TINJAUAN PUSTAKA
Dari bagan alir di atas, dapat dilihat bahwa model analitis terdiri dari:
a. Asumsi-asumsi yang dibuat untuk menyederhanakan sebuah sistem;
b. Gambar dari model analitis tersebut;
c. Parameter desain yang digunakan.
7
(2.1)
Dimana
m = massa (ton)
c = redaman (kN s/m)
= percepatan (m/s2)
k = kekakuan (kN/m)
8
(2.2)
Dimana
t = waktu (s)
P0 = amplitudo dari beban (ton)
Anil K.Chopra dalam buku Dynamics of Structures menjelaskan waktu yang
diperlukan untuk sebuah sistem tak teredam untuk menyelesaikan satu putaran dalam
getaran bebas disebut periode alamiah getaran dari sistem, dimana dinyatakan dalam
notasi Tn, dalam satuan detik. Ini berhubungan dengan frekuensi alamiah getaran,
(2.3)
(2.4)
Satuan dari fn adalah hertz (Hz) [putaran per detik (cps)]; fn berhubungan dengan n
melalui
(2.5)
Dimana
kekakuan dari struktur. Semakin kaku dua sistem SDF (Single Degree of Freedom)
yang memiliki massa yang sama akan memiliki frekuensi alamiah yang tinggi dan
periode natural yang lebih pendek. Sama halnya ketika semakin berat dua struktur
yang memiliki kekakuan yang sama akan memiliki frekuensi alamiah yang lebih
kecil dan periode alamiah yang lebih panjang.
2.2.4 Respon Getaran Genetor
Sumber getaran sebuah mesin pada umumnya berasal dari rotor dalam mesin
tersebut yang bergerak dengan kecepatan rotasi tertentu. Dalam buku Dynamics of
Structures, Anil K. Chopra menjelaskan mengenai respon getaran dari generator
yang berputar. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
Generator getaran (atau mesin gemetar) dikembangkan untuk menyediakan
sumber harmonik eksitasi yang tepat untuk menguji struktur dalam skala penuh.
Gambar 2.3 menunjukkan generator getaran yang berbentuk dua keranjang datar
berputar berlawanan arah pada sumbu vertikal.
berputar dapat diubah. Kedua massa kontra berputar, , /2, ditunjukkan secara
skematis pada Gambar. 2.4 sebagai massa disamakan dengan eksentrisitas = e; lokasi
mereka di t = 0 ditunjukkan pada (a) dan pada beberapa waktu t dalam (b). Gaya
inersia massa yang berputar dalam komponen x ditiadakan, dan komponen y
bergabung untuk menghasilkan kekuatan.
(2.6)
Dimana:
P(t) = Gaya Harmonik (ton)
massa struktur, persamaan yang mengatur gerak sistem SDF yang timbul oleh
generator getaran adalah
(2.7)
(2.8)
Dimana:
TR = nilai transmibilitas
= rasio redaman mesin
= Gaya yang tersalurkan ke
= frekuensi getaran mesin
dalam struktur (ton)
(rad/s)
= Gaya getaran dari mesin = frekuensi alamiah redaman
(rad/s)
(ton)
2.2.6 Respon Beban Dinamik dengan Metode Numerik Berdasarkan
Interpolasi Eksitasi (Methods Based on Interpolation of Excitation)
Sudah ada beberapa metode numerik yang telah digunakan untuk
menyelesaikan persamaan getaran bebas pada sebuah sistem seperti Time-Stepping
Methods, Methods Based on Interpolation of Excitation, Central Difference Method
dan Newmark’s Method. Dalam penelitian ini, penyelesaian persamaan getaran bebas
menggunakan ketiga metode numerik tersebut sebagai angka pembanding. Adapun
Methods Based on Interpolation of Excitation ini dijelaskan oleh Anil K. Chopra
dalam buku Dynamics of Structures sebagai berikut:
