Anda di halaman 1dari 77

ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN NANOFIBER


SELULOSA ASETAT DENGAN TEKNIK ELECTROSPINNING
SEBAGAI HEMODIALISIS KREATININ

SKRIPSI

IQLIMA AYU PRESTISYA

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI


Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam
lingkungan Universitas Airlangga. Diperkenankan untuk digunakan sebagai
referensi kepustakaan dengan pengutipan seijin penulis serta harus menyebutkan
sumbernya.

Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga

iv

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
naskah skripsi yang berjudul “Pembuatan dan Karakterisasi Membran
Nanofiber Selulosa Asetat dengan Teknik Electrospinning sebagai
Hemodialisis Kreatinin”. Naskah ini disusun untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar sarjana pada pendidikan sarjana sains dalam bidang kimia
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.
Dalam penyusunan dan penulisan naskah skripsi ini tidak lepas dari
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing dan
mendukung, khususnya kepada:
1. M. Zakki Fahmi, M.Si., Ph.D. selaku dosen pembimbing I dan Yanuardi
Raharjo, S.Si, M.Sc., selaku dosen pembimbing II atas waktu, bimbingan
dan nasehatnya selama penyusunan naskah skripsi ini.
2. Prof. Dr. Afaf Baktir, M.S., selaku dosen wali yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan nasihatnya dalam penyusunan naskah skripsi ini.
3. Kepala Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Airlangga beserta dosen dan staf yang telah memberikan ilmu,
membimbing dan membantu kelancaran dalam penyusunan naskah skripsi
ini.
4. Dr. Purwati, dr., Sp.PD., FINASIM selaku pemilik klinik mata Pondok Jati
Sidoarjo yang telah meminjamkan instrumen electrospinning untuk
mengerjakan pembuatan membran selulosa asetat kepada penulis demi
kelancaran pelaksanaan dan penulisan naskah skripsi ini.
5. Ayah, ibu, saudara dan keluarga besar yang telah memberikan motivasi,
dukungan, doa, nasehat, dan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan naskah skripsi ini.
6. Rekan-rekan angkatan 2012 yang telah memberikan banyak bantuan dan
doa untuk kelancaran penulisan naskah skripsi ini serta semua pihak yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dalam tulisan naskah ini masih belum sempurna.
Sehingga kritik serta saran sangat diharapkan demi sempurnanya naskah. Semoga
penulisan naskah skripsi ini dapat bermanfaat.

Surabaya, Agustus 2016


Penyusun,

Iqlima Ayu Prestisya

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Prestisya, Iqlima Ayu, 2016, Pembuatan dan Karakterisasi Membran


Nanofiber Selulosa Asetat dengan Teknik Electrospinning sebagai
Hemodialisis Kreatinin, skripsi ini dibawah bimbingan M. Zakki Fahmi,
P.hD, dan Yanuardi Raharjo, S.Si, M.Sc, Departemen Kimia, Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

ABSTRAK

Membran nanofiber berbahan selulosa asetat telah berhasil dibuat dengan


teknik electrospinning menggunakan larutan dop dengan perbandingan 15%
selulosa asetat, 8% formamida, dan 77% aseton. Pada proses electrospinning,
dilakukan optimasi flow rate larutan dop dengan variasi 0.1, 0.3, 0.5, dan 0.7
μL/h, optimasi bentuk kolektor, dan optimasi waktu yang dibutuhkan dalam
pembuatan membran dengan variasi 1, 3, 5 dan 7 jam. Dari hasil penelitian
diperoleh membran nanofiber yang optimum dibuat dengan flow rate sebesar 0.1
μL/h, kolektor berbentuk drum atau silinder dan waktu optimum pembuatan
membran selama 5 jam. Dari membran nanofiber yang optimum tersebut
didapatkan hasil karakterisasi membran meliputi ketebalan membran sebesar 0.32
mm, hidrofilisitas membran yaitu membran bersifat hidrofilik karena sudut kontak
semakin kecil selama waktu kurang dari 5 menit, hasil ukuran pori yang sebesar 1
μm, kekuatan mekanik membran berupa tegangan (stress) sebesar 0.00245 MPa,
regangan (strain) sebesar 2.1209, dan Modulus Young sebesar 1.15777 x 10-5
GPa. Membran nanofiber belum dapat diaplikasikan secara sempurna dalam
proses hemodialisis kreatinin disebabkan dari hasil uji kinetik membran, membran
mempunyai nilai fluks sebesar 9,186.736 L/m2.jam dan koefisien rejeksi yang
kecil sebesar 1.35%.

Kata Kunci: Membran nanofiber, Selulosa Asetat, Electrospinning, hemodialisis,


kreatinin

vi

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Prestisya, Iqlima Ayu, 2016, Production and Characterization of Cellulose


Acetate Nanofiber Membranes with Electrospinning Technique as Creatinine
Hemodialysis, this final project is under guidance by M. Zakki Fahmi, P.hD,
and Yanuardi Raharjo, S.Si, M.Sc, Department of Chemistry, Faculty of
Science and Technology, Airlangga University, Surabaya.

ABSTRACT

Nanofiber membrane from cellulose acetate was produced by


electrospinning technique using a dope solution with ratio of 15% cellulose
acetate, 8% formamide, and 77% acetone. In the process of electrospinning, the
optimization of solution with flow rate variations were 0.1, 0.3, 0.5, and 0.7 μL/h,
optimization of collector, and optimization of the time variations were 1, 3, 5 and
7 hours. The result showed that the optimum conditions were reached on solution
with flow rate at 0.1 μL/h using a drum or cylinder-shaped collector and the
optimum time at 5 hours. Optimum characteristic of nanofiber membrane include
the thickness of membrane was 0.32 mm, hydrophilicity of the membrane was
positive hydrophilic with the contact angle smaller for less than 5 minutes, the
results of pore size was 1 μm, the mechanical strength of the membrane in terms
of stress was 0.00245 MPa, strain about 2.1209 and 1.15777 x 10-5 GPa of
Young's Modulus. Nanofiber membrane can not to be applied in creatinine
hemodialysis process resulting from kinetic assay results of the membrane,
because the membrane had a flux value of 9,182.736 L/m2.jam and rejection
coefficient 1.35%.

Keywords: nanofiber membrane, Cellulose Acetate, electrospinning,


hemodialysis, creatinine.

vi

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ........................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1 Ginjal....................................................................................................... 7
2.2 Gagal Ginjal Kronik ................................................................................ 7
2.3 Kreatinin ................................................................................................. 8
2.4 Hemodialisis ........................................................................................... 9
2.5 Membran ................................................................................................. 11
2.6 Membran Nanofiber ................................................................................ 14
2.7 Transpor pada Membran ......................................................................... 15
2.8 Teknik Pembuatan Membran .................................................................. 16
2.9 Electrospinning ....................................................................................... 18
2.10 Karakterisasi Membran ........................................................................... 20
2.11 Selulosa Asetat ........................................................................................ 20
BAB 3 METODE PENELITIAN ......................................................................... 22
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 22
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 22
3.2.1 Alat Penelitian ................................................................................ 22
3.2.2 Bahan Penelitian ............................................................................. 22
3.3 Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 23
3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................. 24
3.4.1 Pembuatan Reagen NaOH 10%...................................................... 24
3.4.2 Pembuatan Larutan Induk Kreatinin 100mg/L ............................... 24
3.4.3 Pembuatan Larutan Standar Kreatinin............................................ 24
3.4.4 Pembuatan Larutan Kontrol Kreatinin ........................................... 24
3.4.5 Pembuatan Larutan Asam Pikrat Jenuh .......................................... 25
3.5 Preparasi Larutan Dop Membran Nanofiber........................................... 25
3.6 Pembuatan Membran Nanofiber dengan Electrospinning ...................... 25
3.6.1 Optimasi Kolektor ......................................................................... 26
3.6.2 Optimasi Flow Rate Larutan Dop................................................... 26

viii
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.
ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.6.3 Optimasi Waktu .............................................................................. 27


3.7 Karakterisasi Membran Nanofiber .......................................................... 27
3.7.1 Pengukuran Ketebalan Membran Nanofiber .................................. 27
3.7.2 Uji Sifat Hidrofilisitas Membran .................................................... 27
3.7.3.Uji Sifat Mekanik Membran Nanofiber ......................................... 28
3.7.4 Uji Morfologi Membran Nanofiber dengan Scanning Electron
Microscopy (SEM) ........................................................................ 29
3.7.5 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Kreatinin ..... 29
3.7.6 Pembuatan Kurva Standar Larutan Kreatinin................................. 29
3.7.7 Uji Kinetik Membran Nanofiber .................................................... 30
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 33
4.1 Hasil Preparasi Larutan Dop Membran .................................................. 33
4.2 Hasil Pembuatan Membran Nanofiber CA ............................................. 34
4.2.1 Optimasi Kolektor ......................................................................... 34
4.2.2 Optimasi Flow Rate Larutan Dop................................................... 35
4.2.3 Optimasi Waktu .............................................................................. 36
4.3 Hasil Karakterisasi Membran ................................................................. 38
4.3.1 Hasil Pengukuran Ketebalan Membran .......................................... 38
4.3.2 Hasil Uji Sifat Hidrofilisitas Membran .......................................... 39
4.3.3 Hasil Uji Sifat Mekanik Membran ................................................. 40
4.3.4 Hasil Uji Morfologi Membran........................................................ 44
4.3.5 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan
Kreatinin ......................................................................................... 46
4.3.6 Hasil Pembuatan Kurva Standar Larutan Kreatinin ....................... 47
4.3.7 Hasil Uji Sifat Kinetik Membran ................................................... 48
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 51
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 51
5.2 Saran ....................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 53
LAMPIRAN

ix
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.
ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

4.1 Hasil uji morfologi membran terhadap variasi waktu


dengan SEM 45

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

2.1 Proses hemodialisis 10


2.2 Proses pemisahan pada membran 11
2.3 Penampang membran simetris dan asimetris 13
2.4 Proses electrospinning 19
2.5 Struktur Selulosa Asetat 21
3.1 Alat pencetak membran nanofiber atau electrospinning 26
3.2 Sistem dead-end atau in-line 31
4.1 Pembuatan larutan dop membran 33
4.2 Bentuk kolektor membran (a) drum atau silinder, dan (b) flat 35
4.3 Taylor cone 35
4.4 Hasil membran dengan variasi flow rate 0.1, 0.3, 0.5
dan 0.7 μL/h 36
4.5 Hasil membran dengan variasi waktu 1, 3, 5, dan 7 jam 37
4.6 Grafik lama waktu pembuatan membran terhadap
ketebalan membran 39
4.7 Hasil uji hidrofilisitas membran dalam (a) 0 menit,
(b) 1 menit, (c) 2 menit, (d) 3 menit, dan (e) 4 menit 40
4.8 Kurva hidrofilisitas membran nanofiber CA 40
4.9 Alat uji tarik membran 41
4.10 Hasil pengukuran tegangan terhadap
(a) flow rate larutan dop dan (b) waktu 42
4.11 Hasil pengukuran regangan terhadap (a) variasi waktu dan
(b) variasi flow rate larutan dop 43
4.12 Hasil pengukuran Modulus Young terhadap
(a) flow rate larutan dop dan (b) waktu 44
4.13 Reaksi Kreatinin dengan Asam Pikrat 46
4.14 Spektra panjang gelombang maksimum
larutan standar Kreatinin 47
4.15 Kurva larutan standar Kreatinin 47
4.16 Struktur geometri Kreatinin 49

xi

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Perhitungan pembuatan larutan induk Kreatinin 100 mg/L


2 Perhitungan pembuatan larutan standar Kreatinin
3 Perhitungan uji mekanik membran
4 Perhitungan permeabilitas (fluks)
5 Perhitungan selektivitas (rejeksi)
6 Tabel absorbansi larutan standar Kreatinin
7 Proses dead-end untuk uji kinetik membran nanofiber

xii

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Gagal ginjal (renal atau kidney failure) adalah kasus penurunan fungsi

ginjal yang terjadi secara akut maupun kronis. Dikatakan gagal ginjal akut (acute

renal failure) bila penurunan fungsi ginjal berlangsung secara tiba-tiba, tetapi

kemudian dapat kembali normal setelah penyebabnya segera dapat diatasi.

