Tafsir Piutang
Tafsir Piutang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutang piutang adalah perkara yang tidak bisa dipisahkan dalam interaksi
kehidupan manusia. Ketidakmerataan dalam hal materi adalah salah satu penyebab
munculnya perkara ini. Selain itu juga adanya pihak yang menyediakan jasa peminjaman
(hutang) juga ikut ambil bagian dalam transaksi ini.
Islam sebagai agama yang mengatur segala urusan dalam kehidupan manusia juga
mengatur mengenai perkara hutang piutang. Konsep hutang piutang yang ada dalam Islam
pada dasarnya adalah untuk memberikan kemudahan bagi orang yang sedang kesusahan.
Namun pada zaman sekarang, konsep muamalah sedikit banyak telah bercampur aduk
dengan konsep yang diadopsi dari luar Islam. Hal ini sedikit demi sedikit mulai menyisihka,
menggeser, bahkan bisa menghilangkan konsep muamalah Islam itu sendiri. Oleh karena
itulah, perkara hutang piutang ini penting untuk diketahui oleh umat Islam agar nantinya
bisa melaksanakan transaksi sesuai dengan yang telah disyariatkan oleh Allah swt.
Maka dari itu dijelaskan tentang hutang piutang dalam alquran dalam surat al
baqarah ayat 188, 280, 282, 283 dan surah al hadid ayat ke 11
B. Rumusan masalah
Apa definisi hutang piutang ?
Bagaimana hutang putang dalam Al-Qur’an ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hutang Piutang
Di dalam fiqih Islam, hutang piutang atau pinjam meminjam telah dikenal dengan
istilah Al-Qardh. Makna Al-Qardh secara etimologi (bahasa) ialah Al-Qath’u yang berarti
memotong. Diartikan demikian karena orang yang memberikan utang memotong sebagian
dari hartanya untuk diberikan kepada yang menerima utang.
Sedangkan secara terminologis (istilah syar’i), makna Al-Qardh ialah menyerahkan
harta (uang) sebagai bentuk kasih sayang kepada siapa saja yang akan memanfaatkannya
dan akan dikembalikan berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati.
Meberikan utang merupakan kebajikan yang membawa kemudahan kepada muslim
yang mengalami kesulitan dan membantunya dalam memenuhi kebutuhan.
Masalah hutang piutang dalam islam diatur dalam Al-Quran di beberapa ayat,
seperti di bawah ini:
1. Q.S Al baqarah : 188
١٨٨ َاس بِٱإۡل ِ ۡث ِم َوأَنتُمۡ ت َۡعلَ ُمون ْ ُوا بِهَٓا إِلَى ۡٱل ُح َّك ِام لِت َۡأ ُكل
ِ َّوا فَ ِر ٗيقا ِّم ۡن أَمۡ ٰ َو ِل ٱلن 0ْ ُ بَ ۡينَ ُكم بِ ۡٱل ٰبَ ِط ِل َوتُ ۡدل0َواَل ت َۡأ ُكلُ ٓو ْا أَمۡ ٰ َولَ ُكم
188. Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,
supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.
(Dan janganlah kamu memakan harta sesama kamu), artinya janganlah sebagian
kamu memakan harta sebagian yang lain (dengan jalan yang batil), maksudnya jalan yang
haram menurut syariat, misalnya dengan mencuri, mengintimidasi dan lain-lain (Dan)
janganlah (kamu bawa) atau ajukan (ia) artinya urusan harta ini ke pengadilan dengan
menyertakan uang suap (kepada hakim-hakim, agar kamu dapat memakan) dengan jalan
tuntutan di pengadilan itu (sebagian) atau sejumlah (harta manusia) yang bercampur
(dengan dosa, padahal kamu mengetahui) bahwa kamu berbuat kekeliruan.
