Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM (III)

FISIKA DASAR

“Viskositas Zat Cair ”

Disusun oleh :

Nama : Suiling Chung


NIM : 19101103058
Jurusan : Matematika
Kelompok : III (Tiga)

Tanggal :
Acc :

Asisten Dosen

LABORATORIUM
FISIKA DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
A. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan adanya gesekan yang dialami benda yang bergerak di
dalam fluida.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan perilaku fluida kental.
3. Mahasiswa mampu menentukan koefisien kekentalan (viskositas) fluida kental.
4. Mahasiswa mampu menerapkan dan menginterpretasi data yang diperoleh kedalam
grafik.

B. Alat dan Bahan yang digunakan

1. Alat :

a. Tabung panjang (gelas ukur 1000 ml)


b. Mikrometer sekrup.
c. Stop Watch.
d. Sendok Saringan.
e. Neraca
f. Mistar panjang.
g. Aerometer

2. Bahan :

1. Fluida Kental ( Oli, Gliserin).


2. Bola kecil (kelereng).
C. Dasar Teori

Cairan rektal memiliki sejumlah gesekan internal yang disebut viskositas.


Viskositas ada dalam cairan dan gas, dan pada dasarnya gaya gesekan antara lapisan
fluida yang berdekatan ketika lapisan bergerak melewati satu sama lain. Dalam cairan,
viskositas disebabkan oleh gaya kohesif listrik antar molekul. Dalam gas. itu muncul dari
tabrakan antar molekul(Rian, 2013).
Salah satu cara menentukan koefisien viskositas fluida dirumuskan oleh J. L.
Poiseuille (1799-1869). Satuan poise untuk koefisien viskositas diambil dari namanya.
Kita dapat menentukan koefisien viskositas fluida dengan mengalirkan fluida tersebut ke
dalam pipa dengan luas penampang tertentu. Agar fluida dapat mengalir maka antara dua
ujung pipa harus ada perbedaan tekanan. Debit fluida yang mengalir melaui pipa
memenuhi persamaan Poiseuille

πr 4 ∆ P
Q=
8 ηL

Dengan :

Q = debit aliran fluida.

R = jari-jari penampang pipa.

L = panjang pipa.

∆P = beda tekanan antara dua ujung pipa.

Fluida yang tidak encer (tidak ideal) atau fluida yang mempunyai aliran yang
“viscous” menyebabkan gesekan antara lapisan-lapisan, disebut aliran laminer. Menurut
Bernoulli untuk cairan yang ideal, pada pipa-pipa, diharapkan tinggi permukaan air sama.
Ternyata tidak demikian halnya disini. Permukaan air pada pipa menurun pada arah arus.
Perbedaan tinggi permukaan ini disebabkan oleh gaya gesek internal(dalam) yang terjadi
antar lapisan-lapisan cairan yang menyebabkan kehilangan atau berkurangnya
energi(Ganijanti,2014).
Beberapa bahan padat apabila dipanaskan, sebelum menjadi cair menjadi
visceous terlebih dahulu yaitu menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan(misalnya
aspal, lilin, dan lain-lain). Pengaliran bahan yang viscous ini tidak seleluasa pengaliran
cairan, jadi seolah-olah aliran itu terganggu oleh semacam gesekan dalam, yaitu gesekan
antara bagian-bagian satu sama lain. Secara umum, gas yang disebabkan oleh gesekan
antara bagian-bagian cairan dan gas tersebut. Pengamatan dan percobaan menunjukkan
bahwa makin kental cairan itu, makin sukar mengalir. Jadi semakin besar  itu, maka
koefisien viskositas kadang-kadang disebut juga angka kental. Namun demikian
hendaknya dimengerti bahwa angka kental ini bukan ukuran kekentalannya hingga
jangan dikacaukan dengan konsentrasi(Soedojo,1986).

Kekentalan disebabkan oleh gaya kohesif antara molekul-molekulnya. Dalam gas,


berasal dari tumbukan-tumbukan diantara molekul-molekul tersebut. Fluida yang berbeda
mempunyai .
kekentalan yang besarnya berbeda; sirup lebih kental daripada air; lemak lebih
kental daripada minyak mesin; cairan secara umum lebih kental daripada gas. Kekentalan
fluida yang berbeda dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan koefisien kekentalan 
(huruf yunani ‘eta’). Jika fluida tidak mempunyai kekentalan, perbedaan tekanan antara
kedua ujung tabung diperlukan untuk aliran mantap seperti fluida nyata, misalnya air
atau minyak didalam pipa, atau darah dalam sistem sirkulasi tubuh manusia, atau bila
tabung mendatar(Giancoli,1997).
Telaan tentang pengukuran fluida ditutup dengan pembahasan mengenai metode-
metode penentuan viskositas. Viskositas dapat diukur dengan beberapa cara sebagai
berikut :
1. Berdasarkan Hukum Newton tentang viskositas.
2. Berdasarkan persamaan Hagen Poiseville.
3. Dengan metode-metode yang memerlukan kalibrasi dengan fluida yang
viskositasnya diketahui(Streeter,1988).

Apabila suatu benda berbentuk bola jatuh bebas dalam fluida kental kecepatannya
akan bertambah, yang dikarenakan adanya pengaruh gravitasi bumi sehingga mencapai
suatu kecepatan terbesar yang tetap, yang dinamakan kecepatan terminal dengan
persamaan :
V T = g .V b ¿¿ ¿

Dengan g adalah gravitasi bumi (9,8 m/ s2), ρb adalah massa jenis benda (kg/m3),
ρ f adalah massa jenis fluida (kg/m3) dan = viskositas(Atkins,1996).

Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas fluida adalah viscometer.


Setidaknya terdapat dua prinsip dasar sistem metode pengukuran viskositas. Pertama,
metode pengukuran berdasarkan laju aliran fluida dalam pipa kapiler vertical saat
menempuh jarak tertentu. Alat yang digunakan dengan metode ini adalah viscometer
Ostwald yang unsur kerjanya berdasarkan hukum Poiseuille(Mochtar,1990).
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya
gesekan antarlapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan
suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat.
Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik, antar
molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas
yang sejenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair,
viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul
sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan
antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan
yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi(Sarojo,2009).

Menurut Tim Penyusun,2019. Setiap benda yang bergerak dalam fluida akan mendapat
gaya gesek(gaya viskos) dan gaya Archimedes yang disebabkan oleh viskositas fluida. Gaya
gesek tersebut sebanding dengan kecepatan relative benda dalam fluida. Khusus untuk benda
yang berbentuk bola dan bergerak dalam fluida homogeny akan mengalami gaya menurut
hokum Stokes sebbagai berikut :
F=6 πŋRv
Dengan : ŋ= koefisien kekentalan
R= jejari bola
v = kecepatan relative gerak bola dalam fluida
Menurut Tim Penyusun,2019. Pemakai Hukum Stokes di atas harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. Ruang tempat fluida tak terbatas (ukurannya cukup besar dibanding bendanya)
b. Tidak terjadi turbulensi didalam fluida (kecepatan bola tidak boleh terlalu besar).
Jika bola tadi mempunyai massa jenis dilepaskan tanpa kecepatan awal di atas
permukaan fluida kental, maka bola tersebut bergerak ke bawah dengan kecepatan konstan.
Kecepatan konstan ini tercapai karena adanya gaya kesetimbangan antara gaya Archimedes,
gaya Stokes yang berarah ke atas dengan gaya berat yang berarah ke bawah. Jumlah gaya yang
bekerja pada bola sama dengan nol, melalui persamaan berikut :

F a +F s −W=0
dengan Fa = gaya Archimedes

Fb = gaya Stokes

W = gaya berat

Dari persamaan di atas diselesaikan, maka diperoleh hubungan matematis antara kekentalan dan
besaran fisis lain sebagai berikut,
2
2R g
η= ( ρ−ρ0 )
9v

dengan
ρ0 = rapat jenis fluida

ρ = rapat jenis bola

dari persamaan di atas dapat diturunkan persamaan lain sebagai berikut :

9 ηd
tR 2 =
2 g ( ρ−ρ0 )

dengan R = jari-jari bola dan t = waktu tempuh bola untuk jarak d

bol
aFluida d
kental

Pengertian viskositas fluida (zat cair) merupakan ukuran kekentalan fluida yang
menyatakan besar kecilnya gesekan di dalam fluida maka makin besar viskositas suatu fluida,
maka makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak dalam suatu fluida
tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair.
Sedangkan dalam gas,fiskositas timbul sebagai akibat tumbukan antara molekul gas
(Ginting,1991).
Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut
koefisien viskositas ( η ). Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah NS/m2 atau pusat sekon
(PaS). Ketika kita berbicara viskositas kita bicara tentang fluida sejati. Fluida ideal tidak
mempunyai koefisien viskositas (Ginting,1991).
Fluida yang kental (viskos) akan mengalir lebih lama dalam suatu pipa dari fluida yang
kurang kental. Viskositas dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang menentukan
besarnya perlawanan terhadap gaya gesek. Viskositas terjadi karena interaksi antara molekul-
molekul cairan. Viskositas dalam zat cair yang berperan adalah gaya antar partikel zat cair
(Moctar,1990).
Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat cair
yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh dapat kita lihat lebih kental dari minyak kelapa.
Apa sebenarnya yang membedakan cairan itu kental atau tidak. Kekentalan atau viskositas dapat
dibayangkan sebagai peristiwa (gesekan antara suatu bagian dengan bagian yang lain dalam
fluida). Dalam fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu langkah fluida terhadap
yang lain. Di dalam kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti tegangan dan
regangan pada benda padat. Setiap fluida baik gas maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan
karena partikel di dalamnya saling menumbuk. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
kekentalan suatu zat cair adalah viskosimeter (Moctar,1990).
Apabila zat cair tidak kental maka koefisiennya sama dengan nol, sedangan pada zat cair
kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang sama dengan dinding. Bagian
yang menempel pada bagian dalam akan bergerak bersama dinding tersebut , lapisan zat cair
antara kedua dinding bergerak dengan kecepatan yang berubah secara linear sampai v. Aliran
ini disebut aliran laminar. Aliran zat akan bersifat aminor apabila zat cairnya kental dan
alirannya tidak terlalu cepat (Moctar,1990).
Viskositas menentukan kemudahan suatu zat molekul bergerak karena adanya gesekan
antar lapis material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan sutu cairan untuk
mengalir. Semakin besar viskositas maka cairan akan semakin lambat. Besarnya viskositas
dipengaruhi seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul
terlarut. Fluida baik zat cair maupun zat gas yang sejenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya
tarik menarik antar molekul sejenis) sedangkan dalam zat gas, viskositas dosebabkan oleh
tumbukan atau molekul. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan cairan fluida yang
merupakan gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan
yang memiliki viskositas yang rendah dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir memiliki
viskositas yang tinggi. Za cair dan zat gas mepunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental
daripada zar gas. Dalam merumuskan persamaan-persamaan dasar mengenai cairan yang kental
akan jelas nanti, bahwa masalahnya mirip dengan masalah tegangan dan regangan linear dalam
zat padat (Prijono,1985).
Suatu jenis cairan dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu cairan Newtonian dan non Newtonian.
Cairan Newtonian adalah cairan yang viskositasnya tidak berubah dengan berubahnya gaya
insan ini adalah aliran kental sejati. Cotohnya air, minyak, sirup, golasin,dan lain-lain. Shear rate
atau gaya pemisah viskositas berbanding lurus dengan shear stress secara proposional dan
viskositasnya merupakan slope atau kemiringan. Kurva hubungan antara shear rate dan shear
stress, viskositasnya tergantung shear rate dalam suatu fluida. Cairan Newtonia ada 2 jenis,
yang viskositasnya rendah disebut “mobil” (Atkins,1996).

Viskositas (kekentalan) dapat dianggap suatu gesekan dibagian dalam suatu


fluida. Karena adanya viskositas ini maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida
diatasnya lapisan lain haruslah dikerjakan gaya. Karena pengaruh gaya k, lapisan zat cair
dapat bergerak dengan kecepatan v, yang harganya semakin mengecil untuk lapisan dasar
sehingga timbul gradien kecepatan. Baik zat cair maupun gas mempunyai viskositas
hanya saja zat cair lebih kental (viscous) dari pada gas tidak kental (mobile)
(Martoharsono,2006).
Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang
rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas
yang tinggi. Pada hukum aliran viskositas, Newton menyatakan hubungan antara gaya-
gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai geseran dalam (viskositas) fluida adalah
konstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida
Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser(s) dengan kecepatan geser(g)nya
konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskos dapat
digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua
bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida
setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika
bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida
bawahnya, maka tidak ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida(kanginan,2006).