Sedangkan gagal ginjal kronis (chronic renal failure) gejalanya muncul secara

bertahap biasanya tidak menimbulkan gejala awal yang jelas sehingga penurunan

fungsi ginjal tersebut sering tidak dirasakan namun setelah mengetahui telah

mengalami tahapan parah yang sulit diobati (Alam, 2008).

Pada umumnya, penanganan pasien gagal ginjal dilakukan dengan

transplantasi ginjal, Peritoneal Dyalisis (PD) dan atau Hemodyalisis (HD) (Alam,

2008). Transplantasi ginjal merupakan cara yang paling ideal, tetapi banyak

terkendala oleh ketersediaan donor ginjal, teknik operasi dan perawatan pasca

operasi serta segi biaya (Purwanto, 2007). Sedangkan dalam Peritoneal Dyalisis

(PD), lapisan internal perut bertindak sebagai ginjal buatan dan proses dialisis

harus dilakukan setiap hari. Setiap proses pemasangan kateter harus dilakukan

secara ekstra hati-hati untuk menghindari infeksi pada peritoneum sehingga PD

dianggap kurang efisien selain dari alasan tersebut, PD dalam proses dialisisnya

membutuhkan banyak tempat serta pasien diharuskan selalu membawa 1 hingga 2

liter cairan dialisat peritoneal (Crowley, 2009).

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Hemodialisis merupakan cara yang efektif yang memungkinkan dapat

mengobati pasien gagal ginjal. Prinsip dari hemodialisis adalah mengalirkan darah

pasien ke dalam mesin dialiser secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah

kembali lagi kedalam tubuh pasien. Hemodialisis memerlukan akses ke sirkulasi

darah pasien, suatu mekanisme untuk membawa darah pasien ke dan dari dializen

(tempat terjadi pertukaran cairan, elektrolit, dan zat sisa tubuh), serta dialiser

(Baradero et al., 2009). Pada prosesnya di dalam dialiser, darah dan cairan

dialiser dipisahkan oleh membran dialisis dimana membran ini dapat dilalui oleh

air dan zat-zat tertentu seperti urea dan kreatinin sehingga terjadi proses

hemodialisis tersebut (Post, 2010).

Membran dialisis merupakan membran semipermeabel yang mampu

melewatkan spesi tertentu dan menahan spesi yang lain berdasarkan ukuran spesi

yang akan dipisahkan. Spesi yang memiliki ukuran lebih besar akan tertahan dan

spesi dengan ukuran yang lebih kecil dapat melewati membran sehingga membran

memiliki sifat transpor yang selektif. Membran yang digunakan dalam proses

hemodialisis harus memiliki sifat mekanik yang kuat, efisiensi, dan fluks yang

tinggi. Membran dengan efisiensi tinggi memiliki kemampuan yang lebih besar

untuk menghilangkan air, kreatinin dan molekul lainnya dari darah. Membran

dialisis juga harus memiliki sifat aman terhadap lingkungan dan tidak

memerlukan penambahan zat kimia pada proses pemisahannya (Edward et al.,

2008).

Membran dialisis berupa nanofiber dapat dibuat dari berbagai material

organik (polimer) seperti polisulfon dan selulosa asetat (Sumardjo, 2009).

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Selulosa asetat (CA) adalah salah satu turunan selulosa yang paling penting yang

dapat digunakan untuk berbagai aplikasi yang berbeda, seperti coating, film,

tekstil dan membran polimer sintetik. Di antara berbagai jenis CA, yang paling

dieksploitasi adalah asetat dengan derajat substitusi (DS) dari 2,4-2,5 (Fischer et

al., 2008 dan Steinmeier, 2004). Selain dikarenakan larut dalam aseton, CA

penting dalam industri karena toksisitas rendah (Sun et al., 2013). Selulosa asetat

juga memiliki sifat hidrofilik sehingga tahan fouling dalam hemodialisis dan

permeabilitas serta termostabilitas yang baik.

Sebelumnya telah dilakukan penelitian pembuatan membran nanofiber

dengan metode drawing, yaitu teknik pembuatan nanofiber dengan menyentuhkan

mikropipet pada droplet dan menariknya (Nain et.al., 2006), dengan cara template

synthesis, yaitu dengan menekan larutan polimer pada celah membran yang kecil

untuk menghasilkan nanofiber (Zelenski et.al., 1998), dan juga dengan metode

inversi fasa (Indarti et al., 2013) namun membran masih menunjukkan kinerja

yang kurang optimal seperti ukuran pori membran yang masih besar yang jika

digunakan sebagai membran hemodialisis dapat memungkinkan molekul lain

untuk melewati membran. Maka diperlukan metode atau teknik alternatif lain

untuk meningkatkan kinerja dari membran nanofiber sehingga dapat diaplikasikan

dalam hemodialisis kreatinin.

Electrospinning adalah teknologi yang umumnya digunakan untuk

pembentukan serat secara elektrostatik yang memanfaatkan kekuatan listrik untuk

menghasilkan serat polimer dengan diameter berukuran nano menggunakan

senyawa polimer baik polimer alami maupun sintetis. Proses electrospinning telah

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mendapatkan banyak perhatian karena fleksibilitas bahan yang bisa digunakan,

dan kemampuannya untuk menghasilkan serat dalam kisaran submikron. Serat

submikron adalah serat yang dinyatakan sulit dicapai dengan menggunakan

metode pemintalan serat mekanis konvensional. Teknik ini telah dikenal selama

lebih dari 60 tahun di industri tekstil untuk pembuatan kain serat non-woven.

Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan minat dalam

memanfaatkan teknologi ini untuk menghasilkan serat nano. Peningkatan minat

untuk pembuatan serat nano sebagian besar menggunakan berbagai jenis polimer

alami dan sintetis untuk teknologi jaringan. Polimer alami dan sintetis yang

digunakan meliputi: asam polilaktik (PLA) (Yang et al., 2005); poliuretan

(Stankus et al., 2004); kolagen (Matthews et al., 2002); hyaluronic acid (asam

hialuronik) (Um et al., 2004); selulosa (Ma et al., 2005); kitosan/kolagen (Chen et

al., 2007); dan starch (pati) seperti cassava starch (pati singkong)

(Sunthornvarabhas et al., 2010). Dan hingga saat ini, electrospinning adalah satu-

satunya teknik yang tersedia untuk produksi serat dengan diameter sangat kecil.

(Dersch et.al., 2005) sehingga electrospinning dapat menjadi teknik alternatif

untuk meningkatkan kinerja membran nanofiber.

Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan membran nanofiber dengan

teknik electrospinning yang diharapkan dapat memberikan kinerja yang lebih

optimal sehingga dapat diterapkan dalam penanganan pasien gagal ginjal.

Membran yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi dengan pengukuran ketebalan

membran, uji mekanik membran, dan uji morfologi dengan instrumen SEM

kemudian membran nanofiber diaplikasikan pada hemodialisis kreatinin.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh electrospinning dalam pembuatan membran

nanofiber sebagai hemodialisis kreatinin dan karakterisasi membran

nanofiber?

2. Bagaimana optimasi bentuk kolektor dan flow rate larutan dop pada

pembuatan membran nanofiber?

3. Bagamaina optimasi lama waktu yang digunakan pada pembuatan

membran nanofiber?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menentukan pengaruh electrospinning dalam pembuatan membran

nanofiber sebagai hemodialisis kreatinin dan hasil karakterisasi membran

nanofiber.

2. Menentukan bentuk kolektor dan nilai flow rate larutan dop yang optimum

pada pembuatan membran nanofiber.

3. Menentukan lama waktu optimum yang digunakan pada pembuatan

membran nanofiber.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan,

menjadi referensi informasi data ilmiah mengenai penggunaan electrospinning

dalam pembuatan membran nanofiber selulosa asetat, memberikan alternatif

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

parameter dalam proses pembuatan membran nanofiber sehingga dapat

diaplikasikan dalam bidang kesehatan khususnya kebutuhan para penderita gagal

ginjal untuk hemodialisis kreatinin.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ginjal

Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding

abdomen dikanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 hingga L3.

Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena besarnya lobus hepar.

Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang terdalam adalah kapsula

renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar adalah

fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan

memfiksasi ginjal (Tortora, 2011).

Ginjal memiliki korteks ginjal dibagian luar yang berwarna coklat terang

dan medula ginjal dibagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks ginjal

mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari

glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa

triangular disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian

apeks yang menonjol ke medial.Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan

hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ketubulus kolektivus menuju pelvis

ginjal (Tortora, 2011).

2.2. Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan

penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

ml/menit. Gagal ginjal kronik sesuai dengan tahapannya dapat berkurang, ringan,

sedang atau berat. Gagal ginjal tahap akhir (end stage renal failure) adalah

stadium gagal ginjal yang dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan

terapi pengganti (Susalit, 2001).

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan

fungsi renal yang progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal

untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

(Smeltzer, 2002).

2.3. Kreatinin

Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir

konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin

diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya

relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai

normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal (Corwin, 2001).

Kreatinin, adalah anhidrida dari kreatin, dibentuk sebagian besar dalam

otot dengan pembuangan air dari keratin fosfat secara tak reversible dan non

enzimatik. Kreatinin bebas terdapat dalam darah dan urin. Pembentukan kreatinin

rupanya adalah langkah permulaan yang diperlukan untuk ekskresi sebagian besar

kreatinin (Harper, 1999).

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah,

diantaranya adalah; perubahan massa otot, diet kaya daging meningkatkan kadar

kreatinin sampai beberapa jam setelah makan, aktifitas fisik yang berlebihan dapat

meningkatkan kadar kreatinin darah, obat obatan seperti sefalosporin, aldacton,

aspirin dan co-trimexazole dapat mengganggu sekresi kreatinin sehingga

meninggikan kadar kreatinin darah, kenaikan sekresi tubulus dan destruksi

kreatinin internal, usia serta jenis kelamin (Sukandar, 1997).

Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum mengindikasikan adanya

penurunan fungsi ginjal sebesar 50%, demikian juga peningkatan kadar kreatinin

tiga kali lipat mengisyaratkan penurunan fungsi ginjal sebesar 75% (Soeparman et

al., 2001).

2.4. Hemodialisis

Hemodialisis merupakan tindakan menyaring dan mengeliminasi sisa

metabolisme dengan bantuan alat. Fungsinya untuk mengganti fungsi ginjal dan

merupakan terapi utama selain transplantasi ginjal dan peritoneal dialisis pada

orang-orang dengan penyakit ginjal kronik. Indikasi hemodialisis adalah semua

pasien dengan GFR < 15mL/menit, GFR < 10mL/menit dengan gejala uremia dan

GFR < 5mL/menit tanpa gejala gagal ginjal (Rahman et al., 2013).

Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung

ginjal buatan (dializer) yang terdiri dari dua kompartemen, yang diilustrasikan

pada Gambar 2.1. Kompartemen tersebut terdiri dari kompartemen darah dan

kompartemen dialisat yang dibatasi oleh selaput semipermeabel buatan.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

Kompartemen dialisat dialiri oleh cairan dialisat yang berisi larutan dengan

komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung sisa metabolisme

nitrogen. Darah pasien dipompadan dialirkan menuju kompartemen darah.

Selanjutnya, akan terjadi perbedaan konsentrasi antara cairan dialisis dan darah

karena adanya perpindahan zat terlarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi

rendah (Sudoyo et al., 2009).

Gambar 2.1. Proses hemodialisis

Pasien akan dialiri dengan cairan dialisat sebanyak 120-150 liter setiap

dialisis. Zat dengan berat molekul ringan yang terdapat dalam cairan dialisat dapat

berdifusi ke dalam darah. Untuk itu, diperlukan reverse osmosis. Air akan

melewati pori-pori membran semi-permeabel sehingga dapat menahan zat dengan

berat molekul ringan. Terdapat dua jenis cairan dialisat, yaitu asetat dan

bikarbonat. Cairan asetat bersifat asam dan dapat mengurangi kemampuan tubuh

untuk vasokonstriksi yang diperlukan tubuh untuk memperbaiki gangguan

hemodinamik yang terjadi setelah hemodialisis. Sementara cairan bikarbonat

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

bersifat basa, sehingga dapat menetralkan asidosis yang biasa terdapat pada pasien

GGK. Cairan bikarbonat juga tidak menyebabkan vasokonstriksi (Sudoyo et al.,

2009).

2.5. Membran

a. Membran adalah suatu fasa yang berfungsi sebagai penghalang selektif,

yang memungkinkan beberapa komponen tertentu dapat melewatinya dan

menahan komponen lainnya pada suatu aliran fluida. Proses pemisahan oleh

membran dapat terjadi karena adanya perbedaan pori, bentuk, serta struktur

kimianya seperti pada Gambar 2.2. Membran demikian disebut sebagai membran

semipermeabel. Fasa campuran yang akan dipisahkan disebut umpan (feed), dan

hasil fasa pemisahan disebut permeat (permeate). Sifat-sifat membran perlu

dikarakterisasi, yang meliputi efisiensi serta mikrostrukturnya (Notodarmojo dan

Deniva, 2004).

Gambar 2.2. Proses pemisahan pada membran (Mulder, 1996).

Membran dapat diklasifikasikan berdasarkan:

1. Material Membran

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

a. Membran alam adalah membran yang terdapat pada jaringan tubuh

makhluk hidup, yang berfungsi untuk melindungi sel dari pengaruh lingkungan

dan membantu proses metabolisme dengan sifat permeabilitasnya.

b. Membran sintetik adalah membran yang dibuat dengan reaksi kimia dan

digunakan untuk tujuan tertentu. Membran ini terdiri atas dua jenis yaitu membran

organik dan anorganik.

2. Morfologi Membran

b. Membran simetris merupakan membran yang memiliki struktur dan

ukuran pori yang seragam dengan ketebalan 10-200 μm. Jenis membran ini

kurang efektif karena memungkinkan lebih cepat terjadinya penyumbatan pori dan

mengakibatkan fouling atau penyumbatan pori pada penggunaannya. Membran ini

terdiri atas membran berpori dan membran rapat (Mulder, 1996) seperti pada

Gambar 2.3.

c. Membran asimetris merupakan membran yang memiliki struktur dan

ukuran pori tidak seragam. Bagian atas membran (lapisan aktif) memiliki pori

berukuran kecil dan rapat, dengan ketebalan lapisan 0,1-1 μm. Sedangkan bagian

bawah membran (lapisan penyangga/pendukung) memiliki pori yang berukuran

besar, dengan ketebalan 1-150 μm seperti pada Gambar 2.3. Membran ini

mengkombinasikan selektifitas yang tinggi dari membran rapat dan laju permeasi

yang tinggi dari membran yang sangat tipis. Ketahanan terhadap transfer massa

sebagian besar ditentukan oleh lapisan atas yang tipis (Mulder, 1996).

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

Gambar 2.3. Penampang membran simetris dan asimetris.

3. Struktur dan prinsip pemisahan

a. Membran berpori: Membran ini biasa digunakan untuk mikrofiltrasi dan

ultrafiltrasi. Untuk mikrofiltrasi, ukuran pori berkisar antara 0,1-10 μm sedangkan

untuk ultrafiltrasi berkisar antara 2-100 nm. Prinsip pemisahan membran ini

didasarkan atas perbedaan ukuran partikel. Selektifitas yang tinggi dapat diperoleh

ketika ukuran zat terlarut atau ukuran partikel relatif besar terhadap ukuran pori

membran (Mulder, 1996).

b. Membran tak berpori: Membran dari kelas ini berpotensi untuk

memisahkan molekul dengan ukuran yang hampir sama satu sama lain.

Pemisahan terjadi melalui perbedaan kelarutan dan perbedaan difusitas. Sifat

intrinsik dari material membran menentukan selektifitas dan permeabilitas.

Membran seperti ini digunakan untuk pervaporasi dan pemisahan gas (Mulder,

1996).

c. Membran cair berpendukung: Pada membran ini, adanya molekul

pembawa sangat menentukan selektifitas pemisahan. Pemisahan tidak ditentukan

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

oleh material membran tapi oleh molekul pembawa yang memfasilitasi transpor

secara spesifik. Membran ini biasa digunakan untuk memisahkan gas, cairan, ion-

ion, dan partikel non-ionik.

2.6. Membran Nanofiber

Sebuah membran tipis yang terbentuk pada pelat pengumpul atau kolektor

selama proses electrospinning sebagai akibat dari pemadatan atau semi

padat oleh jet pada permukaan dua dimensi. membran ini juga disebut

membran nanofiber jala atau nanofiber web karena struktur seperti jarring-jaring

yang terkumpul ketika dilihat dari mikroskop elektron (Ramakrishna et.al., 2005).

Geometri dari membran nanofiber masuk dalam kategori dimensi skala

nano yang mencakup nanotube dan nanorods. Namun, sifat fleksibel nanofiber

dibandingkan nano-elemen lainnya yaitu seperti molekul globular (diasumsikan

sebagai O-dimensi), serta film padat dan cair yang ketebalannya berukuran nano

(2-dimensi). Sebuah nanofiber jika diisi dengan nanopartikel lain dapat

membentuk komposit. Dimana banyak sekali diaplikasikan pada bioteknologi,

seperti penggunaan jaringan nanofiber dalam nano-bioengineering. Selain itu,

pengaplikasian membran nanofiber juga dalam bidang energi dan listrik,

kesehatan seperti hemodialisis serta drug release (pelepasan obat dalam tubuh),

tekstil, wound dressing (penutup luka), dll. (Ramakrishna et.al., 2005).

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

2.7. Transpor pada membran

Membran merupakan suatu penghalang selektif diantara dua fasa

homogen. Molekul atau partikel dapat ditransporkan melalui membran dari satu

fasa ke fasa lain karena adanya gaya yang bekerja pada molekul atau partikel.

Aliran total serapan dari sistem membran diberikan oleh persamaan

berikut:

𝑄𝑝 = 𝐹𝜔 . 𝐴

dimana Qp adalah debit aliran serapan [kg.s-1], Fw adalah tingkat fluks air [kg.m-
2
.s -1] dan A adalah luas membran [m2]

Permeabilitas (k) [m.s-2.bar-1] dari membran diberikan oleh persamaan

berikutnya:

𝐹𝜔
𝑘=
𝑃𝑇𝑀𝑃

Tekanan transmembran (TMP) diberikan oleh ekspresi berikut:

𝑃𝑓 + 𝑃𝑐
𝑃𝑇𝑀𝑃 = − 𝑃𝑃
2

dimana PTMP adalah Tekanan transmembran [kPa], Pf tekanan inlet dari aliran

umpan [kPa], Pc tekanan konsentrat aliran [kPa], Pp tekanan jika aliran serapan

[kPa]. Penolakan (r) dapat didefinisikan sebagai jumlah partikel yang telah

dihapus dari umpan tersebut.

(𝐶𝑓 − 𝐶𝑐 )
𝑟= 𝑥 100
𝐶𝑓

Dalam rangka untuk mengendalikan operasi proses membran, dua mode,

sehubungan dengan fluks dan ke TMP (Trans Membran Pressure), dapat

digunakan. Mode ini adalah: (1) konstan TMP dan (2) fluks konstan. Modus

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

operasi akan terpengaruh ketika bahan ditolak dan partikel dalam retentat yang

cenderung menumpuk di membran. Pada TMP diberikan, fluks air melalui

membran akan menurun dan pada fluks yang diberikan, TMP akan meningkat,

mengurangi permeabilitas (k). Fenomena ini dikenal sebagai fouling, dan itu

adalah keterbatasan utama untuk proses operasi membran.

2.8. Teknik Pembuatan Membran

Semua jenis material sintetik yang berbeda dapat digunakan untuk

pembuatan membran. Materialnya bisa berupa anorganik seperti logam, keramik,

gelas atau organik mencakup semua polimer. Tujuannya adalah untuk

memodifikasi material melalui teknik yang cocok untuk memperoleh struktur

membran dengan morfologi yang cocok untuk pemisahan yang spesifik. Tidak

setiap masalah pemisahan bisa diselesaikan dengan semua jenis material.

Sejumlah teknik tersedia untuk pembuatan membran sintetik. Beberapa teknik ada

yang bisa digunakan untuk membuat membran baik anorganik maupun organik

(Mulder, 1996). Teknik pembuatan yang paling penting diantaranya:

1. Sintering: Bahan membran yang dipakai adalah bubuk yang memiliki

ukuran partikel tertentu. Bubuk tersebut ditekan dan dipanaskan pada suhu yang

tinggi, sehingga antarmuka partikel yang berdekatan akan menghilang dan timbul

pori-pori. Metode ini digunakan untuk menghasilkan membran mikrofiltrasi

organik dan anorganik yang berpori, dengan ukuran pori antara 0,1-10 μm

(Mulder, 1996).

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

2. Stretching: Pada metode ini film yang terbuat dari poimer semikristalin

ditarik searah dengan arah ekstrusi, sehingga bagian kristalin dari polimer terletak

sejajar dengan arah ekstrusi. Porositas membran yang dihasilkan dengan metode

ini lebih banyak dibandingkan dengan metode sintering. Pori yang terbentuk

berukuran antara 0,1-3 μm (Mulder, 1996).

3. Track-etching: Metode ini juga dikenal sebagai metode litografi. Film dari

polimer ditembak dengan partikel radiasi berenergi tinggi pada arah tegak lurus

terhadap film. Partikel radiasi akan membentuk lintasan pada matriks film. Pada

saat film dimasukkan ke dalam bak asam atau basa, maka film polimer akan

terbentuk sepanjang lintasan. Pori yang dihasilkan berukuran seragam (simetri)

dan distribusi pori sempit (porositas menurun). Ukuran pori yang diperoleh

berkisar antara 0,02-10 μm (Mulder, 1996).

4. Template Leaching: teknik lain dalam membuat membran berpori dengan

cara melepaskan salah satu komponen (leaching). Sebagai contoh dalam

membentuk sebuah film dengan melakukan leaching. Lelehan homogen dari

sistem 3 komponen (Na2O-B2O3-SiO2) didinginkan untuk memisahkannya ke

dalam 2 fase. Fase yang pertama sebagian besar terdiri dari SiO2 yang tidak larut.

Fase kedua yang larut dilepaskan dengan menggunakan larutan asam atau basa

dan terbentuk diameter pori dengan ukuran minimal 0.005 µm.

5. Inversi Fasa: proses dimana sebuah polimer dirubah secara terkendali dari

fasacair ke fasa padat. Proses pemadatan sering kali dimulai/diinisiasi melalui

transisi darisatu keadaan cair menjadi dua (pemisahan cair-cair). Pada titik

tertentu selama proses pemisahan, salah satu fasa cair tersebut (konsentrasi

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

polimer yang lebih tinggi) akan memadat sehingga matrik padat akan terbentuk.

Dengan mengendalikan tahap awal transisi fasa, morfologi membran dapat di atur,

seperti berpori atau tidak berpori. Konsep inversi fasa meliputi beberapa teknik

berbeda seperti, penguapan pelarut (solvent evaporation), presipitasi dengan

penguapan terkendali, presipitasi panas, presipitasi dari fasa uap dan presipitasi

dengan perendaman.

6. Electrospinning: teknik yang menggunakan tegangan tinggi sebagai power

supply yang kemudian dialirkan pada spinneret dan kolektor. Pada spinneret akan

mengalirkan cairan polimer dan dengan memanfaatkan tegangan listrik akan

terjadi tolakan permukaan muatan yang awalnya membentuk permukaan setengah

bola menjadi bentuk kerucut atau bisa disebut taylor cone. Lalu cairan akan

terkumpul sebagai jaring-jaring fiber pada kolektor.

2.9. Electrospinning

Electrospinning adalah proses yang terjadi saat adanya perbedaan

potensial antara larutan dan kolektor. Seringnya, medan listrik eksternal

digunakan untuk mengontrol jet electrospinning yang digunakan. Faktor-faktor

yang mempengaruhi kemampuan larutan untuk membawa muatan, medan listrik

yang mengelilingi jet electrospinning dan disipasi muatan pada serat polimer yang

disimpan pada kolektor akan berdampak pada proses electrospinning

(Ramakrishna et al., 2005).

