Anda di halaman 1dari 4

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/26851015

Penjernihan Air Dari Pencemar Organik dengan Proses Fotokatalis pada


Permukaan Titanium Dioksida (TiO2)

Article · January 2009


Source: DOAJ

CITATIONS READS

6 5,242

4 authors, including:

Osi Arutanti Khairurrijal Khairurrijal


Indonesian Institute of Sciences Bandung Institute of Technology
15 PUBLICATIONS   163 CITATIONS    369 PUBLICATIONS   1,151 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

BCNO Phosphor Materials View project

Optical Sensing Performance of Multimode Polymer Optical Fiber (POF) Coated with ZnO towards Methanol Vapour View project

All content following this page was uploaded by Khairurrijal Khairurrijal on 16 January 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880
Edisi Khusus, Agustus 2009

Penjernihan Air Dari Pencemar Organik dengan Proses Fotokatalis


pada Permukaan Titanium Dioksida (TiO 2 )

Osi Arutanti(1), Mikrajuddin Abdullah(1,a), Khairurrijal(1), dan Hernawan Mahfudz(2)


(1)
Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik - FMIPA
(2)
Kelompok Keahlian Sumber Daya Air – FTSL
Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganeca 10 Bandung 40132
(a)
E-mail: din@fi.itb.ac.id

Diterima Editor : 22 Mei 2009


Diputuskan Publikasi : 30 Mei 2009

Abstrak
Fotokatalisis merupakan sebuah proses reaksi kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis padat. Dimana dalam langkah
reaksinya melibatkan pasangan electron-hole (e- dan h+). Katalis padat yang digunakan sebagai fotokatalisator adalah
TiO 2 anatase. Proses penjernihan air limbah leuwi gajah membuktikan bahwa fotokatalisis menggunakan TiO 2 merupakan
cara yang aman dan efektif dalam proses sterilisasi dari pencemar organik.
Kata Kunci: pencemar organik, titanium dioksida, fotokatalisis.

1. Pendahuluan
Air m erupakan s alah s atu un sur penting ya ng berbeda. Contohnya, struktur anatase memiliki E g sebesar
dibutuhkan oleh mahluk hidup di muka bumi ini. Seperti 3,2 eV dan rutile memiliki E g sebesar 3,0 eV.
yang t elah diketahui bahwa a ir m erupakan s ubstansi
kimia de ngan r umus ki mia H 2 O Dari r umus tersebut
dapat diketahui bahwa satu molekul air tersusun atas dua
atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. D alam be ntuk i on, a ir da pat d ideskripsikan
sebagai sebuah ion hydrogen (H+) yang berikatan dengan
sebuah ion hidroksida (OH-).
Air y ang memiliki s ifat s ebagai p elarut y ang baik
tentunya dengan m udah a kan m elarutkan ba han-bahan
organik sisa-sisa pembuangan ( limbah). B ahan-bahan
organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian
dan pembusukkan. Peristiwa inilah yang menyebabkan air
menjadi t ercemar. P encemaran i ni m engakibatkan kadar
oksigen dalam a ir menjadi t urun s angat dr astis y ang
menyebabkan m atinya biota a ir. Be berapa c iri y ang
menunjukkan bahwa ai r t ersebut t ercemar diantarnya
dapat d ilihat secara kualitatif d iantaranya w arna, Gambar 1 . Energi celah, posisi pi ta va lensi ( bawah),
viskositas dan bau. konduksi ( atas), da n p otensial r edoks. P otensial r eduksi
bertanda negative dan potensial oksidasi bertanda positif.
Titanium Dioksida (TiO 2 ) Satuan dalam vol t di ukur pada l arutan e lektrolit de ngan
Titanium dioksida memilik 3 jenis struktur Kristal, PH = 1 [4].
yaitu r util, anatase da n brukit. N amun di antara t iga je nis
struktur te rsebut, hanya a natase dan rutillah ya ng c ukup Dari Gambar 1 di a tas, d apat d ilihat b ahwa TiO 2
stabil keberadaannya. memiliki energi celah s ebesar 3 ,2 eV y ang m erupakan
Jenis s truktur yang be rbeda tentunya be rpengaruh selisih a bsolut a ntara e nergi p ita k onduksi ( -4,5 e V)
pada perbedaan masa jenis (3,9 g/cc untuk anatase dan 4,2 dengan posisi tingkat energi pita valensi (-7,7 eV). Hal ini
g/cc unt uk rutil), da n tentunya h al ini d apat mengindikasikan ba hwa h + pada permukaan TiO 2
mempengaruhi pa da l uas pe rmukaan dan sisi a ktif dari merupakan s pesis oksidator kuat s ehingga da pat
TiO 2 tersebut. S elain i tu, s truktur kristal t ernyata mengoksidasi s pesi kimia l ainnya y ang m empunyai
mengakibatkan pe rbedaan t ingkat e nergi struktur p ita potensial redoks lebih kecil. Dalam hal ini adalah air yang
elektroniknya. B esarnya energi gap (E g ) diantara akan menghasilkan radikal hidroksil. Karena berdasarkan
keduanya akan be rbeda bi la l ingkungan, d alam h al i ni data y ang a da, r adikal hidroksil pa da pH = 1 m emiliki
penyusunan a tom T i da n O di dalam Kristal TiO 2 potensial sebesar 2,8 Volt, dan berdasarkan data yang lain

