, 2007).
Malaria hampir ditemukan di seluruh bagian dunia, terutama di negara-negara yang
beriklim tropis dan sub tropis dan penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah
sekitar 2,5 milyar orang atau 41% dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun kasusnya
berjumlah 300-500 juta kasus dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di
negara-negara benua Afrika (Prabowo,2007). Tinjauan situasi di Indonesia tahun 1997 s/d
2001 penyakit malaria ditemukan tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia dengan
jumlah kesakitan sekitar 70 juta orang atau 35 % penduduk Indonesia yang tinggal di
daerah resiko malaria (Depkes RI, 2008).
Malaria masih merupakan penyakit infeksi yang menjadi perhatian WHO. Sebagian
besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik infeksi malaria, yaitu
Indonesia bagian Timur seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan
dan bahkan beberapa daerah seperti Lampung, Bengkulu, Riau, daerah di Jawa dan Bali,
walaupun endemitas sudah sangat rendah, masih sering dijumpai kasus malaria
(Harijanto, 2011).
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena mempengaruhi
tingginya angka kesakitan dan kematian. Sampai saat ini malaria ditemukan tertular luas
di Indonesia dan bahkan 2 dapat timbul secara tiba tiba di suatu daerah yang telah
dinyatakan bebas malaria. Lebih dari 15 juta penderita malaria klinis di Indonesia dengan
30.000 kematian dilaporkan melalui unit pelayanan kesehatan di Indonesia setiap tahun
(SKRT, 1995) Kelompok resiko tinggi yang rawan terinfeksi malaria adalah balita, anak,
ibu hamil dan ibu menyusui. Malaria selain mempengaruhi angka kematian dan kesakitan
balita, anak, wanita hamil dan ibu menyusui juga menurunkan produktifitas penduduk.
Kelompok resiko tinggi yang lain adalah penduduk yang mengunjungi daerah endemik
malaria seperti para pengungsi, transmigrasi dan wisatawan (Harijanto, 2011).
Malaria dapat menyebabkan kekurangan darah karena sel-sel darah banyak yang
hancur dirusak atau dimakan oleh plasmodium. Malaria juga menyebabkan splenomegali
yaitu pembesaran limpa yang merupakan gejala khas malaria klinik. Limpa merupakan
organ penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria. Limpa akan teraba
setelah 3 hari dari serangan infeksi akut dimana akan terjadi bengkak, nyeri, hiperemis.
Pembesaran terjadi akibat timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah,
yang bisa menyebabkan perdarahan berat akibat pecahnya kelenjar limpa(Depkes, 2007 ).

1.2 Permasalahan

Tingginya kasus malaria di daerah Hanura , Kecamatan Teluk Pnadan, Dusun


Sukajaya , Lempasing, Provinsi Lampung

1.3 Tujuan

1 Untuk mengetahui penyebab tingginya kasus alaria di Dusun


Sukajaya,Lempasing,Lampung Selatan
2 Untuk mengetahui tentang nyamuk Anopheles sp
3 Untuk mengetahui ciri-ciri nyamuk Anopheles sp

1.4 Manfaat

Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang menjadi penyebab utama


tingginya kasus Malaria di daerah Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Dusun
Sukajaya , Lempasing, Provinsi Lampung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Malaria

Malaria adalah penyakit yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi
parasit. Infeksi malaria bisa terjadi hanya dengan satu gigitan nyamuk. Jika tidak ditangani
dengan benar, penyakit ini bisa menyebabkan kematian.

Malaria jarang sekali menular secara langusng dari satu orang ke orang lainnya. Penyakit ini
bisa menular jika terjadi kontak langsung dengan darah penderita. Janin di dalam kandungan
juga bisa terinfeksi malaria karena tertular dari darah sang ibu.

2.2 Etiologi Malaria

Etiologi malaria melibatkan 5 spesies plasmodium, disebarkan oleh vektor nyamuk


dari kebanyakan host manusia.  