Electrospinning, yang lebih dikenal dengan elektrostatik berputar, sangat

kuat, tekniknya simpel dan serbaguna yang memungkinkan terjadinya fabrikasi

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

fiber berukuran mikro-nano dari proses larutan atau pelelehan dengan

cairanelektrik. Selama proses electrospinning, membutuhkan power supply

bertegangan tinggi yang dialirkan pada cairan polimer (larutan atau lelehan),

tolakan antar muatan pada permukaan drop diujung kapiler bersaing dengan

tegangan permukaan, yang menstabilkan drop. Saat kondisi kritis tercapai maka

tolakan permukaan muatan akan mendominasi, permukaan setengah bola cairan

diujung memanjang untuk membentuk bentuk kerucut dikenal sebagai Taylor

cone. Untuk lebih meningkatkan intensitas medan listrik, jet diambil dari pemintal

yang di bawah laju alir konstan. Sebelum mencapai kolektor koagulan, larutan

akan menguap dan terkumpul sebagai jarring-jaring fiber dalam kolektor.

Diameter polimer fiber dari nanometer ke mikrometer, sebagai contoh

polyacrylonitrile (PAN) nanofiber pada Gambar 2.4 (Macagnano et al., 2015).

Gambar 2.4. Proses electrospinning

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

2.10. Karakterisasi Membran

Karakteristik secara fisik dari membran dengan electrospining dapat

menggunakan berbagai parameter dimana parameter dibagi menjadi tiga kategori:

sifat larutan (viskositas, konsentrasi larutan, berat molekul polimer, dan tegangan

permukaan), kondisi pengolahan (tegangan, laju aliran volume, jarak spinneret,

dan diameter jarum), dan kondisi (suhu, kelembaban, dan tekanan atmosfer).

Yang dapat mempengaruhi hasil akhir pada karakteristikseperti sifat fisik,

mekanik, dan sifat listrik, diameter serat adalah salah satu fitur struktural yang

paling penting pada membran dengan electrospinning (Haghi, 2012).

Efisiensi membran juga merupakan karakteristik membran dilihat dalam

segi kinerja membran yang ditentukan oleh permeabilitas dan

permselektivitasnya. Permeabilitas suatu membran menyatakan kecepatan dari

suatu spesi menembus membran. Secara kuantitas, permeabilitas membran

dinyatakan sebagai fluks atau koefisien permeabilitas yang dapat diartikan sebagai

jumlah volume permeat yang melewati satuan luas membran dalam waktu tertentu

dengan adanya gaya dorong (tekanan). Laju fluks akan menurun sejalan dengan

waktu akibat adanya polarisasi konsentrasi, fouling, dan scaling. (Notodarmojo

dan Deniva, 2004).

2.11. Selulosa Asetat

Selulosa asetat adalah suatu senyawa kimia buatan yang digunakan dalam

film fotografi. Secara kimia, selulosa asetat adalah ester dari asam asetat dan

selulosa. Struktur kimia dari selulosa asetat dapat dilihat pada Gambar 2.5.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

Senyawa ini pertama kali dibuat pada tahun 1865. Selain pada film fotografi,

senyawa ini juga digunakan sebagai komponen dalam bahan perekat, serta sebagai

serat sintetik.

Gambar 2.5. Struktur Selulosa Asetat

Film fotografi yang terbuat dari asam asetat pertama kali diperkenalkan

pada 1934, menggantikan selulosa nitrat yang sebelumnya menjadi standar.

Kelemahan film selulosa nitrat adalah senyawa tersebut tidak stabil dan mudah

sekali terbakar. Bila terjadi kontak dengan oksigen, film selulosa asetat menjadi

rusak dan tidak dapat digunakan lagi, serta melepaskan asam asetat. Fenomena ini

disebut "sindrom cuka", karena asam asetat merupakan bahan utama dalam cuka.

Sejak dekade 1980-an, film dari poliester (sering juga disebut dengan nama

dagang dari Kodak Estar) mulai menggantikan film dari selulosa asetat, terutama

untuk tujuan pengarsipan. Sebelum munculnya poliester, film selulosa asetat juga

dipakai pada pita magnetik. Sekarang selulosa asetat masih digunakan dalam

beberapa hal, misalnya negatif dari gambar bergerak.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik, Departemen

Kimia, Universitas Airlangga Surabaya dan di Laboratorium Dr.Daddy Armand

N, Sp.M, Klinik Mata Pondok Jati, Sidoarjo. Penelitian ini dilaksanakan mulai

Bulan Januari sampai Juli 2016.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan adalah peralatan gelas meliputi Erlenmeyer

bertutup, kaca arloji, magnetic stirrer, spatula, pipet tetes, neraca analitik,

pengaduk, gelas ukur, dan hot plate. Sedangkan peralatan instrumen yang

digunakan adalah alat pencetak membran nanofiber atau electrospinning tipe

Nachriebe 600 Electrospinning, power supply tegangan tinggi, Scanning Electron

Microscopy (SEM), dan autograph AG-10 TE Shimadzu serta Spektrofotometer

UV-Vis Mapada UV-6100PCS.

3.2.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah Selulosa Asetat (CA)

komersil standar p.a., aseton standar p.a., formamida standar p.a., kreatinin,

akuades, NaOH, asam pikrat jenuh dan etanol teknis.

22
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.
ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

3.3. Diagram Alir Penelitian

Selulosa Asetat : Formamida : Aseton


15% : 8% : 77%

Larutan
dop

dicetak dengan alat electrospinning

Optimasi
a) Kolektor
b) Flow rate larutan dop
c) Waktu

Membran
nanofiber

Karakterisasi
membran

Uji sifat Uji Uji sifat


Pengukuran kinetik
ketebalan hidrofilisitas morfologi
membran membran membran
membran

Uji sifat
mekanik
membran
Permeabilitas Selektivitas
(fluks) (rejeksi)

Tegangan Regangan Modulus


(stress) (strain) Young

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Pembuatan reagen NaOH 10%

Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan akuades di dalam gelas

beaker dan diaduk secara perlahan. Larutan kemudian dipindahkan ke dalam labu

ukur 100 mL diencerkan dengan akuades hingga tanda batas.

3.4.2. Pembuatan larutan induk kreatinin 100 mg/L

Kreatinin ditimbang dengan teliti sebanyak 10 mg, kemudian dimasukkan

ke dalam labu ukur 100 mL lalu diencerkan dengan akuades sampai tanda batas.

3.4.3. Pembuatan larutan standar kreatinin

Larutan induk kreatinin 100 mg/L diambil sebanyak 1,00; 2,00; 3,00; 4,00;

5,00 mL sebagai standar secara kuantitatif menggunakan pipet volume,

ditambahkan 2 mL asam pikrat jenuh dan 0,5 mL NaOH. Kemudian dimasukkan

kedalam labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan akuades sampai tanda batas

sehingga diperoleh standar kreatinin 1, 2, 3, 4, dan 5 mg/L (Day dan Underwood,

2002).

3.4.4. Pembuatan larutan kontrol kreatinin

Larutan induk kreatinin 100 mg/L diambil 10,0 mL dengan pipet volum

kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 250 mL dan diencerkan dengan akuades

hingga tanda batas sehingga diperoleh larutan kontrol kreatinin dengan

konsentrasi 4 mg/L (Day dan Underwood, 2002).

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

3.4.5. Pembuatan larutan asam pikrat jenuh

Larutan asam pikrat jenuh dibuat dengan mencampurkan 50,0 mL akuades

dengan serbuk asam pikrat sebanyak kurang lebih 0,45 gram sehingga serbuk

asam pikrat tidak dapat larut (Day dan Underwood, 2002).

3.5. Preparasi larutan dop membran Nanofiber

Pembuatan larutan dop dengan melarutkan selulosa asetat dengan

campuran pelarut aseton dan formamida berturut-turut dengan komposisi 15%,

8% dan 77%. Selulosa asetat dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer bertutup asah

lalu dicampurkan dengan aseton dan formamida secara perlahan. Kemudian

larutan distirer pada suhu ruang menggunakan magnetic stirrer agar homogen.

Setelah larutan menjadi homogen, larutan didiamkan hingga tidak terdapat

gelembung udara yang ditimbulkan saat proses pelarutan. Proses tersebut disebut

degassing. Kemudian larutan dop siap untuk dicetak dengan alat pencetak

membran nanofiber atau electrospinning.

3.6. Pembuatan membran Nanofiber dengan Electrospinning

Alat pencetak membran nanofiber atau electrospinning menggunakan

power supply bertegangan tinggi sebesar 12 kV seperti pada Gambar 3.1.

Kolektor membran berbentuk silinder terbuat dari logam dipasang dengan jarak

10 cm secara horizontal terhadap spinneret. Kabel penjepit buaya dari power

supply dijepitkan pada spinneret dan kabel lainnya dijepitkan pada kolektor.

Selanjutnya larutan dop dimasukkan kedalam syringe dan proses pencetakan

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26

membran nanofiber pun dilakukan dengan flow rate larutan dop tertentu. Setelah

melewati spinneret, larutan dop akan tertarik ke kolektor dan menjadi padatan

nanofiber.

Gambar 3.1. Alat pencetak membran nanofiber atau electrospinning.

3.6.1. Optimasi Kolektor

Larutan dop sebanyak 10 mL dimasukkkan kedalam syringe dan dialirkan

dengan tegangan listrik dari power supply sebesar 12 kV kemudian diinjeksikan

menuju kolektor. Kolektor yang digunakan adalah kolektor yang dilapisi

aluminium foil berbentuk drum atau silinder dan bentuk flat. Hal ini dilakukan

untuk mendapatkan membran nanofiber yang optimum.

3.6.2. Optimasi Flow Rate Larutan dop

Larutan dop sebanyak 10 mL dimasukkan kedalam syringe dialirkan

dengan tegangan listrik dari power supply sebesar 12 kV kemudian diinjeksikan

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

menuju ke kolektor dengan variasi flow rate yaitu 0.1, 0.3, 0.5, dan 0.7 μL/h agar

didapat flow rate larutan dop yang optimum. Hal ini bertujuan untuk menentukan

ketebalan membran nanofiber.

3.6.3. Optimasi Waktu

Larutan dop sebanyak 10 mL dimasukkan kedalam syringe dan dialirkan

dengan tegangan listrik dari power supply sebesar 12 kV kemudian diinjeksikan

menuju ke kolektor. Hasil optimasi flow rate larutan dop digunakan sebagai flow

rate untuk melakukan optimasi waktu dengan variasi 1, 3, 5, dan 7 jam. Optimasi

ini bertujuan untuk mendapatkan hasil ukuran pori membran nanofiber yang

berbeda pada tiap variasi yang selanjutnya akan ditentukan juga dengan uji

morfologi.

3.7. Karakterisasi Membran Nanofiber

3.7.1. Pengukuran Ketebalan Membran Nanofiber

Membran nanofiber diukur ketebalannya menggunakan mikrometer

sekrup. Ketebalan diukur dari bagian tepi dan tengah dari komposit luas

permukaan membran, kemudian diambil ketebalan rata-rata.

3.7.2. Uji Sifat Hidrofilisitas Membran

Uji hidrofilisitas membran berdasarkan data dari pengukuran sudut kontak

air (Lamour et al., 2010). Sebuah film yang kering dengan permukaan datar

ditempatkan pada gelas objek. Setetes air (10,0 μL) diletakkan 1cm dari atas

film. Sudut kontak air awal hingga 5 menit setiap kelipatan 1 menit ditentukan

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

berdasarkan gambar yang dihasilkan untuk selanjutnya digunakan untuk

menentukan hidrofilisitas membran.

3.7.3. Uji Sifat Mekanik Membran Nanofiber

Uji sifat mekanik membran nanofiber dilakukan dengan uji tarik. Sampel

membran nanofiber dipotong dan diukur panjang awalnya yaitu kemudian

dipreparasi terlebih dahulu agar didapat hasil tarik yang lebih baik. Pertama,

membran dipanaskan dalam oven dengan suhu 80°C selama 2 jam lalu

didinginkan. Setelah dingin, membran dicelupkan dalam NaOH 0.1 M lalu

diangkat dan didiamkan dalam larutan yang berisi pelarut air dan etanol dengan

perbandingan 4:1 dalam waktu 24 jam pada suhu ruang. Kemudian, membran

dibersihkan dengan akuades dan dipanaskan ke dalam oven hingga kering. Setelah

preparasi, membran dijepit kedua ujungnya pada alat uji tarik atau Autograph.

Selanjutnya alat uji tarik dijalankan untuk menarik sampel hingga putus. Saat

sampel tepat putus, monitor uji tarik akan menampilkan perubahan panjang dan

nilai besarnya beban yang dibutuhkan untuk memutus membran. Dari hasil ini

diperoleh tegangan (stress), regangan (strain) dan Modulus Young dari membran

yang dapat dihitung dengan rumus (Gibson, 1994) :

a. Tegangan (stress)
𝐹
𝜎= (1)
𝐴

dimana 𝜎 = tegangan (N/m2)

F = gaya (N)

A = luas penampang (m2)

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

b. Regangan (strain)

∆𝑙
𝜀 = 𝑙𝑜 (2)

dimana 𝜀 = regangan

Δl = perubahan panjang (m)

lo = panjang awal (m)

c. Modulus Young (E)


𝜎
𝐸= (3)
𝜀

dimana 𝜎 = tegangan (N/m2)

𝜀 = regangan

3.7.4. Uji Morfologi Membran Nanofiber dengan Scanning Electron

Microscopy (SEM)

Potongan membran nanofiber sebesar ±1cm x 1cm dilapisi emas murni

(coating) yang akan berfungsi sebagai penghantar. Penampang melintang dan

permukaan dari sampel diperbesar pada perbesaran tertentu. Selanjutnya

dilakukan pembacaan dengan menggunakan SEM untuk mengetahui permukaan

membran.

3.7.5. Penentuan panjang gelombang maksimum larutan kreatinin

Penentuan panjang gelombang maksimum larutan kreatinin berdasarkan

metode Jaffe. Larutan standar kreatinin dengan konsentrasi 4 mg/L ditambahkan 2

mL asam pikrat jenuh dan 1mL NaOH kemudian dimasukkan ke dalam kuvet dan

diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

3.7.6. Pembuatan kurva standar larutan kreatinin

Larutan standar kreatinin dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5 mg/L yang

masing-masing telah ditambahkan 2 ml asam pikrat dan 0,5 ml NaOH diukur

absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang

maksimum. Absorbansi yang diperoleh kemudian dibuat kurva kalibrasinya dan

diperoleh persamaan regresinya yang secara umum berbentuk y=bx +a dimana

sumbu y merupakan absorbansi dan sumbu x merupakan konsentrasi larutan

standar dalam mg/L.

3.7.7. Uji Kinetik Membran Nanofiber

Kinerja proses dari membran nanofiber ditentukan oleh dua parameter

yaitu fluks dan rejeksi. Kinerja membran hemodialisis dalam hal fluks dan rejeksi

diukur dengan menggunakan permeasi sel. Fluks adalah jumlah permeat yang

dihasilkan pada operasi membran per satuan luas permukaan. Sebelum uji fluks

air, terlebih dahulu dilakukan kompaksi terhadap membran yang diuji dengan

mengalirkan air melewati membran hingga diperoleh fluks air konstan. Kompaksi

dilakukan untuk membuat pori membran menjadi lebih seragam, membran

menjadi kaku dan diperoleh nilai fluks air yang konstan (Barzin et al., 2004).

Sistem yang digunakan adalah sistem dead-end atau in-line seperti pada

Gambar 3.2. Sistem dead-end adalah sistem desain yang paling sederhana dengan

biaya operasional murah. Larutan umpan diberi gaya dorong tekanan untuk

melewati membran dengan arah aliran tegak lurus terhadap membran. Namun,

kelemahan proses ini adalah dapat meningkatkan konsentrasi rejeksi komponen

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

dalam larutan umpan tetapi menyebabkan kualitas permeat semakin menurun. Hal

ini disebabkan terjadinya fouling yang sangat tinggi karena terbentuk ‘cake’ atau

lapisan partikel di permukaan membran. Ketebalan ‘cake’ akan terus meningkat

sehingga nilai fluks menurun. Sistem ini masih sering digunakan dalam proses

pemisahan mikrofiltrasi, seperti di farmasi dan medis.

Gambar 3.2. Sistem dead-end atau in-line (Baker, 2004).

Fluks dapat dihitung dengan rumus (Mulder, 1996) :

𝑣
𝐽= (4)
(𝐴 𝑥 𝑡)

dimana J = fluks volum (L/m2.jam)

v = volum permeat (L)

A = luas permukaan membran (m2)

t = waktu (jam)

Rejeksi (R) menyatakan selektivitas suatu membran. Selektivitas

merupakan parameter kemampuan suatu membran menahan atau melewatkan zat

atau molekul. Nilai rejeksi (R) ditentukan dengan mengukur konsentrasi kreatinin

sebelum dan sesudah melewati membran yang ditanyakan sebagai berikut

(Mulder, 1996) :

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

𝐶𝑝𝑒𝑟𝑚𝑒𝑎𝑡
𝑅 =1− 𝑥 100% (5)
𝐶𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛

dimana R =Rejeksi

Cpermeat =konsentrasi partikel setelah masuk

membran(didalam permeat)

Cumpan =konsentrasi partikel sebelum masuk membran

(didalam umpan)

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Preparasi Larutan Dop Membran

Pada pembuatan larutan dop membran, serbuk selulosa asetat (CA)

dilarutkan dalam aseton secara perlahan agar memudahkan polimer CA larut.

Proses pelarutan dibantu dengan pengadukan menggunakan magnetic stirrer agar

homogen yang dilakukan dalam labu erlenmeyer bertutup untuk menghindari

aseton menguap terlalu banyak karena sifat aseton yang volatile seperti pada

Gambar 4.1. Dalam pelarutan ditambahkan juga senyawa formamida sebagai

bahan aditif pembentuk pori-pori membran dan juga meningkatkan kekuatan

pelarutan terhadap CA dibandingkan aseton saja (Kesting dan Menefee, 1969).

Setelah CA terlarut sempurna, larutan dop membran didiamkan selama 24 jam

untuk menghilangkan gelembung udara yang disebabkan pengadukan (Khayet,

2003). Komposisi penyusun larutan dop didapat dari hasil optimasi penelitian

Siswanto (2015) yaitu perbandingan CA dengan formamida dan aseton berturut-

turut adalah 15%, 8% dan 77%.

Gambar 4.1 Pembuatan larutan dop membran

33
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.
ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

4.2. Hasil Pembuatan Membran Nanofiber CA

Pembuatan membran nanofiber selulosa asetat pada penelitian ini

menggunakan teknik electrospinning. Electrospinning adalah teknik yang

memungkinkan digunakan dalam fabrikasi komposit, keramik, dan polimer

dengan diameter mulai dari 20 nm-1 μm (Zhang et al., 2004). Polimer dalam

bentuk larutan dilewatkan melalui lubang spinneret dan selanjutnya ditarik

dengan menggunakan energi elektrostatik dengan tegangan listrik arus searah

(DC) yang sangat tinggi dan kemudian seratnya ditampung pada kolektor

(Herdiawan, 2013). Tegangan yang digunakan sebesar 12 kV dan jarak kolektor

membran terhadap spinneret sebesar 10 cm secara horizontal (Christoforou dan

Doumanidis, 2010). Untuk mendapatkan membran nanofiber CA yang optimum

dilakukan optimasi optimasi kolektor, optimasi flow rate dan optimasi waktu.

4.2.1. Optimasi Kolektor

Larutan dop dalam syringe diinjeksikan dengan flow rate sebesar 0.1 μL/h

lalu diinjeksikan menuju ke kolektor. Kolektor divariasikan untuk mendapatkan

hasil membran yang optimum. Kolektor yang digunakan adalah kolektor

berbentuk drum atau silinder dan berbentuk flat. Hasil yang diperoleh dapat

dilihat pada Gambar 4.2 bahwa membran nanofiber yang terkumpul pada kolektor

drum menghasilkan membran yang lebih tebal dan merata pada semua bagian

permukaan sedangkan hasil membran pada kolektor flat terkumpul pada bagian

tengah sehingga bagian tengah lebih tebal dibandingkan sisi lainnya. Oleh karena

itu didapatkan hasil membran optimum jika menggunakan kolektor berbentuk

drum atau silinder.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

a b

Gambar 4.2. Bentuk kolektor membran (a) drum atau silinder, dan (b) flat.

4.2.2. Optimasi Flow Rate Larutan dop

Larutan dop yang dimasukkan ke dalam syringe diinjeksikan menuju ke

kolektor dengan variasi flow rate yaitu 0.1, 0.3, 0.5 dan 0.7 μL/h agar didapat flow

rate larutan dop yang optimum. Kolektor yang digunakan adalah kolektor yang

optimum yang berbentuk drum atau silinder. Sebelum larutan dop menuju ke

kolektor, terbentuk taylor cone pada ujung spinneret seperti pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Bentuk Taylor cone yang ditunjukkan pada kotak putih

Berdasarkan optimasi yang telah dilakukan, semakin cepat flow rate

larutan dop maka semakin banyak larutan dop yang terbuang. Hal ini disebabkan

karena arus listrik yang diberikan tidak mampu menarik larutan dop pada taylor

cone yang terbentuk dengan cepat. Gaya gravitasi juga berpengaruh pada optimasi

flow rate. Terlihat bahwa semakin cepat flow rate, taylor cone semakin banyak

sehingga semakin banyak larutan dop yang jatuh sebelum ditarik oleh kolektor.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

Seperti penelitian yang dilakukan Taylor (1969) dimana bentuk kerucut di ujung

spinneret tidak dapat dipertahankan jika flow rate larutan dop terlalu besar

sebelum larutan menjadi fiber dan juga penelitian Megelski et al. (2002) dimana

efek flow rate larutan polimer menunjukkan bahwa diameter serat dan ukuran pori

meningkat seiring meningkatnya flow rate. Namun, pada tingkat flow rate yang

tinggi sejumlah cacat terlihat, karena ketidakmampuan serat untuk benar-benar

kering sebelum mencapai kolektor. Ketidakmampuan serat mengering dapat juga

mengarahkan pada pembentukan serat seperti pita dibandingkan dengan serat

dengan bentuk cross-section. Oleh karena itu, flow rate 0.1 μL/h sebagai laju

optimum yang akan digunakan pada perlakuan optimasi waktu. Flow rate 0.1

μL/h efektif disebabkan larutan dop tidak banyak yang terbuang. Hasil pembuatan

membran nanofiber dengan berbagai variasi flow rate dapat dilihat pada Gambar

4.4.

4.2.3. Optimasi Waktu

Gambar 4.4. Hasil fiber proses electrospinning dengan variasi flow rate

0.1, 0.3, 0.5 dan 0.7 μL/h (kiri ke kanan).

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

Larutan dop pada syringe diinjeksikan dengan flow rate hasil optimasi

yaitu 0.1 μL/h menuju kolektor untuk selanjutnya melakukan optimasi waktu

dengan variasi 1, 3, 5, dan 7 jam. Optimasi ini bertujuan untuk mendapatkan hasil

ukuran pori membran nanofiber yang baik dengan waktu yang optimum. Hasil

ukuran pori membran nanofiber dapat dilihat pada Gambar 4.5. dimana membran

yang diproses dengan teknik electrospinning dalam waktu yang lebih lama

menghasilkan membran yang lebih tebal. Seperti hasil penelitian Gorji et al.

(2011) menunjukkan bahwa dengan meningkatnya durasi dalam proses

pembuatan membran, membran akan semakin tebal namun belum dapat

disimpulkan bahwa membran yang baik dari waktu optimum jika hanya dilihat

dalam aspek ketebalan membran saja. Hasil akan dilihat lebih lanjut pada hasil

karakterisasi membran.

Gambar 4.5. Hasil fiber proses electrospinning dengan variasi waktu 1, 3, 5, dan 7 jam

(kiri ke kanan).

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38

4.3. Hasil Karakterisasi Membran

Karakterisasi membran bertujuan untuk mengetahui kualitas membran

nanofiber yang dihasilkan. Karakterisasi meliputi pengukuran ketebalan

membran, uji sifat mekanik membran meliputi stress, strain, dan Modulus Young,

analisa morfologi membran dengan instrumen SEM, serta uji sifat kinetik

membran dengan uji fluks dan rejeksi untuk pengaplikasian membran nanofiber

selulosa asetat untuk hemodialisis kreatinin.

4.3.1. Hasil Pengukuran Ketebalan Membran

Pengukuran ketebalan membran menggunakan mikrometer sekrup dengan

ketelitian 0.01 mm. Pada pengukuran ketebalan membran selulosa asetat ini,

membran digunting dengan ukuran 1cm x 1cm dan kemudian dijepitkan ke alat

mikrometer sekrup untuk diukur ketebalan dari membran. Grafik hubungan antara

lama waktu pembuatan membran dengan ketebalan membran ditunjukkan pada

Gambar 4.6. Dari grafik dapat dilihat bahwa semakin lama waktu yang digunakan

dalam pembuatan membran nanofiber CA menghasilkan membran yang lebih

tebal. Hal ini disebabkan semakin lama waktu yang digunakan dalam proses

electrospinning maka akan semakin banyak larutan polimer yang dapat dideposisi

untuk menjadi membran sehingga membran yang dihasilkan semakin tebal.

Sehingga dapat disimpulkan, membran yang dibuat dengan waktu yang lebih lama

akan menghasilkan serat membran yang lebih banyak dan membran lebih tebal.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

0.5

Ketebalan (mm)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 3 5 7
Waktu (jam)

Gambar 4.6. Grafik lama waktu pembuatan membran terhadap ketebalan


membran

4.3.2. Hasil Uji Sifat Hidrofilisitas Membran

Hidrofilisitas dari permukaan membran dapat dievaluasi dari hasil

pengukuran sudut kontak air. Sudut kontak air yang rendah menunjukkan

hidrofilisitas tinggi dari permukaan membran dan berlaku sebaliknya (Haitao et

al., 2009). Data pengukuran sudut kontak air terhadap membran ditunjukkan pada

Gambar 4.7. Sudut kontak awal air terhadap membran atau saat waktu 0 menit

sebesar 121.903°. Setelah 1 menit, air memberikan sudut kontak sekitar 49.456°.

Pada waktu kelipatannya yaitu 2, 3, dan 4 menit, sudut kontak air terhadap

membran berturut-turut 45.878°,31.752°, dan 28.802° yang dapat juga dilihat

pada kurva Gambar 4.8. Setelah 4 menit, air terserap sempurna ke dalam

membran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa membran bersifat hidrofilik. Hal

tersebut disebabkan struktur selulosa asetat terdapat gugus hidroksil (–OH) yang

bersifat polar sehingga membran dapat menyerap air dan menyebabkan sudut

kontak dari air menurun. Meskipun selulosa asetat tidak dapat larut dalam air

namun membran selulosa asetat bersifat hidrofilik.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

Membran yang bersifat hidrofobik memiliki koefisien ultrafiltrasi paling

tinggi namun ditinjau dari peneltian Barzin et al. (2004) bahwa membran

hemodialisis bila bersifat hidrofobik dapat memungkinkan terjadinya penyerapan

protein yang masih diperlukan tubuh pasien. Oleh karena itu, membran yang baik

adalah membran yang bersifat hidrofilik.

a b c

d e

Gambar 4. 7. Hasil uji hidrofilisitas membran dalam (a) 0 menit, (b) 1 menit, (c) 2
menit, (d) 3 menit, dan (e) 4 menit.

140
120
Sudut Kontak (°)

100
80
60
40
20
0
0 1 2 3 4
Waktu drop (menit)

Gambar 4.8. Kurva hidrofilisitas membran nanofiber CA

4.3.3. Hasil Uji Sifat Mekanik Membran

Uji sifat mekanik dilakukan untuk mengetahui kekuatan membran

terhadap gaya yang diberikan hingga membran putus. Parameter-parameter yang

digunakan untuk mengetahui sifat mekanik membran adalah tegangan (stress),

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41

regangan (strain) dan Modulus Young. Untuk mendapatkan hasil dari parameter-

parameter tersebut, bahan atau membran ditarik dan didapatkan reaksi bahan

terhadap tenaga tarikan (gaya/F) dan juga perubahan panjang bahan setelah ditarik

(∆l) (Callister, 2007) seperti pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9. Alat uji tarik membran


Membran nanofiber CA memiliki kekuatan mekanik yang rendah karena

bentuk membran yang seperti kapas, disebabkan serat tidak terikat kuat satu sama

lain. Untuk memecahkan masalah ini adalah dengan memanaskan membran

nanofiber di bawah titik lelehnya hingga kering sehingga membran nanofiber

lebih terikat satu sama lain dan tetap mempertahankan morfologinya. Jika

menggunakan suhu di atas titik lelehnya (210°C) dapat dengan mudah

menghancurkan materi (Ma et al., 2005). Setelah dipanaskan dengan suhu 80-

90°C di dalam oven selama 2 jam, membran diteteskan dengan NaOH 0.1 M dan

direndam dengan larutan etanol dan akuades dengan perbandingan 1:4 selama 24

jam. Fungsi perlakuan ini adalah untuk menghilangkan gugus asetil yang terdapat

pada selulosa asetat melalui reaksi hidrolisis (Ma et al., 2005). Setelah itu dibilas

dengan akuades lalu dikeringkan. Efek dari pemanasan dalam oven bagi membran

pada kekuatan mekaniknya bisa mudah diamati dari grafik kekuatan tarik dari CA

meliputi grafik tegangan, regangan dan Modulus Young.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

Hasil pengukuran tegangan (stress) pada tiap variasi flow rate dan variasi

waktu pada Gambar 4.10. Waktu dan laju alir larutan dop dapat mempengaruhi

tegangan membran nanofiber.

0.005 0.004
Tegangan (MPa)

Tegangan (MPa)
0.004 0.003
0.003
0.002
0.002
0.001 0.001
0 0
0.1 0.3 0.5 0.7 1 3 5 7
Flow rate (μL/h) Waktu (jam)
(a) (b)
Gambar 4. 10. Hasil pengukuran tegangan terhadap (a) variasi flow rate larutan
dop dan (b) waktu.
Jika dilihat dari variasi waktu membran, semakin lama waktu yang

digunakan dalam pembuatan membran akan menghasilkan pori membran yang

agak rapat, sehingga saat diuji tarik hingga putus menghasilkan tegangan yang

besar. Akan tetapi, hasil pengukuran tegangan terhadap kedua variasi dengan

tambahan perlakuan panas menghasilkan tegangan yang terhitung masih rendah.

Hal ini disebabkan pemanasan yang dilakukan pada membran belum

mendapatkan suhu optimum yang dapat meningkatkan kekuatan mekanik

membran. Selain itu, nanofiber yang terbentuk pada membran memiliki struktur

yang sangat tipis juga berukuran mikron sehingga akan sangat mudah untuk putus

bila diberi gaya dan tekanan yang tinggi.

Pada hasil pengukuran regangan (strain) terhadap variasi waktu

ditunjukkan pada Gambar 4.11. (a) dan variasi flow rate pada Gambar 4.11. (b).

Regangan merupakan perubahan panjang pada membran yang dihasilkan akibat

diberikan gaya tertentu. Nilai regangan dapat diperoleh dari nilai besarnya

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43

perubahan panjang pada membran dibagi dengan panjang awal membran. Nilai

regangan atau elongasi menunjukkan keelastisitasan dari suatu bahan.

Peningkatan elongasi disebabkan oleh meningkatnya jumlah ikatan hidrogen

sehingga respon viskoelastisitas pun meningkat. Respon tersebut menyebabkan

membran bersifat semakin lentur, lunak, dan elastis. Sehingga dapat disimpulkan

dari hasil regangan, membran nanofiber CA dengan waktu dan flow rate lebih

tinggi merupakan membran yang bersifat elastis.

3 3
2.5 2.5
Regangan

Regangan

2 2
1.5 1.5
1 1
0.5 0.5
0 0
1 3 5 7 0.1 0.3 0.5 0.7
Waktu (jam) Flow rate (μL/h)

(a) (b)

Gambar 4. 11. Hasil pengukuran regangan terhadap (a) variasi waktu dan (b)
variasi flow rate larutan dop.
Pada hasil pengukuran Modulus Young pada tiap variasi flow rate dapat

ditunjukkan pada Gambar 4.12. (a) sedangkan pengukuran Modulus Young

terhadap variasi waktu pada Gambar 4.12. (b). Nilai modulus young bergantung

pada jenis bahan (komposisi bahan) yang digunakan, tidak bergantung pada

ukuran dan bentuk benda. Nilai Modulus Young pada membran lebih kecil

dibandingkan nilai Modulus Young CA murni. Nilai Modulus Young CA murni

berkisar 2.4-4.1 GPa. Penurunan ini disebabkan pelarutan CA dalam aseton yang

memiliki nilai Modulus Bulk yang kecil yang menyebabkan menurunnya nilai

Modulus Young membran. Faktor lainnya disebabkan membran diberikan

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

pengaruh suhu atau panas pada preparasi sebelum uji tarik sehingga menurunkan

nilai Modulus Youngnya. Semakin tinggi suhu kerja bahan, semakin kecil nilai

Modulus Young (Dieter, 1986).

1.5 15
Modulus Young (x 10-

Modulus Young (x 10-


1 10
5GPa)

5GPa)
0.5 5

0 0
0.1 0.3 0.5 0.7 1 3 5 7
Flow rate (μL/h) Waktu (jam)

(a) (b)

Gambar 4. 12. Hasil pengukuran Modulus Young terhadap (a) flow rate larutan
dop dan (b) waktu.

4.3.4. Hasil Uji Morfologi Membran

Penentuan strukur morfologi membran nanofiber dapat ditentukan dengan

menggunakan instrumen Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil dari uji

SEM ini bertujuan untuk mengetahui struktur permukaaan membran yang

diperoleh. Tabel 4.1 menunjukkan struktur morfologi dari membran nanofiber CA

dengan variasi waktu mulai 1, 3, 5, dan 7 jam pada perbesaran 3000 dan 10000

kali. Keempat variasi memperlihatkan hasil ukuran serat yang berukuran mikron

(kurang dari 1-2 μm). Membran dilakukan perbesaran menjadi 10000 kali untuk

memperlihatkan keseragaman ukuran pori membran secara lebih jelas.

Keseragaman ukuran pori yang tersebar dengan rata, rapat dan homogen yang

dapat menyimpulkan bahwa membran selulosa asetat ini dapat digunakan untuk

hemodialisis kreatinin.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45

Pada membran nanofiber pada Tabel 4.1 dengan waktu 1 jam

menghasilkan jumlah fiber yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang lain

karena singkatnya waktu yang digunakan untuk membuat membran. Beberapa

serat halus terlihat pada membran nanofiber pada Tabel 4.1 dengan waktu 5 jam.

Serat halus itu merupakan serat yang memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan

serat lainnya. Pada membran nanofiber pada Tabel 4.1 dengan waktu 7 jam

menghasilkan serat membran yang lebih banyak namun beberapa serat terlihat

saling menempel secara tidak merata yang dapat menyebabkan ketidakseragaman

ukuran pori membran. Jika serat membran terlalu rapat dapat memungkinkan

untuk molekul kreatinin tidak bisa melalui membran. Kreatinin memiliki ukuran

partikel antara 9.08 nm sehingga dapat disimpulkan membran dapat dilalui oleh

molekul kreatinin.

Variasi Perbesaran 3000 kali Perbesaran 10000 kali


Waktu

1 jam

3 jam

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46

5 jam

7 jam

Tabel 4.1 Hasil uji morfologi membran terhadap variasi waktu dengan SEM

4.3.5. Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Kreatinin

Untuk menentukan panjang gelombang maksimal yang diserap oleh

kreatinin menggunakan metode Jaffe. Prinsip Jaffe adalah reaksi antara kreatinin

dengan asam pikrat dalam suasana basa akan membentuk kompleks kreatinin

pikrat berwarna jingga (Cholongitas et al., 2007). Reaksi ditunjukkan pada

Gambar 4.13.

Gambar 4.13. Reaksi Kreatinin dengan Asam Pikrat

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47

Dari hasil scanning, panjang gelombang maksimum kreatinin pada

panjang gelombang 490 nm seperti pada Gambar 4.14. Larutan kreatinin yang

digunakan untuk menentukan panjang gelombang maksimum adalah larutan

kontrol sebesar 4 mg/L.

Gambar 4.14. Spektra panjang gelombang maksimum larutan standar Kreatinin

4.3.6. Hasil Pembuatan Kurva Standar Larutan Kreatinin

Pembuatan kurva standar larutan kreatinin dilakukan menurut metode

Jaffe dengan instrumen Spektrofotometer UV-Vis. Setelah mendapatkan panjang

gelombang maksimum, dilakukan analisis larutan kreatinin untuk kurva standar

larutan kreatinin dengan rentang konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5 mg/L. Kurva

ditunjukkan pada Gambar 4.15.

0.4
0.35
0.3
Absorbansi

0.25 y = 0.0755x - 0.0339


0.2 R² = 0.9949
0.15
0.1
0.05
0
0 2 4 6
Konsentrasi (mg/L)

Gambar 4.15. Kurva larutan standar Kreatinin

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48

4.3.7. Hasil Uji Sifat Kinetik Membran

Kinerja proses dari membran nanofiber ditentukan oleh dua parameter

yaitu fluks dan rejeksi. Kinerja membran hemodialisis dalam hal fluks dan rejeksi

diukur dengan menggunakan permeasi sel. Membran yang dialiri dengan air

dengan fluks yang konstan adalah membran nanofiber yang sudah dianggap

optimum yaitu membran nanofiber yang menggunakan flow rate 0.1 μL/h dengan

waktu 5 jam. Membran dilakukan kompaksi dengan air untuk menyempurnakan

pori-pori yang terdapat pada membran sebelum menggunakan larutan umpan.

Fluks menggunakan sistem dead-end dimana membran dipotong

membentuk lingkaran dengan diameter sebesar 5 cm kemudian ditempatkan

kedalam sistem dead-end. Setelah itu dimasukkan larutan umpan dengan

konsentrasi 2 ppm sebanyak 50 ml dan kemudian diberi tekanan sebesar 0,1 atm.

Setelah itu diamati volume permeat yang dihasilkan selama beberapa waktu.

Hasil fluks yang didapat sangat tinggi yaitu sebesar 0.2547 mL/cm2.detik

atau 9182.736 L/m2.jam yang disebabkan pada saat larutan umpan dimasukkan

dan diberi tekanan selama waktu 10 detik larutan umpan sudah terlewatkan semua

oleh membran. Hal tersebut menunjukkan bahwa membran tersebut sangatlah

bersifat hidrofilik karena dengan cepat bisa meloloskan semua larutan umpan.

Selulosa asetat dalam strukturnya memiliki gugus hidroksi (-OH) yang bersifat

polar sehingga membran tersebut bersifat hidrofilik.

Rejeksi menyatakan selektivitas suatu membran. Selektivitas merupakan

parameter kemampuan suatu membran menahan atau melewatkan zat atau

molekul yang berupa larutan kreatinin. Rejeksi dipengaruhi oleh diameter pori

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49

membran, geometri molekul umpan, dan massa molekul relatif. Semakin kecil

ukuran geometri molekul umpan, maka molekul tersebut akan mudah dibawa

berdifusi melewati membran sehingga menghasilkan nilai koefisien rejeksi yang

kecil. Sebaliknya, molekul dengan geometri umpan yang besar sukar berdifusi

dengan pelarut sehingga tertahan pada membran dan menyebabkan fouling.

Molekul yang dilewatkan pada membran adalah molekul kreatinin yang memiliki

struktur geometri seperti pada Gambar 4.16. Kreatinin termasuk dalam molekul

yang memiliki ukuran geometri yang kecil sehingga menghasilkan nilai rejeksi

yang kecil.

Gambar 4.16. Struktur geometri Kreatinin

Rejeksi juga menggunakan sistem dead-end dimana membran dipotong

membentuk lingkaran dengan diameter sebesar 5 cm kemudian ditempatkan

kedalam alat dead-end. Setelah itu dimasukkan larutan umpan dengan konsentrasi

2 ppm sebanyak 50 ml dan kemudian diberi tekanan sebesar 0,1 atm. Volume

permeat yang dihasilkan dianalisis nilai konsentrasinya agar diperoleh nilai

rejeksi. Nilai rejeksi sebesar 1,35% dari hasil konsentrasi permeat dari

perhitungan absorbansi larutan permeat terhadap regresi data kurva larutan

standar kreatinin pada Gambar 4.15. Hasil ini menunjukkan bahwa kreatinin yang

tertahan oleh membran sebesar 1,35% sehingga pengurangan kreatinin setelah

melewati membran selulosa asetat sebesar 98,65%. Banyaknya kreatinin yang

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50

dapat melewati membran disebabkan pori membran yang sangat banyak dan

membran bersifat hidrofilik.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pembuatan membran nanofiber

berbahan dasar selulosa asetat dapat disimpulkan bahwa :

1. Penggunaan teknik electrospinning efektif dalam pembuatan membran

nanofiber karena memiliki ukuran partikel atau morfologi yang sesuai

sekitar 1μm, kekuatan mekanik membran berupa tegangan sebesar

0.00245 MPa, regangan sebesar 2.1209, dan Modulus Young sebesar

1.15777 x 10-5 GPa. Namun membran nanofiber belum dapat diaplikasikan

dalam proses hemodialisis kreatinin disebabkan dari hasil uji kinetik

membran, membran mempunyai nilai fluks yang terlalu tinggi sebesar

9,182.736 L/m2.jam dan koefisien rejeksi yang kecil sebesar 1.35%.

2. Dari berbagai optimasi yang dilakukan mulai dari optimasi flow rate

larutan dop, kolektor didapatkan membran nanofiber optimum pada flow

rate 0.1μL/h dengan kolektor berbentuk drum atau silinder.

3. Untuk optimasi lama waktu yang digunakan dalam pembuatan membran

didapatkan hasil membran optimal saat dibuat selama 5 jam.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan disarankan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai penambahan bahan dalam pembuatan membran

51
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.
ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52

nanofiber CA yang dapat meningkatkan sifat mekanik dan kinetik membran serta

penelitian lebih lanjut mengenai uji lifetime membran sehingga dapat

diaplikasikan pada hemodialisis secara berkala.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA
Alam, S. dan Hadibroto. 2008. Gagal Ginjal (1st ed.). Jakarta: Gramedia.
Amri, C., Mudasir, M., Siswanta, D., dan Roto, R. 2015. In vitro
hemocompatibility of PVA-alginate ester as a candidate for
hemodialysis membrane. International Journal of Biological
Macromolecules. http://doi.org/10.1016/j.ijbiomac.2015.10.021
Baradero, M., Dayrit, M. W., dan Y., S. 2009. Klien Gangguan Ginjal. In Seri
Asuhan Keperawatan.
Barzin, J., Feng, C., Khulbe, K. C., Matsuura, T., Madaeni, S. S., dan Mirzadeh,
H. 2004. Characterization of Polyethersulfone Hemodialysis
Membrane by Ultrafiltration and Atomic Force Microscopy. Journal
of Membrane Science, 237(1-2), 77–85.
Callister, W., dan Rethwisch, D. 2007. Materials Science and Engineering : An
Introduction.
Chen, X., Zhou, Y., Yang, D., Xu, Q., Lu, F., dan Nie, J. 2008. Electrospun
Water-Soluble Carboxyethyl Chitosan/Poly(vinyl alcohol)
Nanofibrous Membrane as Potential Wound Dressing for Skin
Regeneration. BioMacromolecules, 9(1), 349–354.
http://doi.org/10.1021/bm7009015.
Cholongitas, E., Marelli, L., Kerry, A., Senzolo, M., Patch, D., Goodier, D., dan
Nair, D. 2007. Different Methods of Creatinine Measurement
Significantly Affect MELD Scores. Liver Transplantation, 13(4), 523–
529. http://doi.org/10.1002/lt.20994
Christoforou, T., dan Doumanidis, C. 2010. Biodegradable Cellulose Acetate
Nanofiber Fabrication via Electrospinning, 6226–6233.
http://doi.org/10.1166/jnn.2010.2577
Corwin, E. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: EGC.
Crowley, L. 2009. Introduction to Human Disease. In An Introduction to
Human Disease: Pathology and Pathophysiology Correlation (9th ed.).
Jones and Bartlett Learning.
Day, R. A. (Reuben Alexander) dan Underwood, A. L. 2002. Quantitative
Analysis (2nd ed.). Englewood Cliffs, N.J. : Prentice-Hall.
Dieter, G., dan Bacon, D. 1986. Mechanical Metallurgy.
Edward, F. F., dan Manley, H. J. 2008. Hemodialysis and Peritoneal Dialysis. In
Pharmacotherapy (pp. 103–117). The McGraw-Hill Companies, Inc.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gibson, R. F. 1994. Principles of Composite Material Mechanics. The McGraw-


Hill Companies, Inc.
Gorji, M., Jeddi, A. A. A., dan Gharehaghaji, A. A. 2011. Fabrication and
Characterization of Polyurethane Electrospun Nanofiber Membranes
for Protective Clothing Applications, 1–7. http://doi.org/10.1002/app
Fischer, S., Thummler, K., Volkert, B., Hettrich, K., Schmidt, I., dan Fischer, K.
2008. Properties and Applications of Cellulose Acetate.
Macromolecular Symposia, 262(1), 89–96.
Haghi, A. K. 2012. Electrospinning of Nanofibers in Textiles. Apple Academic
Press Inc.
Haitao, W., Liu, Y., Xuehui, Z., dan Qiyun, D. 2009. Improvement of
Hydrophilicity and Blood Compatibility on Polyethersulfone
Membrane by Blending Sulfonated Polyethersulfone, Chin. J. Chem.
Eng. 17 (2) 324–329.
Harper, H. A., Rodwell, V. W., dan Mayes, P. A. 1999. Biokimia (Review of
Chemistry). California: Lange Medical Publications.
Herdiawan, H., Juliandri, dan Nasir, M. 2013. Pembuatan dan Karakterisasi
Co-Pvdf Nanofiber Komposit Menggunakan Metode Elektrospinning.
Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Nuklir PTNBR-Batan,
110–116.
Indarti, D., Winata, I. N. A., dan Novianti, H. Y. 2013. Karakter Membran
Selulosa Asetat Akibat Penambahan Zat Aditif Monosodium
Glutamate (MSG), 14(1), 33–37.
Kesting, R. E., dan Menefee, A.1969. The role of formamide in the preparation
of cellulose acetate membranes by the phase inversion process I.
Introduction. Journal of Colloid & Polymer Science, 230(2), 341–346.
Khayet, M., Suk, D. E., Narbaitz, R. M., Santerre, J. P., dan Matsuura, T. 2002.
Study on Surface Modification by Surface-Modifying Macromolecules
and Its Applications in Membrane- Separation Processes.
Lamour, G., Hamraoui, A., Buvailo, A., Xing, Y., Keuleyan, S., Prakash, V.,
Eftekhari-Bafrooei, A., dan Borguet, E. 2010. Contact Angle
Measurements using A Simplified Experimental Setup, J. Chem. Educ.
87 (12). 1403–1407.
Ma, Z., Kotaki, M., dan Ramakrishna, S. 2005. Electrospun Cellulose Nanofiber
as Affinity Membrane. Journal of Membrane Science, 265(1-2), 115–
123. http://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.memsci.2005.04.044.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Macagnano, A. 2015. Electrospinning for High Performance Sensors. Springer


Publication.
Matthews, J. A., Wnek, G. E., Simpson, D. G., dan Bowlin, G. L. 2002.
Electrospinning of Collagen Nanofibers. BioMacromolecules, 3(2),
232–238.
Megelski S, Stephens JS, Chase DB, dan Rabolt JF. 2002. Micro- and
nanostructured surface morphology on electrospun polymer fibers.
Macromolecules, 22;35 (22).
Mulder, M. 1996. Basic Principles of Membrane Technology. Dordrecht :
Springer Netherlands.
Nain, A. S., Wong, J. C., Amon, C., dan Sitti, M. 2008. Drawing suspended
polymer micro- / nanofibers using glass micropipettes. 183105(2006),
2–5. http://doi.org/10.1063/1.2372694
Notodarmojo, S., dan Deniva, A. 2004. Penurunan Zat Organik dam
Kekeruhan Menggunakan Membran Ultrafiltrasi dengan Sistem
Aliran Dead-End, 63–82. http://doi.org/10.5614/itbj.sci.2004.36.1.5.
Post, J. B. 2010. Thrombocytopenia Associated With Use of a Biocompatible
Hemodialysis Membrane.
Purwanto, B. 2007. Hemodialisis. In Kumpulan Naskah Pertemuan Ilmiah
Nasional V PB PAPDI (pp. 53–63).
Rahman, Arief, A. R., Rudiansyah, M., dan Triawanti, T. 2013. Hubungan
Antara Adekuasi Hemodialisis dan Kualitas Hidup Pasien di RSUD
Ulin Banjarmasin. Berkala Kedokteran, 9.2, 151–160.
Ramakrishna, S., Fujihara, K., Teo, W.-E., Lim, T.-C., dan Ma, Z. 2005. An
Introduction to Electrospinning and Nanofibers. Singapore: World
Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.
Siswanto. 2015. Pembuatan dan Karakterisasi Membran Hollow Fiber
Selulosa Diasetat dari Limbah Batang Pohon Pisang dan TiO2 Untuk
Pengolahan Limbah Deterjen. SKRIPSI. Fakultas Sains dan Teknologi
Surabaya.
Smeltzer, S. C., dan Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth (8th ed.). Jakarta: EGC.
Soeparman. 1999. Ilmu Penyakit Dalam (Jilid II). Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Stankus, J. J., Guan, J., dan Wagner, W. R. 2004. Fabrication of Biodegradable
Elastomeric Scaffolds with Sub-Micron Morphologies. Journal of
Biomedical Material Research Part A, 70A(4), 603–614.
http://doi.org/10.1002/jbm.a.30122.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Steinmeier, H. 2004. Acetate Manufacturing, Process and Technology.


