Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan Politik dan Ekonom Masa Pemerintahan

Presiden BJ Habibie

Setelah Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya sebagai


Presiden Republik Indonesia pada 21 Mei 1998, pada hari itu juga Wakil Presiden BJ
Habibie dilantik menjadi Presiden RI di bawah pimpinan Mahkamah Agung di Istana
Negara. Dasar hukum pengangkatan Habibie adalah berdasarkan TAP MPR No.VII / MPR /
1973 yang berisi "jika Presiden berhalangan, maka Wakil Presiden ditetapkan menjadi
Presiden". Krisis mata uang yang dikeluarkan oleh negara luar yang luar biasa besar yang
terjadi pada tahun 1997. Krisis yang telah menyebabkan kebangkrutan teknis terhadap
sektor industri dan manufaktur serta sektor finansial yang lebih ambruk,

Tambah kerusuhan Mei 1998 telah menghancurkan pusat-pusat bisnis perkotaan, khusus di
kalangan investor kaya Cina yang berperan dominan dalam ekonomi Indonesia.Larinya
modal, dan hancurnya produksi serta distribusi barang-barang yang memerlukan pemulihan
menjadi sangat sulit, hal inilah yang menyebabkan tingkat pengeluaran yang tinggi.

Pengunduran diri Soeharto telah melepaskan energi sosial dan politik serta frustasi selama
32 tahun terakhir, menciptakan perasaan senang saat akan menghabiskan politik yang
sekarang tampak seperti terjangkau. Kalangan mahasiswa dan kelompok-kelompok pro
demokrasi memerlukan sistem politik segera terjadi, meminta pemilihan umum segera
dilakukan untuk memilih anggota parlemen dan MPR, yang dapat memilih presiden baru dan
wakil presiden. Di samping memulihkan untuk mengadakan pemilihan umum mungkin,
pemerintah juga berada di bawah tekanan kuat untuk menghapuskan korupsi, kolusi dan
nepotisme yang menggunakan Orde Baru.

Tugas yang diemban oleh Presiden BJ Habibie adalah pemerintahan transisi untuk
menyiapkan dan melaksanakan agenda reformasi yang lengkap dan mendasar, serta
sesegera mungkin mengatasi kemelut yang sedang terjadi. Naiknya BJ Habibie ke
singgasana kepemimpinan nasional diibaratkan pencapaian puncak Gunung Merapi yang
siap meletus kapan saja. Gunung itu akan meletus jika berbagai politik, sosial dan
psikologis, yang merupakan warisan pemerintahan lama tidak diatasi dengan segera.

Menjawab kritik-kritik atas pertanyaan yang diajukan oleh orang lain tidak sesuai dengan
keadaan Indonesia yang sedang dilanda krisis yang luar biasa. BJ Habibie berkali-kali
tentang komitmennya untuk melakukan reformasi di bidang politik, hukum dan
ekonomi. Secara eksplisit Habibie mendeklarasikan kedudukannya sebagai presiden adalah
konstitusi yang aman. Dalam menjalankan tugasnya ini ia akan menyiapkan pemerintahan
yang bertanggung jawab sesuai dengan perubahan yang digulirkan oleh gerakan reformasi
tahun 1998. Pemerintahnya akan melakukan reformasi secara bertahap dan konstitusional
serta komitmen terhadap aspirasi rakyat untuk memperbaiki politik yang mendukung dan
meningkatkan kepastian hukum.

Dalam pidatonya pada tanggal 21 Mei 1998, malam diadakan setelah dilantik sebagai
Presiden, pukul.19.30 WIB di Istana Merdeka yang disiarkan langsung melalui RRI dan
TVRI, BJ Habibie meminta tekadnya untuk melakukan reformasi. Pidato ini dapat disetujui
merupakan visi kepemimpinan BJ Habibie guna menjawab tanggapan Reformasi secara
cepat dan tepat. Beberapa poin penting dari pidatonya adalah kabinetnya akan menyiapkan
proses reformasi di tiga bidang yaitu:

1. Di bidang politik di antara yang lain dengan undangan-undangan dalam kerangka


yang lebih tinggi, meningkatkan kualitas kehidupan berpolitik yang bernuansa pada
PEMILU yang didukung oleh Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
2. Di bidang hukum antara lain disetujui Kembali Undang-Undang Subversi.
3. Di bidang ekonomi dengan resolusi tinggi, undang-undang yang menghilangkan
praktik-praktik monopoli dan persaingan tidak sehat.
Di samping itu pemerintah akan tetap melaksanakan semua komitmen yang telah disetujui
dengan pihak luar negeri, khusus dengan pelaksanaan program reformasi ekonomi sesuai
dengan kesepakatan dengan IMF. Pemerintah akan tetap menjunjung tinggi kerja sama
regional dan internasional, seperti yang telah dilakukan selama ini dan akan mendorong
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya meningkatkan transisi pembangunan bangsa
Indonesia yang dilandasi atas kepercayaan nasional dan internasional yang tinggi.
Seperti dituturkan dalam perundingan, maka pemerintahannya akan berkomitmen pada
aspirasi rakyat untuk memulihkan kehidupan ekonomi-sosial, meningkatkan kehidupan
politik demokrasi dan menegakkan kepastian hukum. Maka Fokus perhatian pemerintahan
Habibie diarahkan pada tiga bidang tersebut.

Sebuah. Pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan

Sehari setelah dilantik, BJ Habibie berhasil membentuk kabinet yang diberi nama Kabinet
Reformasi Pembangunan. Kabinet Reformasi Pembangunan terdiri dari 36 Menteri, yaitu 4
Menteri Negara dengan tugas sebagai Menteri Koordinator, 20 Menteri Negara yang
memimpin Departemen, dan 12 Menteri Negara yang memimpin tugas tertentu. Dalam
Kabinet Reformasi Pembangunan berjumlah 20 orang yang merupakan Menteri pada
Kabinet Pembangunan era Soeharto. Kabinet Reformasi Pembangunan terdiri dari berbagai
elemen politik di masyarakat, seperti dari ABRI, partai politik (Golkar, PPP, dan PDI), tidak
ada daerah, golongan intelektual dari perguruan tinggi, dan lembaga swadaya
masyarakat.Untuk pertama kalinya sejak pemerintahan Orde Baru, Habibie
mengikutsertakan kekuatan sosial politik non Golkar, daerah non, akademisi, profesional
dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), sehingga diharapkan terjadi sinergi dari semua
yang tidak memiliki kekuatan bangsa tersebut. Langkah ini semacam rainbow coalitionyang
terakhir kali diterapkan dalam Kabinet Ampera.

Pada sidang pertama Kabinet Reformasi Pembangunan, 25 Mei 1998, BJ Habibie


memberikan pengaduan tentang pemerintah harus mengatasi krisis ekonomi dengan dua
sasaran, yaitu bahan pangan masyarakat yang tersedianya dan berputarnya kembali. Pusat
Perhatian Kabinet Reformasi Pembangunan meningkatkan kualitas, daya saing, dan daya
saing ekonomi rakyat, dengan memberi peran pada perusahaan kecil, menengah dan
koperasi, karena terbukti memiliki ketahanan ekonomi dalam perjuangan.

Dalam sidang pertama kabinet itu juga, Habibie membawa departemen-departemen terkait
segera mengambil langkah persiapan dan melaksanakan reformasi, khusus membahas
reformasi di bidang politik, bidang ekonomi dan bidang hukum. Perangkat peraturan-
undangan yang perlu disetujui antara lain Undang-Undang Pemilu, Undang-Undang tentang
Partai Politik dan Golkar, UU tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD, UU
tentang Pemerintahan Daerah.

Menindaklanjuti penangguhan yang sangat kuat terhadap reformasi politik, banyak


penentangan terhadap amandemen UUD 1945. Tuntutan amandemen atas pertentangan
antara salah satu sumber pertentangan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara pada
saat ini di UUD 1945. UUD 1945 memberikan dukungan yang sangat besar bagi presiden,
juga dianggap ada memeriksa dan menyeimbangkan sistem, terlalu fleksibel, sehingga
dalam pelaksanaannya banyak yang disalahgunakan, mengatur hak azasi manusia yang
minimal dan mengatur tentang pemilihan dan hubungan demokrasi.

b. Sidang Istimewa MPR 1998

Di tengah maraknya gelombang revolusi mahasiswa dan desakan kaum intelektual terhadap
legitimasi pemerintahan Habibie, pada 10-13 November 1998, MPRaksanakan Sidang
Istimewa untuk menentapkan langkah-langkah pemerintah dalam melakukan reformasi di
semua bidang. Beberapa hasil yang dijanjikan pemerintah dalam tantangan keras dari
mahasiswa dan gerakan reformasi telah terwujud dalam ketetapan-ketetapan yang
menghasilkan MPR, antara lain:

 Kesempatan terbukanya untuk mengamandemen UUD 1945 tanpa melalui


referendum.
 Pencabutan keputusan P4 sebagai mata pelajaran wajib (Ketuk MPR
No.XVIII / MPR / 1998).
 Masa jabatan presiden dan wakil presiden hanya sampai dua kali masa
tugas, masing-masing lima tahun (Ketuk MPR No.XIII / MPR / 1998).
 Agenda reformasi kebijakan pemilihan umum, ketentuan untuk
pengawasan pemerintahan, pengawasan yang baik dan berbagai
perubahan terhadap Dwifungsi ABRI.
 Ketuk MPR No.XVII / MPR / 1998 tentang Hak Azasi Manusia, kebebasan
mengeluarkan pendapat, kebebasan pers, kebebasan berserikat, dan
pembebasan kebebasan politik dan politik narapidana.
c. Reformasi Bidang Politik

Sesuai dengan Ketuk MPR No. X / MPR / 1998, Kabinet Reformasi Pembangunan telah
menyetujui pelaksanaannya sebagai agenda politik, yaitu mengubah budaya politik yang
diwariskan oleh pemerintahan sebelumnya, seperti pemusatan kekuasaan, dilanggarnya
prinsip-prinsip demokrasi, dibatasinya kebijakan politik rakyat, cenderungnya dibahas
represif yang menekankan keamanan dan kritis, juga terabaikannya nilai-nilai Hak Azasi
Manusia dan prinsip supremasi hukum.

Beberapa hal yang telah dilakukan BJ Habibie adalah:

 Diberlakukannya Otonomi Daerah yang lebih luas dan semakin


luas. Dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah serta
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, diharapkan akan
disetujui perizinan disintegrasi bangsa. Otonomi ditentukan oleh
Ketetapan MPR No XV / MPR / 1998.
 Kebebasan berpolitik dilakukan dengan pencabutan kebebasan partai
politik.Sebelumnya. Dengan adanya kebebasan untuk menyusun partai
politik, pada pertengahan bulan Oktober 1998 telah disetujui sebanyak 80
partai politik.Menjelang Pemilihan Umum, partai politik yang terdaftar
mencapai 141 partai. Setelah disetujui oleh Komisi Pemilihan Umum
menjadi sebanyak 95 partai, dan yang berhak memilih Pemilihan Umum
sebanyak 48 partai saja. Dalam hal kebebasan berpolitik, pemerintah juga
telah mencabut larangan mengeluarkan pendapat, berserikat, dan
mengadakan rapat umum.
 Pencabutan ketetapan untuk meminta Surat Izin Terbit (SIT) untuk media
massa cetak, sehingga media massa tidak perlu lagi khawatir dibredel
melalui hubungan pencabutan Surat Izin Terbit. Hal penting lainnya dalam
kebebasan mengeluarkan opini bagi pekerja media massa adalah
diberinya kebebasan untuk mendirikan organisasi-organisasi profesi. Pada
era Soeharto, para wartawan diminta untuk menjadi anggota satu-satunya
organisasi persatuan yang disetujui oleh pemerintah. Dipertahankan
selalu dikontrol dan dikendalikan oleh pemerintah.
 Dalam hal menghindarkan peralihan kekuasaan yang otoriter dengan
masa kekuasaan yang tidak terbatas, diberlakukan masa masa
kepemimpinan Presiden. Seorang warga negara Indonesia menyetujui
menjadi Presiden sebanyak dua kali masa jabatan saja.
d. Pelaksanaan Pemilu 1999

Pelaksanaan Pemilu 1999, dapat dipastikan sebagai salah satu hasil yang disetujui Habibie
pada masa kepresidenannya. Pemilu 1999 adalah penyelenggaraan pemilu multipartai
(yang dihadiri oleh 48 partai politik). Sebelum diadakannya pemilihan yang dipercepat itu,
pemerintah mengeluarkan RUU tentang pemilihan politik, tentang pemilihan umum, dan
tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. Setelah RUU dibuka DPR dan
disahkan menjadi UU, pemilihan presiden pemilihan umum (KPU) yang anggota-anggotanya
Terdiri dari wakil partai politik dan wakil pemerintah. Hal yang menentukan pemilu 1999
dengan pemilu sebelumnya (kecuali pemilu 1955) adalah dikuti oleh banyak partai politik. Ini
dimungkinkan karena adanya kebebasan untuk menyiapkan partai politik.Dengan masa
persiapan yang tergolong singkat,

