Anda di halaman 1dari 6

01

Menjadikan Pendidikan Multikultural Sebagai Pelajaran Wajib


Dalam Pendidikan Formal di Indonesia

Nama : Mimi Filma Herita

NIM : 19053085

Prodi : Pendidikan Ekonomi

ABSTRAK

Pendidikan Multikultural telah didefinisikan dalam banyak pandangan dan banyak latar
belakang bidang keilmuan seperti antropologi,sosiologi,filsafat,dan psikologi. Pendidikan
Multikultural lahir karena permasalahan manusia yang ditindas hanya karena perbedaan. Pendidikan
multikultural itu sangat memuliakan manusia karena memandang semua manusia setara, dapat
bekerjasama dan saling menghormati walaupun kita berbeda budaya,ras,etnis,agama,jenis kelamin,
dan cara pandang.

Pendidikan Multikultural merupakan pendidikan yang mengedepankan keberagaman dalam


kesetaraan bukan keberagaman dalam perbedaan. Sehingga pada saat mempelajari pendidikan
multikultural sangat mengutamakan suatu kesetaran yang dapat saling menghargai, menghormati
budaya,etnis,ras,agama, dan suku yang berbeda – beda dari seluruh wilayah Indonesia.

PENDAHULUAN

Pada masa penjajahan di Indonesia, kaum pribumi dengan kaum bangsawan diperlakukan
sangat berbeda oleh para penjajah. Kaum bangsawan yang mayoritas orang-orang dari golongan kaya
diperlakukan sangat istimewa, salah satunya adalah pendidikan hanya boleh ditempuh oleh orang-
orang dari golongan kaum bangsawan. Sedangkan dari golongan kaum pribumi, mereka dipaksa dan
diharuskan untuk terus-menerus bekerja melayani para penjajah dan kaum bangsawan dan golongan
kaum pribumi tidak diperbolehkan untuk menempuh pendidikan.

Pada kala itu juga para golongan kaum pribumi mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari
berbagai kalangan yang menggangap mereka adalah golongan terendah pada masa itu. Sering kali

1
mereka mendapatkan kekerasan, penganiayaan, penindasan dan tak jarang kaum perempuan menjadi
budak pemuas nafsu para tentara penjajah tersebut. Perlakuan tidak sewajarnya yang harus mereka
terima dibumi mereka sendiri membuat mereka harus berlapang dada, karena pada saat itu para
pejuang juga sulit untuk merebut kembali kemerdekaan Indonesia yang selalu menjadi impian
terbesar rakyat Indonesia.

Sehingga pada saat para pejuang berhasil merebut kembali kemerdekaan Indonesia, sehari
sesudah proklamasi kemerdekaan indonesia presiden Ir.Soekarno beserta para pejuang yang lain
langsung mencetuskan bahwa yang menjadi dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Pancasila
dianggap sangat cocok dijadikan sebagai ideologi bangsa Indonesia karena Pancasila mengandung
nilai-nilai kemanusiaan yang sangat tinggi, mengedepankan hak-hak setiap warga negara, mempunyai
sikap saling menghargai dan menghormati budaya,etnis,ras,suku,dan agama yang dimiliki setiap
warga negara Indonesia dari sabang sampai merauke, mempunyai rasa persatuan yang ditujukan
kepada seluruh rakyat Indonesia, dan mempunyai rasa cinta tanah air yang tinggi terhadap negara
Indonesia yang diperjuangkan mati-matian oleh para pejuang.

Dengan dicetuskannya Pancasila sebagai dasar negara, maka sistem pendidikan di Indonesia
juga berubah. Sistem pendidikan di Indonesia yang pada masa penjajah hanya ditujukan pada
golongan kaum bangsawan berubah menjadi seluruh warga negara Indonesia berhak menempuh
pendidikan sesuai keinginan nya masing-masing dan tidak terhalang oleh apa pun dan oleh siapa pun.

Pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun sudah mengalami kemajuan yang begitu pesat.
Tetapi, sikap diskriminasi antar pelajar di Indonesia masih sering kali terjadi. Seperti pembulyan,
penganiayaan, penindasan, saling ejek-mengejek yang tak jarang berakhir dikantor polisi. Hal tersebut
terjadi karena para pelajar di Indonesia tidak mengamalkan dan tidak menerapkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.

Sehingga pada era pendidikan seperti sekarang ini pendidikan di Indonesia sangat
memerlukan suatu pelajaran yang mengedepankan suatu keberagaman dalam kesetaraan bukan suatu
keberagaman dalam perbedaan yang dinamakan “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL”. Di Indonesia
sebenarnya pelajaran pendidikan multikultural sudah tidak asing lagi ditelinga para pelajar dan
mahasiswa Indonesia. Akan tetapi para pelajar dan mahasiswa tidak mengimplementasikannya
dengan baik sesuai dengan apa yang menjadi landasan suatu pendidikan multikultural tersebut.

Prinsip-prinsip Pendidikan Multikultural

Terdapat tiga prinsip pendidikan multikultural yang dikemukakan oleh Tilaar, antara lain sebagai
berikut:

 Pendidikan multikultural didasar pada pedagogik kesetaraan manusia (equity pedagogy).


 Pendidikan multikultural ditujukan kepada terwujudnya manusia Indonesia yang cerdas dan
mengembangkan pribadi-pribadi Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dengan sebaik-
baiknya.

2
 Prinsip globalisasi tidak perlu ditakuti apabila bangsa ini arah serta nilai-nilai baik dan buruk
yang dibawanya.

Ketiga prinsip pendidikan multikultural yang dikemukakan Tilaar tersebut diatas sudah dapat
menggambarkan bahwa arah dari wawasan multikulturalisme adalah menciptakan manusia yang
terbuka terhadap segala macam perkembangan zaman dan keragaman berbagai aspek dalam
kehidupan modern.

Maka sangat disarankan untuk menjadikan pendididkan multikultural sebagai pelajaran wajib
di sekolah maupun di universitas. Dengan adanya pelajaran pendidikan multikultural diharapkan
para pelajar termasuk mahasiswa dapat memahami bagaimana menghormati dan saling menghargai
diantara sesama.

ISI DAN PEMBAHASAN

Multikultural mempunyai dua arti. “Multi”yang berarti “banyak” dan “Kultural”yang berarti
“budaya”. Sehingga dapat dikatakan “MULTIKULTURAL” mempunyai makna yang kuat yaitu
“Setiap manusia harus mendapatkan kesetaraan yang sama dalam perbedaan budaya,etnis,ras,suku
dan agama yang dimiliki setiap warga negara Indonesia”.

Pendidikan multikultural adalah proses pendidikan atau strategis yang melibatkan lebih dari
satu budaya, seperti Bahasa, etnis, atau ras. ( Domnwachukwu 2010:43)

Multikultural menganut paham keberagaman dalam kesetaraan yang mana dimaksudkan yaitu
saling hormat-menghormati antara sesame yang mempunyai perbedaan budaya,suku,ras,etnis,dan
agama. Sehingga pada hakikatnya multikultural mempunyai dua larangan yang tidak boleh dilakukan
oleh para pelajar, mahasiswa, dan seluruh warga negara Indonesia. Adapun dua hal yang dilarang
tersebut adalah “ETNOSENTRISME” yang berarti menganggap budayanya yang paling harus
dihargai dan “STREA TYPE”yang berarti prasangka atau pandangan negative terhadap
budaya,etnis,ras,suku,dan agama pihak lain.

Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang memperhatikan secara sungguh-sungguh


terhadap latar belakang peserta didik baik dari aspek keagamaan, suku(etnis), ras, agama(aliran
kepercayaan), dan budaya(kultur). (Prudence Crandell). Pendidikan multikultural yang dimaksud
“Prudence Crandell”adalah pendidikan yang memperhatikan secara sungguh-sungguh keberagaman
dari para pelajar dan mahasiswa yang mempunyai perbedaan terhadap budaya,etnis,ras,suku,dan
agama agar diperlakukan secara adil dan tidak menerima perlakuan diskriminasi dari pihak lain pada
saat menempuh pendidikan formal disekolah.

Pelajaran pendidikan Multikultural membahas tentang proses pengembangan seluruh potensi


manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman
budaya,etnis,suku dan aliran(agama). Sehingga pelajaran pendidikan multikultural diharapkan
menjadi pelajaran wajib maupun mata kuliah yang harus ditempuh para pelajar dan mahasiswa.

3
Diharapkan para pelajar dan mahasiswa dapat memahami dan mengerti hal-hal mendasar
yang dibahas dalam pendidikan multikultural untuk menjadikan para pelajar dan mahasiswa memiliki
sikap saling menghargai dan menghormati diantara sesama diatas perbedaan yang melekat dari diri
kita sendiri yang telah ada dari kita lahir. Dalam pengembangan pembelajaran pelajaran pendidikan
multikultural di Indonesia sangat dibutuhkan transformasi diri, sosial-budaya, dan transformasi
sekolah agar terciptanya proses belajar mengajar yang terstruktur dan terkoordinir dengan baik.

Transformasi diri yang dimaksud disini adalah perubahan yang terjadi pada saat mempelajari
pendidikan multikutural seperti perubahan akan pandangan seseorang atau pandangan para pelajar dan
mahasiswa tentang kebudayan,etnis,ras,suku,dan aliran(agama) yang dianut oleh seseorang yang
dahulunya mengganggap bahwa budaya,ras,suku,etnis,dan aliran(agama) seseorang aneh,berbeda, dan
tidak mau menerima perbedaan itu sehingga terjadi lah tindak diskriminasi antar penganut dan
pendiskriminasi seperti tawuran,bentrok, yang menyebabkan kekerasan fisik yang tidak dapat
terhindarkan. Maka diharapkan perubahan sikap yang dimiliki pelajar atau mahasiswa yang
beranggapan dulunya mempunyai rasa diskriminasi terhadap budaya,ras,suku,etnis,dan aliran(agama)
yang dianut seseorang menjadi sikap mempunyai sikap rasa saling menghargai antar sesama pelajar
dan mahasiswa yang mempunyai perbedaan budaya,ras,suku,etnis,dan aliran(agama).

Sehingga pada saat proses belajar mengajar pendidikan multikultural terjadi para pelajar dan
mahasiswa dapat memahami dengan jelas “apa itu pendidikan multikultural”,”mengapa pendidikan
multikultural itu harus dipelajari”,”siapa yang menjadi objek utama dari pembelajaran pendidikan
multikultural ini”,”kapan harus bersikap baik dengan cara saling hormat-menghormati diantara
sesama yang diantara kita sama-sama mempunyai perbedaan”, dan ”bagaimana menerapkannya
menjadi sikap dalam kehidupan sehari-hari”.

Selanjutnya Sosial-budaya. Sosial-budaya yang ada pada para pelajar dan mahasiswa yang
memiliki perbedaan budaya,ras,etnis,suku,dan aliran(agama). Biasanya para pelajar dan mahasiswa
yang mempunyai “Multikultural”yang sama mereka akan secara tidak langsung merasa seperti
saudara, bergaul dengan yang mempunyai kesamaan saja, memiliki kelompok sendiri. Sehingga
mereka yang mempunyai “Multikultural” yang berbeda dari mereka akan merasa dijauhkan dan
dikucilkan. Dan tak jarang pula kadang terjadi perselisihan karena sikap mereka yang tidak mau
bergaul dengan yang mempunyai “Multikultural” berbeda.

Sehingga pada kasus seperti ini, pelajaran pendidikan multikultural sangat diperlukan di
sekolah maupun universitas. Untuk mengasah kemampuan para pelajar dan mahasiswa dalam
mempunyai rasa peduli,rasa simpati,rasa menghargai, dan rasa saling keterbukaan antar pelajar dan
mahasiswa untuk saling menerima keberagaman dalam kesetaraan yang ada di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan perguruan tinggi.

Dan yang terakhir adalah transformasi sekolah. Maksudnya adalah penambahan sistem
pembelajaran pada pelajaran pendidikan Multikultural. Pelajaran pendidikan multikultural hanya ada
baru dibeberapa sekolah dan beberapa perguruan tinggi. Dan sebagian lainnya belum menerapkan

4
pembelajaran tersebut. Maka dengan adanya transformasi sekolah ini dari yang tidak ada
pembelajaran pendidikan multikultural diharapkan akan ditambah pembelajaran pendidikan
multikultural dan bagi sekolah atau universitas yang telah ada pembelajaran pendidikan multikultural
diharapkan lebih ditingkatkan lagi.

Jadi, dengan adanya penjelasan tentang pentingnya pendidikan multikultural bagi para pelajar
dan mahasiswa akan menambah daya pikat mereka untuk mempelajari pendidikan multikultural dan
memberikan mereka wawasan tentang “MULTIKULTURAL” atau “BHINNEKA TUNGGAL IKA”

Menjadikan pembelajaran pendidikan multikultural sebagai pelajaran wajib adalah suatu


tindakan yang tepat. Dilihat dari negara Indonesia yang mempunyai 1.340 suku bangsa (menurut
sensus BPS tahun 2010) Karena dengan beragam nya budaya,suku,etnis,ras,dan aliran(agama),
indonesia sangat sering menghadapi pertikaian yang mempermasalahkan perbedaan tersebut karena
kurangnya pendidikan tentang perbedaan kebudayaan tersebut. Maka sangat wajar jika pendidikan
formal Indonesia mengubah pendidikan multikultural menjadi pelajaran wajib disetiap jenjang
pendidikan. Hal ini bertujuan untuk memberikan para pelajar dan mahasiswa sikap saling hormat-
menghormati, sikap rasa saling perduli dan keterbukaan. Pendidikan multikultural dan Pancasila
memiliki tujuan yang sama untuk seluruh rakyat Indonesia. Dan akan berdampak positif yaitu
berkurangnya pertikaian antar kelompok budaya dengan kelompok budaya lainnya.

KESIMPULAN

Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang membahas tentang proses pengembangan


seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi
keragaman budaya,etnis,suku dan aliran(agama). Sehingga pada era globalisasi pada saat sekarang ini
sangat dianjurkan dan sangat disarankan untuk menjadikan pembelaran pendidikan multikultural
sebagai pembelajaran “WAJIB” di lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi. Hal ini
dimaksudkan agar para pelajar dan mahasiswa mempunyai sikap saling menghormati diantara sesama
yang mempunyai perbedaan budaya,etnis,ras,suku,dan aliran(agama) yang telah ada pada diri masing-
masing orang sejak mereka lahir karena keluarga mereka telah menggunakan kebudayaan tersebut
ataupun karena keyakinan mereka sendiri yang mereka anggap benar.

5
DAFTAR BACAAN

Bibliography
Agustian, M. (n.d.). Pendidikan Multikultural. Penerbit Unika Atma Jaya Jakarta, 2019.

Tilaar, H.A.R.. 2004. Multikulturalisme; Tantangan-tantangan Global Masa Depan Dalam Trasformasi


Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo.

https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai