Anda di halaman 1dari 22

KOMUNIKASI TENTANG KONTEKS SOCIAL DAN LATAR BELAKANG BUDAYA

(CULTURAL DIVERCITY) SERTA KEYAKINAN

Oleh
Nama : I Gede Galih Darma Saputra
NIM : 194620025

STIKES WIRAMEDIKA
DENPASAR
2020

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................2
C. Rumusan masalah...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Komunikasi Dalam Konteks Sosial................................................................3
B. Keanekaragaman Budaya...............................................................................5
C. Keyakinan.......................................................................................................7
D. Komunikasi Verbal dan Non Verbal..............................................................8
E. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Daerah Bali........................................15
F. Komunikasi Verbal dan Non Verbal..............................................................8
G.

BAB III PENUTUP.........................................................................................................19


A. Kesimpulan...................................................................................................19
B. Saran.............................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keanekaragaman masyarakat dan sosial budaya Indonesia merupakan sebuah
potensi kekayaan yang harus dioptimalkan sehingga terasa manfaatnya. Oleh karena itu,
potensi tersebut perlu diwujudkan menjadi kekuatan riil sehingga mampu menjawab
berbagai tantangan kekinian yang ditunjukkan dengan melemahnya ketahanan budaya
yang berimplikasi pada menurunnya kebanggaan nasional. Untuk itu, sinergi segenap
komponen bangsa dalam melanjutkan pembangunan karakter bangsa (national and
character building) yang sudah dimulai sejak awal kemerdekaan perlu terus diperkuat
sehingga memperkuat jati diri bangsa dan mampu membentuk bangsa yang berkarakter,
maju, dan berdaya saing. Seiring dengan menguatnya persaingan arus lokal dan global
dalam internalisasi nilai-nilai baru, ketahanan budaya juga perlu semakin diperkuat
sehingga memiliki kemampuan untuk menumbuh suburkan internalisasi berbagai nilai
lokal dan global yang positif dan produktif. Oleh sebab itu, upaya pengembangan
kebudayaan diarahkan pada tujuan universal peradaban.
Bahasa merupakan salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang
membedakan dari makhluk-makhluk yang lain. Dari dulu di sadari bahwa bahasa adalah
kunci utama pengetahuan, memegang kunci utama berarti memegang kunci jendela dunia.
Sebab sejuta pengetahuan, seribu peradaban semuanya tercipta dan terbahasakan, bahkan
sejarah tidak akan terwujud jika tidak ada bahasa di dunia. Begitu juga dengan
sosiolongistik yang merupakan studi atau pembahasan dari bahasa sehubung dengan
penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat. Karena kita ketahui bahwa, ada dua aspek
yang mendasar dalam pengertian masyarakat. Yang pertama ialah bahwa anggota-anggota
suatu masyarakat hidup dan berusaha bersama secara berkelompok-kelompok. Aspek
yang kedua adalah anggota-anggota dan kelompok-kelompok masyarakat dapat hidup
bersama karena ada suatu perangkat hukum dan adat kebiasaan yang mengatur kegiatan
dan tindak laku mereka, termasuk tindak laku bahasa.

1
B. TUJUAN
Untuk mengetahui cara berkomunikasi verbal dan non verbal yang baik dan
benar antara perekam medis dan pasien berbudaya daerah
C. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian dalam latar belakang di atas, terdapat rumusan permasalahan yang
dapat dikaji lebih dalam yaitu, bagaimana cara berkomunikasi verbal dan non verbal yang
baik dan benar antara perekam medis dan pasien berbudaya daerah?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komunikasi dalam Konteks Sosial


Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas komunikasi.
Manusia mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala dikucilkan sama sekali
sehingga ia tidak bisa melakukan komunikasi dengan dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu
komunikasi merupakan tindakan manusia yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan
secara aktif manusia sengaja melahirkannya karena ada maksud atau tujuan tertentu.
Memang apabila manusia dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya seperti
hewan, ia tidak akan hidup sendiri. Seekor anak ayam, walaupun tanpa induk, mampu
mencari makan sendiri. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Manusia tidak
dikaruniai Tuhan dengan alat-alat fisik yang cukup untuk hidup sendiri.
Dapat dikatakan bahwa didalam kehidupan komunikasi adalah persyaratan yang
utama dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang melepaskan hidupnya untuk
berkomuikasi antar sesama. Dengan seperti itu, komunikasi sosial sangat penting dalam
kehidupan manusia pada umumnya untuk membantunya berinteraksi dengan sesama,
karena manusia tercipta sebagai mahluk sosial.
Karena sifat manusia yang selalu berubah-ubah hingga kini belum dapat diselidiki
dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur didalam masyarakat secara lebih
mendalam dan terorganisir.
1. Definisi Komunikasi
Billie J.W. mengungkapkan komunikasi adalah pernyataan diri yang
efektif, pertukaran pesan-pesan yang tertulis pesan-pesan dalam percakapan, bahkan
melalui imajinasi, pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui
percakapan atau dengan metode lain,pengalihan informasi dari seseorang kepada
orang lain, pertukaran makna antarpribadi dengan sistem symbol, proses pengalihan
pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu. (Walhstrom,
1992, hlm.9)
2. Tingkatan Komunikasi
a. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)

3
Yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses
pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf manusia.
b. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain
dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran
prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang
pribadi sebagai unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat
pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang
disampaikan bersifat pribadi.
c. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
Yaitu komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok.
Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam Sendjaja,(1994)
memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari
tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang
dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan
masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik
pribadi anggota lainnya dengan akurat.
d. Komunikasi Organisasi (Organization Communication)
Yaitu pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005).
e. Komunikasi Massa (Mass Communication)
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi
yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan
anonim melalui media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan yang
sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

3. Komunikasi Dalam Konteks Sosial


Dalam konteks sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa manusia
lain, karena itu dalam menjalin hubungan dengan manusia lain memerlukan
komunikasi. Komunikasi yang digunakan terdiri dari visual, audio, audiovisual, dan
sebagainya. Seorang perekam medis dituntut dapat melakukan komunikasi bukan

4
hanya dengan tim kesehatan melainkan dengan pasien dan keluarga pasien. Dengan
demikian tujuan akan tepat pada sasaran.

B. Keanekaragaman Budaya
1. Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana
juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, peristiwa itu membuktikan bahwa budaya
dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-
unsur sosial-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan
orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu
perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung
pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar"
di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan
kolektif" di Tiongkok.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya
dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan
nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk
memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren
untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan
perilaku orang lain.

5
2. Unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
a. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu:
1) Alat-alat teknologi
2) Sistem ekonomi
3) Keluarga
4) Kekuasaan politik
b. Bronislaw Malinowski mengatakan 4 unsur pokok kebudayaan meliputi:
1) Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
2) Organisasi ekonomi
3) Alat-alat, dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk
pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
4) Organisasi kekuatan (politik)
c. C. Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal
(Universal Categories Of Culture) yaitu:
1) Bahasa
2) Sistem pengetahuan
3) Sistem teknologi, dan peralatan
4) Sistem kesenian
5) Sistem mata pencarian hidup
6) Sistem religi
7) Sistem kekerabatan, dan organisasi kemasyarakatan
3. Komunikasi Dalam Konteks Budaya
Pesan baik verbal maupun non verbal sebenarnya terikat dengan budaya. Jika dua
orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama,
maka ada kecendenrungan pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk

6
dikomunikasikan. Dalam sebuah kegiatan perekam medis dalam hal pendaftaran
pasien, budaya mempengaruhi cara pasien dan perekam medis melakukan
komunikasi satu sama lain untuk mengetahui identitas pasien. Perekam medis
belajar mengetahui makna budaya dalam komunikasi. Pengaruh budaya
menetapkan batas bagaimana seseorang bertindak dan berkomunikasi.
C. Keyakinan
1. Sistem Kepercayaan Dan Keyakinan
Keyakinan dan Kepercayaan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat
ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah
mencapai kebenaran.Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan
seseorang tidak selalu benar atau keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran.
Contoh: Pada suatu masa, manusia pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat
tata surya, belakangan disadari bahwa keyakinan itu keliru.
Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap
suatu premis benar. Hubungan antara kepercayaan dengan ilmu pengetahuan terjalin
dengan sangat erat. Orang-orang yang berkepercayaan biasanya dalam berargumen
berkata bahwa mereka tahu segala mengenai argumentasi. orang-orang yang
berkepercayaan bahwa matahari adalah yang maha kuasa akan mengatakan bahwa
mereka tahu bahwa matahari adalah yang maha kuasa. Namun, dalam istilah
berkepercayaan dan ilmu pengetahuan yang digunakan oleh penggunaan philosopi
akan berbeda. Epistemologi adalah imu filosofi yang mempeelajari imlu
pengetahuan dan berkepercayaan. Sebuah masalah yang besar untuk epistemologi
adalah dalam kerangka apa yang diperlukan untuk memiliki pengetahuan. Dalam
sebuah gagasan yang berasal dari dialog Theaetetus oleh Plato, filosofi tradisional
telah menetapkan bahwa kebebenaran dari berkepercayaan adalah dibenarkan.
Hubungan antara berkepercayaan dan ilmu pengetahuan adalah bahwa ilmu
pengetahuan adalah bagian dari berkepercayaan jika berkepercayaan itu benar, dan
jika berkepercayaan memiliki alasan pembenar (wajar dan harus masuk akal
pernyataan / bukti / petunjuk) maka untuk berkepercayaan itu memang benar.

7
2. Keyakinan Tradisional Tentang Kesehatan Dan Penyakit
Salah satu kriteria yang digunakan seseorang untuk memilih jenis pengobatan
adalah berdasarkan pada keyakinan akan keefektifan antara pengobatan yang satu
dengan yang lain termasuk pengobatan tradisional dengan pengobatan medis
modern. Keyakinan tentang keefektifan suatu jenis pengobatan biuasanya muncul
dari pengalaman khusus, ataupun pengetahuan yang berkaitan dengan metode
pengobatan tersebut, karena keyakinan atau kepercayaan dapat tumbuh jika
berulang kali mendapatkan informasi yang sama. Keputusan untuk melakukan
pengobatan juga dibuat berdasarkan pada pengalaman dan kebiasaan seseorang
dimasa lalu.
3. Komunikasi Dalam Keyakinan
Keyakinan agama dan keyakinan spiritual merupakan bagian integral dari
keyakinan budaya seseorang dan dapat mempengaruhi keyakinan poasien terhadap
penyakitnya, praktek penyembuhan dan pilihan tabib atau pemberian perawatan
kesehatan. Keyakinan spiritual dan agama merupakan kekuatan dan kenyamanan
bagi pasien. Perekam medis profesioanal harus bisa memahami dan mengantisipasi
dan mengambil tindakan yang tepat untuk pasien yang berbeda keyakinan terhadap
perawatan saat pasien konsultasi saat melakukan pendaftaran.
D. Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
1. Perilaku Verbal Dalam Komunikasi
Perilaku verbal sebenarnya adalah komunikasi verbal yang biasa kita
lakukan sehari-hari. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang
menggunakan kata-kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita
sadari termasuk ke dalam kategori pesan disengaja, yaitu usaha-usaha yang
dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan.
Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan fikiran,
perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang
mempresentatifkan berbagai aspek realitas individu kita. Dengan kata lain, kata-
kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang
merupakan totalitas objek atau konsep yang mewakili kata-kata itu. Misalnya kata
rumah, kursi atau mobil. Realitas apa yang mewakili setiap kata itu?. Begitu

8
banyak ragam rumah, ada rumah bertingkat, rumah mewah, rumah sederhana,
rumah hewan, rumah tembok, rumah bilik, dan yang lainnya. Begitu juga kursi,
ada kursi jok, kursi kerja, kursi plastik, kursi malas, dan sebagainya. Kata mobil-
pun ternyata tidak sederhana, ada sedan, truk, minibus, ada mobil pribadi, mobil
angkutan dan sebagainya.
Menurut Ohoiwutun (1997) dalam Liliweri (2003), dalam
berkomunikasi antar budaya ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu;
kapan orang berbicara; apa yang dikatakan; hal memperhatikan; intonasi; gaya
kaku dan puitis serta bahasa tidak langsung. Ke enam hal tersebut adalah saat yang
tepat bagi seseorang untuk menyampaikan pesan verbal dalam komunikasi antar
budaya.
a. Kapan Orang Berbicara
Jika kita berkomunikasi antar budaya perlu diperhatikan ada kebiasaan
(habits) budaya yang mengajarkan kepatutan kapan seorang harus atau
boleh berbicara. Orang Timor, Batak, Sulawesi, Ambon, Irian, mewarisi
sikap kapan saja bisa berbicara, tanpa membedakan tua dan muda, artinya
berbicara semaunya saja, berbicara tidak mengenal batas usia. Namun
orang Jawa dan Sunda mengenbal aturan atau kebiasaan kapan orang
berbicara, misalnya yang lebih muda mendengarkan lebih banyak daripada
yang tua, yang tua lebih bayak berbicara dari yang muda. Perbedaan norma
berbahasa ini dapat mengakibatkan konflik antarbudaya hanya karena salah
memberikan makna kapan orang harus berbicara.
b. Apa yang Dikatakan
Laporan penelitian Tannen (1984-an) menunjukan bahwa orang-orang
New York keturunan Yahudi lebih cenderung berceritera dibanding dengan
teman-temannya di California. Ceritera mereka (New York Yahudi) selalu
terkait dengan pengalaman dan perasaan pribadi .Masing-masing anggota
kelompok kurang tertarik pada isi ceritera yang di-kemukakan anggota
kelompok lainnya.

9
c. Hal Memperhatikan
Konsep ini berkaitan erat dengan gaze atau pandangan mata yang
diperkenankan waktu berbicara bersama-sama .Orang-orang kulit hitam
biasanya berbicara sambil menatap mata dan wajah orang lain, hal yang
sama terjadi bagi orang Batak dan Timor. Dalam berkomunikasi
‘memperhatikan’ adalah melihat bukan sekedar mendengarkan. Sebaliknya
oran Jawa tidak mementingkan ‘melihat’ tetapi mendengarkan. Anda
membayangkqan jika seorang Jawa sedang berbicara dengan orang Timor
yang terus menerus menatap mata orang Jawa ,maka si Jawa merasa tidak
enak dan bahkan menilai orang Timor itu sangat kurang ajar. Sebaliknya
orang Timor merasa dilecehkan karena si Jawa tidak melihat dia waktu
memberikan
d. Intonasi
Masalah intonasi cukup berpengaruh dalam berbagai bahasa yang berbeda
budaya . Orang kadang di Lembata/Flores memakai kata bua berarti
melahirkan namun kata yang sama kalau di tekan pada huruf akhir’a’-
bua’(atau buaq),berarti berlayar ;kata laha berarti marah tetapi kalau
disebut tekanan di akhir ‘a’-lahaq merupakan maki yang merujuk pada alat
kelamin laki-laki.
e. Gaya Kaku atau Puitis
Ohoiwutun (1997:105) menulis bahwa jika anda membandingkan bahasa
Indonesia yang diguratkan pada awal berdirinya Negara ini dengan gaya
yang dipakai dewasa ini, dekade 90-an maka anda akan dapati bahwa
bahasa Indonesia tahun 1950-an lebih kaku. Gaya bahasa sekarang lebih
dinamis lebih banyak kata dan frase dengan makna ganda, tergantung dari
konteksnya. Perbedaan ini terjadi sebagai akibat perkembangan bahasa.
Tahun 1950-an bahasa Indonesia hanya dipengaruhi secara dominan oleh
bahasa Melayu.
Dewasa ini puluhan bahasa daerah, teristimewa bahaqsa Jawa dengan
puluhan juta penutur aslinya, telah ikut mempengaruhi ‘ formula’
berbahasa Indonesia. Anehnya bila berkunjung ke Yunani anda akan

10
mengalami gaya berbahasa Yunani seperti yang kita alami di Indonesia
sekarang ini. Disebut aneh karena Yunani tidak mengalami pengaruh
berbagai bahasa dalam sejarah perkembangan bahasanya seperti yang
dialami Indonesia.
f. Bahasa Tidak Langsung
Setiap bahasa mengajarkan kepada para penuturnya mekanisme untuk
menyatakan sesuatu secara langsung atau tidak langsung. Jika anda
berhadapan dengan orang Jepang, maka anda akan menemukan bahwa
mereka sering berbahasa secara tidak langsung, baik verbal maupun non
verbal. Dalam berbisnis, umumnya surat bisnis Amerika, menyatakan
maksudnya dalam empat paragraph saja.
2. Perilaku Non Verbal Dalam Komunikasi Lintas Budaya
Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang
bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (1991),
komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal
dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan
lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim
atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak
disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita
mengirim banyak pesan nonverbal tanpamenyadari bahwa pesan-pesan tersebut
bermakna pada orang lain.
Sebenarnya sangat banyak aktivitas yang merupakan perilaku non
verbal ini, akan tetapi yang berhubungan dengan komunikasi antar budaya ini
biasanya adalah sentuhan. Sentuhan sebagai bentuk komunikasi dapat
menunjukkan bagaimana komunikasi non verbal merupakan suatu produk budaya.
Di Jerman kaum wanita seperti juga kaum pria biasa berjabatan tangan dalam
pergaulan sosial; di Amerika Serikat kaum wanita jarang berjabatan tangan. Di
Muangthai, orang-orang tidak bersentuhan (berpegangan tangan dengan lawan
jenis) di tempat umum, dan memegang kepala seseorang merupakan suatu
pelanggaran sosial.

11
Suatu contoh lain adalah kontak mata. Di Amerika Serikat orang
dianjurkan untuk mengadakan kontak mata ketika berkomunikasi. Di Jepang
kontak mata seringkali tidak penting. Dan beberapa suku Indian Amrika mengajari
anak-anak mereka bahwa kontak mata dengan orang yang lebih tua merupakan
tanda kekurangsopanan. Seorang guru sekolah kulit putih di suatu pemukiman
suku Indian tidak menyadari hal ini dan ia mengira bahwa murid-muridnya tidak
berminat bersekolah karena murid-muridnya tersebut tidak pernah melihat
kepadanya.
Liliweri (2003) mengatakan bahwa ketika berhubungan
antarpribadi maka ada beberapa faktor dari pesan non verbal yang mempengaruhi
komunikasi antarbudaya. Ada beberapa bentuk perilaku non verbal yakni: (1)
kinesik; (2) okulesik, dan (3) haptiks; (4) proksemik; dan (5) kronemik.
a. Kinesik, adalah studi yang berkaitan dengan bahsa tubuh, yang terdiri dari
posisi tubuh, orientasi tubuh, tampilan wajah, gambarang tubuh, dll.
Tampaknya ada perbedaan anatara arti dan makna dari gerakan-gerakan
tubuh atau anggota tubuh yang ditampilkan tersebut.
b. Okulesik, adalah studi tentang gerakan mata dan posisi mata. Ada
perbedaan makna yang ditampilkan alis mata diantara manusia. Setiap
variasi gerakan mata atau posisi mata menggambarkan satu makna tertentu,
seperti kasih sayng, marah, dll. Orang Amerika Utara tidak membenarkan
seorang melihat wajah mereka kalau mereka sedang berbicara. Sebaliknya,
orang Kamboja yakin bahwa setiap pertemuan didahului oleh pandangan
mata pertama, namun melihat seorang adalah sesuatu yang bersifat privacy
sehingga tidak diperkenankan memandang orang lain dengan penuh nafsu.
c. Haptik, adalah studi tentang perabaan atau memperkenankan sejauh mana
seseorang memegang dan merangkul orang lain. Banyak orang Amerika
Utara merasa tidak nyaman ketika seseorang dari kebudayaan lain
memegang tangan mereka dengan ramah, menepuk belakang dan lain-lain.
Ini menunjukkan – derajat keintiman: fungsional/profesional, sosial dan
sopan santun, ramah tamah dan baik budi, cinta dan keintiman, dan daya
tarik seksual.

12
d. Proksemik, studi tentang hubungan antar ruang, antar jarak, dan waktu
berkomunikasi, sebagaimana dikategorikan oleh Hall pada tahun 1973,
kecenderungan manusia menunjukkan bahwa waktu orang berkomunikasi
itu harus ada jarak antarpribadi, terlalu dekat atau terlalu jauh. Makin dekat
artinya makin akrab, makin jauh arinya makin kurang akrab.
e. Kronemik, adalah studi tentang konsep waktu, sama seperti pesan non
verbal yang lain maka konsep tentang waktu yang menganggap kalu suatu
kebudayaan taat pada waktu maka kebudayaan itu tinggi atau peradaban
maju. Ukuran tentang waktu atau ketaatan pada waktukemudian
menghailkan pengertian tentang orang malas, malas bertnggungjawab,
orang yang tidak pernah patuh pada waktu.
f. Tampilan, apperance – cara bagaimana seorang menampilakn diri telah
cukup menunjukkan atau berkolerasi sangat tinggi dengan evaluasi tentang
pribadi. Termasuk di dalamnya tampilan biologis misalnya warna kulit,
warna dan pandangan mata, tekstur dan warna rambut, serta struktur tubuh.
Ada stereotip yang berlebihan terhadap perilaku seorang dengan tampilan
biologis. Model pakaian juga mempengaruhi evaluasi kita pada orang lain.
Dalam sebagian masyarakat barat, jas dan pakaian formal merefleksikan
profesionalisme, karen itu tidak terlihat dalam semua masyarakat.
g. Posture, adalah tampilan tubuh waktu sedang berdiri dan duduk. Cara
bagaimana orang itu duduk dan berdiri dapat diinterpretasi bersama dalam
konteks antarbudaya. Kalau orang Jawa dan orang Timor (Dawan) merasa
tidak bebas jika berdiri tegak di depan yang orang yang lebih tua sehingga
harus merunduk hormat, sebaliknya duduk bersila berhadapan dengan
orang yang lebih tua merupakan sikap yang sopan.
h. Pesan-pesan paralinguistik antarpribadi adalah pesan komunikasi yang
merupakan gabungan anatara perilaku verbal dan non verbal.
Paralinguistik terdiri dari satu unit suara, atau gerakan yang menampilkan
maksud tertentu dengan makna tertentu. Paralinguistik juga berperan besar
dalam komunikasi antarbudaya. Contoh, orang Amerika yang berbicara
terlalu keras acapkali oleh orang eropa dipandang terlalu agresif atau tanda

13
tidak bersahabat. Orang Inggris yang berbicara pelan dan hati-hati
dipahami sebagai sekretif bagi Amerika.
i. Simbolisme dan komunikasi non verbal yang pasif – beberapa di antarnya
adalah simbolisme warna dan nomor. Di Amerika Utara, AS dan Canada,
warna merah menunjukkan peringatan, daya tarik seks, berduka,
merangsang. Sedangkan warna kuning menggambarkan kesenangan dan
kegembiraan. Warna biru berarti adil, warna bisnis sehingga dipakai di
perkantoran. Warna hitam menunjukkan kematian, kesengsaraan, dosa,
kegagalan dalam bisnis dan seksi. Sebaliknya warna merah di Brazil
adalah yang menunjukkan jarak penglihatan, hitam melambangkan
kecanggihan, kewenangan, agama dan formalitas.
Dilihat dari fungsinya,perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi.
Paul Ekman dalam Mulyana (2007) menyebutkan lima fungsi pesan
nonverbal,seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata,yakni sebagai :
a. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan symbol yang memiliki
kesetaraan dengan simbol verbal.Kedipan dapat mengatakan,”Saya tidak
sungguh-sungguh.”illustrator.Pandangan ke bawah dapat menunjukkan
depresi atau kesedihan.
b. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka.Memalingkan
muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.Penyesuai.Kedipan mata
yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan.Itu merupakan
respon tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk
mengurangikecemasan.
c. Affect Display. Pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukkan
peningkatan emosi.Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut
,terkejut,atau senang.
Lebih lanjut lagi Mulyana (2007) merumuskan,dalam hubungannya dengan
perilaku verbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut.
a. Perilaku nonverbal dapat mengulagi perilaku verbal,misalnya anda
menganggukan kepala ketika anda mengatakan “ya,”atau menggelengkan

14
kepala ketika mengatakan “tidak,” atau menunjukan arah (dengan telunjuk)
ke mana seseorang harus pergi untuk menemukan WC.
b. Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal.Misalnya
Anda melambaikan tangan seraya mengucapkan “Selamat Jalan,” “Sampai
jumpa lagi,ya,” atau “Bye bye,”;atau anda menggunakan gerakan tangan
,nada suara yang ninggi,atau suara yang lambat ketika Anda berpidato
hadapan khalayak.Isyarat nonverbal demikian itulah yang disebut affect
display.
c. Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal,jadi berdiri
sendiri,misalnya Anda menggoyangkan tangan Anda dengan telapak
tangan mengarah ke depan (sebagai pengganti: kata “Tidak”)ketila seorang
pengamen mendatangi mobil tau Anda menunjukkan letak ruang dekan
dengan jari tangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun,kepada seorang
mahasiswa baru.
d. Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal.Misalnya Anda
sebagai mahasiswa mengenakan jaket atau membereskan: buku-buku,atau
melihat jam tangan Anda menjelang kuliah berakhir,sehingga dosen segara
menutup kuliahnya.
e. Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku
verbal.Misalnya,seorang suami mengatakan “Bagus! Bagus!” ketika
diminta komentar oleh istrinya mengenai gaun yang dibelinya,seraya terus
membaca surat: kabar atau menonton televisi;

E. Komunikasi Verbal Dan Non Verbal Daerah Bali


1. Komunikasi Verbal
Bahasa Bali merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama bagi sebagian
besar masyarakat Bali, dipakai secara luas sebagai alat komunikasi dalam berbagai
aktivitas kehidupan sosial masyarakat Bali. oleh karena itu, bahasa Bali
merupakan pendukung kebudayaan Bali yang tetap hidup dan berkembang di Bali.
Dilihat dari jumlah penuturnya, bahasa Bali didukung oleh lebih kurang setengah
juta jiwa dan memiliki tradisi tulis sehingga bahasa Bali termasuk bahasa daerah

15
besar diantara beberapa bahasa daerah di Indonesia. Bahasa bali merupakan suatu
ilmu tata wicara / berbicara (bahasa daerah) yang memiliki systematika baik dari
segi penlafalan dan aksara (mempunyai system syllabic) sebagai alat komunikasi
bagi masyarakat bali pada khususnya. Dalam penerapannya, bahasa bali lebih
sering digunakan dalam dibidang sosiolinguistik bahasa bali yang lebih
menekankan pada penggunaan bahasa berdasarkan objek penelitian antara
hubungan bahasa yang digunakan dengan faktor-faktor social dalam masyarakat
hindu di bali yang mengenal system kasta (warna) / kelas penggolongan
masyarakat itu sendiri.
Pembahasan Basa Andap Basa Andap adalah tingkatan bahasa bali
yang digunakan dalam suasana bersahaja ( dalam pergaulan akrab dan memiliki
nilai kesopanan). Sehingga sering disebut dengan istilah basa kasar sopan / basa
lumrah dipakai dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat / kapara. Bahasa ini
sering digunakan pada masyarakat hindu di bali yang memiliki wangsa jaba.
Disini, bahasa bali sebagai bahasa sopan, digunakan apabila konteks bergaulnya
memiliki sikap keakraban / kekeluargaan yang terjalin erat, misalnya sesama
wangsa. Sama kedudukannya , sama umur, sama pendidikan, sama jabatan, kawan
sederajat dan merupakan bahasa kekeluargaan
Pembahasan Basa Alus Basa Alus adalah sebagai tingkatan bahasa bali
yang mempunyai nilai rasa bahasa yang tinggi atau sangat hormat, biasanya
bahasa ini digunakan dalam situasi resmi ( seperti rapat , pertemuan, seminar,
percakapan adat agama dll). Pembagian basa alus terdiri dari :
a. Basa Alus Sor Adalah tingkatan bahasa Bali alus atau hormat yang
mengenai diri sendiri atau digunakan untuk merendahkan diri sendiri dan
juga untuk orang lain / objek yang dibicarakan yang patut direndahkan /
bias juga karena status sosialnya yang dianggap lebih rendah dari orang
yang diajak bicara.
Contoh  : - Titiang jagi grereh pakaryan sane patut anggen pangupa jiwa
b. Basa Alus Mider Adalah tingkatan bahasa Bali alus atau hormat yang
memiliki nilai rasa tinggi atau sangat hormat yang dapat digunakan untuk
golongan bawah dan juga untuk golongan atas. Basa alus mider adalah

16
bahasa bali alus dwi fungsi, bias masuk dalam basa bali alus singgih dan
juga bias masuk dalam basa bali alus sor.
Contoh  : - “Ipun makta asiki, ida makta kekalih” “Ia membawa satu,
beliau membawa dua”
c. Basa Alus Singgih Adalah tingkatan bahasa bali alus atau hormat yang
hanya dapat digunakan oleh pembicara untuk menghormati atau
memuliakan orang yang patut dihormati atau dimuliakan.
Contoh  : - “ I Ratu kayun ngrayunang ulam bawi?” - “Ratu, yening
wenten karya ring geria, nikain titiang”
d. Pembahasan Basa Mider Adalah kata-kata dalam bahasa bali yang tidak
memiliki tingkatan-tingkatan rasa bahasa, sehingga bahasa ini dapat
digunakan untuk dan kepada siapa saja. Selain itu dalam pemakaiannya
tidak terikat dengan status social dalam masyarakat, situasi / kondisi
pembicaraan.
Contoh : (kata sifat) nyongkok, kija, ke kantor (tempat), televisi/ radio
(kata benda), Itulah tingkatan-tingkatan bahasa bali yang digunakan dalam
kehidupan bermasyarakat di bali pada umumnya.

2. Komunikasi Non Verbal


Pembahasan Basa Kasar Basa kasar adalah tingkatan bahasa bali
yang memiliki rasa bahasa paling bawah. Basa kasar dibedakan menjadi 2 yaitu :
basa kasar pisan dan basa kasar jabag. Basa kasar pisan adalah bahasa bali yang
didalam penggunaannya tergolong tidak sopan dan tidak memiliki nilai etika
moral, sehingga menimbulkan konotasi/ kesan yang buruk bagi penyimaknya.
Bagi mereka yang terkena perkataan / bahasa ini bias mendapat “leteh” yang harus
dibersihkan dengan melakukan penyucian diri (prayasita) bagi mereka yang
termasuk catur wangsa.
Pembahasan Basa Kasar Jabag Basa Kasar Jabag adalah Bahasa
Bali yang dalam penggunaannya tidak sesuai dengan situasi pembicaraan. Artinya,
kata-kata dalam bahasa itu tidak mengindahkan tingkat-tingkatan yang ada dalam
bahasa bali yang kadang kala melampaui etika pembicaraan. Biasanya cenderung

17
dipakai pada suatu konteks yang merujuk pada keadaan keakraban, kelebihan dan
keangkuhan sang pembicara dengan lawan bicaranya.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas komunikasi.
Manusia mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala dikucilkan sama sekali
sehingga ia tidak bisa melakukan komunikasi dengan dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu
komunikasi merupakan tindakan manusia yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan
secara aktif manusia sengaja melahirkannya karena ada maksud atau tujuan tertentu.
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan selalu
berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas kelompok. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan terbentuknya bagaian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang
unik yang menyebabkan berbeda dengan bahasa lainnya.

B. SARAN
Untuk mengatasi masalah kebahasaan ini, dibutuhkan adanya pemersatu bahasa,
yaitu Bahasa Indonesia. Sangat disayangkan, ketika kita mendapati kenyataan bahwa di
Pulau Jawa sendiri, tidak semua masyarakatnya dapat menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Seharusnya Pemerintah membuat suatu program yang
mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk digunakan berkomunikasi
dalam kehidupan masyarakat nasional. Hal ini akan memberikan sebuah kontribusi yang
baik untuk mangatasi kesalahpahaman bahasa yang terjadi di Indonesia, serta akan terjalin
sebuah komunikasi yang baik antar warga Negara Indonesia.
Komunikasi sangatlah penting dalam setiap konteks kehidupan manusia. Sebagai
perawat,kita sudah semestinya mempelajari dan memahami berbagai macam komunikasi
dalam konteks-konteks yang berbeda sehingga memudahkan kita dalam melakukan
tindakan keperawatan yang benar dan tepat terhadap pasien. Dengan telah mengetahui
peran komunikasi secara tidak langsung melalui pembelajaran ini yaitu konsep
komunikasi dalam konteks social dan budaya serta keyakinan.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/yesiakd/komunikasi-dalam-konteks-sosial-dan-budaya-
28611147
https://www.e-jurnal.com/2013/12/ragam-tingkatan-komunikasi.html
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-komunikasi-sosial/
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
https://www.komangputra.com/pengobatan-alternatif-berdasarkan-keyakinan-
kepercayaan.html

20

Anda mungkin juga menyukai