53
J. Nano Saintek. Edisi Khusus, Agust. 2009 54

juga, s ebagian b esar zat organik yang a da m emiliki hvb+ + H 2 O → HO + H + (3)
potensial redoks yang lebih kecil dari 2,8 Volt. Hal inilah
yang membuat penyinaran pada TiO 2 dapat memecah zat
hvb+ + OH → HO (4)
organik menjadi senyawa lainnya.

Fotokatalisis 2. Hasil dan Diskusi


Fotokatalis, s ecara u mum didefinisikan s ebagai Hasil
proses reaksi kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis
padat. Dimana dalam l angkah r eaksinya m elibatkan
pasangan electron-hole (e- dan h+). Definisi umum
tersebut m empunyai i mplikasi ba hwa be berapa l angkah-
langkah fotokatalis adalah merupakan reaksi redoks yang
melibatkan pasangan e- dan h+ .

Gambar 3. Air limbah yang sebelum disaring dan


sesudah di saring

Gambar 2. Peristiwa eksitasi dan de- eksitasi pada TiO 2


di bawah sinar UV

Secara u mum, f enomena f otokatalisis p ada


permukaan TiO 2 dapat di jelaskan s ebagai be rikut. J ika
suatu s emikonduktor t ipe n dikenai ca haya ( hv) dengan
energi yang s esuai, m aka el ektron ( e-) pa da pi ta va lensi Gambar 4. Limbah leuwigajah (200 ml) yang dicampur
akan pi ndah ke pi ta k onduksi, da n m eninggalkan l ubang dengan TiO 2 (5,883 gram) dibawah sinar matahari dengan
positif (hole) pada pita valensi. Sebagaian besar pasangan selang waktu 1 jam
e- dan h+ ini a kan b erekombinasi ke mbali, ba ik di
permukaan a taupun di da lam bu lk pa rtikel. S edangkan
sebagian l ain dari p asangan e- dan h+ dapat b ertahan
sampai pada pe rmukaan s emikonduktor, di mana pada
akhirnya, h+ dapat menginisiasi reaksi oksidasi dan dilain
pihak e- akan menginisiasi reaksi r eduksi zat kimia yang
ada di sekitar pe rmukaan semikonduktor. D alam hal ini
semikonduktor tersebut adalah titanium dioksida (TiO 2 ).
Pada prinsipnya, r eaksi o ksidasi pa da permukaan
semikonduktor dapat berlangsung melalui donasi electron
dari substrat k e h+ . A pabila pot ensi oks idasi yang
dimilikioleh h+ pada pi ta v alensi i ni c ukup be sar u ntuk
mengoksidasi a ir pada pe rmukaan pa rtikel, maka akan
dihasilkan gug us hidroksil. R adikal hi droksil merupakan
spesi pengoksidasi k uat dan m emiliki pot ensial r edoks
Gambar 5. Limbah leuwigajah (200 ml) yang dicampur
sebesar 2 ,8 Volt. P otensial s ebesar i ni c ukup kuat u ntuk
dengan TiO 2 (7,502 gram) dibawah sinar matahari dengan
mengoksidasi s ebagian be sar zat or ganik menjadi ai r,
selang waktu 1 jam
asam mineral d an karbon d ioksida. B erikut ad alah
gambaran reaksi kimia yang terjadi pada fotokatalisis :
Diskusi
Hal y ang t ermudah dalam mendeteksi ap akah ai r
TiO 2 + hυ → e + h −
eb
+
νb (1) tersebut t ercemar a dalah dilihat d ari warna, b au,
viskositas d an P H. A sumsi p ertama, j ika a ir t ersebut
es− + O 2 → ⋅O 2− (2) terlihat s udah berwarna bahkan mengeluarkan bau, maka
air t ersebut s udah t ercemar. A sumsi k edua, j ika ai r
J. Nano Saintek. Edisi Khusus, Agust. 2009 55

tersebut s udah t ercemar o leh s ampah n on-organik, m aka organik yang sifatnya merugikan di ubah kedalam bentuk
cara m ensterilisasi a ir t ersebut t idaklah mudah. Dalam senyawa lain y ang tidak b erbahaya. Sehingga s istem i ni
kata l ain t idak d apat d i s terilisasi d engan c ara fisik dapat di kelola m enjadi s uatu perangkat yang m ampu
akantetapi harus secara kimia. mengolah zat organik beracun menjadi zat lain yang tidak
Contoh a ir y ang t ercemar y ang digunakan da lam beracun di dalam air yang tercemar.
percobaan i ni adalah l imbah l euwi gajah. Karena s ecara
kasat mata dapat dilihat bahwa air tersebut sudah tercemar Referensi
terutama dengan bau yang cukup menyengat.
Pada Gbr. 3 digunakanlah asumsi ke dua. Limbah [1] J. Gunlazuardi, and H. Suseno, J. Anal. Sci. (2001).
leuwigajah t ersebut dicoba di jernihkan de ngan c ara [2] The S tanding C ommittee of A nalysis, “ The
difilter. Jika p encemarnya ad alah n on-organik, maka Microbiology of Water 1994, Part 1-drinking water”
sampah tersebut tidak mudah larut dalam air sehingga air [3] N.M. Soboleva, A.A. Nosovich, and V.V Goncharuk.
yang t ercemar s ampah non-organik dapat d engan m udah The H eterogenic P hotocatalysis i n Water T reatment
dipidahkan t erutama d engan car a difilter. A kan t etapi, Processes
setelah m elihat h asil dari eksperimen p ertama, maka [4] Linsebigler et al. Chem. Rev. 95, 3 (1995).
sangat diyakini bahwa air tersebut sudah tercemar sampah
organik. B uktinya, k etika a ir t ersebut d ifilter, t idak a da
perubahan y ang m encolok ketika s ebelum da n s esudah
disaring.
Berhubung car a f isik t idak dapat d ilakukan, maka
yang dilakukan berikutnya a dalah c ara kimia. At au y ang
dikenal dengan fotokatalisis.
Pada G br. 4 dan 5, l imbah t ersebut di berikan
perlakuan yang sama. Yaitu tiap cawan yang berisi 200ml
limbah di tambahkan m asing-masing 5 ,883 gram dan
7,503 gr am TiO 2 serbuk. Larutan di campur da n
didiamkan di bawah sinar matahari selama kurang lebih 8
jam. S etiap 1 ja m s ekali pe rubahan l arutan di abadikan.
Perbedaan da ri ke dua keadaan t ersebut hanya t erletak
pada ha sil. K andungan TiO 2 sebanyak 7, 503 g ram
memberikan ha sil yang lebih je rnih di bandingkan
kandungan 5,883 gram. D ari ga mbar t ersebut pe rubahan
warna a ir c ukup s ignifikan. Limbah y ang pada m ulanya
berwarna k ehitam-hitaman, be rubah m enjadi ja uh l ebih
bening. Selain i tu, bau y ang t adinya c ukup m enyengat,
setelah dilakukan fotokatalisis ternyata menghilang.
Persoalannya tidak hanya sampai disini. Dari hasil
di atas dapat di simpulkan b ahwa de ngan ko ndisi cuaca
yang mendukung, maka keberhasilan fotokatalis
semangin m aksimum. A kan t etapi, p ermasalahan
berikutnya ad alah b agiamana car a m emisahkan ai r
tersebut de ngan TiO 2 . T itanium y ang s udah m engendap
tentunya akan bercampur kembali dengan air jika mereka
dipisahkan dengan difilter. Cara ini tentunya tidak efektif.
Oleh karenanya, k edepannya p enelitian y ang a kan
dilakukan adalah bagaimana membuat serbuk TiO 2 dapat
menempel pada material tertentu yang bersifat ringan dan
transparan s ehingga t idak m erubah s ifat TiO 2 . H al i ni
guna m empermudah pe misahan a ntara TiO 2 yang tid ak
lagi larut dalam air ketika setelah selesai penggunaan.

3. Kesimpulan
Kemampuan permukaan TiO 2 dalam menjalankan
fungsinya sebagai fotokatalisator dengan menyediakan h+
dengan radikal oks idasi yang besar, sistem tersebut
mampu menyediakan r adikal hi droksil s ecara k ontinu
sesuai de ngan s umber f otonnya. Sifatnya sebagai
pengoksidasi yang k uat y ang m emiliki p otensial s ekitar
2,8 Volt, m embuatnya m ampu m engoksidasi s enyawa
organik y ang ada di da lam l imbah. S enyawa-senyawa

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai