Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM TEKNOLOGI

FORMULASI
SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
BANDUNG

Zat aktif : Methyl Cinnamate


Sediaan : Cream
Jumlah Sediaan : 15 gram/pot
Dosis : 0.15%

I. PREFORMULASI
1.1. Zat Aktif
Nama : Methyl Cinnamate
Struktur :

Gambar 1.1 Struktur Kimia Methyl Cinnamate


(Fairusi Dila.2012.Transformasi Seyawa Metil Sinamat
Menjadi Fenil Sinamat dan 4-Fenilkroman-2-on Sebagai
Kandidat Antikanker.Tesis.Jakarta: Universita Indonesia)
Rumus Molekul : C10H10O2
Berat Molekul : 162,185
Pemerian : Kristal putih dan memiliki aroma khas.
Kelarutan : Larut dalam alkohol dan tidak larut dalam
air.
Densitas : 1,092 g/cm3
Titik leleh : 34-38°C
Penggunaan : Zat pewangi dalam sediaan kosmetik.

1
(Riyanto Arief, Yunilawai Retno, Nuraeni Chicha. 2012. Isolasi Metil
Sinamat dari Minyak Atsiri Laja Gowah. Jurnal Kimia Kemasan34(2):1.)
1.2. Zat Tambahan
I.1.1 Asam Stearat
Struktur :

Gambar 1.2.1 Struktur Kimia Asam Stearat


(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6h ed, 2009, hal. 697)
Rumus Molekul : C18H36O2
Berat Molekul : 284.47
Pemerian : Keras, putih atau agak kuning, agak
mengkilap, kristal padat atau bubuk putih
atau kekuningan. Memiliki sedikit bau dan
rasa seperti lemak.
Kegunaan : Penstabil.
Alasan : Untuk menstabilkan pH sediaan cream.
Kelarutan : Mudah larut dalam benzena, carboon
tetraklorida, kloroform, dan eter; larut
dalam etanol (95%), heksana, dan
propylene
glycol, praktis tidak larut dalam air.
Densitas : 0.980 g/cm3
Stabilitas : Asam stearat merupakan bahn yang stabil.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6h ed, 2009, hal. 697)

I.1.2 Setil Alkohol


Struktur :

Gambar 1.2.2 Struktur Kimia Setil Alkohol


(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6h ed, 2009, hal. 155)

2
Rumus Molekul : C16H34O
Berat Moekul : 242,44
Pemerian : Berbentuk lilin, serpihan putih, butiran,
kubus. Memiliki bau khas yang samar dan
rasa hambar.
Kegunaan : Pengemulsi
Alasan : Sebagai agen pengemulsi dalam fasa
minyak untuk menurunkan tegangan
permukaan air dan minyak.
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan
eter,praktis tidak larut dalam air.
Bercampur ketika dilelehkan dengan
lemak, paraffin cair dan padat, dan
isopropil miristat.
Densitas : 0,908 g/cm3
Stabilitas : Stabil dalam asam, basa, cahaya, dan
udara.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6h ed, 2009, hal. 155)

I.1.3 Paraffin Cair


Rumus Molekul : CnH2n+2
Pemerian : Transparan, tidak berwarna, tidak berbau
atau hampir tidak berbau, cairan
berminyak,
bebas, atau praktis bebas dari fluoresensi.
Kegunaan : Pelembab.
Alasan : Merupakan fasa minyak yang berguna
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan alkohol; larut
dalam minyak atsiri; bercampur dengan
minyak tetap (kecuali minyak jarak).
Densitas : 0.827 g/cm3 - 0.890 g/cm3
Stabilitas : Terlindung dari cahaya

3
(Martindale 36th The Pharmaceutical, 2009 hal. 2030)

I.1.4 TEA
Struktur :

Gambar 1.2.3 Struktur Kimia TEA


(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6h ed, 2009, hal. 754)
Rumus Molekul : C6H15NO3
Berat Moekul : 149.19
Pemerian : Jernih, cairan tidak berwarna sampai kental
berwarna kuning pucat memiliki sedikit
bau
amoniak.
Kegunaan : Pengemulsi
Alasan : Sebagai agen pengemulsi fase air untuk
menurunkan tegangan permukaan antara
fase air dan minyak.
Kelarutan : Larut dalam benzena dan etil eter.
Bercampur dengan acetne, karbon
tetraklorida, methanol, dan air.
pH : 10.5
Stabilitas : Dapat berubah kecoklatan jika terpapar
udara dan cahaya.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6h ed, 2009, hal. 754)

I.1.5 Gliserin
Struktur :

4
Gambar 1.2.4 Struktur Kimia Gliserin
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6h ed, 2009, hal. 281)
Rumus Molekul : C2H6O
Berat Molekul : 92,09
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna;
rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah
(tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral
terhadap lakmus.
Kegunaan : Pelembut.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan
etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam
eter, dalam minyak lemak dan dalam
minyak menguap.
Stabilitas : Higroskopis.
(Farmakope Indonesia. Ed IV, 1995, hal. 413 dan Handbook of
Pharmaceutical Excipient, 6h ed, 2009, hal. 281 )

I.1.6 Nipagin
Struktur :

Gambar 1.2.5 Struktur Kimia Nipagin


(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th ed, 2009, hal.442)
Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152,15
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk
hablur, putih; tidak berbau atau berbau
khas

5
lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kegunaan : Antimikroba (pengawet)
Alasan : Untuk mencegah pertumbuhan jamur.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan
dalam karbon tetraklorida; mudah larut
dalam etanol dan dalam eter.
Densitas : 1.352 g/cm3
(Farmakope Indonesia. Ed IV, 1995, hal. 551)
I.1.7 Nipasol
Struktur :

Gambar 1.2.6 Struktur Kimia Nipasol


(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th ed, 2009, hal.596)
Rumus Molekul : C10H12O3
Berat Molekul : 180.20
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak
berwarna.
Kegunaan : Sebagai pengawet, karena efektif sebagai
bakterisida dan fungisida.
Alasan : Untuk mencegah pertumbuhan jamur.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; mudah larut
dalam etanol, dan dalam eter; sukar larut
dalam air mendidih.
Densitas : 1.288 g/cm3
(Farmakope Indonesia. Ed IV, 1995, hal. 713)

I.1.8 Aqua Destilata

6
Gambar 1.2.7 Struktur Kimia Aqua Destilata
Berat Molekul : 18,02.                   
Rumus molekul : H2O.
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa.
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan           : Dalam wadah tertutup baik.
(Farmakope Indonesia III halaman 96)
II. FORMULASI/TEKNIK PEMBUATAN
2.1. Formula yang akan dibuat
R/ Methyl Cinnamte 0,5%
Asam Stearat 12%
Setil Alkohol 1,5%
Parafin Cair 10%
TEA 1,5%
Gliserin 10%
Metil Paraben 0,05%
Propil Paraben 0,1%
Aquadest ad 15gr

2.2. Prosedur Pembuatan


Pertama timbang semua bahan yaitu metil sinamat, asam stearate, setil
alkohol, paraffin cair, TEA, gliserin, metil paraben, propil paraben dan
aquadest. Di lebur asam stearat, setil alkohol dan parafin cair diatas penangas
air, hingga suhu 70℃. Kemudan di larutkan metil paraben , propil paraben
dalam air panas (70℃) di masukkan ke dalam local mixer. Ditambahkan
TEA aduk ad homogen menggunakan local mixer dengan kecepatan 100 –
300 rpm. Di masukkan fase lemak ke dalam fase cair pada suhu yang sama
(70℃) diaduk menggunakan local mixer dengan kecepatan 100 – 300 rpm
selama 10 menit ad homogen. Di larutkan metil sinamat dalam gliserol
kemudian di masukkan campuran gliserol dan metil sinamat ke dalam local
mixer sedikit – sedikit ad homogeny. Evaluasi dan di kemas.