Sebuah prosedur numerik yang sangat efisien dapat dikembangkan untuk
sistem linear dengan interpolasi eksitasi dalam setiap interval waktu dan
mengembangkan solusi yang tepat. Jika interval waktu yang singkat, interpolasi
12
linear dapat memuaskan. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa dari waktu ke
waktu interval ti ≤ t ≤ ti+1, fungsi eksitasi diberikan oleh
(a)
dimana
(b)
dan waktu variabel τ bervariasi dari 0 sampai Δti. Untuk kesederhanaan aljabar,
pertama mempertimbangkan sistem tanpa redaman; kemudian, prosedur akan
diperluas untuk mencakup redaman. Persamaan yang harus dipecahkan adalah
(c)
bagian: (1) getaran bebas karena ui awal perpindahan dan kecepatan di τ = 0, (2)
respon terhadap langkah kekuatan pi dengan kondisi awal nol, dan (3) respon untuk
meningkatkan kekuatan (Δpi / Δti) τ dengan kondisi awal nol. Mengadaptasi solusi
yang tersedia untuk tiga kasus, memberikan
(2.9)
dan
13
(2.10)
(2.11)
(2.12)
Persamaan ini dapat ditulis sebagai persamaan pengulangan:
(2.13)
(2.14)
dimana
14
Dengan:
(rad/s)
= rasio redaman struktur
interpolasi linear pada dasarnya sempurna. Jika langkah waktu Δt konstan, koefisien
A, B, ..., D' perlu dihitung hanya sekali.
Solusi eksak dari persamaan gerak yang diperlukan dalam prosedur numerik
ini layak hanya untuk sistem linear. Tentu mudah dikembangkan untuk sistem SDF,
seperti yang ditunjukkan di atas, tetapi akan tidak praktis untuk sistem MDF kecuali
respon mereka diperoleh sebagai superposisi dari respons modal.
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
2. Perhitungan untuk setiap langkah waktu, i
2.1
2.2
Kasus Khusus
1. Perhitungan Awal
1.1
1.2 Pilih
1.3
1.4 ; dan
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5 ; ;
3. Pengulangan untuk langkah waktu berikutnya. Ganti i dengan i+1 dan ulangi
langkah 2.1, 2.2 dan 2.3 untuk waktu berikutnya.
Dimana:
(2.15)
Dimana:
Persamaan aljabar ini disebut masalah matriks eigen. Kekakuan dan massa
matriks diketahui; masalahnya adalah untuk menentukan skalar dan vektor 𝜙𝑛.
tidak berguna karena berarti tidak ada gerakan. Ini memiliki solusi yang berarti jika
(2.16)
19
konstanta perkalian. Sesuai dengan N getaran alami frekuensi dari sistem N-DOF,
ada vektor N independen yang dikenal sebagai mode alami getaran, atau bentuk
modus alami getaran. Vektor ini juga dikenal sebagai vektor eigen, vektor
karakteristik atau mode normal.
(2.17)
Dimana
sistem SDF. Dengan demikian, metode solusi dan hasil yang tersedia untuk sistem
SDF dapat disesuaikan untuk mendapatkan solusi qn(t) untuk persamaan modal.
Setelah modal koordinat qn (t) telah ditentukan, kontribusi model ke-n untuk
perpindahan nodal u (t) adalah
(2.18)
Dimana:
u (t) = perpindahan nodal (m)
(2.19)
Prosedur ini dikenal sebagai analisis modal klasik atau metode modus
superposisi klasik karena individu (uncoupled) persamaan modal diselesaikan untuk
menentukan modal koordinat qn(t) dan tanggapan modal un(t), dan yang terakhir
digabungkan untuk mendapatkan total tanggapan u(t). Lebih tepatnya, metode ini
disebut metode superposisi modus perpindahan klasik karena perpindahan modal
yang disuperposisikan. Metode analisis ini dibatasi untuk sistem linear dengan
redaman klasik.
(2.20)
Dimana:
K = Matriks kekakuan struktur untuk persamaan modal (kN/m)
M = Matriks massa struktur untuk persamaan modal (ton)
21
Ketika redaman diikutkan, persamaan gerak pada sebuah sistem MDOF adalah
(2.21)
tanpa redaman, persamaan ini dapat ditulis dalam bentuk koordinat modal. Namun,
untuk beberapa bentuk redaman yang idealisasi wajar untuk banyak struktur,
persamaan menjadi uncoupled, seperti untuk sistem undamped sebagai berikut:
(2.22)
dimana
(2.23)
(2.24)
(2.25)
Dimana C adalah matriks diagonal dengan elemen diagonal n yang setara dengan
redaman modal generalisasi:
22
(2.26)
Dimana:
C = Matriks diagonal redaman (kN.m/s)
ζ = rasio redaman
M = Matriks massa untuk persamaan modal (ton)
(2.27)
Dimana
c = Matriks redaman struktur untuk persamaan modal (kN s2/m)
Menggunakan persamaan ini untuk menghitung c mu ngkin tampak prosedur
tidak efisien karena memerlukan inversi dua matriks ordo N, sejumlah DOFs.
Namun, inverse dari modal matriks Φ dan dari ΦT dapat ditentukan dengan sedikit
perhitungan karena properti orthogonality mode.
Dimulai dengan hubungan ortogonal
(2.28)
(2.29)
Karena M adalah matriks diagonal dari massa modal generaliasi Mn, M-1 segera
dikenal sebagai matriks diagonal dengan elemen = 1 / Mn. Jadi Φ-1 dan (ΦT)-1 dapat
dihitung secara efisien dari persamaan di atas. Sehinga
(2.30)
(2.31)
23
(2.32)
Anggapan dasar dalam teori pelat tipis adalah bidang normal sumbu netral akan tetap
lurus selama deformasi. Oleh karena itu, peralihan u dan v dalam w dapat dinyatakan
sebagai berikut:
(2.33)
(2.34)
dimana
ε = regangan normal
γ = regangan geser
26
Hubungan ini hanya melibatkan satu macam translasi (w) dan tiga macam
regangan (εx, εy dan γxy). Kedua translasi u dan v merupakan variasi linear terhadap
bidang netral seperti yang ditunjukkan pada persamaan (2.34). Disamping itu,
regangan normal εz dan regangan geser γxz dan γyz dalam analisis pelat tipis biasanya
diabaikan.
Dalam gambar 2.7 dilukiskan tegangan yang terjadi pada keping kecil, yaitu
σx, σx, dan σxy, beserta regangannya, εx, εy, dan γxy. Hubungan tegangan regangan
pelat dapat dianggap sama dengan pada keadaan tegangan bidang. Hal ini
dimungkinkan karena pelat tersebut cukup tipis dan tidak ditahan dalam arah z
(kecuali pada perletekannya). Jadi, untuk material isotropik akan diperoleh:
(2.35)
dimana
E = Matriks tegangan regangan
(2.36)
(2.37)
(2.38)
(2.39)
Dimana:
E = Matriks hubungan tegangan regangan
t = tebal pelat lantai (m)
= poisson ratio
6
0 0
-6a 0 8a2
-6 0 6a 6 Sym.
0 0 0 0 0
-6a 0 4a2 6a 0 8a2
-3 0 3a 3 0 3a 6
0 0 0 0 0 0 0 0
-3a 0 2a2 3a 0 4a2 6a 0 8a2
3 0 -3a -3 0 -3a -6 0 -6a 6
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
-3a 0 4a2 3a 0 2a2 6a 0 4a2 -6a 0 8a2
6
2
6b 8b
0 0 0 Sym.
3 3b 0 6
3b 4b2 0 6b 8b2
0 0 0 0 0 0
-3 -3b 0 -6 6b 0 6
3b 2b2 0 6b 4b2 0 -6b 8b2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
-6 -6b 0 -3 -3b 0 3 -3b 0 6
6b 4b2 0 3b 2b2 0 -3b 4b2 0 -6b 8b2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29
1
b 0
-a -2ab 0
-1 -b 0 1 Sym.
-b 0 0 b 0
0 0 0 a 2ab 0
1 0 0 -1 0 -a 1
0 0 0 0 0 0 -b 0
0 0 0 -a 0 0 a -2ab 0
-1 0 a 1 0 0 -1 b 0 1
0 0 0 0 0 0 b 0 0 -b 0
a 0 0 0 0 0 0 0 0 -a 2ab 0
21
2
3b 8b
-3a 0 8a2
-21 -3b 3a 21 Sym.
2 2
-3b -8b 0 3b 8b
-3a 0 -2a2 3a 0 8a2
21 3b -3a -21 -3b -2a 21
-3b 2b2 0 3b -2b2 0 -3b 8b2
3a 0 2a2 -3a 0 -8a2 3a 0 8a2
-21 -3b 3a 21 3b 3a -21 3b -3a 21
3b -2b2 0 -3b 2b2 0 3b -8b2 0 -3b 8b2
3a 0 -8a2 -3a 0 2a2 3a 0 2a2 -3a 0 8a2
2.3.3 Massa pada Pelat Lantai
Adapun matriks massa konsisten untuk segiempat MZC yang dijelaskan William Weaver Jr adalah sebagai berikut:
(2.40)
26
31
Mzz
Mx
Pz Px
x
My
Py
y
Mzz
z
Pz Px x
My y
Py
Mx y
x
Gambar 2.9 Kekakuan dalam Balok/Grid
(Sumber: Data Pribadi, 2014)
(a)
Gaya tubuh yang ditinjau merupakan komponen tunggal by (gaya per satuan
panjang) yang bekerja dalam arah y. Maka:
(b)
Pada titik nodal 1 kedua peralihan titik nodal yang diberi notasi q1 dan q2
adalah translasi dalam arah y dan rotasi kecil dalam arah z. Translasi dalam arah y
dan rotasi kecil dalam arah z. Translasi digambarkan dengan mata panah tunggal,
sedangkan rotasi dilukiskan dengan mata panah ganda. Hal yang sama juga berlaku
untuk titik nodal 2 peralihan diberi nomor 3 dan 4 berturut-turut merupakan translasi
dan rotasi kecil. Maka, vektor peralihan titik nodal akan menjadi:
32
(c)
Dimana
(d)
Turunan ini (atau putaran sudut) dapat dianggap sebagai suatu rotasi kecil
walaupun sebenarnya juga mempengaruhi perubahan translasi pada titik nodal
tersebut. Aksi titik nodal yang terjadi pada titik nodal 1 dan 2 adalah:
(e)
Py1 dan Py2 menunjukkan gaya dalam arah y pada titik nodal 1 dan 2,
sedangkan noatasi Mz1 dan Mz2 mewakili momen dalam arah z pada kedua titik nodal
tersebut.
Karena ada 4 peralihan titik nodal, fungsi peralihan lengkap untuk elemen lentur ini
dapat diasumsikan sebagai berikut:
(f)
(g)
Dalam hal ini peralihan kedua (rotasi) pada setiap titik nodal memiliki
hubungan diferensial dengan peralihan yang pertama (translasi). Jadi, kita juga perlu
menurunkan g terhadap x.
(h)
(i)
(j)
Dari mengalikan kembali h-1 dengan g akan diperoleh matriks fungsi bentuk
peralihan dalam matriks f sebagai berikut:
(k)
(l)
(m)
(n)
(o)
(p)
(q)
Maka:
dan (r)
(s)
35
(t)
(2.41)
Dimana
I = Momen inersia penampang terhadap garis normal (m4)
E = Modulus elastisitas (kN/m2)
L = Panjang balok (m)
(a)
Akibat adanya peralihan elastis ini (rotasi kecil tadi) akan dihasilkan gaya
tubuh:
(b)
Berupa momen (persatuan panjang) yang bekerja dalam arah sumbu x positif.
Peralihan titik nodal terdiri dari rotasi aksial yang kecil pada titik nodal 1 dan
2. Maka:
(c)
(d)
Karena hanya ada dua peralihan titik nodal pada elemen torsi ini , maka dapat
digunakan fungsi peralihan yang linier, yaitu:
(e)
Serperti halnya pada elemen aksial, fungsi bentuk peralihan pada elemen torsi
ini akan menjadi:
(f)
37
(g)
(h)
Dari persamaan di atas, dapat dibuktikan bahwa nilai maksimum regangan geser
terjadi pada permukaan. Jadi:
(j)
38
(k)
(l)
Yang mirip dengan matriks B pada elemen aksial, kecuali muncul nilai r.
Pada elemen torsi, hubungan antara regangan geser τ dengan regangan
gesernya γ dinyatakan dengan:
(m)
(n)
(2.42)
Dimana
J = Momen inersia polar (m2)
G = hubungan tegangan regangan (kN/m2)
L = Panjang balok (m)
struktur. Elemen tersebut tentu tidak semuanya mendatar, ada yang tegak, ada pula
yang miring, sehingga dengan demikian matrix kekakuan perlu ditransformasikan
secara linier (diputar) agar supaya sesuai dengan posisi elemen yang bersangkutan.
Gambar 2.13 Dua Sistem Sumbu Cartesius, Xyz Dan Vwz, Dimana Sumbu Z Tegak
Lurus Bidang Gambar
(Sumber :Data Pribadi, 2014)
Tinjau rotasi sumbu xy ke vw diaman sumbu z sebagai sumbu dimana sumbu
z sebagai sumbu putar, dengan sudut rotasi sebesar α. Sehingga hubungannya dapat
ditulis sebagai berikut:
Dimana
Dengan demikian
(2.43)
Untuk suatu titik pertemuan dengan enam (6) derajat kebebasan, maka matrix
transformasi yang sesuai dengan titik tersebut menjadi:
(2.44)
Oleh sebab itu, untuk matrix kekakuan struktur grid dalam koordinat global adalah:
(2.45)
Dimana
[K] = Matriks kekakuan (kN/m)
[T] = Matriks transformasi
Untuk elemen balok atau elemen lentur dimana penampang melintang untuk tipe
elemen ini mengalami translasi dalam arah y dan juga berotasi terhadap sumbu
netralnya. Dengan matriks geometri:
Dan
(2.46)
Dimana
ρ = Massa jenis (ton/m3)
A = Luas penampang (m2)
L = Panjang balok (m)
Sedangkan untuk elemen torsi dengan penampang yang terotasi dimana
akibat pengaruh rotasi kecil x akan terjadi dua komponen translasi di sembarang
Nilai x adalah:
Sehingga diperoleh matriks massa konsisten untuk elemen torsi adalah sebagai
berikut:
(2.47)
Dimana
J = Momen inersia polar (m2)
42
(2.48)
Matrix kekakuan dan matrix gaya disusun kembali dengan koresponding dengan D f
dan Db, yaitu
(2.49)
Dan
(2.50)
(2.51)
(2.52)
(2.53)
(2.54)
Atau
(2.55)
Dimana
{Qf} = gaya-gaya luar yang bekerja pada titik bebas (kN)
[Kff] = Matriks Kekakuan pada titik bebas (kN/m)
{Df} = Lendutan pada titik bebas (m)
Sedangkan
(2.56)
Dimana
{Qb} = gaya-gaya yang bekerja pada perletakan (kN)
[Kbf] = Matriks Kekakuan pada titik terkekang akibat gaya luar (kN/m)
{Df} = Lendutan pada titik bebas (m)
Akan tetapi reaksi yang diperoleh belum merupakan reaksi sebenarnya sehingga
masih harus dikurangi dengan gaya-gaya yang langsung diterima oleh perletakan
sebagai gaya aksi, untuk mendapatkan reaksi yang sebenarnya.
44
b) Mesin Chiller
Mesin Chiller merupakan mesin penyejuk ruangan yang berkapasitas rendah
dibandingkan dengan water cooling system. Mesin ini berbentuk relatif lebih kecil
dan menghasilkan getaran sebesar 10Hz. Pada gedung Capital Residence, mesin
chiller memiliki berat sebesar 1,5 ton.
Gambar 2.18 Water Cooling System pada Gedung Bursa Efek Jakarta
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)
47
d) Pompa Air
Pompa merupakan salah satu alat bergetar yang paling kecil yang
diperhitungkan dalam desain sebuah gedung. Pada umumnya, pompa digunakan
untuk memompa air dari lantai dasar ke lantai atas.
Gambar 2.19 Mesin Pompa Air pada Gedung Bursa Efek Jakarta
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)