Tidak seperti yang diprediksi dan dikhawatirkan oleh banyak pihak, pemilu yang gagal 1999
dapat terlaksana dengan damai tanpa ada yang mendukung partai yang jauh lebih banyak,
pemilu kali ini juga mencatat masa kampanye yang lebih aman dibandingkan dengan pemilu
sebelumnya.Berdasarkan laporan Komisi Pemilihan Umum (KPU), hanya 19 orang yang
tewas dalam kampanye, baik karena ada yang terlibat dalam kekerasan dibandingkan
dengan 327 orang dalam pemilu 1997 yang hanya diikuti oleh tiga partai. Ini juga
menunjukkan perbedaan besar. Pemilu 1999, disetujui oleh banyak pengamat sebagai
Pemilu yang paling mendasar dibandingkan 6 kali pelaksanaan Pemilu sebelumnya.

Berdasarkan keputusan KPU, Panitia Pemilihan Indonesia (PPI), pada 1 September 1999,
melakukan pembagian kursi hasil pemilu. Hasil pembagian kursi itu menunjuk lima kursi
besar di kursi 417 kursi di DPR, atau 90,26% dari 462 kursi yang diperebutkan. PDI-P
muncul sebagai pemenang pemilu dengan meraih 153 kursi. Golkar mendapat 120 kursi,
PKB 51 Kursi, PPP 48 kusi, dan PAN 34 kursi.

e. Referendum Pelaksanaan Timor-Timur

Satu peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden BJ Habibie adalah
diadakannya Referendum bagi rakyat Timor-Timur untuk menyelesaikan masalah Timor-
Timur yang merupakan warisan dari pemerintahan sebelumnya. Harus disetujui sebagai
bagian dari Timor-Timur (Tim-Tim) ke wilayah RI tahun 1975 yang dikukuhkan oleh TAP
MPR No.VI/M7PR/1978, atas kemauan sebagian besar warga Timor-Leste tidak pemah
mendapat persetujuan internasional.Meskipun sebenarnya Indonesia tidak pernah
mengklaim dan berambisi menguasai wilayah Tim-Tim. Banyak pengorbanan yang telah
memberikan bangsa Indonesia, baik nyawa maupun harta benda, untuk pembangunan
perdamaian dan pembangunan di Tim-Tim, yang memang sering bergejolak antara yang pro
integrasi dengan yang kontra. Anak perusahaan yang diberikan oleh pemerintah pusat
melebihi dari apa yang diberikan kepada provinsi-provinsi lainnya untuk mendapatkan
ketertinggalan. Namun demikian disesalkan bahwa semua upaya itu tidak pernah mendapat
tanggapan yang positif, baik di lingkungan internasional maupun di kalangan masyarakat
Timor-Timur sendiri.

Di berbagai forum internasional, posisi Indonesia selalu dipojokkan. Sebanyak 8 Resolusi


Majelis Umum PBB dan 7 Resolusi Dewan Keamanan PBB telah dikeluarkan.Indonesia
harus mengatasi kenyataan untuk memulihkan citra Indonesia, tidak memiliki pilihan lain
selain menyelesaikan masalah Timor-Timur dengan cara-cara yang dapat diterima oleh
masyarakat internasional. Dalam perundingan Tripartit Indonesia menawarkan segar, yaitu
otonomi yang luas untuk Timor-Timur. Gagasan itu diterjemahkan oleh Portugal namun
dengan prinsip yang berbeda, yaitu otonomi luas sebagai solusi antara (masa transisi antara
5-10 tahun) bukan solusi akhir seperti yang ditawarkan Indonesia. Pihak-pihak yang tidak
setuju harus melakukan referendum, untuk memastikan rakyat Timor-Timur memilih otonomi
atau kemerdekaan.

