DASAR TEORI
2
Jarak antara tanggul dengan tebing sungai (bantalan sungai) harus mempunyai
lebar yang cukup untuk menimbung debit banjir rencana. Jarak standar tanggul
terhadap tebing sungai bervariasi tergantung pada kondisi setempat jarak tanggul
terhadap tebing sungai yang disarankan adalah 10 – 25 m untuk daerah
perkotaan dan lebih dari 25m untuk daerah pedesaan.
Kelayakan perbaikan hidraulik sungai dengan membuat alur sudetan di daerah
meander sungai yang ekstrim harus diperhitungkan, karena sudetan
memungkinkan pemendekan dan pelurusan tanggul.
Untuk melindungi dataran banjir dari genangan akibat pembendungan bisa
dibuat tanggul pada kedua sisi kanan dan kiri anak sungai sejauh daerah
pengaruh pembendungan tersebut.
3
dari 30% dan 50%, akan mempengaruhi angkutan sedimen, erosi tebing, dan
stabilitas sungai yang ditinjau. Jika perubahan kecepatan lebih besar dari 50%,
maka akan terjadi perubahan geomorfologi yang berarti, dalam hal ini lokasi
tanggul atau tembok penahan banjir disesuaikan. Langkah pengaturan sungai
dan pengendalian erosi dibutuhkan jika lokasi tanggul tidak dapat disesuaikan.
Dimana :
Q = debit (m3/detik)
basah
4
S = gradien energi
Analysis dynamic routing atau analisis aliran tidak permanen diperlukan untuk
menghitung tinggi muka air puncak pada dataran banjir dengan besar sehingga
mengakibatkan penurunan puncak banjir yang berarti beberapa model komputer dipakai
untuk dynamic routing meliputi 1-D, DWOPER, MIKE-11 dan NETWORK.
Digunakan koefisien kekasaran yang berbeda untuk alur sungai dan daerah dataran
banjir.
Koefisien kekasaran yang berbeda sepanjang alurnya bervariasi.
Pengaruh potensial pada pengembangan daerah datarab banjir di masa datang terhadap
besarnya koefisien kekasaran harus diperhitungkan.
Koefisien kekasaran dapat dihitung secara pasti berdasarkan pengukuran debit dan
tinggi muka yang tinggi.
Koefisien kekasaran dipengaruhi oleh perubahan bentuk dasar sungai atau tingkat
pertumbahan tanaman.
n (Angka Manning)
Nama Proyek/ sungai
Alur air rendah Alur air tinggi (Dataran Banjir)
Cimanuk 0,025 0,035
Citanduy 0,030 0,12-0,20
Kedu Selatan 0,030 0,04
Bengawan Solo 0,030 0,04
5
Porong Brantas
Hilir 0,025 0,030
Gunung Merapi 0,0030-0,035 0,045-0,050
Krueng Acerh 0,026-0,040 0,050
Tabel 1.2. menyajikan nilai (Manning) untuk berbagai kondisi alur yang diberikan
oleh USBR (1987). Sedangkan Tabel 1.2. memberikan prosedur yang dibuat Chow
(1959) untuk menghitung nilai n (Manning) untuk alur sungai dengan
mempertimbangkan berbagai faktor.
Petunjuk tambahan pemilihan koefisien kekasaran Manning untuk alur alami diberikan
Myers (1990), Chow (1958), dan US Geological Survey (1984).
Pertimbangan Lain:
Potensi perubahan morfologi sungai seperti agradasi dan degradasi, baik secara alami
perbuatan maupun buatan manusia.
Halangan pada alur sungai yang ada sekarang akan datang seperti jembatan.
6
Tabel 2.3 Metode perhitungan koefisien kekasaran manning menurut Chow
(1959)
7
2.1.6 Geoteknik
Kriteria
Kriteria berikut dapat dipertimbangkan untuk menjamin kestabilan kinerja tanggul dan
tembok penahan banjir.
Tanggul, tembok penahan banjir, dan pondasi harus stabil, tidak berubah bentuk
secara berlebihan karena pengaruh berbagai beban yang mungkin terjadi selama
umur konstruksi atau umur pelayanan, termasuk beban gempa.
Rembesan melalui tanggul, dinding penahan banjir, dan pondasi harus dikendalikan
untuk mencegah terjadinya gaya angkat, piping, ketidakstabilan, sloughing dan erosi
yang berlebihan.
Kemiringan talud tanggul direncanakan untuk menahan erosi selama aliran sungai
normal, hujan, dan saat terjadi banjir.
Pelaksanaan
Langkah-langkah berikut dipertimbangkan untuk menjamin pelaksanaan perbaikan
tanggul dan tembok penahan banjir.
Pelaksanaan perbaikan pondasi.
Pengendalian kepadatan.
Contoh tindakan pengendalian rembesan dan piping adalah seperti berikut ini,
Inti tanggul dengan lebar yang mencukupi dari material yang kedap air dan tidak
mudah retak akibat terjadinya retak (cracking), piping, dan kembang-susut.
Darinasi internal
Toe drains dan relief wells
9
Beberapa faktor dalam aspek geoteknik berikut ini harus dipertimbangkan alam
perencanaan teknis tanggul dan dinding penahan banjir.
Kondisi Geologi di Lapangan
Menetapkan material pondasi yang menjadi dasar bangunan termasuk tipe dan
tingkat perbaikan pondasi yang diperlukan, Tipe material pondasi bisa juga
berpengaruh pada perencanaan teknis tanggul seperti dibicarakan di bawah ini.
- Batuan harus yang baik, memenuhi syarat digali jika basah, dan digrouting jika
lolos air.
- Lumpur (silt) atau pasir halus punya potensi mencair jika dapat lepas di lapangan
dan kemudian dijenuhkan atau mendapat getaran aktifitas seismik.
- Endapan yang beriapis-lapis rawan terhadap perpindahan tekanan air pori dan built
up di bawah toe tanggul yang dapat menyebabkan ketidakstabilan tanggul.
Daerah Seisrnik
Apakah lokasi terletak pada daerah yang berpotensi seismik aktif atau tidak,
sehingga bisa menentukan tipe atau bangunan penahan banjir yang digunakan,
Bahan Konstruksi Yang Tersedia
Perencanaan teknis tanggul dapat menggunakan bahan terbaik yang berasal dari
tempat terdekat.
Ekonomi
Perencanaan teknis bangunan harus mampu memberikan keseimbangan antara ekonomi,
penggunaan, keamanan, dan lingkungan.
Stabilitas
Kemiringan talud 1 V : 2 H sangat baik untuk tanggul homogen yang dipadatkan
dengan baik yang dibangun di atas pondasi batu yang memenuhi syarat dengan
menggunakan grafik stabilitas seperti yang diberikan Taylor (1948), Morgenstem & Price
10
(1965), Sowers (1979). Analisis stabilitas sebaiknya dilakukan untuk menentukan
kemiringan talud untuk tanggul yang lebih tinggi dari 3 meter dengan kondisi pondasi yang
jelek, Ada beberapa program komputer yang dapat dipakai untuk melakukan analisis
stabilitas talud.
USBR Design Standard, No.13, Bagian 4 - Analisis Stabilitas Statis (1987) menyajikan secara
detail kondisi pembebanan tanggul untuk analisis stabilitas statis, dan pemilihan parameter
kekuatan materil serta faktor keamanan minimum untuk menghindari kerusakan talud, Bab
13-Rancangan dan Analisis gempa (1989) dari buku yang sama, memberikan cara untuk
memperkirakan liquefaction Potensial of Loose dari tanah pondasi yang kohesif dan untuk
memperkirakan stabilitas tanggul terhadap gempa.
D = 1,1 – 0,35v
Dimana :
D = kedalaman (m)
V = kecepatan (m/detik)
12
Tabel 2.6 Tipikal parameter tanggul untuk proyek pengendalian banjir di
Indonesia
13
2.2 Bendungan Pengendali Banjir
2.2.1 Jenis bendungan
Waduk pengendalian banjir dapat diklarifikasikan menurut pemaikaian,
perencanaan teknis hidraulik dan bahan bangunan seperti ditunjukkan di bawah ini :
Waduk (storage), Pengelak (diversion), waduk sementara atau kombinasi dari
padanya.
Dengan atau tanpa pelimpah.
Timbunan tanah, urugan batu, tailing, hydraulic fill, beton, pasangan batu dan
pasangan batu bata.
Bendungan urugan tanah (Earthhill dam) paling dipakai karena bahan bangunannya
biasanya tersedia di dekat lokasi, dan lebih mudah dikerjakan. Kerugian utama dalam
urugan tanah adalah bisa rusak atau bobol jika terjadi limpasan (overtopping).
Bendungan urugan batu (Rockwill dam) juga biasa dipakai. Bangunan urugan batu
ini akan sesuai jika banyak tersedia batuan dengan kualitas yang cukup baik, batu yang
kuat dan tahan lama, pondasi batu berada pada atau di dekat permukaan tanah. Selain
itu bendungan urugan dapat menahan cuaca buruk untuk periode yang lama. Namun
bendungan urugan batu juga dapat rusal ole overtopping, oleh karena itu harus diberi
spilway atau outlet. Untuk mencegah rusaknya membran kedap air, bendungan urugan
batu harus direncanakan dan dibuat untuk dengan penurunan (seatment) seminimal
mungkin dan pondasinya harus terdiri dari batu yang relatif dapat terkompresi atau
pasir dan kerikil yang padat.
14
2.2.2 Faktor – faktor yang menentukan pemilihan lokasi dan jenis bendungan
Faktor – faktor berikut harus diperhitungkan dalam perencanaan teknis
bendungan:
Topografi
Topografi umumnya menetukan tipe bendungan contoh bendungan urugan
batu untuk lembah sempit berbentuk V, dan bendungan urugan tanah untuk
lembah lebar berbentuk U.
Kondisi geologi
Kondisi geologi menentukan jenis material pondasi yang terletak di bawah
bangunan dan dengan demikian menentukan jenis dan luasnya perbaikan
pondasi yang diperlukan. Jenis material ini pondasi juga berpengaruh pada
perencanaan teknis unggul seperti dibicarakan di bawah ini :
1. Batu harus yang baik jika sesuai, digali jika lapuk, dan digrounting jika
lulus air.
2. Kerikil harus dipadatkan jika lepas. Tindakan pengendalian rembesan
mungkin diperlukan.
3. Lumpur atau pasir halus punya potensi untuk menjadi cair jika lepas
ditempat kemudian jenuh di air atau terkena getaran atau aktivitas seisrnik.
4. Tindakan pengurangan mungkin diperlukan dalam perencanaan teknis
tanggul untuk menjamin agar penurunan dalam lapisan lempung tidak
membahayakan stabilitas tanggul.
5. Pada endapan yang berlapis – lapis cenderung terjadi perubahan tekanan
pori dan terkumpul di luar embekment yang bisa menyebabkan tanggul
tidak stabil.
Daerah seismik (gempa bumi)
Apakah lokasi terletak di daerah potensi seismik atau tidak, dapat
menentukan tipe bendungan yang digunakan.
Material bangunan yang tersedia
Tanggul bendungan harus direncanakan untuk dapat menggunakan bahan
terbaik dari lokasi yang terdekat.
15
Bangunan pelengkap
Bangunan outlet (terowongan, pipa, dan alur) dan bangunan spilway
mempengaruhi perencanaan teknis tanggul dan pelaksanaan konstruksinya
seperti berikut :
1. Bangunan outlet dapat digunakan untuk mengendalikan tinggi waduk
selama pelaksanaan konstruksi dan untuk drawdown waduk untuk
mencegah banjir.
2. Bangunan spilway berperanan penting pada bendungan untuk mencegah
pelimpasan (overtopping) selama banjir.
3. Bangunan spilway dan bendungan harus ditempatkan dengan tepat untuk
bangunan yang cocok untuk bendungan.
4. Tanah hasil penggalian spilway dapat digunakan untuk material bahan
bangunan yang cocok untuk bendungan.
5. Pemadatan material bendungan secara manual pada tempat – tempat di
sekitar bangunan biasanya diperlukan, karena permukaan antara
rembesan dan piping.
16
2.3 Kolam Penampungan
2.3.1 Umum
Kolam penampungan dirancang untuk menangkap seluruh atau sebagian air
banjir pada bagian hulu areal banjir. Tampungan secara temporer berpengaruh
mereduksi laju aliran dan elevasi banjir pada bagian hilir kolam penampungan.
Bendung urugan rendah kala dibangun melintang sungai untuk menahan air atau
bendunga pengelak digunakan untuk memindah air ke daerah penampungan alami
dari alur utama. Dalam beberapa kasus, air dialihkan ke dalam tanggul yang
diletakkan sepanjang sungai.
Struktrur mungkin dapat dibangun untuk mengendalikan laju aliran yang
mungkin masuk ke dalam kolam penampungan dan untuk memecah energi yang
berlebihan jika terjunan muka air terjadi.
Dalam kasus bendungan urugan, pelimpah, dan bangunan outlet dibutuhkan
untuk melindungi urugan dan overtopping dan mengendalikan laju debit dari kolam.
Outflow dapat dikendalikan dengan struktur pintu yang dihubungkan dengan
bendung atau tanggul, tergantung pada karakter hidrogif banjir dan penampungan
daerah tangkapan, hal ini mungkin diperlukan untuk menjaga posisi lebar bukaan
pintu pada awal banjir, dan hanya digunakan untuk mengurangi puncak banjir.
17
Sistem peringatan dan perkiraan banjir yang mudah diterima harus diberikan
untuk dapat dilakukan pengosongan/pemindahan penduduk atau untuk
melalukan pencegahan banjir sementara.
Bangunan drainase harus diberikan untuk pengetusan di daerah banjir tertentu
setelah banjir terjadi.
Lapangan / site untuk daerah retensi yang dibangun dari pemindahan penduduk
sebaiknya terbatas untuk tempat rekreasi, seperti taman, lapangan bermain, dan
daerah parkir. Sehubungan dengan konsep perancangan kolam rekreasi dalam tahap
perencanaan pengembangan kota yang hanya melindungi dari banjir akibat limpasan
lokal dan dan sedikit sekali dapat melindungi banjir akibat sungai utamanya. Konsep
daerah tampungan di dalam kota yang dikembangkan secara umum tidak cocok
untuk kondisi di indonesia.
Pada dasarnya air sungai yang masuk ke daerah berasal tampungan dari aliran
yang melintasi tanggul, atau struktur sejenis. Partikel halus yang terbawa aliran
seperti lempung, lumpur dan hasir halus terdistrubusi merata antara permukaan
19
sampai dasar sungai, sementara partikel yang lebih kasar seperti kerikil dan pasir
kasar terkonsentrasi pada dasar sungai.
Dengan demikian aliran yang masuk daerah penampungan rata – rata
membawa partikel harus, namun kemungkinan terbawanya partikel kasar dapat juga
terjadi walaupun dalam konsentrasi yang kecil jika dibandingkan dengan keseluruhan
sedimen yang terbawa.
Sebagian sedimen pada daerah dataran banjir terbawa oleh aliran yang menuju
daerah tampungan, dan menyebabkan bertambahnya jumlah sedimen yang
meninggalkan sungai. Jumlah tambahan sedimen yang masuk daerah tampungan
tergantung pada layout alur yang masuk daerah tersebut, dan kemampuan tanah
menahan kikisan. Ukuran sedimen ini harus karena berasal dari tanah aluvial dataran
banjir.
Jumlah sedimen yang mengendap pada daerah tampungan dapat dihitung
dengan cara yang sama, dengan sedimentasi reservoir (waduk). Komponen –
komponen utama yang diperlukan untuk analisis daerah tampungan diberikan berikut
ini :
Tentukan ukuran gradasi sedimen yang representatif yang terangkut ke kolam
oleh limpasan sungai. Kisaran ukuran sedimen pada bagian atas air sungai selama
banjir diperlukan untuk menentukan sedimen yang terendapkan sepanjang kolam
tampungan.
Hitung efesiensi tiap kolam tampungan berdasar pada volume tampungan dan
volume air yang masuk dengan kurva.
Gunakan persamaan berat jenis untuk menghitung volume endapan sedimen.
Tetapkan pola pengendapan pada daerah tampungan dengan menggunakan
metode Borfanddan Miller (1958) atau Mirarki (1983).
20
Gambar 2.2. Distribusi vertikal dari ukuran sedimen
21
2.3.5 Analisis Hidraulik
Jika daerah tampungan merupakan penahan dengan ripe ‘on-stream’, maka
prosedur untuk memperkirakan redaman banjir sama dengan ditentukan dengan
simulasi penyelusuran banjir.
Jika daerah tampungan merupakan penahan dengan tipe ‘of-stream’ (diluar
sungai), maka prosedur routing banjir harus mempertimbangkan prosedur
perancangan struktur inlet dan outlet. Sangatlah penting untuk merancang elevasi dan
kapasitas bangunan inlet untuk memastikan bahwa debit sungai yang harus direndam
telah tertampung.
Operasi pintu yang dilakukan dan perkiraan waktu banjir yang tepat sangatlah
penting untuk memberikan peredaman banjir optimum. Prosedur penyelusuran banjir
untuk tampungan diluar sungai sama dengan simulasi penyelusuran banjir untuk
resevoir tetapi terdapat beberapa penyesuaian, sebagai berikut.
Langkah 1 : inflow pada waktu t dari “rating curve” bangunan inlet (yaitu : elevasi vs
kapasitas pengangkutan) berdasar pada hirogaf inflow dan pembagian
aliran yang dimaksudkan yang akan dielakkan ke daerah tampungan
dan yang akan dialirkan ke sungai utama.
Langkah 2 : tambahkan langkah 12 untuk menentukan put flow yang masuk ke alur
bagian hilir dimana sama dengan pengaliran ke sungai di seluruh alur
utama (langkah 2) ditambah laju aliran out flow dari daerah
penampungan (langkah 5).
22
2.4 Kegiatan Konservasi Sumber Daya Air
Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan
keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kualitas dan
kualitas untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun
yang akan datang.
Konservasi sumber daya air sebagai salah satu upaya pengelolaan sumber daya air
dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan dan keberadaan sumber
daya air, termasuk daya dukung, daya tampung, dan fungsinya. Konservasi sumber daya
air dapat dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber daya air,
pengawetan air, pengelolaan kualitas air, serta pengendalian pencemaran air, dengan
mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai, dan dipakai
sebagai acuan dalam perencanaan tata ruang.
Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa,
cekungan air tanah, sistem irigasi daerah tangkapan air, kawasan suaka alam, kawasan
pelestarian alam, kawasan hutan dan kawasan pantai.
Pada dasarnya setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat menyebabkan
rusaknya sumber air dan prasarananya, menurunnya potensi sumber air, serta
mengakibatkan terjadinya pencemaran air dan sumber daya air.
Upaya pelestarian sumber air yang menjadi dasar dalam penatagunaan lahan,
secara umum dapat dilakukan melalui :
a. Pemeliharaan dan mempertahankan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air
b. Pengendalian pemanfaatan sumber air, berupa perizinan yang ketat, atau pelarangan
pemanfaatan sumber air.
23
c. Pengisian air pada sumber air, seperti pemindahan aliran air dari satu daerah aliran
sungai ke daerah aliran sungai lainnya, dengan pekerjaan sudetan, interkoneksi, atau
suplesi, serta melakukan imbuhan air tanah
d. Pengaturan sarana dan prasarana sanitasi, seperti pengelolaan air limbah dan
persampahan
e. Perlindungan sumber air, dalam kaitannya dengan kegiatan pembangunan dan
pemanfaatan lahan di sekitar sumber air
f. Pengendalian pemanfaatan lahan di daerah hulu
g. Pengaturan daerah sempadan sumber air
h. Rehabilitasi hutan dan lahan pertanian
i. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam
Metode pelestarian sumber daya air yang dapat dilakukan melalui pendekatan sosial,
ekonomi, dan budaya, adalah sebagai berikut:
1. Cara Vegetatif
Pelestarian sumber daya air secara vegetatif ini menggunakan tanaman, tumbuhan atau
sisa tanaman sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi laju erosi, dengan cara
mengurangi daya rusak butiran air hujan yang jatuh dan daya rusak aliran permukaan.
Pelestarian sumber daya air dengan cara ini menjalankan fungsinya melalui :
a. Pengurangan daya rusak butiran air hujan yang jatuh, karena proses intersepsi
butiran air hujan oleh daun atau tajuk tanaman
b. Pengurangan volume air permukaan, karena meningkatnya kapasitas infiltrasi
oleh perakaran tanaman
c. Memperlambat aliran air permukaan, karena meningkatnya panjang lintasan aliran
permukaan oleh keberadaan tanaman
d. Pengurangan daya rusak aliran air permukaan, karena pengurangan kecepatan dan
volume aliran air permukaan karena meningkatnya panjang lintasan dan
kekasaran permukaan.
2. Cara Mekanis
Pelestarian sumber daya air dengan cara ini pada prinsipnya adalah mengurangi
banyaknya butiran tanah yang hilang karena erosi, serta memanfaatkan air hujan yang
24
jatuh seefisien mungkin, mengendalikan kelebihan air di musim hujan, dan
menyediakan air yang cukup di musim kemarau.
3. Cara Kimiawi
Pelestarian sumber daya air dengan cara ini pada prinsipnya adalah memperkuat
struktur permukaan tanah dengan mencampur bahan kimiawi atau pemantap tanah,
sehingga tidak mudah tererosi oleh butiran atau aliran air hujan.
Bahan pemantap tanah yang dapat dipakai untuk pelestarian sumber daya air
harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Mempunyai sifat yang adhesif, serta dapat bercampur dengan tanah secara merata
b. Dapat merubah sifat hidropobik tanah, sehingga dapat merubah kurva penahanan
air tanah
Berbagai jenis bahan pemantap tanah yang sering dipakai antara lain polylinyl
acetate, polyvinyl pyrrolidone, aspalt, latex, dan sebagainya.
25
2.4.2 Pengawetan Air
Pengawetan air dimaksudkan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan air
atau kuantitas air, baik air permukaan maupun air tanah sesuai dengan fungsi dan
manfaatnya.
pada awal musim hujan tidak dimasukan ke dalam bak penampung air hujan.
26
Untuk skala yang lebih besar, pemanenan air hujan pada dasarnya dapat
dilakukan di daerah tangkapan air, dengan menampung aliran permukaan pada
suatu kawasan kedalam suatu bak penampungan. Besarnya air hujan yang dapat
dipanen dipengaruhi oleh topografi dan kemampuan lapisan tanah atas dalam
menahan air hujan yang jatuh.
Persiapan pemanenan air hujan dari suatu lahan yang luas, dapat
dikemukakan sebagai berikut :
Cara yang paling efektif dalam meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah adalah
dengan menutup permukaan tanah dengan tanaman, atau mencampurnya dengan
bahan organik.
27
Simpanan air dalam tanah ini merupakan sumber air yang dapat
dihandalkan untuk menambah potensi sumber daya air, dan kemampuan tanah
untuk menyimpan air tergantung dari tinggi muka air tanah dan pori-pori tanah.
Syarat-syarat fisik yang diperlukan untuk pengisian air tanah secara buatan,
antara lain :
4) Kualitas air yang akan diisikan cukup memadai bila dibandingkan dengan air
tanah yang ada.
Pengisian resevoir air tanah secara buatan ini dapat dipakai untuk :
Keseimbangan baru ini akan terjadi bila laju pengambilan air tanah lebih
kecil dari pengisian air hujan di daerah resapan, namun bila laju pengambilan air
tanah lebih besar dari pengisiannya maka lengkung penurunan muka air tanah di
28
antara sumur-sumur tersebut akan semakin curam, dan akan terjadi penurunan
muka tanah secara permanen.
Untuk itu dalam kerangka konservasi sumber daya air, maka pemanfaatan
air tanah harus dapat dikendalikan, dan disesuaikan dengan besarnya
pengimbuhan atau pengisian oleh air hujan di daerah resapan.
1. Kualitas Air
A. Sifat Fisik
Karakteristik fisik yang mempengaruhi kualitas air antara lain :
29
e. Bau dan rasa, rasa dalam air biasanya akibat adanya garam-garam terlarut.
Bau dan rasa dalam air pada umumnya disebabkan keberadaan mikro-
organisme, bahan organik, bahan mineral, dan gas terlarut. Untuk
menghilangkan bau dan rasa yang tidak dikehendaki dapat dilakukan
aerasi, pemakaian potassium permanganat, pemakaian karbon aktif,
koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi.
B. Sifat Kimia
Kandungan zat kimia yang berpengaruh terhadap kesesuaian penggunaan
air, antara lain :
a. pH, sebagai pengukur sifat keasaman dan kebasaan air, dapat diukur dengan
potensiometer untuk mengukur potensi listrik yang dibangkitkan oleh ion
H+ atau bahan celup penunjuk warna seperti methyl orange atau
phenolphthalerin. Air murni mempunyai nilai pH = 7, sedangkan air dengan
pH nilai diatas 7 bersifat asam, dan dibawah nilai 7 bersifat basa.
b. Alkalinitas, karena adanya garam-garam alkalin yang berada di kandungan
air, seperti karbonat dan bikarbonat dari kalsium, sodium dan magnesium,
yang dinyatakan dalam mg/lt ekivalen kalsium karbonat.
c. Kesadahan, terkait dengan penyediaan air bersih, air dengan
kesadahan tinggi memerlukan sabun lebih banyak sebelum membentuk
busa. Kesadahan air sementara karena keberadaan kalsium dan magnesium
bikarbonat dapat dihilangkan dengan mendidihkan air atau menambah kapur
dalam air, sedangkan kesadahan permanen karena kalsium, magnesium
sulfat, chlorida dan nitrat dapat dilunakkan dengan perlakuan khusus.
C. Sifat Biologi
Air permukaan umumnya mengandung berbagai macam organisme hidup,
sedangkan air tanah relatif lebih bersih karena adanya proses penyaringan oleh
akuifer.
30
2) Microsopik, seperti jamur dan alga dapat mempengaruhi kekeruhan dan
warna air, serta memberi andil terhadap rasa dan bau air yang tidak
diinginkan, dapat dikendalikan dengan sulfat atau chlorida.
3) Bakteri, baik yang menimbulkan penyakit (pathogen), maupun yang tidak
menimbulkan penyakit (non pathogen), kebeadaannya dapat diketahui dengan
melalui E-colli Test.
Virus merupakan organisme penyebab infeksi, lebih kecil dari bakteri, dapat
dikendalikan dengan clorinasi dikombinasikan dengan penonaktifan virus.
Kualitas air sungai di daerah tropis pada umumnya telah memenuhi syarat untuk
air irigasi, kecuali sungai yang melalui daerah industri, atau yang telah tercemar oleh
limbah industri yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Pemberian air irigasi
dengan kualitas yang baik, dapat memperbaiki struktur tanah, karena kandungan
kalsium dalam air, dan proses pencucian garam-garam yang dikandung dalam tanah.
1. Sumber Pencemar
Berbagai jenis limbah yang terjadi karena proses alam dan/atau aktifitas
manusia, dan dapat mencemari air dan sumber air, antara lain :
a. Limbah Domestik, meliputi air buangan sanitari, dari toilet, dapur, restoran,
hotel, rumah sakit, laundry dan sebagainya, yang dibuang ke saluran drainase
atau sungai. Limbah ini terutama mengandung bahan organik yang dapat
membusuk atau terdegradasi oleh mikro organisme, bakteri yang berbahaya,
31
serta bahan detergen yang dapat mengganggu atau mematikan kehidupan
organisme air dan merusak lingkungan.
b. Limbah Industri, sering mengandung bahan kimia seperti asam, alkali, minyak,
phenol, dan mercury yang dapat masuk/diserap kedalam rantai makanan
tumbuhan, dan hewan air, dan bahkan sampai ke tubuh manusia.
c. Limbah Pertanian, karena penggunaan pupuk, pestisida dan herbisida yang
berkelebihan pada usaha pertanian. Limbah ini di dalam air sulit, atau
memerlukan waktu yang lama untuk terdegradasi oleh mikro organisme.
Limbah pertanian dapat pula berupa kotoran hewan, sisa makanan ternak dan
poultry
2. Pengendalian Pencemaran
a. Cara Teknis
Pengendalian pencemaran air secara teknis dapat dilakukan dengan cara preventif
maupun kuratif. Tindakan preventif ditujukan untuk menjaga regim sungai,
dimana limbah buangan yang masuk kedalamnya sudah dalam kondisi yang baik.
32
yang ada, untuk selanjutnya dialirkan ke sungai. Sedangkan endapan yang
terjadi dikeluarkan dari tangki dan dikeringkan untuk dijadikan pupuk atau
bahan yang bermanfaat lainnya. Pengolahan limbah buangan industri pada
prinsipnya tidak berbeda dengan pengolahan limbah domestik, yaitu meliputi
penyaringan, penampungan, sedimentasi dengan atau tanpa netralisasi,
koagulasi dan pengolahan secara biologis.
2) Pemilihan Lokasi industri, jenis-jenis industri yang membuang air limbah
dalam jumlah yang besar, seperti industri baja, kertas dan sebagainya, akan
lebih baik bila ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu dimana biaya sosialnya
rendah.
3) Penggunaan kembali, pengolahan air limbah khususnya untuk industri lebih
baik dilakukan di lokasi industri itu sendiri, sehingga biaya pengolahan
limbah dapat dimasukan dalam biaya operasi/produksi, dan air limbah yang
telah diolah tersebut dapat dipergunakan kembali (recyling). Dengan cara ini
konservasi sumber daya air akan dapat berjalan dengan baik, dan kebutuhan
air yang semakin meningkat akan dapat dipenuhi.
4) Penempatan lokasi buangan yang tepat, pembuangan air limbah harus berada
pada suatu lokasi yang cukup tersedia air pengencernya, sehingga tidak
membahayakan air di badan air penerima. Lebih baik bila lokasi buangan
berada di bagian hilir suatu kota atau permukiman, sehingga kemungkinan
pencemaran terhadap pengambilan air baku untuk air minum tidak terjadi.
5) Pengendalian Limbah pertanian, pemakaian pupuk dan insektisida dalam
dosis dan waktu yang tepat, yang disertai dengan sistem drainase yang
memadai, sehingga sisa air buangan dari areal pertanian dapat mengalir
lancar, dan tidak terjadi genangan air dan pengendapan garam dalam tanah.
Selain cara preventif tersebut di atas, pengendalian pencemaran air dapat pula
dilakukan dengan cara kuratif. Kemampuan air untuk mengembalikan kualitas
dirinya sendiri tergantung dari besarnya cemaran yang dikandungnya. Tergantung
pada besar kecilnya cemaran yang timbul, serta karakteristik sungai, maka
pemurnian kembali air sungai yang besar dapat berlangsung dalam beberapa hari.
33
b. Cara Non-teknis
Semua pihak yang terkait dan masyarakat dituntut untuk berdisiplin, dan
bertanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan, dengan tidak membuang
sampah atau limbah sembarangan, yang dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan.
34