Agen

Plasmodium penyebab malaria terdiri dari 5 spesies berikut:

1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium ovale
4. Plasmodium malariae
5. Plasmodium knowlesi: parasit malaria pada monyet yang telah dilaporkan mampu
menginfeksi manusia dan menyebabkan kematian di Asia Tenggara

Vektor

Terdapat sekitar 430 Anopheles sp tetapi hanya 30-40 spesies merupakan vektor
penularan malaria. Nyamuk-nyamuk malaria tersebut menggigit sejak waktu matahari
terbenam hingga waktu matahari terbit. Hanya nyamuk malaria betina yang mampu
menularkan penyakit ini pada manusia. Nyamuk yang paling sering menggigit manusia,
secara berurutan adalah spesies Anopheles sundaicus, Anopheles gambiae, Anopheles
freeborni, Anopheles dirus.[7-9]

Inang (Host)

Host malaria adalah terutama manusia tetapi hewan peliharaan dan ternak seperti
babi, sapi, dan anjing juga dapat menjadi host malaria. Plasmodium knowlesi memiliki host
spesifik monyet dan di Indonesia terdapat di Kalimantan. Walau demikian, terdapat
penyebaran dari monyet ke manusia sehingga menyebabkan kematian.[10-12]
2.3 Klasifikasi dan Siklus Hidup Nyamuk Anopheles

a. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:


Kingdom   : Animalia
Filum        : Arthropoda
Kelas        : Insecta
Ordo         : Diptera
Famili        : Culicidae
Sub famili  : Anophelini
Genus       : Anopheles
Spesies     : Anopheles sp.

b. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles


Seperti nyamuk lainya seperti Aedes, Culex, dan Mansonia. Siklus hidup
nyamuk Anopheles sp  terdiri dari empat tahap yaitu: telur, larva, pupa, dan dewasa
berlangsung selama 7-14 hari. Tiga tahap pertama adalah dalam lingkungan air
(aquatic) dan selanjutnya yaitu stadium dewasa berada dalam lingkungan daratan
(terrestrial) . Tahap dewasa adalah ketika nyamuk Anopheles betina bertindak sebagai
vektor malaria. Nyamuk betina dewasa dapat hidup sampai satu bulan (atau lebih di
penangkaran) tapi kemungkinan besar tidak hidup lebih dari 1-2 minggu di alam
bebas. 

Stadium Telur

Nyamuk Anopheles sp  betina dewasa biasanya  meletakkan telurnya


berjumlah  50-200 butir.  Telur ini berwarna putih  saat pertama kali diletakkan dalam
air, kemudian akan menjadi gelap dalam satu atau dua jam berikutnya  Bentuk telur
Anophles sp bundar lonjong dengan kedua ujungnya runcing. Telur diletakkan satu
persatu di dalam air atau bergerombol tetapi saling lepas. Telur Anopheles sp tidak
tahan  dalam kondisi kering dan akan  menetas dalam kisaran waktu 2-3 hari, tetapi
untuk daerah beriklim dingin telur Anopheles sp  menetas  bisa memakan waktu
hingga 2-3 minggu.
Gambar Telur Anopheles sp

Gambar Posisi Telur Anopheles sp

Stadium Larva
Pada bagian  mulut  terdapat bagian yang menyerupai sikat  dan digunakan
untuk makan,  Bagian  thorax  berukuran besar dan perut tersegmentasi. Larva
Anopheles sp tidak memiliki kaki. Larva Anopheles sp  tidak memiliki siphon
pernapasan,karena hal  inilah maka saat istirahat posisi tubuh larva Anopheles
sp  sejajar dengan permukaan air. Larva Anopheles sp bernapas melalui spirakel yang
terletak dibagian segmen perut ke- 8. Pertumbuhan larva dipengaruhi faktor suhu,
nutrien, ada tidaknya binatang predator.
Larva Anopheles sp  mencari makanan di permukaan air. Makanan larva
Anopheles sp berupa ganggang, bakteri, dan mikroorganisme lain yang berada
dipermukaan air. Larva Anopheles sp akan menyelam ke bawah permukaan  air  jika 
ada gangguan. Larva berkembang melalui 4 tahapan (instar) setelah itu larva akan
mengalami metamorfosis menjadi kepompong (pupa).
Gambar Larva Anopheles sp

                                       Gambar Posisi Larva Anopheles sp Saat Istirahat

Stadium Pupa
Pupa  adalah stadium terakhir di lingkungan air.  Stadium pupa  tidak
memerlukan makanan. Pada stadium pupa ini terjadi proses pembentukan alat-alat
tubuh nyamuk yaitu alat kelamin, sayap serta kaki .Stadium pupa pada nyamuk jantan
antara 1 sampai 2 jam lebih singkat dari pupa nyamuk Anopheles betina, Stadium
pupa  memerlukan  2  sampai 4 hari

Gambar Larva dan Pupa Anopheles sp


Stadium Dewasa
Nyamuk dewasa muncul dari lingkungan air (aquatic)  ke lingkungan daratan
(terrestrial) setelah menyelesaikan siklus hidupnya .  Pada tahap dewasa nyamuk
Anopheles betina bertindak sebagai vektor malaria. Betina dewasa dapat hidup
sampai satu bulan (atau lebih jika hidup dalam penangkaran) tetapi tidak  lebih dari 1-
2 minggu jjika hidup di alam.

Morfologi Nyamuk Anophles sp Dewasa


Nyamuk Anopheles sp mempunyai ukuran tubuh yang kecil yaitu 4-13 mm
dan bersifat rapuh. Tubuhnya terdiri dari kepala, dada (toraks)  serta perut (abdomen)
yang ujungnya meruncing. Bagian kepala mempunyai ukuran relatif lebih kecil
dibandingkan dengan ukuran pada bagian dada (toraks) dan perut (abdomen). Pada
bagian kepala ada sepasang antena berada dekat mata sebelah depan, Antena ini
terdiri dari beberapa ruas berjumlah 14-15 ruas Antena pada nyamuk jantan
mempunyai rambut  yang lebih panjang dan lebat (tipe plumose) dibandingkan
nyamuk betina yang lebih pendek dan jarang.

Bagian mulut memanjang ke depan membentuk probosis Pada Anopheles sp


betina struktur bagian mulut  dapat berkembang dengan baik sehingga membantu
untuk mengisap darah dan melukai kulit hospesnya. Sehingga hanya nyamuk betina
saja yang mengisap darah dan berperan langsung dalam penyebaran penyakit malaria.
Pada nyamuk jantan  probosis hanya berfungsi untuk mengisap bahan-bahan cair
seperti cairan dari tumbuh-tumbuhan. buah-buahan serta keringat. 

Gambar Nyamuk Anopheles Dewasa

2.4 Patofisiologi Malaria


Infeksi malaria berkembang melalui dua tahap: satu yang melibatkan hati (fase
eksoeritrositik), dan satu yang melibatkan sel-sel darah merah, atau eritrosit (fase
eritrositik). Ketika nyamuk yang terinfeksi menembus kulit seseorang untuk mengambil
makan darah, sporozoit dalam air liur nyamuk memasuki aliran darah dan bermigrasi ke
hati di mana mereka menginfeksi hepatosit, bereproduksi secara aseksual dan tanpa gejala
untuk jangka waktu 8-30 hari. Setelah masa dorman potensial dalam hati, organisme ini
berdiferensiasi untuk menghasilkan ribuan merozoit, yang, setelah pecahnya sel inang
mereka, melarikan diri ke dalam darah dan menginfeksi sel-sel darah merah untuk
memulai tahap eritrositik dari siklus hidup. Parasit lolos dari hati tidak terdeteksi dengan
membungkus dirinya dalam membran sel dari sel inang hati yang terinfeksi.

Dalam sel darah merah, parasit berkembang biak lebih lanjut, secara aseksual lagi,
secara berkala keluar dari sel inang mereka untuk menyerang sel-sel darah merah segar.
Beberapa siklus amplifikasi tersebut terjadi. Dengan demikian, deskripsi klasik
gelombang demam timbul dari gelombang simultan merozoit melarikan diri dan
menginfeksi sel-sel darah merah.

Beberapa sporozoit P. vivax tidak segera berkembang menjadi merozoit fase-


eksoeritrositik, melainkan menghasilkan hipnozoit yang dorman untuk periode mulai dari
beberapa bulan (7-10 bulan khas) sampai beberapa tahun. Setelah masa dormansi, mereka
aktif kembali dan menghasilkan merozoit. Hipnozoit bertanggung jawab untuk inkubasi
yang panjang dan relapse akhir infeksi P. vivax, meskipun keberadaannya di P. ovale
tidak pasti. Parasit ini relatif terlindungi dari serangan sistem kekebalan tubuh karena
pada sebagian besar siklus hidup manusia parasit itu berada di dalam sel-sel hati dan
darah dan relatif tidak terlihat bagi surveilans kekebalan tubuh. Namun, sel darah yang
beredar yang terinfeksi hancur di limpa. Untuk menghindari nasib ini, parasit P.
falciparum menampilkan protein perekat pada permukaan sel-sel darah yang terinfeksi,
menyebabkan sel-sel darah menempel pada dinding pembuluh darah kecil, sehingga
parasit tidak melalui sirkulasi umum dan limpa. Penyumbatan mikrovaskulatur
menyebabkan gejala seperti malaria plasenta. Sel darah merah bisa menembus
penghalang darah-otak dan menyebabkan malaria serebral.

2.5 Manifestasi Klinik Malaria

Manifestasi klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya serangan demam yang
yang intermiten, anemia sekunder dan spenomegali. Penyakit ini cenderung untuk beralih
dari keadaan akut ke keadaan menahun. Selama stadium akut terdapat masa demam yang
intermiten. Selama stadium menahun berikutnya, terdapat masa laten yang diselingi oleh
relaps beberapa kali. Relaps ini sangat mirip dengan serangan pertama.

Masa tunas dapat berbeda–beda, antara 9 sampai 40 hari, dan ini menggambarkan
waktu antara gigitan nyamuk yang mengandung sporozoit dan permulaan gejala klinis.
Selain itu, masa tunas infeksi P. vivax dapat lebih panjang dari 6 sampai 12 bulan atau
lebih. Infeksi P. malariae dan P. ovale sampai bertahun – tahun. Karena itu di daerah
beriklim dingin infeksi P. vivax yang didapati pada musim panas atau musim gugur,
mungkin tidak menimbulkan penyakit akut sampai musim semi berikutnya. Malaria klinis
dapat terjadi berbulan – bulan setelah obat – obatan supresif dihentikan. Serangan
pertama pada malaria akut terdiri atas beberapa serangan dalam waktu 2 minggu atau
lebih yang diikuti oleh masa laten yang panjang, dan diselingi oleh relaps pada malaria
menahun. Serangan demam ini berhubungan dengan penghancuran sel darah merah yang
progresif, badan menjadi lemah , dan limpa membesar. Tipe jinak biasanya disebabkan
oleh P. vivax, P. malariae atau P. ovale. Tipe ganas terutama disebabkan oleh P.
falcifarum.

Dalam periode prodromal yang berlangsung satu minggu atau lebih, yaitu bila jumlah
parasit di dalam darah sedang bertambah selama permulaan siklus aseksual, tidak tampak
manifestasi klinis yang dapat menentukan diagnosis. Gejala dapat berupa perasaan lemas,
tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi. Demam tiap hari atau tidak teratur,
mungkin sudah ada. Di daerah non-endemi diagnosis pertama seringkali ialah influenza.
Serangan permulaan atau pertama sangat khas oleh karena adanya serangan demam
intermiten yang berulang – ulang pada waktu berlainan : 48 jam untuk P. vivax, P. ovale,
P falcifarum dan 72 jam untuk P. malariae. Waktu yang sebenarnya pada berbagai strain
P. vivax berbeda – beda dari 43,6 jam sampai 45,1 jam. Serangan mulai dengan stadium
dingin atau rigor yang berlangsung selama kurang lebih satu jam. Pada waktu itu
penderita menggigil, walaupun suhu badannya lebih tinggi dari normal. Kemudian
menyusul stadium panas yang berlangsung lebih lama dan kulit penderita manjadi kering
serta panas, muka menjadi merah, suhu mencapai 39oC – 41oC, nadi cepat dan penuh,
kepala pusing, mual, kadang – kadang muntah, dan pada anak kecil timbul kejang –
kejang. Kemudian penderita berkeringat banyak, suhu badan turun, sakit kepala hilang,
dan dalam waktu beberapa jam penderita menjadi lelah. Serangan demam biasanya
berlangsung 8 sampai 12 jam, dan pada infeksi P. falcifarum berlangsung lebih lama.
Serangan ini sering dianggap disebabkan oleh hemolisis sel darah merah atau
disebabkan oleh syok karena adanya hemoglobin bebas atau adanya hasil metabolisme.
Virulensi sering berhubungan dengan intensitas parasitemia.

