2014 Kajian PPRF Bpjs PDF
2014 Kajian PPRF Bpjs PDF
Email: janis912@gmail.com
Pendahuluan
Pemerintah telah mencanangkan Visi Indonesia 2025 yaitu menjadi negara maju
pada tahun 2025. Namun Pemerintah juga sepenuhnya menyadari bahwa kualitas sumber
daya manusia (SDM) masih menjadi suatu tantangan dalam mewujudkan visi dimaksud.
Para pakar dibidang SDM menyatakan bahwa kualitas SDM secara dominan ditentukan oleh
kemudahan akses pada pendidikan dan fasilitas kesehatan yang berkualitas. Bahkan UNDP
(United Nations Development Programme) memperkenalkan Indeks Pembangunan Manusia
yang dua dari tiga indikatornya (peluang hidup, pengetahuan dan hidup layak) terkait
dengan kesehatan. Dengan mempertimbangkan tingkat urgensi dari kesehatan, maka
Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah telah melakukan beberapa upaya untuk
meningkatkan kemudahan akses pada fasilitas kesehatan. Di antaranya adalah dengan
menerbitkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (UU SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS).
1
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa setiap
warga negara mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau.
2
ilmu ekonomi kesehatan dan kesehatan masyarakat dengan tujuan untuk memperkecil gap
(perbedaan) antara need dan want. Dengan peraturan perundang-undangan, Pemerintah
dapat memengaruhi keputusan dokter agar mengakomodasi keinginan pasien. Selanjutnya
dengan pendidikan kesehatan, Pemerintah dapat memengaruhi pasien untuk
mempertimbangkan keputusan dokter.
Secara umum, demand diukur dengan tingkat keterpakaian tempat tidur (bed
occupancy), jumlah kunjungan, jumlah tes diagnostik, dan sebagainya. Demand terhadap
pelayanan kesehatan secara dominan sangat dipengaruhi beberapa faktor yaitu tarif
(harga), penghasilan pasien, preferensi pasien, dan barang alternatif (ketersediaan dan
harga). Hubungan faktor-faktor dimaksud dengan permintaan terhadap pelayanan
kesehatan sangat variatif. Harga pelayanan kesehatan mempunyai hubungan negatif
dengan demand terhadap pelayanan kesehatan, semakin tinggi harga maka demand
terhadap pelayanan kesehatan semakin menurun. Hubungan serupa juga terjadi antara
ketersediaan barang alternatif dan demand terhadap pelayanan kesehatan. Sedangkan
penghasilan dan preferensi pasien serta harga barang alternatif memiliki hubungan yang
positif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan.
3
tersedianya pelayanan kesehatan tenaga medis profesional dan rasa kecewa terhadap
pelayanan kesehatan dimaksud.
4
sudah ditanggung oleh Pemerintah Pusat (dhi. Kementerian Kesehatan) dengan program
Jamkesmas dan oleh Pemerintah Daerah dengan program PJKMU. Namun belum semua
masyarakat tercakup dalam Jamkesmas dan belum semua daerah menerapkan program
PJKMU. Di samping itu penggunaan asuransi kesehatan oleh individu masih banyak yang
memakai produk asuransi dengan cakupan penyakit berat (operasi dan/atau rawat inap)
saja sedangkan untuk penyakit ringan akan langsung ditanggung individu tanpa melalui
produk asuransi. Demand terhadap layanan kesehatan akan meningkat karena BPJS akan
memasukkan masyarakat kurang mampu dari daerah yang belum menerapkan jamkesda
dan memberikan jaminan kesehatan dasar bagi individu yang hanya memakai produk
asuransi dengan cakupan penyakit berat. Sebagai ilustrasi, pada grafik berikut dijelaskan
persentase jumlah penduduk yang memiliki jaminan kesehatan dalam bentuk apapun.
Belum Punya
Jamkes/Asuransi
Jamkesmas
37%
32%
Askes Jamsostek
Jamkesda 7% 2%
Jaminan lainnya 15% Jamkes Swasta
4% Asuransi Swasta 3%
1%
Sumber: Dr.drg. Yulita Hendartini, M.Kes., AAK (Peneliti Pusat KP-MAK FK UGM).
5
BPJS dan Pengendalian Supply Terhadap Layanan Kesehatan
4. Method Manual atau SOP yang ada pada fasilitas layanan kesehatan
(rumah sakit, klinik dan laboratorium klinis).
Misal: Standar Pelayanan Minimal (SPM), prosedur tindakan
medis dan lain-lain.
Sumber: Makalah Dasar Ilmu Ekonomi Supply tahun 2010, FKM UNAIR.
6
pelayanan kesehatan. Dengan pertimbangan bahwa tingkat keberhasilan konsep SJSN turut
dipengaruhi oleh kinerja supplier dari pelayanan kesehatan maka BPJS Kesehatan perlu
mengendalikan semua determinan dari supply layanan kesehatan khususnya determinan
man.
Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) Puskesmas dan Klinik, Dokter Keluarga
Rawat Jalan Tingkat Manfaat Katastrofik RSUD Kab/Kota, RSUD Provinsi, RS Swasta
(hemodialisa, operasi & RSU vertikal
jantung, dsb)
7
mengelola demand dan supply layanan kesehatan. Sehingga probabilitas atas keberhasilan
dari penerapan konsep SJSN cukup besar.
Kesimpulan
Implementasi dari kebijakan SJSN dan BPJS akan meningkatkan demand terhadap
pelayanan kesehatan khususnya dari masyarakat yang selama ini kurang mampu membeli
jasa kesehatan sehingga akan berpengaruh kepada penambahan beban fiskal. Namun,
penambahan beban fiskal akan diimbangi oleh penambahan produktivitas masyarakat yang
berdampak kepada perkembangan ekonomi makro.
Kemampuan BPJS Kesehatan dalam mengendalikan demand dan supply dari layanan
kesehatan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan dari penerapan konsep SJSN. Melihat
kinerja PT Askes (Persero) yang akan bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan dapat
disimpulkan bahwa ada potensi keberhasilan dari implementasi konsep SJSN dimaksud.