2. Q.S Al baqarah : 280
٢٨٠ َر لَّ ُكمۡ إِن ُكنتُمۡ ت َۡعلَ ُمونٞ خَي
ۡ وا َ ََوإِن َكانَ ُذو ع ُۡس َر ٖة فَن َِظ َرةٌ إِلَ ٰى َم ۡي َس َر ٖ ۚة َوأَن ت
ْ ُص َّدق
280. Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai
dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui.
Kalau ada yang kesulitan membayar, berilah ia tenggang waktu ketika tiba masa
pelunasan sampai betul-betul mampu. Sedekah kalian kepadanya dengan membebaskan
semua utang atau sebagiannya sungguh baik sekali. Itu jika kalian tahu dan mengerti
pesan-pesan moral dan kemanusiaan yang diajarkan Allah.
(Dan jika dia), yakni orang yang berutang itu (dalam kesulitan, maka hendaklah
diberi tangguh) maksudnya hendaklah kamu undurkan pembayarannya (sampai dia
berkelapangan) dibaca 'maisarah' atau 'maisurah'. (Dan jika kamu menyedekahkannya),
dibaca dengan tasydid, yakni setelah mengidgamkan ta pada asalnya pada shad menjadi
'tashshaddaqu', juga tanpa tasydid hingga dibaca 'tashaddaqu', yakni telah dibuang ta,
sedangkan artinya ialah mengeluarkan sedekah kepada orang yang sedang dalam
kesusahan itu dengan jalan membebaskannya dari utang, baik sebagian maupun
keseluruhan (itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui) bahwa demikian itu baik, maka
kerjakanlah! Dalam sebuah hadis disebutkan, "Barang siapa yang memberi tangguh orang
yang dalam kesusahan atau membebaskannya dari utang, maka Allah akan melindunginya
dalam naungan-Nya, di hari saat tak ada naungan selain naungan-Nya." (H.R. Muslim).
3. Q.S Al baqarah : 282
بَ ُاتِبٌ أَن يَ ۡكت00ب َك َ أ0ۡ 0َد ۚ ِل َواَل ي0ۡ 0 بِد َۡي ٍن إِلَ ٰ ٓى أَ َج ٖل ُّم َس ٗ ّمى فَ ۡٱكتُبُو ۚهُ َو ۡليَ ۡكتُب ب َّۡينَ ُكمۡ َكاتِ ۢبُ بِ ۡٱل َع0ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا إِ َذا تَدَايَنتُم
ق َسفِيهًا ُّ س ِم ۡنهُ َش ٗۡٔي ۚا فَإِن َكانَ ٱلَّ ِذي َعلَ ۡي ِه ۡٱل َح ۡ َق ٱهَّلل َ َربَّهۥُ َواَل يَ ۡبخ ۡ ُّ َك َما عَلَّ َمهُ ٱهَّلل ۚ ُ فَ ۡليَ ۡكتُ ۡب َو ۡليُمۡ لِ ِل ٱلَّ ِذي َعلَ ۡي ِه ۡٱل َح
ِ َّق َوليَت
َر ُجلَ ۡي ِن0ا0َإِن لَّمۡ يَ ُكون0َف ۖۡالِ ُكم00ِّج
َ ِهيد َۡي ِن ِمن ر0ُوا َش ْ ِهد0ٱست َۡش ۡ د ۚ ِل َو0ۡ 0ض ِعيفًا أَ ۡو اَل يَ ۡستَ ِطي ُع أَن يُ ِم َّل ه َُو فَ ۡليُمۡ لِ ۡل َولِيُّ ۥهُ بِ ۡٱل َع َ أَ ۡو
ُّ ب
ا00هَدَٓا ُء إِ َذا َم0ٱلش َ أ0ۡ 0َي خ َر ٰۚى َواَل 0ۡ ُ ر إِ ۡحد َٰىهُ َما ٱأۡل0َ َض َّل إِ ۡحد َٰىهُ َما فَتُ َذ ِّك ِ ض ۡونَ ِمنَ ٱل ُّشهَدَٓا ِء أَن ت َ َان ِم َّمن ت َۡرِ ُل َوٱمۡ َرأَتٞ فَ َرج
ا إِٓاَّل أَن0ْاب ُٓو00َم لِل َّش ٰهَ َد ِة َوأَ ۡدن ٰ َٓى أَاَّل ت َۡرت0ُ ص ِغيرًا أَ ۡو َكبِيرًا إِلَ ٰ ٓى أَ َجلِ ِۚۦه ٰ َذلِ ُكمۡ أَ ۡق َسطُ ِعن َد ٱهَّلل ِ َوأَ ۡق َو َ َُس ُم ٓو ْا أَن ت َۡكتُبُوه ْ ۚ ُدع
ٔ0ََٔۡ ُوا َواَل ت
ب َواَلٞ ِات00ٓا َّر َك0ُض َ ايَ ۡعتُمۡۚ َواَل ي00َا إِ َذا تَب0ْ ِهد ُٓو0ا َوأَ ۡش0ۗ 0َا ٌح أَاَّل ت َۡكتُبُوه00َس َعلَ ۡي ُكمۡ ُجن َ ِديرُونَهَا بَ ۡينَ ُكمۡ فَلَ ۡي0ُض َر ٗة ت ِ تَ ُكونَ تِ ٰ َج َرةً َحا
٢٨٢ يمٞ ِم ٱهَّلل ۗ ُ َوٱهَّلل ُ بِ ُك ِّل َش ۡي ٍء َعل0ُ وا ٱهَّلل ۖ َ َويُ َعلِّ ُم ُك ْ ُق بِ ُكمۡۗ َوٱتَّق ُ ۢ وا فَإِنَّهۥُ فُسُو
ْ ُۚيد َوإِن ت َۡف َعلٞ َش ِه
282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang
yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika
yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri
tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada
dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.
Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan
janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian
dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu´amalahmu itu),
kecuali jika mu´amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan
(yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
4. Q.S Al baqarah : 283
ۡ ۡ ٗ ُكم بَ ۡع0ض
ِ َّؤَ ِّد ٱلَّ ِذي ۡٱؤتُ ِمنَ أَ ٰ َمنَتَ ۥهُ َوليَت0ُا فَلي0ض
ق ُ إِ ۡن أَ ِمنَ بَ ۡع0َۖة فٞ ض َ ن َّم ۡقبُوٞ َُوا َكاتِبٗ ا فَ ِر ٰه ْ ۞ َوإِن ُكنتُمۡ َعلَ ٰى َسفَ ٖر َولَمۡ تَ ِجد
٢٨٣ يمٞ ِم قَ ۡلبُ ۗۥهُ َوٱهَّلل ُ بِ َما ت َۡع َملُونَ َعلٞ ِوا ٱل َّش ٰهَ َد ۚةَ َو َمن يَ ۡكتُمۡ هَا فَإِنَّ ٓۥهُ َءاث
ْ ٱهَّلل َ َربَّ ۗۥهُ َواَل ت َۡكتُ ُم
283. Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu´amalah tidak secara tunai) sedang kamu
tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang
(oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan
persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah
orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Disini kita tahu bahwa barang tanggungan diperbolehkan ketika tidak ada tulis
menulis dalam hutang piutang, tetapi tidak memakai tangungan tidak masalah asallkan
bisa saling percaya.
َ ٰ َّمن َذا ٱلَّ ِذي ي ُۡق ِرضُ ٱهَّلل َ قَ ۡرضًا َح َس ٗنا فَي
١١ يمٞ ر َك ِرٞ ُض ِعفَ ۥهُ لَهۥُ َولَ ٓۥهُ أَ ۡج
11. Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan
melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang
banyak.
Disini ketika kita memnjamkan uang kepada seseorang yang membutuhkan maka
alloh swt akan memberikan pahala yang berlipat lipat ganda, maka tidak akan merugi bagi
orang yang memberikan sebagian hartanya (memberikan hutang).