Periodisitas serangan berhubungan dengan berakhirnya skizogoni, bilamana skizon


matang kemudian pecah, merozoit bersama dengan pigmen dan benda residu keluar dari
sel darah merah memasuki aliran darah. Ini sebenarnya merupakan suatu infeksi protein
asing. Pada infeksi akut terdapat leukositosis sedang dangan granulositosis, tetapi dengan
turunnya suhu badan maka timbul leukopenia dengan monositosis relatif dan limfositosis.
Jumlah sel darah putih sebesar 3000 sampai 45.000 pernah dilaporkan. Pada permulaan
infeksi dapat terjadi trombositopenia jelas, tetapi hal ini bersifat sementara.

Hanya pada beberapa penderita malaria tampak ada ikterus; hemoglobinuria hanya
tampak bila kadar hemoglobin dalam plasma melampaui ambang ginjal. Pembesaran
limpa akut terdapat pada kurang lebih seperempat jumlah penderita dengan malaria akut.
Nyeri di kuadran kiri atas dan epigastrium mungkin disebabkan oleh meregangnya simpai
limpa, atau infark kecil yang pecah, atau perdarahan dibawah simpai. Fungsi ginjal
biasanya tidak terganggu pada penderita malaria biasa. Sebaliknya nefritis dengan
oliguria, albuminuria hebat, torak noktah, sembab pada seluruh tubuh, protein darah
berkurang, hipertensi sedang, hematuria yang dapat dilihat dengan mata biasa atau
dengan mikroskop dapat terjadi dan dapat menyulitkan diagnosis malaria. Albumin
terdapat pada dalam urin pada kurang lebih 2 persen penderita malaria akut. Kelainan
pada mata yang hebat jarang ditemukan pada infeksi malaria, tetapi pada serangan akut
komplikasi yang sering terjadi ialah sakit kepala dan sakit di sekitar mata, keratitis
dendritika atau herpetika dengan gangguan berupa fotofobia dan lakrimasi.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Tetes darah tebal/tipis ditemukan parasit malaria dalam eritrosit.
2. Pemeriksaanzserologis
3. Titer 1 : 64 pada indirect immunofluroscence
b. Pemeriksaan khusus
1. PCR (polymerase chain reaction)
2. ELISA (Enzyme Linked Immonosorben Assay)
3. Radiommunoassay (RIA)
c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat
1. Hb dan Ht
2. hitung jumlah lekosit dan trombosit
3. Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas darah
d. EKG
e. Foto toraks
f. Analisa cairan cerebrospinal.
g. Biakan darah dan uji serologi
h. Urinalisis
i. Darahzrutin
BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP


Kerangka Konsep

Lingkungan Fisik rumah

1. Keadaan langit-langit rumah


yang kurang baik
2. Keadaan dinding rumah
yang kurang baik

Lingkungan biologi sekitar


rumah

1. Keberadaan semak-semak Keberadaan vector malaria


disekitar rumah
2. Keberadaan kolam
3. Keberadaan selokan yang
kurang representatif

Host

1. Tingkat pendidikan
2. Status gizi Infeksi parasite/plasmodium
3. Riwayat tinggal di daerah
pada host
endemis malaria

Agent

1. Kebiasaan berada diluar


Kejadian malaria
rumah pada malam hari
2. Kebiasaan penggunaan
kelambu
3. Kebiasaan penggunaan obat
anti nyamuk
BAB III
METODE PEMERIKSAAN

3.1 Waktu dan tempat praktikum

No Hari/tanggal Waktu Tempat Praktikum


1 2 November 2018 18.00-00.00 daerah Hanura, Kecamatan Teluk
Pandan, Dusun Sukajaya ,
Lempasing, Provinsi Lampung
2 3 November 2018 00.00-06.00 daerah Hanura, Kecamatan Teluk
Pandan, Dusun Sukajaya ,
Lempasing, Provinsi Lampung

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi : Seluruh penduduk di desa Sukajaya Lempasing

sampel : 4 Orang

3.1. Bahan
a. Bahan
1. Aspirator
2. Kain Kasa
3. Gelas cup
4. Kapas
5. Gunting
6. Larutan
7. Stampel
8. Larutan Cholorofom
3.3 Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan data dari daerah Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Dusun
Sukajaya , Lempasing, Provinsi Lampung dengan cara tanya jawab , sesuai dengan
kuesioner yang sudah ada
2. Metode Pengumpulan data untuk Nyamuk dari daerah Hanura, Kecamatan Teluk
Pandan, Dusun Sukajaya , Lempasing, Provinsi Lampung
3.4 Cara penangkapan nyamuk
a. Cara penangkapan nyamuk dewasa dengan umpan orang/badan
penangkapan umpan orang adalah untuk mengetahui jenis nyamuk apa saja yang
kontak dengan orang (mau menggigit orang). Penangkapan nyamuk dewasa dengan
umpan orang/badan untuk mengetahui genus/jenis (species) nyamuk/vector yang
kontak/berhubungan dengan manusia di lokasi tersebut. Mengerti dan mengetahui
cara penghitungan tolak ukur kepadatan nyamuk yang kontak dengan orang. Cara
penangkapan sebagai berikut:
1. Kegiatan menangkap nyamuk dilakukan didalam dan di luar rumah,tinggal.
2. Untuk penangkapan di dalam rumah, dipilih rumah yang berdekatan dengan
tempat perindukan
3. Untuk penangkapan didalam rumah sebaiknya ruangan yang dipakai untuk
penangkapan adalah ruang tidur/ruang keluarga.
4. Untuk penangkapan diluar rumah, dipilih lokasi dimana penduduk biasanya
duduk duduk pada sore dan malam hari.
5. Penangkapan duduk dengan baik, menggulung celana hingga lutut dan tidak
merokok selama melakukan kegiatan penangkapan
6. Nyamuk nyamuk yang menggigit betis kaki ditangkap dengan menggunakan
aspirator atau tabung reaksi (test tube), sesuai dengan syarat syarat cara
penangkapan nyamuk dengan aspirator.

b. Pengumpulan nyamuk dalam gelas kertas


1. Nyamuk nyamuk yang ditangkap dimasukkan kedalam gelas kertas
2. Gelas kertas di tutup kain kasa, di beri lubang yang di sumbat dengan kapas
3. Aspirator atau tabung reaksi (test tube) dimasukkan melalui lubang, kemudian
nyamuk ditutup (bila penangkapan memakai aspirator), sesuai cara cara
penangkapan dengan aspirator.
4. Isi dari label antara lain umpan badan dalam atau luar rumah, tanggal dan jam
penangkapan, label yang telah dituliskan direkatkan pada gelas kertas sesuai
dengan jam dan nyamuk yang ditangkap.

c. Cara penangkapan nyamuk di dinding ( malam )


Penangkapan nyamuk dewasa di dinding untuk mengetahui species
nyamuk/vector yang istirahat di dinding (kontak dengan dinding). Dengan
menggunakan species vector pada dinding dapat diketahui bahwa vector itu dapat
berhubungan dengan insektisida yang digunakan dalam pemberantasan vector. Dapat
mengetahui bahwa nyamuk/vector setelah atau sebelum menggigit hinggap di
dinding

d. Cara menangkap nyamuk dewasa di dinding


1. Dengan menggunakan aspirator dan lampu senter. Penangkapan mencari nyamuk
yang hinggap di dinding, pakaian pakaian yang tergantung di kelambu, dan lain
lain dengan menerangi yang dituju
2. Nyamuk yang ditangkap dikumpulkan kedalam gelas kertas sesuai dengan
petunjuk cara penangkapan nyamuk dengan aspirator.

e. Cara penangkapan nyamuk di sekitar kandang


Penangkapan nyamuk dewasa di sekitar kandang untuk mengetahui fauna
anopheles yang ada di desa bersangkutan. Seandainya pada penangkapan umpan
orang atau dinding tidak ditemukan, sedangkan di sekitar kandang ditemukan adanya
vektor, maka penangkapan di sekitar kandang bermakna untuk mensensus anopheles
yang ada di desa tersebut. Cara menangkap nyamak dewasa di sekitar kandang
sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan aspirator dan lampu senter
2. Penangkap mencari nyamuk yang hinggap di sekitar kandang, bukan di badan
ternak
3. Nyamuk yang di tangkap di masukan ke dalam gelas kertas, sesaui dengan
petunjuk cara-cara penangkapan nyamuk dengan aspirator

f. Cara penangkapan nyamuk di dinding pagi hari


1. Tujuan
a. Untuk mengetahui perilaku istirahat nyamuk di dalam rumah selama
menyelesaikan daur gonotropiknya. Data dapat digunakan sebagai dasar dalam
pemberantasan vektor dengan cara residu (indicator residual spyring)
2. Cara penangkapan nyamuk istirahat pagi hari
a. Penangkapan nyamuk, mencarian nyamuk di dalam rumah pada pagi hari
b. Pencarian dilakukan pada dinding di seluruh bagian dalam rumah
c. Jumlah rumah yang di priksa minimum sebanyak 20 rumah
d. Nyamuk yang tertangkap kemudian diidentifikasi dan di priksa kondisi
perutnya
e. Cara penangkapan seperti cara penangkapan nyamuk di dinding

g. Cara penangkapan nyamuk pagi hari di alam (luar rumah)

1. Tujuan
Untuk mengetahui perilaku istirahat nyamuk di alam (di luar rumah) selama
mnyelsesaikan daur gontropiknya

2. Cara penangkapan nyamuk pagi hari di alam


a. Penangkapan di lakukan di semak-semak , batang pisang sebelah bawah,
tumpukan kayu kering atau atap rumbia, di bawah pohon-pohon bambu dan
lain-lain yang berudara lembab.
b. Nyamuk yang tertangkap kemudian di identifikasi , di periksa kondisi
perutnya, di hitung jumlahnya sesuai dengan jenis tempat penangkapandan
spesiesnya
c. Pencarian / indentifikasi
Nyamuk hasil dari semua metoda penangkapan dimatikan dengan chloroform,
di identifikasi di bawah kaca pembesar (loupe) perbesaran 10 atau 20 kali, bisa
juga dengan stereoskop (stereo microscope) dengan petunjuk kunci
identifikasi nyamuk tertampir ( Kunci bergambar untuk nyamuk anopheles
betina dari Indonesia.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Dari hasil survei yang sudah di lakukan di daerah Hanura, Kecamatan Teluk Pandan,
Dusun Sukajaya , Lempasing, Provinsi Lampung di dapat hasil survei sebagai berikut :

NO WAKTU UOD URD UOL URL


1 18.00-18.40 - -
18.40-18.50
2 19.00-19.40 - -
19.40-19-50
3 20.00-20.40 - -
20.40-20.50
4 21.00-21.40 - -
21.40-21.50
5 22.00-22.40 - -
22.40-22.50
6 23.00-23.40 - -
23.40-23.50
7 24.00-01.40 - -
01.40-01.50
8 02.00-02.40 - -
02.40-02.50
9 03.00-03.40 - -
03.40-03.50
10 04.00-04.40 - -
04.40-04.50
11 05.00-05.40 - -
05.40-05.50

4.2 Pembahasan
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodiumfalsifarum,


plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yangmix atau
campuran yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina.Dengan gejala
badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat, nafsu makan
menurun, mual-mual kadang-kadang diikuti muntah, Sakitkepala yang berat, terus
menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodiumFalciparum, Dalam keadaan
menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaranlimpa, Malaria berat, seperti gejala
diatas disertai kejang-kejang dan penurunan,Pada anak, makin muda usia makin tidak
jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjoladalah mencret (diare) dan pusat karena
kekurangan darah (anemia) serta adanyariwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah
malaria.

5.2 SARAN

Penyakit malaria disebabkan oleh nyamuk maka mengurangi penyebaran dan


berkembang biaknya nyamuk, maka di himbau kepada masyarakat agar hidup bersih
dan sehat seperti menjaga kebersihan lingkungan, rumah, bila terkena malaria cepat di
bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/27525/2/BAB_I.pdf

https://www.alodokter.com/malaria.html

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/malaria/etiologi

http://informasikesling.blogspot.com/2016/05/siklus-hidup-dan-morfologi-anopheles-sp.html
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai