Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada pasal


28 H, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak dasar hidup setiap individu dan
semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Amandemen UUD
1945 pasal 34 ayat 2, menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan
dimasukkannya SJSN ke dalam amandemen UUD 1945 dan terbitnya Undang-
Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), hal ini
menunjukkan bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan terkait memiliki
komitmen yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Atas dasar konstitusi dan Undang-Undang tersebut Kementerian
Kesehatan sejak tahun 2005 telah melaksanakan program jaminan kesehatan
sosial, dimulai dengan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat
Miskin/JPKMM atau dikenal dengan Askeskin (2005-2007) dan kemudian pada
tahun 2008 berubah menjadi program Jamkesmas yang kita kenal sampai
sekarang. Semua program ini memiliki tujuan yang sama yaitu melaksanakan
penjaminan pelayanan terhadap masyarakat dengan prinsip asuransi kesehatan
sosial.

Setiap peserta Jamkesmas berhak mendapat pelayanan kesehatan dasar


meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta pelayanan
kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan
(RITL) dan pelayanan gawat darurat. Pelayanan kesehatan dalam program
Jamkesmas menerapkan pola pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan dengan
ketentuan sebagai berikut : 1. Pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di
Puskesmas dan jaringannya. 2. Pelayanan rawat inap diberikan di Puskesmas
Perawatan dan ruang rawat inap kelas III (tiga) di RS Pemerintah termasuk RS

1
Khusus, RS TNI/POLRI dan RS Swasta yang bekerjasama dengan Kementerian
Kesehatan. 3. Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh Pemberi
Pelayanan Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta
walaupun tidak memiliki perjanjian kerjasama. 4. RS/BKMM/BBKPM
melaksanakan pelayanan rujukan lintas wilayah dan biayanya dapat diklaimkan
oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang bersangkutan ke Kementerian
Kesehatan.

B. TUJUAN

Tujuan dilakukan analisis data laporan Jamkesmas tahun 2010 adalah


untuk :

1. Mengetahui gambaran kepesertaan Jamkesmas tahun 2010.

2. Mengetahui tingkat kelengkapan laporan data Jamkesmas tahun 2010

3. Mengetahui gambaran penyakit pada peserta Jamkesmas tahun 2010.

4. Mengetahui tingkat pemanfaatan Jamkesmas untuk kegiatan-kegiatan yang


berdampak terhadap pencapaian target MDGs pada ibu dan anak tahun 2010.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan JAMKESMAS?

2. Apa Tujuan JAMKESMAS?

3. Apa saja Dasar Hukum JAMKESMAS?

4. Apa saja Fasilitas kesehatan yang menjadi pemberi pelayanan dalam program
jamkesmas?

5. apa saja Pelayanan Yang Tidak Dijamin Oleh Jamkesmas?

6. apa saja yang termasuk kedalam kepesertaan jaminan kesehatan ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN JAMKESMAS
Jaminan social masyarakat (JAMKESMAS) adalah bantuan social
untuk pelayanan kesehatan bagi fakir miskin dan tidak mampu yang iurannya
dibayar oleh pemerintah, diselenggarakan oleh kementerian kesehatan sejak
tahun 2008 dan merupakan perubahan dari program jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi Masyarakat Miskin/JPKMM atau dikenal dengan program
ASKESKIN yang diselenggarakan pada tahun 2005-2007.

B. TUJUAN PROGRAM JAMKESMAS


1. Tujuan Umum
Program JAMKESMAS bertujuan meningkatkan akses dan mutu
pelayanan keesehatan yang dapat diakses dan bermutu sehingga terjadi
derajat kesehatan yang optimal secara efektif dan efisien bagi seluruh
peserta JAMKESMAS.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada
peserta diseluruh jaringan PPK (penyedia pelayanan kesehatan)
JAMKESMAS.
b. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi
peserta, tidak berlebihan, sehingga terkendali mutu dan biayanya.
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan (AKUNTABEL).
d. Meningkatkan jumlah peserta (Masyarakat tidak mampu) yang
dicakup agar mendapat pelayanan kesehatan dijaringan PPK
JAMKESMAS.
e. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

3
C. DASAR HUKUM JAMKESMAS
Pelaksanaan program Jamkesmas dilaksanakan sebagai amanah Pasal
28 H ayat (1) Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang
menyatakan bahwa ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidupyang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Selain itu berdasarkan Pasal
34 ayat (3) Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia dinyatakan
bahwa ’Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.”
Dasar hukum penyelenggaraan program Jamkesmas adalah:
1. Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
2. Undang–Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang APBN Tahun 2008
3. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negar
4. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

D. FASILITAS KESEHATAN YANG MENJADI PEMBERI PELAYANAN


DALAM PROGRAM JAMKESMAS
1. Puskesmas dan jaringannya
a. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP), dilaksanakan pada puskesmas
dan jaringannya meliputi pelayanan :
1) Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan
2) Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin)
3) Tindakan medis kecil
4) Pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut/ tambal
5) Pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan balita
6) Pelayanan KB dan penanganan efek samping (alat kontrasepi
disediakan BKKBN)
7) Pemberian obat

4
b. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), dilaksanakan pada puskesmas
perawatan, meliputi pelayanan :
1) Akomodasi rawat inap
2) Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan
3) Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin)
4) Tindakan medis kecil
5) Pemberian obat
6) Persalinan normal dan dengan penyulit (PONED)
7) Persalinan normal dilakukan di puskesmas/bidan di
desa/polindes/dirumah pasien fasilitas kesehatan tingkat pertama
swasta.
8) Pelayanan gawat darurat (emergency). Kriteria gawat darurat
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit (Nomor 856 tahun
2009).

2. Rumah sakit dan Balai Kesehatan Masyarakat (Balkesmas) yang telah


bekerja sama dengan program Jamkesmas (memiliki Perjanjian Kerja
Sama (PKS) yang ditandatangani perwakilan faskes dan Tim Pengelola
Jamkesmas Kabupaten/Kota setempat, dengan diketahui oleh Tim
Pengelola Provinsi). Perjanjian Kerja Sama ini harus diperbaharui setiap
tahunnya.
a. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) di RS dan Balkesmas meliputi:
1) Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan
oleh dokter spesialis/umum
2) Rehabilitasi medic
3) Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan
elektromedik
4) Tindakan medis
5) Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan

5
6) Pelayanan KB, termasuk kontap efektif (sterilisasi dan alat
kontrasepsi dalam rahim), kontap pasca persalinan/keguguran,
penyembuhan efek samping dan komplikasinya (alat/obat KB
(kontrasepsi) disediakan BKKBN)
7) Pemberian obat yang mengacu pada daftar obat (Formularium)
8) Pelayanan darah
9) Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi dan penyulit.

b. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), dilaksanakan pada ruang


perawatan kelas III (tiga) RS, meliputi :
1) Akomodasi rawat inap pada kelas III.
2) Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan
3) Penunjang diagnostik: patologi klinik, patologi anatomi,
laboratorium mikro patologi, patologi radiologi dan elektromedik.
4) Tindakan medis
5) Operasi sedang, besar dan khusus
6) Pelayanan rehabilitasi medis
7) Perawatan intensif (ICU/Intensive Care Unit, ICCU/Intensive
Cardiac Care Unit, PICU/Pediatric Care Unit, NICU/Neonatal Care
Unit, PACU)
8) Pemberian obat mengacu padaFormularium
9) Pelayanan darah
10) Bahan dan alat kesehatan habis pakai
11) Persalinan dengan risiko tinggi dan penyulit (Pelayanan Obstetri-
Neonatus Esensial Komprehensif/PONEK)

6
c. Pelayanan gawat darurat (emergency). Kriteria gawat darurat
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit (Nomor 856 tahun 2009).
1) Seluruh penderita Thalasemia dijamin, sebagai peserta Jamkesmas
non-kartu.
Pelayanan tingkat lanjut sebagaimana di atas meliputi :
 Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di rumah sakit
dan balkesmas.
 Pelayanan rawat jalan lanjutan yang dilakukan pada
balkesmas bersifat pasif (dalam gedung) sebagai FASKES
penerima rujukan. Pelayanan balkesmas yang ditanggung oleh
program Jamkesmas adalah Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) dalam gedung.
E. PELAYANAN YANG TIDAK DIJAMIN OLEH JAMKESMAS
Pelayanan yang tidak dijamin oleh Jamkesmas:
1. Pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan
2. Bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetika
3. General check up
4. Gigi tiruan
5. Pengobatan alternatif (antara lain akupunktur, pengobatan tradisional) dan
pengobatan lain yang belum terbukti secara ilmiah
6. Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya mendapat
keturunan, termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi
7. Pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat bencana alam, kecuali
memang yang bersangkutan sebagai peserta Jamkesmas
8. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan bakti sosial, baik
dalam gedung maupun luar gedung

7
F. KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN
a. Situasi Kepesertaan Jaminan Kesehatan Penduduk Indonesia berdasarkan
sensus penduduk tahun 2010 sebanyak 237.556.363 jiwa, data
Kementerian Kesehatan tahun 2010 menunjukkan bahwa penduduk
Indonesia yang telah memiliki Jaminan Kesehatan adalah 60,24% atau
sejumlah 142.179.507 jiwa, dan 39,76% atau 95.376.856 penduduk yang
belum memiliki jaminan Kesehatan.

Grafik 1. Distribusi Penduduk Dengan Kepemilikan Jamkes Tahun 2010.

Dari porsi penduduk yang telah memiliki jaminan kesehatan tersebut


53,7% merupakan peserta jaminan kesehatan yang dilindungi oleh
program Jamkesmas, 12,4% dilindungi oleh jaminan kesehatan Askes
PNS, TNI, dan Polri, 4,6% dilindungi oleh jaminan kesehatan perusahaan,
2% dilindungi oleh jaminan kesehatan swasta lainnya, dan sebesar 22,6%
dilindungi oleh jaminan kesehatan daerah (Jamkesda). Seperti tampak
pada gambar di bawah :

Dalam rangka memperluas cakupan kepesertaan diluar kuota yang


tercakup dalam program Jamkesmas dan sebagai bentuk tanggung jawab
dan kepedulian pemerintah daerah pada masyarakat miskin, pemerintah
daerah provinsi/kabupaten/kota yang memiliki kemampuan sumber daya
yang memadai telah mengembangkan program Jamkesda. Terdapat 335

8
Kab/Kota atau 67,4% dari 497 Kabupaten/Kota di Indonesia, yang telah
memberikan jaminan kesehatan bagi penduduknya melalui program
Jamkesda2.

b. Kepesertaan Jamkesmas Berdasarkan Pendataan Sosial Ekonomi tahun


2005 (PSE 2005) diperoleh rumah tangga miskin (RTM) di Indonesia
sebanyak 19,1 juta atau sekitar 76,4 juta jiwa, jumlah ini digunakan
sebagai dasar penentuan sasaran peserta Jamkesmas. Proporsi terhadap
jumlah penduduk hasil sensus penduduk tahun 2010 adalah 32,16%.
Hingga tahun 2010 sebanyak 72.049.380 (98%) kartu telah distribusikan
oleh PT. ASKES dari total target sebesar 73.726.290 jiwa kepesertaan
berdasarkan surat keputusan bupati/walikota. Sedangkan sisanya
sebanyak 2.673.710 diperuntukan untuk gelandangan, pengemis, anak
terlantar, panti sosial, penghuni rutan/lapas, korban bencana pasca
tanggap darurat, pasien Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak
diberi kartu Jamkesmas.

Grafik 3. Proporsi Peserta Jamkesmas Menurut Wilayah Pembangunan


dan Jenis Kelamin Tahun 2010

9
Dari grafik di atas tampak porsi paling tinggi peserta jamkesmas berada di wilayah
Jawa-Bali (51,8%) dan diikuti dengan wilayah Sumatera (23,5%). Secara total
tidak tampak kesenjangan yang bermakna kepesertaan Jamkesmas menurut jenis
kelamin. Namun bila dilihat berdasarkan wilayah kerja pembangunan tampak
kesenjangan kepesertaan perempuan terhadap laki-laki, pada wilayah Papua
sebanyak 8,8%, wilayah Sulawesi kesenjangan sebanyak 4,38%, wilayah
Kalimantan 3,55% dan wilayah Maluku 2,84%.

Bila dilihat lebih jauh, proporsi peserta menurut jenis kelamin terhadap jumlah
penduduk berdasarkan wilayah pembangunan tahun 2010 seperti tampak pada
tabel 1 di bawah, masih terlihat ada kesenjangan kepesertaan perempuan terhadap
laki-laki. Kesenjangan tertinggi terjadi pada wilayah Papua (3,1%) dan Sulawesi
(3,1%) kemudian diikuti wilayah Nusa Tenggara (2,4%).

Tabel 1. Proporsi Peserta Jamkesmas Terhadap Jumlah Penduduk Menurut Jenis


Kelamin dan Wilayah Pembangunan Tahun 2010.

Kesenjangan ini perlu dikaji lebih lanjut apakah hal ini dapat berdampak terhadap
pencapaian target program kesehatan pada maternal.

10
Grafik 4. Proporsi Peserta Jamkesmas Menurut Kelompok Umur

Dari grafik 4 di atas tampak proporsi kelompok umur terbesar peserta Jamkesmas
adalah kelompok umur 15-49 tahun (56%), diikuti oleh kelompok umur > 50 tahun
(21%). Proporsi kelompok umur 0-14 tahun sebanyak 23%, jumlah ini sedikit lebih
rendah dari proporsi kelompok umur penduduk 0-14 tahun (28,8%) hasil sensus
penduduk 2010 oleh BPS.

2. Kelengkapan Laporan Rawat Jalan Tingkat Pertama dan Rawat Inap Tingkat Pertama

Untuk mengetahui pemanfaatan Jamkesmas berdasarkan laporan data, perlu


diketahui tingkat kelengkapan laporannya. Berdasarkan hasil laporan yang ada pada
rawat jalan tingkat pertama (RJTP) terlihat bahwa tidak seluruh kabupaten/ kota dan
puskesmas yang ada pada setiap provinsi melaporkan jumlah kunjungan peserta
jamkesmas, dari 33 Provinsi sebanyak 23 Provinsi (69,7%) yang melapor, dari 497
Kabupaten/Kota sebanyak 216 Kabupaten/Kota (43,4%) yang melaporkan jumlah
kunjungan RJTP dan dari total 8.799 Puskesmas sebanyak 2.967 Puskesmas (33,7%)
yang melapor, adapun kelengkapan laporan dari masing-masing Provinsi dapat
terlihat sebagai berikut :

11
Tabel 2. Kelengkapan Laporan RJTP Dari Provinsi Yang Melapor Tahun 2010

Dari tabel di atas terlihat bahwa kisaran kelengkapan laporan RJTP kabupaten/kota
dari provinsi yang melapor berada antara 100% - 5,26% rata-rata 62,83%, sedangkan
laporan RJTP puskesmas antara 93,42% - 1,65% dengan ratarata 50,27%. Sebanyak 7
Provinsi persentase pelaporan RJTP Kabupaten Kota di bawah 50%, dan laporan
Puskesmas sebanyak 11 Provinsi dibawah 50%. Kelengkapan laporan
Kabupaten/Kota terendah adalah Provinsi Sumatera Barat (5,26%), sedangkan
laporan Puskesmas terendah adalah Provinsi Sumatera Selatan (1,65%). Adapun
distribusi kelengkapan laporan RJTP Kabupaten/Kota dan kelengkapan Puskesmas
yang melaporkan RJTP dapat terlihat dalam grafik berikut :

12
Grafik 5. Persentase Kabupaten/Kota Yang Melapor RJTP Menurut Provinsi Tahun
2010

Pada grafik 5 di atas tampak bila dibandingkan terhadap 33 provinsi, maka


kelengkapan laporan RJTP Kabupaten/ kota secara nasional hanya 44,96%.

Grafik 6. Persentase Puskesmas yang melapor RJTP Menurut Provinsi Tahun 2010

Pada grafik 6 di atas tampak kelengkapan laporan RJTP puskesmas bila dibandingkan
terhadap 33 provinsi, maka secara nasional hanya 48,09%.

Seperti halnya pada rawat jalan tingkat pertama, pada pelaporan rawat inap tingkat
pertama (RITP) juga tidak seluruh Provinsi melapor, dari 33 Provinsi sebanyak 20
Provinsi (60,6%) yang melapor, dari 497 Kabupaten/Kota sebanyak 164

13
Kabupaten/Kota (32,9%) yang melaporkan jumlah kunjungan rawat inap tingkat
pertama dan dari 2920 Puskesmas Perawatan, yang melaporkan jumlah kunjungan
rawat inap tingkat pertama adalah sebanyak 953 Puskesmas (32,6%), hal ini dapat
dilihat pada tabel 3 berikut :

Tabel 3. Kelengkapan Laporan RITP Jamkesmas Puskesmas Tahun 2010

Dari tabel 3 di atas terlihat bahwa kisaran kelengkapan laporan RITP kabupaten/kota
dari provinsi yang melapor berada antara 100% - 6,67% rata-rata 52,13%, sedangkan
laporan RITP puskesmas antara 82,61% - 1,22% dengan rata-rata 42,03%. Sebanyak
8 Provinsi persentase pelaporan RITP Kabupaten Kota di bawah 50%, dan laporan
Puskesmas sebanyak 11 Provinsi di bawah 50%. Kelengkapan laporan
Kabupaten/Kota terendah adalah Provinsi Sumatera Selatan (6,67%), demikian pula
untuk laporan Puskesmas yang terendah adalah Provinsi Sumatera Selatan (1,22%).

14
Grafik 7 :Persentase Kabupaten/Kota Yang Melapor RITP Menurut Provinsi Tahun
2010

Pada grafik 7 di atas tampak kelengkapan laporan RITP puskesmas bila dibandingkan
terhadap 33 provinsi, maka secara nasional hanya 34,21%.

Grafik 8 : Persentase Puskesmas yang melapor RITP Menurut Provinsi Tahun 2010

15
Terlihat pada grafik 8 di atas kelengkapan laporan RITP puskesmas bila
dibandingkan terhadap 33 provinsi, maka secara nasional hanya 31,51%.

3. Distribusi Anggaran Jamkesmas Untuk Pelayanan Dasar

Tingkat pendistribusi anggaran Jamkesmas pelayanan dasar (puskesmas)


secara nasional mencapai 98,91%, pada 21 Provinsi (63,6%) sangat baik (100%),
sedangkan 12 Provinsi lainnya masih terdapat sisa anggaran namun demikian
pendistribusian anggaran rata-rata sudah diatas 50%, hanya 1 Provinsi yaitu Provinsi
Papua Barat yang pendistribusinya di bawah 50%, hal ini dapat dilihat pada tabel 4
berikut :

Tabel 4. Distribusi Penyaluran Dana Jamkesmas Tingkat Pelayanan Dasar Tahun


2010

16
Bila dibandingkan tingkat distribusi anggaran Jamkesmas dengan kelengkapan
laporan data puskesmas di tingkat Kabupaten/Kota, tampak kesenjangan yang
mencolok. Persentase laporan data puskesmas baik rawat inap maupun rawat jalan
tampak sangat rendah dibandingkan dengan persentase distribusi anggaran, seperti
tampak pada grafik 8 dan 9. Persentase laporan rawat jalan tampak relatif lebih baik
daripada laporan rawat inap.

Grafik 9. Perbandingan Persentase Distribusi Anggaran Dengan Persentase Laporan


RJTP Kabupaten/Kota dan Puskesmas Tahun 2010

Dari grafik 9 di atas tampak ada ada 10 provinsi yang telah didistribusikan anggaran
Jamkesmas namun tidak ada laporan data RJTP dari Kabupaten/Kota maupun dari
puskesmas yaitu provinsi Banten, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Penyebab kesenjangan % distribusi anggaran dan % kelengkapan laporan pada RJTP
dan RITP adalah kemungkinan karena anggaran yang didistribusikan oleh
Kementerian Kesehatan, tidak dapat dimanfaatkan/ diserap oleh Puskesmas. Hal ini

17
kemungkinan karena mekanisme pertanggungjawaban anggaran Jamkesmas yang
tidak mudah, sehingga puskesmas enggan memanfaatkannya.

Grafik 10. Perbandingan Persentase Distribusi Anggaran Dengan Persentase Laporan


RITP Kabupaten/Kota dan Puskesmas Tahun 2010

Dari grafik 10 di atas tampak ada ada 13 provinsi yang telah didistribusikan anggaran
Jamkesmas namun tidak ada laporan data RITP dari Kabupaten/Kota maupun dari
puskesmas yaitu provinsi Sumatera Barat, Bengkulu, Banten, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara,
Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Rendahnya dan tidak adanya laporan
RITP, kemungkinan disebabkan rendahnya minat peserta Jamkesmas untuk dirawat
di puskesmas perawatan, kemungkinan lain karena kemampuan puskesmas perawatan
untuk merawat inap pasien masih rendah. Sehingga kemungkinan kasus-kasus yang
seharusnya dapat dirawat di tingkat pelayanan dasar (Puskesmas Perawatan) akan
ditemukan dirawat di tingkat pelayanan rujukan (RS).

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jaminan social masyarakat (JAMKESMAS) adalah bantuan social untuk
pelayanan kesehatan bagi fakir miskin dan tidak mampu yang iurannya
dibayar oleh pemerintah, diselenggarakan oleh kementerian kesehatan sejak
tahun 2008 dan merupakan perubahan dari program jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi Masyarakat Miskin/JPKMM atau dikenal dengan program
ASKESKIN yang diselenggarakan pada tahun 2005-2007.
1. Tujuan Umum
Program JAMKESMAS bertujuan meningkatkan akses dan mutu
pelayanan keesehatan yang dapat diakses dan bermutu sehingga terjadi
derajat kesehatan yang optimal secara efektif dan efisien bagi seluruh
peserta JAMKESMAS.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta
diseluruh jaringan PPK (penyedia pelayanan kesehatan)
JAMKESMAS.
b. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi
peserta, tidak berlebihan, sehingga terkendali mutu dan biayanya.
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan (AKUNTABEL).
d. Meningkatkan jumlah peserta (Masyarakat tidak mampu) yang dicakup
agar mendapat pelayanan kesehatan dijaringan PPK JAMKESMAS.
e. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
B. SARAN

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

19

Anda mungkin juga menyukai