bola
D. Prosedur Percobaan Fluid d
a
kent sekrup.
1. Diameter bola diukur menggunakan mikrometer
al
2. Massa bola ditimbang dengan neraca.
3. Massa jenis fluida diukur dengan aerometer atau dengan cara biasa (perbandingan
massa terhadap volume).
4. Pada tabung ditandai (diberi gelang) untuk mulai menghitung kecepatan bola. Jarak
kedua tanda tersebut diukur.
5. Waktu yang diperlukan bola diukur mulai dari tanda pertama sampai tanda kedua.
6. Langkah 4 dan 5 diulangi untuk beberapa variasi jarak.
7. Langkah 4, 5, dan 6 diulangi untuk fluida dan bola yang lain.
E. Hasil
1. Tabel Pengamatan

dm (m ± 0,01 m) t (detik) T(detik)


No V (m/detik) Keterangan
± ∆d = 0,01 m t1 t2 t3 ∆t = 0,01
1 0,28 0,63 0,63 0,63 0,63 0,44 oli

2 0,26 0,50 0,52 0,56 0,53 0,49 oli

3 0,24 0,46 0,42 0,49 0,46 0,53 oli

4 0,22 0,38 0,34 0,31 0,34 0,64 oli

5 0,20 0,26 0,27 0,25 0,26 0,77 oli

6 0,18 0,20 0,21 0,25 0,22 0,82 oli

7 0,16 0,18 0,18 0,17 0,18 0,91 oli

8 0,14 0,13 0,11 0,10 0,11 1,24 oli

2. Tabel hasil pengolahan data


∆t 0,01
∆d 0,01
n bar rata" n bar delta n bar a b delta n ralat relatif (%) ketelitian (%)
0,13 0,21054056 0,07703606 0,00962951 1,17703874 -1,42421658 0,365896535 63,41%

0,14 0,19449792 0,99103869 -2,00748864 0,020173102


0,15 0,21125 1,07362525 -2,04287027 0,02054397
0,19 1,17122755 -1,82782481 0,018415425
0,22 1,2883503 -1,67485539 0,016914539
0,24 1,43150034 -1,74961152 0,017701035
0,26 1,61043788 -1,77819182 0,018041269
0,36 1,84050043 -1,48992892 0,015238033

3. Grafik
Grafik
0.70
0.63
0.60
0.53
0.50 0.46

0.40 0.34
t

0.30 0.26
0.22
0.20 0.18

0.10

-
0.15 0.17 0.19 0.21 0.23 0.25 0.27 0.29
d
F. Pembahasan ,
Analisis dan
Pengolahan Data
G. KESIMPULAN
1. Viskositas Fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang
bergerak atau benda padat yang bergerak di dalam fluida.
Jadi semakin besar viskositas zat cair, maka semakin susah benda yang bergerak
didalamnya. Dan berdasarkan praktikum dapat dipahami, bahwa benda yang
bergerak di dalam fluida akan mendapatkan gesekan yang
disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut.
2. Perilaku fluida kental adalah dimana fluida memiliki sebuah kekentalan yang
besar, dan ketika kita menjatuhkan sebuah bola pada fluida yang memiliki
perilaku yang kental maka bola tersebut mengalami perlambatan untuk sampai ke
dasar.
3. Pada suatu fluida kita juga harus mengukur sebuah koefisien kekentalan
(viskositas) fluida kental dengan menggunakan rumus :
2 r 2 g ( ρb−ρ f )
η=
9v
4. Dari hasil- hasil data yang kita dapatkan kita juga dapat memperolehnya kedalam
grafik dengan adanya hubungan antara jarak dan waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Aby,Ganinjati.2014. Seri Fisika Dasar Mekanika.Jakarta:Salemba Teknika.


Atkins,P.W.1966.Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Giancoli, Douglas.1997. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Kanginan, Marthen.2006.Fisika. Jakarta: Erlangga.
Martoharsono, Soemanto.2006.Biokimia I. Yogyakarta : UGM.
Sarojo, Ganinjanti Aby.2006.Seri Fisika Dasar Mekanika.Jakarta: Salemba
Teknika.
Soedojo, Peter.1986. Fisika Mekanis dan Termodinamika. Yogyakarta : UGM
Press.
Tim Penyusun, Laboratorium Fisika Dasar. 2019. Modul Praktikum Fisika
Dasar
Manado.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas
Sam Ratulangi.

Anda mungkin juga menyukai