Macromolecular Symposia, 208(1), 49–60.
Sudoyo, A. W., B., Setiyohadi, I., Alwi, M., Simadibrata, dan S., Setiati. 2009.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi II (5th ed.). Jakarta: Interna
Publishing.
Su, J., Yang, Q., Teo, J. F., dan Chung, T. 2010. Cellulose Acetate
Nanofiltration Hollow Fiber Membranes For Forward Osmosis
Processes. Journal of Membrane Science, 355(1-2), 36–44.
http://doi.org/10.1016/j.memsci.2010.03.003.
Sukandar, E. 1997. Nefropati Lupus. In Dalam: Nefrologi Klinik (2nd ed., pp.
199–214). Bandung: Penerbit ITB.
Sumardjo, D. 2009. Buku Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. Surabaya: EGC.
Sun, X., Lu, C., Zhang, W., Tian, D., dan Zhang, X. 2013. Acetone-soluble
Cellulose Acetate Extracted From Waste Blended Fabrics via Ionic
Liquid Catalyzed Acetylation. Carbohydrate Polimers, 98, 405–411.
http://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.carbpol.2013.05.089.
Sunthornvarabhas, J., Chatakanonda, P., Sriroth, K., dan Piyachomkwan, K. 2011.
Electrospun Polylactic Acid and Cassava Starch Fiber by Conjugated
Solvent Technique. Material Letters, 65(6), 985–987.
http://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.matlet.2010.12.038.
Susalit, E., Kapojos, J. E., dan Lubis, H. R. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
II. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Taylor G. 1969. Electrically driven jets. Proc Natl Acad Sci London.
A313(1515) : 453e75.
Tortora, G. J., dan Derrickson, B. H. 2011. Principles of Anatomy and Physiology.
(G. J. Tortora & B. H. Derrickson, Eds.) (12th ed.). Wiley.
Um, I. C., Fang, D., Hsiao, B. S., Okamoto, A., dan Chu, B. 2004. Electro-
Spinning and Electro-Blowing of Hyaluronic Acid.
BioMacromolecules, 5(4), 1428–1436. http://doi.org/10.1021/bm034539b.
Yang, L., Xu, X., Xu, X., Wang, X., Chen, X., Liang, Q., dan Jing, X. 2005.
Ultrafine Medicated Fibers Electrospun From W/O Emulsions.
Journal of Controlled Release, 108(1), 33–42.
http://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.jconrel.2005.07.021.
Yuliana, V. 2013. Pembuatan dan Karakterisasi Membran Hollow Fiber
Selulosa Asetat Untuk Hemodialisis Kreatinin. SKRIPSI. Fakultas
Sains dan Teknologi Surabaya.

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Zhang, Y., Yuan, X., Dong, C., dan Sheng, J. 2004. Morphology of Ultrafine -
Polysulfone Fibers Prepared by Electrospinning, 1710(May 2003),
1704–1710. http://doi.org/10.1002/pi.1538
Zelenski, C. M., dan Dorhout, P. K. 1998. Template Synthesis of Near-
Monodisperse 1 Microscale Nanofibers and Nanotubules of MoS 2.
7863(21), 734–742

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAMPIRAN

1. Perhitungan pembuatan larutan induk Kreatinin 100mg/L


Massa = 10.0000 mg
Volume = 100 ml
10 𝑚𝑔 10 𝑚𝑔 100 𝑚𝑔
Konsentrasi/C = 100 𝑚𝑙 = 0.1 𝐿 = 1 𝐿
2. Perhitungan pembuatan larutan standar Kreatinin
a. Pembuatan larutan standar 1 mg/L
M1 x V1 = M2 x V2
100 mg/L x V1 = 1 mg/L x 10 ml
V1 = 0,1 ml
b. Pembuatan larutan standar 2 mg/L
M1 x V1 = M2 x V2
100 mg/L x V1 = 2 mg/L x 10 ml
V1 = 0,2 ml
c. Pembuatan larutan standar 3 mg/L
M1 x V1 = M2 x V2
100 mg/L x V1 = 3 mg/L x 10 ml
V1 = 0,3 ml
d. Pembuatan larutan standar 4 mg/L
M1 x V1 = M2 x V2
100 mg/L x V1 = 4 mg/L x 10 ml
V1 = 0,4 ml
e. Pembuatan larutan standar 5 mg/L
M1 x V1 = M2 x V2
100 mg/L x V1 = 5 mg/L x 10 ml
V1 = 0,5 ml

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


IQLIMA AYU P.
3. Perhitungan uji mekanik membran
No Perlakuan A (m2) F (kgf)
1 F (kgf)
2 F1 (N) F2 (N) l (mm)
1 l (mm)
2 l (mm)
o ∆l1(mm) ∆l2(mm)
1 0.1 – 1 jam 0.0012 0.02 0.02 1.96 1.96 7.65 9.32 3.1 4.55 6.22
ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2 0.1 – 3 jam 0.0012 0.02 0.03 1.96 2.94 9.39 9.93 3.1 6.29 6.83
3 0.1 – 5 jam 0.0012 0.03 0.03 2.94 2.94 10.89 8.46 3.1 7.79 5.36
4 0.1 – 7 jam 0.0012 0.05 0.03 4.90 2.94 10.88 12.46 3.1 7.78 9.36

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ...


5 0.3 – 3 jam 0.0012 0.03 0.04 2.94 3.92 10.00 9.88 3.1 6.90 6.78
6 0.5 – 3 jam 0.0012 0.04 0.03 3.92 2.94 10.58 10.18 3.1 7.48 7.08
7 0.7 – 3 jam 0.0012 0.05 0.05 4.90 4.90 12.67 11.09 3.1 9.57 7.99
No Perlakuan Frata-rata ∆lrata-rata Tegangan (σ) (N/m2) σ (MPa) Regangan (ε) Modulus Young (E) (GPa)
1 0.1 – 1 jam 1.96 5.38 1633.3333 0.001633 1.737097 0.940266 x 10-5
2 0.1 – 3 jam 2.45 6.56 2041.6667 0.002042 2.116129 0.962611 x 10-5
3 0.1 – 5 jam 2.94 6.57 2450.0000 0.002450 2.120968 1.157774 x 10-5
4 0.1 – 7 jam 3.92 8.57 3266.6667 0.003267 2.764516 1.181641 x 10-5
5 0.3 – 3 jam 2.29 6.84 1905.5556 0.001906 2.205376 0.811432 x 10-5
6 0.5 – 3 jam 2.29 7.28 1905.5556 0.001906 2.348387 0.864050 x 10-5
7 0.7 – 3 jam 4.90 8.78 4083.3333 0.004083 2.832258 1.441724 x 10-5

SKRIPSI
ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Luas membran (A)


A =pxl
=6x2
= 12 cm2
= 0.0012 m2

 Tegangan, regangan dan Modulus Young membran perlakuan 0.1 μL/h–1 jam
a) Tegangan
σ = Frata-rata/A
= 1.96/0.0012
= 1633.33 N/m2
= 0.001633 MPa
b) Regangan
ε = ∆l/lo
= 5.385/3.1
= 1.7371
c) Modulus Young
E = σ/ ε
= 0.001633/1.7371
= 0.940266 x 10-2 MPa
= 0.940266 x 10-5 GPa
 Tegangan, regangan dan Modulus Young membran perlakuan 0.1 μL/h–3 jam
a) Tegangan
σ = Frata-rata/A
= 2.45/0.0012
= 2041.67 N/m2
= 0.002042 MPa
b) Regangan
ε = ∆l/lo
= 6.560/3.1
= 2.1161
c) Modulus Young
E = σ/ ε
= 0.002042/2.1161
= 0.962611 x 10-2 MPa
= 0.962611 x 10-5 GPa
 Tegangan, regangan, Modulus Young membran perlakuan 0.1 μL/h–5 jam
a) Tegangan
σ = Frata-rata/A
= 2.94/0.0012
= 2450.00 N/m2
= 0.002450 MPa
b) Regangan
ε = ∆l/lo
= 6.5750/3.1
= 2.1210

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

c) Modulus Young
E = σ/ ε
= 0.002450/2.1210
= 1.157774 x 10-2 MPa
= 1.157774 x 10-5 GPa
 Tegangan, regangan dan Modulus Young membran perlakuan 0.1 μL/h–7 jam
a) Tegangan
σ = Frata-rata/A
= 3.92/0.0012
= 3266.67 N/m2
= 0.003267 MPa
b) Regangan
ε = ∆l/lo
= 8.570/3.1
= 2.7645
c) Modulus Young
E = σ/ ε
= 0.003267/2.7645
= 1.181641 x 10-2 MPa
= 1.181641 x 10-5 GPa
 Tegangan, regangan dan Modulus Young membran perlakuan 0.3 μL/h–3 jam
a) Tegangan
σ = Frata-rata/A
= 2.29/0.0012
= 1905.55 N/m2
= 0.001905 MPa
b) Regangan
ε = ∆l/lo
= 6.84/3.1
= 2.2054
c) Modulus Young
E = σ/ ε
= 0.001905/2.2054
= 0.811432 x 10-2 MPa
= 0.811432 x 10-5 GPa
 Tegangan, regangan dan Modulus Young membran perlakuan 0.5 μL/h–3 jam
a) Tegangan
σ = Frata-rata/A
= 2.29/0.0012
= 1905.55 N/m2
= 0.001905 MPa
b) Regangan
ε = ∆l/lo
= 7.28/3.1
= 2.3484

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

c) Modulus Young
E = σ/ ε
= 0.001905/2.3484
= 0.864050 x 10-2 MPa
= 0.864050 x 10-5 GPa
 Tegangan, regangan dan Modulus Young membran perlakuan 0.7 μL/h–3 jam
a) Tegangan
σ = Frata-rata/A
= 4.90/0.0012
= 4083.33 N/m2
= 0.004083 MPa
b) Regangan
ε = ∆l/lo
= 8.78/3.1
= 2.8323
c) Modulus Young
E = σ/ ε
= 0.004083/2.8323
= 1.441724 x 10-2 MPa
= 1.441724 x 10-5 GPa
4. Perhitungan permeabilitas (fluks)
a. Luas permukaan membran
A = π x r2
= 3,14 x (2,5)2
= 19,625 cm2
= 19,625 x 10-4 m2
b. Nilai fluks
J = V/(A x t)
= 0,05/19,625 x 10-4 x 0,00277
= 0,05/5,445 x 10-6
= 9182,736 L/m2.jam
5. Perhitungan selektivitas (rejeksi)
Cf = 2 ppm
Absorbansi permeat = 0.115
y = 0.075x - 0.033
0.115 = 0.075x - 0.033
0.148 = 0.075x
x = 1.973 ppm
Cp = 1.973 ppm
Rejeksi : R = (1-Cp/Cf) x 100%
= (1-1.973/2.000) x 100%
= 1.35%

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.


ADLN - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6. Tabel absorbansi larutan standar Kreatinin


Konsentrasi larutan
Absorbansi
induk (mg/L)
1 0.048
2 0.113
3 0.181
4 0.278
5 0.343
7. Proses dead-end untuk uji kinetik membran nanofiber

Alat Dead-end

SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... IQLIMA AYU P.

Anda mungkin juga menyukai