7
III. PERHITUNGAN
3.1. Perhitungan untuk 1 botol
0,5 mg
1. Methyl Cinnamate : x 15 g = 0,075 g
100 ml
12
2. Asam Stearat : x 15 g = 1,800 g
100
1,5
3. Setil Alkohol : x 15 g = 0,225 g
100
10
4. Parafin Cair : x 15 g = 1,500 g
100
1,5
5. Tea : x 15 g = 0,225 g
100
10
6. Gliserin : x 15 g = 1,500 g
100
0,05
7. Metil Paraben : x 15 g = 0,0075 gs
100
0,1
8. Propil Paraben : x 15 g = 0,015 g
100
9. Aquadest ad 15 gram – (0,075 + 1,050 + 0,22 + 1,5 + 0,225 + 1,5+
0,0075 + 0,015) = 10, 4025 g

3.2. Perhitugan untuk 1 batch


Methyl Cinnamate : 0,075 g x 5 = 0,375 g
Asam Stearat : 1,800 g x 5 =9g
Setil Alkohol : 0,225 g x 5 = 1,125 g
Parafin Cair : 1,500 g x 5 = 7,500 g
Tea : 0,225 g x 5 = 1,125 g
Gliserin : 1,500 g x 5 = 7,500 g
Metil Paraben : 0.075 g x 5 = 0,0375 g
Propil Paraben : 0,015 g x 5 = 0,075 g
Aquades ad 75 gr – (0,375 + 5,25 + 1,125 + 7,5 + 1,125 + 7,5 +
0,0375 + 0,075 = 52,0125 g

IV. EVALUASI SEDIAAN

8
6.1. Organoleptis.
Pada evaluasi organoleptis dilakukan pengamatan bau, bentuk, warna dan
konsistensi pada hari ke-0, 1, 2, dan 3.
(Farmakope Indonesia edisi III, hal 30)
6.2. Homogenitas
Evaluasi homogenitas pada susunan partikel yang berbentuk dari sediaan
sampel diamati secara visual. Metodenya sampel diambil pada bagian atas,
tengah, atau bawah. Sampel diletakan pada gelas objek dan diratakan dengan
gelas objek lain sehingga lapisan tipis trbentuk. Setelah itu susunan partikel
yang terbentuk diamati secara visual
(Farmakope Indonesia edisi III, hal 33)
6.3. Tipe Krim
Evaluasi tipe krim dilakukan dengan menggunakan metode dye stabiliting
test. Untuk metode dye stabiliting test dengan memberikan reagen methylene
blue pada sediaan, hasilnya jika o/w maka dengan methylene blue akan
menghasilkan warna biru sedangkan untuk yang tipe w/o akan menghasilkan
warna merah
(Farmakope Indonesia edisi IV, hal 1039)
6.4. pH
Pada evaluasi pH dilakukan menggunakan pH meter. pH meter
dikalibrasi terlebih dahulu dengan buffer pH 4, 7, dan 9. Setelah dikalibrasi,
bilas elektroda dengan larutan uji, kemudian dicelupkan ke dalam larutan uji.
Harga pH dibaca dan dicatat. Pengujian dilakukan pada hari ke-0, 1, 2, dan 3.
(Farmakope Indonesia edisi IV, hal 1039)
6.5. Daya Lekat
Sampel ditimbang 0,25 gram diletakan diantara dua gelas objek kemudian
diletakan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu beban diambil
kemudian gelas objek diangkat menggunakan tangan dan dihitung waktu gelas
objek jatuh (terlepas antara keduanya)
6.6. Daya Sebar
Krim ditimbang 5 gram, diletakan pada kaca bundar bagian rengah diatas
diberi anak timbangan sebagai beban dan dibiarkan 1 menit. Diameter krim

9
yang menyebar dengan mengambil panjang rata-rata diameter beberapa sisi
diukur. 50 gram, 100 gram, 200 gram, 300 gram, 400 gram dan 500 gram.
Digunakan sebagai beban, pada setiap penambahan beban didiamkan selama 1
menit dan diukur diameter krim yang menyebar
(Ansel, 1989)

V. HASIL EVALUASI
V.1Organoleptis
Tabel 5.1 Hasil Evaluasi Organoleptis
Organoleptis Hari Ke 1 Hari Ke 2 Hari ke 3
Bentuk Krim Krim krim
Warna Putih Putih Putih
Bau Tidak Berbau Tidak berbau Tidak berbau
Tekstur Halus Halus Halus
Mengering - - -
Menyerap - - -
Melekat Tidak lengket Tidak lengket Tidak lengket
Kesimpulan :
Dari hasil pengamatan selama 3 hari pada sediaan krim tidak
mengalami perubahan pada pengujian organoleptis seperti bentuk,
warna, bau, dan tektur.

V.2Viskositas
Tabel 5.2 Hasil Evaluasi Viskositas
Viskositas Hari ke 1 Hari Ke 2 Hari ke 3
63 - - -

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengamatan selama 3 hari sediaan krim tidak
dapat mendapatkan hasil pada perhitungan melalui alat viskositas

10
brookfield dikarena sediaan krim terlalu melekat sehingga
mengalami hasil yang tidak sesuai dengan diliteratur.

V.3pH
Tabel 5.3 pH Sediaan Cream Methyl Cinnamate
Hasil hari ke-
1 2 3
7,75 8,08 7,97

8.5

8.3

8.1
pH

7.9

7.7

7.5
1 2 3
Hari

Grafik 5.1 pH Sediaan Cream Methyl Cinnamate


Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengamatan selama 3 hari, pH pada hari
pertama, ke-2 dan ke-3 berada diluar rentang literatur yang seharusnya,
yaitu antara 4,5 – 6,5.

V.4Daya Lekat dan Daya Sebar


Tabel 5.4 Hasil Evaluasi Daya Lekat dan Daya Sebar
Hari ke 1 Hari Ke 2 Hari ke 3
Daya lekat 37 detik - -
Daya sebar 2,55 - -
Kesimpulan :
Berdasarkan pada pengamatan daya lekat dan daya sebar berada
diluar rentang literatur yang seharusnya tidak lebih dari 4 detik.

11
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, sediaan kosmetik yang dibuat adalah krim malam .
Krim adalah sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut
atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah krim secara tradisional telah
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai komsistemsi relatif cair
diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim
merupakan sediaan yang digunakan secara topical (Depkes RI, 2005).
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-
asam lemak atau alcohol berantai panjang dalam air, dapat dicusi dengan air, dan
ditujukan terutama sebagai kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk
pemberian obat melalui vaginal. Pembuatan krim memerlukan zat pengemulsi. Zat
pengemulsi yang biasa digunakan berupa surfaktan anionik, kationik, atau nonionic.
Untuk emulsi air dalam minyak dapat digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae,
kolesterol, dan cera. Untuk emulsi minyak dalam air dapat digunakan tween, natrium
lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, kaseium, CMC, pectin, dan emulgidum. Selain
membutuhkan zat pengemulsi, krim juga membutuhkan penstabil. Bahan penstabil
yang dapat digunakan adalah zat antioksidan dan zat pengawet.
Teknik pembuatan krim secara umum ada dua, yaitu pertama, dilakukan
pencampuran dengan peleburan (metode fusion) zat pembawa dan zat berkhasiat
dilelehkan bersama (harus diperhatikan stabilitas zat aktif terhadap suhu). Kedua
dilakukan pencampuran triturasi (metode triturasi) zat aktif tidak larut dicapur sedikit
basis, dilanjutkan dengan penambahan sisa basis. Atau zat aktif dilarutkan dalam
pelarut organic terlebih dahulu, kemudian dicampur basis yang digunakan (Ansel,
2008).Zat aktif atau zat utama dari krim ini adalah Metil sinamat. Metil Sinamat
merupakan senyawa ester dari asam sinamat dengan rumus molekul C10H10O2.
Berat molekul 162,185 g/gmol, dengan berat jenis 1,092 g/cm3. Titik didih 261oC
sampai 262oC, dan titik leleh 34oC sampai 38oC. Metil sinamat dapat larut dalam
alkohol dan tidak larut dalam air. Metil sinamat dapat disintesa dari senyawa asam
sinamat melalui proses esterifikasi dengan senyawa metanol.
Dan ada beberapa zat tambahan seperti Setil alkohol dan asam stearat
berfungsi sebagai fase minyak dalam krim. Setil alkohol dan asam stearate dipilih

12
sebagai fase minyak karena asam stearate dan setil alkohol tidak menimbulkan rasa
pengap di wajah saat penggunaannya. Asam stearat dalam sediaan sebagai fase
minyak yang terdispersi dalam air dan juga sebagai pelarut bagi zat yang larut dalam
lemak. Walaupun dalam sediaan asam stearat ini merupakan fase minyak tunggal
dan tidak digunakan untuk melarutkan apapun, asam stearat tetap digunakan sebagai
pembentuk krim minyak dalam air atau dapat pula dinyatakan sebagai penstabil
emulsi krim . Sedangkan setil alkohol disini berfungsi sebagai surfactan atau juga
disebut Emulsifying Agent. Emulsifiying agent merupakan komponen penting
dalam pembuatan emulsi karena emulsifiying agent akan membantu penyatuan fase
minyak dan fase air sehingga akan dihasilkan emulsi yang stabil. Formula krim yang
telah dibuat ini adalah krim dengan sistem emulsi minyak dalam air atau W/O.
TEA Dalam formulasi terutama digunakan sebagai pH adjusting agent. Ketika
dicampur dengan asam stearat akan membentuk sabun anionik dengan pH sekitar 8,
yang dapat digunakan sebagai agen pengemulsi untuk menghasilkan emulsi minyak
dalam air yang halus dan stabil.
Gliserin dan Paraffin Cair dalam sediaan ini Gliserin digunkan sebagai
humektan, yaitu untuk meminimalkan hilangnya air dari sediaan, meningkatkan
kelembaban kulit sehingga penetrasi zat berkhasiat akan lebih mudah dan sebagai
emolien untuk menjaga kelembaban kulit karena kemampuannya membentuk lapisan
pada permukaan kulit mengingat bentuk sediaan merupakan krim tipe minyak dalam
air yang lebih cepat mengering. Dan paraffin cair digunakan sebagai pelembab dari
sediaan krim yang dibuat .
Metil paraben dan propil paraben berfungsi sebagai pengawet dalam sediaan,
pengawet ini berfungsi untuk mencegah kontaminasi bakteri pada sediaan,
digunakan metil paraben karena sifatnya yang lebih larut dalam fase air yang
merupakan fase pendispers sediaan atau jumlahnya lebih banyak dan juga pada fase
minyak.
Aquadest dalam sediaan digunakan sebagai pelarut , karena sediaan yang
dibuat merupakan krim minyak dalam air sehingga aquadest digunakan sebagai
pelarut. Aquades berfungsi juga sebagai fase air atau fasependispers sediaan.
Dalam pembuatan krim ini pertama dilakukan proses pembentukan basis krim
yang berbentuk emulsi. Emulsi merupakan suatu dispersedi aman fase terdispers

13
terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang
tidak bercampur (Ansel, 2008). Tipe emulsi yang dibuat yaitu emulsi w/o .dengan
melelehkan fase minyak yaitu asam stearate, setil alkohol, paraffin liquidum , dan
fase air yaitu aquadest, gliserin, dan TEA pada tempat yang terpisah di atas hot plate
pada suhu 70°C. Tujuan pelelehan fase minyak ini yaitu untuk mengubah bentuk fase
minyak yang berupa padatan menjadi bentuk cairan sehingga dapat dilakukan
pencampuran untuk pembuatan emulsi, sedangkan tujuan pemanasan aquadest ini
adalah untuk meningkatkan kelarutan fase minyak ke dalam fase air pada saat
pembentukan emulsi, selain itu diharapkan CO2 yang terkandung di dalamnya dapat
hilang sehingga saat pembentukan emulsi tidak terdapat gelembung-gelembung
udara.
Dalam pembuatan emulsi w/o fase air yang dimasukkan ke dalam fase
minyak, hal ini dilakukan untuk mencegah kehilangan bobot fase minyak, sehingga
perbandingan antara fase minyak dan fase air tetap bisa terjaga. Selanjutnya
campuran kedua fase tersebut dicampur menggunakan mixer sampai terbentuk massa
semisolid. Pengadukan dilakukan dengan menggunakan mixer agar diperoleh
kecepatan yang cepat dan konstan, sehingga meningkatkan luas daerah kontak antara
fase minyak dan fase air. Dengan demikian, emulsi lebih mudah terbentuk. Setelah
emulsi berwarna putih susu terebentuk, hentikan pengadukan dan didinginkan emulsi
pada suhu ruang agar memadat.
Setelah proses formulasi dilakukan proses evaluasi sediaan yang bertujuan
untuk menjaga kualitas sediaan yang telah diproduksi. Uji yang pertama dilakukan
adalah evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari aroma, warna,
tekstur. Dari hasil pengamatan organoleptis terhadap sediaan krim wajah yang
diperoleh adalah aroma tidak berbau, warna putih susu, tekstur nya lembut .
Kemudian di lakukan evaluasi tipe emulsi. Uji tipe emulsi dilakukan dengan
metode metilen blue. metode metilen blue dilakukan dengan menambahkan reagen
metilen blue ke dalam sediaan yang akan diuji, dan sediaan menunjukan perubahan
warna menjadi biru yang menandakan bahwa sediaan merupakan tipe emulsi o/w.
Jika sampel sediaan menunjukkan perubaha warna menjadi merah maka menandakan
bahwa sediaan merupaka tipe emulsi w/o. Dan dari pengujian yang dilakukan

14
sediaan memberikan warna positif terhadap warna merah, maka dapat dinyatakan
bahwa sediaan merupaka cream tipe w/o.
Uji pH bertujuan mengetahui keamanan sediaan krim saat digunakan sehingga
tidak mengiritasi kulit. Pertama-tama dilakukan pengenceran emulsi dengan
penambahan aquades, kemudian diaduk hingga homogen. Berdasarkan hasil
pengukuran pH dihasilkan krim dengan pH 7,5 , di mana pH ini tidak memenuhi
persyaratan untuk kulit normal yaitu pada rentang 4,5-6,5. Hal ini dapat disebabkan
karena bisa saja konsentrasi dari TEA yang berfungsi sebagai alkali terlalu banyak
sehingga menyebabkan sediaan memiliki pH hampir basa yaitu pH 8. Krim dengan
pH terlalu asam dapat mengiritasi kulit sedangkan krim yang terlalu basa dapat
membuat kulit menjadi kering sehingga sediaan harus memiliki pH yang sesuai
dengan kulit.
Uji daya sebar dan daya lekat. Pada uji daya sebar Sampel ditimbang sebanyak
0,5 g, diletakan ditengah kaca bulat berskala diatas krim diletakan kaca bulat lain
diberi beban 50, 100, 150 gram, diamkan selama 1 menit, dicatat diameter
penyebarannya. Pada pengujian ini didapatkan hasil daya sebar krim dengan
diameter 2,34 cm . hal ini menyatakan bahwa pada evaluasi daya sebar krim tidak
memenuhi syarat yaitu pada rentang 3-5 cm . hal ini dapat menyatakan bahwa krim
memiliki daya sebar yang kurang baik. Kemudian pengujian pada daya lekat . pada
pengujian daya lekat krim ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian diletakkan
diantara dua gelas kaca objek. Lalu diletakan beban seberat 1 kg selama 5 menit.
Angkat beban, kemudian gelas objek diangkat menggunakan tangan dan hitung
waktu gelas objek jatuh . Pada hasil yang didapatkan waktu yang dibutuhkan krim
untuk melepas dari kaca objek adalah 37 detik . Maka dapat dinyatakan bahwa krim
memenuhi persyaratan yaitu lebih dari 4 detik . sehingga sediaan krim yang dibuat
memiliki daya lekat yang cukup baik bila dioleskan kepada permukaan kulit.
Uji yang terakhir dilakukan adalah uji viskositas sediaan. Viskositas adalah
ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Semakin besar resistensi suatu zat cair
maka semakin besar pula viskositasnya (Ansel, 2008). Uji viskositas dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kekentalan sediaan krim wajah yang dibuat. Alat
yang digunakan adalah viskometer brookfield. Spindel sebagai pengukur kekentalan
larutan yang berbeda-beda untuk tiap jenis larutan. Pemilihan spindel dilakukan

15
dengan dua cara, yaitu menyesuaikan dengan petunjuk literatur yang tersedia dan
apabila tidak diperoleh literatur yang dapat digunakan sebagai acuan maka
digunakan cara coba-coba atau eksperimental. Nomor spindel yang digunakan
berbanding lurus dengan viskositas dari sampel yang digunakan.Pada praktikum ini
spindel yang digunakan yaitu spindel nomor 64 dengan Rpm 6 . Syarat evaluasi
viskositas adalah 30.000-70.000 cP (sediaan topikal) Semakin tinggi viskositas,
maka daya lekat akan semakin besar, sedangkan daya sebarnya akan semakin kecil.
Viskositas sediaan dapat dinaikkan dengan penambahan polimer . pada pengujian
sediaan ini, viskositas tidak terbaca . hal ini dapat disebabkan oleh konsistensi krim
yang cukup kental dan dapat pula dikarenakan pada saat pengujian spindel tidak
terendam penuh oleh krim . sehingga alat viscometer tidak dapat membaca nilai
viskositas dari krim .

VII. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sediaan krim dengan zat aktif metil
sinamat memiliki bentuk putih susu, tidak berbau, dan bertekstur lembut. Dan
memiliki tipe krim w/o dengan ditandai terbentuknya warna merah saat penetesan
metilen blue. Untuk evaluasi uji daya sebar , pH , dan viskositas sediaan krim yang
dibuat tidak memenuhi persyaratan sedangkan untuk uji evaluasi daya lekat sediaan
krim yang dibuat sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan literatur . Maka dapat
dinyatakan bahwa sediaan krim yang dibuat tidak terlalu baik jika dilihat dari beberapa
evaluasi yang tidak memenuhi persyaratan sesuai literatur yang tertera.

16
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi ketiga, 591, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ansel, H.C. 1998. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi., Edisi 4. Jakarta.
Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope
Indonesia.Edisi IV.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Fairusi Dila.2012.Transformasi Seyawa Metil Sinamat Menjadi Fenil
Sinamat dan 4-Fenilkroman-2-on Sebagai Kandidat
Antikanker.Tesis.Jakarta: Universita Indonesia
Riyanto Arief, Yunilawai Retno, Nuraeni Chicha. 2012. Isolasi Metil Sinamat
dari Minyak Atsiri Laja Gowah. Jurnal Kimia Kemasan34(2):1.
Rowe, Raymond C, dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients.
USA : RPS Publishing

17

Anda mungkin juga menyukai