Bagi Indonesia adalah lebih baik menyelesaikan masalah Timor-Timur, karena akan sulit
mencapai Pemerintahan Otonomi Khusus, sementara konflik terus berlarut-larut dan
masing-masing pihak yang bertikai akan mengumpulkan kekuatan untuk mendapatkan
referendum. Karena itu, melalui kajian yang disusun dan setelah disetujui oleh Pimpinan
DPR dan Fraksi-Fraksi DPR, pemerintah menawarkan alternatif lain. Jika disetujui rakyat
Timor-Timur menolak Otonomi Luas dalam sebuah “jajak pendapat”, maka itu adalah wajar
dan bertentangan dengan kebebasan dan konstitusional, jika pemerintah memperdebatkan
pilihan kedua untuk Sidang Umum MPR, yaitu mempertanyakan Timor-Leste dari NKRI
secara damai, baik-baik dan terhormat.
Rakyat Timor-Timur melakukan jajak pendapat pada 30 Agustus 1999 sesuai dengan
persetujuan New York. Hasil jajak pendapat yang diumumkan PBB pada 4 September 1999,
adalah 78,5% ditolak dan 21,5% menerima. Setelah jajak pendapat ini telah terjadi berbagai
bentuk, jadi demi Indonesia Indonesia percepatan pengiriman pasukan multinasional di
Timor-Timur.

Sesuai dengan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pembukaan UUD '45, kebebasan itu
hak segala bangsa, maka Presiden Habibie berharap MPR berkenan membahas hasil jajak
pendapat tersebut dan menuangkannya dalam ketetapan yang memberikan persetujuan
terhadap rakyat Timor-Timur. Sesuai dengan kesepakatan New York, ketetapan ini
mensahkan persetujuan Timor-Leste dan RI, baik dan damai, untuk menunjukkan kepada
dunia ini Indonesia adalah bagian dari masyarakat internasional yang bertanggung jawab,
koordinasi, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

f. Reformasi Bidang Ekonomi

Sesuai dengan Tap MPR tentang reformasi pokok yang ditetapkan dua Arah kebijakan
pokok di bidang ekonomi, yaitu penanggulangan krisis ekonomi dengan target terkendalinya
nilai rupiah dan tersedianya kebutuhan bahan pokok dan obat-obatan dengan harga
terjangkau, serta berputarnya roda kebijakan nasional, dan pelaksanaan reformasi ekonomi.

Kebijakan ekonomi Presiden BJ Habibie dilakukan dengan mengikuti saran-saran dari Dana
Moneter Internasional yang membahas masalah keuangan Indonesia yang semakin
memburuk. Reformasi ekonomi memiliki tiga tujuan utama yaitu:

1. Merestrukturisasi dan mengamankan sektor keuangan dan perbankan.

2. Memperkuat basis sektor riil ekonomi.

3. Menyediakan jaringan pengaman sosial untuk mereka yang paling menderita akibat krisis.

Presiden Republik Habibie berhasil membawa reformasi yang menuju ke arah yang jauh
lebih baik dari pada pemerintah yang sangat buruk, mengkompilasi pembicaraan pengalihan
kepemimpinan nasional dari Soeharto ke Habibie. Pemerintahan Habibie berhasil
menurunkan laju dan mendistribusikan kebutuhan pokok. Selain itu, yang paling signifikan
adalah nilai tukar rupiah meningkat.6,700, - / dolar AS pada bulan Juni 1999.

Padahal pada bulan yang sama tahun sebelumnya masih sekitar Rp. 15.000, - / dolar
AS. Meski saat naiknya eskalasi politik diterima Sidang Umum MPR rupiah sedikit
kehilangan mencapai Rp. 8000, - / dolar AS.Sesuai TAP MPR No. X / MPR / 1998 tentang
penanggulangan krisis di bidang sosial budaya yang terjadi akibat dan krisis ekonomi,
Pemerintah telah melaksanakan Program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Program Jaring
Pengaman Sosial, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan, telah membantu
masyarakat miskin dalam menghadapi krisis.

Pada masa Presiden BJ Habibie, pembangunan kelautan Indonesia mendapat perhatian


yang cukup besar. Pembangunan kelautan merupakan sesuatu yang berhubungan dengan
pembangunan wilayah Indonesia sebagai wilayah kedaulatan dan yurisdiksi nasional untuk
didayagunakan dan digunakan untuk kesejahteraan dan perbaikan bangsa Indonesia.

g. Reformasi Bidang Hukum

Sesuai Tap MPR No.X / MPR / 1998 reformasi di bidang hukum yang ditujukan untuk
menanggulangi krisis dan melaksanakan agenda Reformasi di bidang hukum yang
dilakukan untuk menunjang upaya reformasi di bidang ekonomi, politik dan sosial budaya.

Keberhasilan penyelesaian 68 produk undangan-undangan dalam waktu yang relatif singkat,


yaitu hanya dalam waktu 16 bulan.Setiap bulan rata-rata dapat dihasilkan sebanyak 4,2
undang-undang yang lebih tinggi dari jumlah legislatif selama masa Orde Baru yang hanya
diterima sebanyak 4,07 undang-undang per tahun (0,34 per bulan).

Untuk meningkatkan kinerja aparatur penegak hukum, organisasi kepolisian harus


mengembangkannya agar terlepas dari organisasi Tentara Nasional Indonesia. Dengan
demikian, fungsi kepolisian negara dapat lebih terkait dengan dalam sistem penegakan
hukum.Tekad untuk melaksanakan reformasi menyeluruh dalam kehidupan nasional, telah
berkali-kali ditegaskan oleh BJ Habibie oleh Undang-Undang Dasar 1945 tentang hukum
negara tentang negara mana saja yang akan disakralkan haruslah ditelaah kembali untuk
disempurnakan sesuai dengan kebutuhan zaman. Penyempurnaan Undang-Undang Dasar
penting untuk menjamin agar pemerintahan di masa-masa yang akan datang perlu
dikembangkan sesuai dengan semangat demokrasi dan memulihkan ke arah perwujudan
masyarakat madani yang dicita-citakan. Untuk itu pada era pemerintahan BJ

Pada tanggal 1 hingga 21 Oktober 1999, diadakan Sidang Umum MPR hasil pemilu 1999.
Tanggal 1 Oktober 1999, 700 anggota DPR / MPR periode 1999-2004 dilantik.Pemilihan
lewat pemilihan, Amin Rais dari Partai Amanat Nasional (PAN) terpilih sebagai Ketua MPR
dan Akbar Tanjung dari Partai Golkar terpilih sebagai Ketua DPR. Pada 14 Oktober 1999,
Presiden BJ Habibie menyampaikan pidato pertanggungjawabannya di depan Sidang
Umum MPR. Dalam pidato umum fraksi-fraksi atas pidato pertanggungjawaban Presiden
Habibie tanggal 15-16 Oktober 1999, dari sebelas fraksi yang membahas pemandangan
umum, hanya empat fraksi yang disetujui yang ditolak, sedangkan enam fraksi yang lain
masih memilih putusannya. Sebagai fraksi, berikan catatan dan pertanyaan balik atas
pertanggungjawaban Habibie itu.

Setelah mendengar jawaban Presiden Habibie atas pemandangan umum fraksi-fraksi, MPR
dalam sidangnya tanggal 20 Oktober 1999, dini hari akhirnya dipertanyakan
pertanggungjawaban Presiden Habibie melalui proses pemungutan suara. Tepat pukul
00.35 Rabu dini hari, Ketua MPR Amin Rais menutup rapat paripurna dengan menyetujui
hasil rapat pertanggungjawaban Presiden Habibie menolak pagi menyetujui, 20 Oktober
1999, pada pukul 08.30 di rumah kediamannya.Presiden Habibie memutuskan sikap
kenegarawanannya dengan menyatakan bahwa dia menerima keputusan MPR yang
menolak pernyataan pertanggungjawaban.Pada kesempatan itu, Habibie juga
mengumumkan mengundurkan diri dari pencalonan presiden periode berikutnya.

Pada 20 Oktober 1999, Rapat Paripurna ke-13 MPR dengan agenda pemilihan presiden
dilaksanakan. Beberapa kandidat mayoritas adalah Abdurrahman Wahid, Megawati
Soekarnoputri dan Yusril Ihza Mahendra. Calon yang disebut terakhir mengumumkan
pengunduran dia hadir beberapa saat yang dipilihnya melakukan voting pemilihan
presiden. Lewat dukungan poros tengah (partai koalisi partai Islam) Abdurrahman Wahid
memenangkan pemilihan presiden melalui proses pemungutan suara. Ia mengungguli
Megawati yang didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang nota
bene menang pemilu 1999. Peristiwa ini memenangkan takdir yang didukung Presiden
Habibie yang hanya bisa diputar kurang lebih 17 bulan.

Anda mungkin juga menyukai