Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

DISUSUN OLEH
NURSAIDAH ( 050 STYC 15 )

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga sampai sekarang kita bisa beraktivitas
dalam rangka beribadah kepada-Nya dengan salah satu cara menuntut ilmu.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis senandungkan kepada tauladan semua
umat Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan
melalui Al-Qur’an dan Sunnah, serta semoga kesejahteraan tetap tercurahkan
kepada keluarga beliau, para sahabat-sahabatnya dan kaum muslimin yang tetap
berpegang teguh kepada agama Islam.
Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Ibu Indah Wasliah, Ners,
SpKepAnak. selaku Dosen pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan
masukan sehingga laporan pendahuluan “Asuhan Keperawatan luka bakar” ini
dapat tersusun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Semoga amal baik
yang beliau berikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah S.W.T.
Akhir kata semoga Makalah ini senantiasa bermanfaat pada semua pihak
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Mataram, 31 Maret 2020

Penulis,

(Asuhan Keperawatan luka bakar) ii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................2
BAB IIKONSEP TEORI LUKA BAKAR
A. Definisi....................................................................................................4
B. Etiologi....................................................................................................4
C. Klasifikasi................................................................................................5
D. Manifestasi Klinis....................................................................................8
E. Patofisiologi.............................................................................................9
F. Pathway.................................................................................................11
G. Komplikasi............................................................................................11
H. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................12
I. Penatalaksanan......................................................................................12
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR
A. Pengkajian Fokus..................................................................................16
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................19
C. Intervensi...............................................................................................20
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................23
B. Saran......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

(Asuhan Keperawatan luka bakar) iii


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. 
Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi
dibanding dengan cedera oleh sebab lain.  Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun
tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan
suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia.(Elizabeth,2009)
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah
tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain,
misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, 2001)
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan
perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta
penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun.
Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka
bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM
Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan
angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun
2008 didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas
lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50%
terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang
berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar.
Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan
yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang
lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald
burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama
yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia
memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik)
atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang
lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau
tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik
pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat
(Asuhan Keperawatan luka bakar) 4
tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk
mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi
harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. (Irna Bedah
RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan
lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan
inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang
menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan,
seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya.
Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik
untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar
tertentu. (Elizabeth,2009)

1.2    Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan tentang
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Klien dengan kegawatdaruratan  Luka Bakar”.

1.3    Tujuan
1.3.1        Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami Asuhan Keperawatan Klien dengan
Kegawatdaruratan Luka Bakar.
1.3.2        Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan kembali :

1.   Pengertian luka bakar.


2.   Penyebab terjadinya luka bakar.
3.   Fase terjadinya luka bakar
4.   Klasifikasi luka bakar.
5.   Cara menghitung luas luka bakar.
6.   Tingkat keparahan luka bakar.
7.   Patofisiologi luka bakar.
8.   Indikasi pasien rawat inap luka bakar.
9.   Penatalaksanaan luka bakar.

1.4    Manfaat
1.4.1.      Manfaat untuk mahasiswa

(Asuhan Keperawatan luka bakar) 5


Melalui makalah ini mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh selama mengikuti pembelajaran terutama tentang pengetahuan
mahasiswa dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien luka bakar
secara komperhensip.

1.4.2.      Manfaat untuk profesi keperawatan

Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah keilmuan dalam


keperawatan terutama keperawatan kegawatdaruratan luka bakar. sehingga
mahasiswa dengan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1.4.3.      Manfaat lain

Makalah ini dapat diperguna3kan sebagai bahan dalam melanjutkan


penelitian terkait dengan hubungan antara pengetahuan tentang luka bakar.

(Asuhan Keperawatan luka bakar) 6


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Prinsip Medis Luka Bakar


2.1    Definisi
Luka bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi. ( Moenajat, 2001)
2.2    Etiologi
2.2.1   Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)

  1)   Gas
  2)   Cairan
  3)   Bahan padat (Solid)
2.2.2   Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)
2.2.3   Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
2.2.4   Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury).
     (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
2.3    Fase Luka Bakar
A. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi
segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera
inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
B. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:

1.   Proses inflamasi dan infeksi.


2.   Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.

(Asuhan Keperawatan luka bakar) 7


3.   Keadaan hipermetabolisme
C. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.

2.4 Klasifikasi Luka Bakar ( Moenajat, 2001).

A. Dalamnya Luka Bakar

Klasifikasi Combustio

1). Luka Bakar Tingkat I

Kedalaman : Ketebalan partial superfisial

Penyebab : Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).

Penampilan : Kering tidak ada gelembung, oedem minimal atau tidak ada,
pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.

Warna : Bertambah merah.

Perasaan : Nyeri

2). Luka Bakar Tingkat II

Kedalaman : Lebih dalam dari ketebalan partial, superfisial, dalam.

Penyebab : Kontak dengan bahan air atau bahan padat, jilatan api kepada
pakaian, jilatan langsung kimiawi, sinar ultra violet.

Penampilan : Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar,


pucat bila ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.

Warna : Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah
coklat.

Perasaan : Sangat nyeri

3). Luka Bakar Tingkat III

Kedalaman : Ketebalan sepenuhnya

(Asuhan Keperawatan luka bakar) 8


Penyebab : Kontak dengan bahan cair atau padat, nyala api, kimia, kontak
dengan arus listrik.

Penampilan : Kering disertai kulit mengelupas, pembuluh darah seperti arang


terlihat dibawah kulit yang mengelupas, gelembung jarang, dindingnya sangat
tipis, tidak membesar, tidak pucat bila ditekan.

Warna : Putih, kering, hitam, coklat tua, hitam, merah.

Perasaan : Tidak sakit, sedikit sakit, rambut mudah lepas bila dicabut.

2.4.2  Luas Luka Bakar

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal


dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu:

1)   Kepala dan leher                                            : 9%

2)   Lengan masing-masing 9%                            : 18%

3)   Badan depan 18%, badan belakang 18%      : 36%

4)   Tungkai masing-masing 18%                         : 36%

5)   Genetalia/perineum                                        : 1%

Total    : 100%

2.4.3  Berat Ringannya Luka Bakar (Skeet, 2002)

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa


faktor antara lain :

1)      Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.

2)      Kedalaman luka bakar.

3)      Anatomi lokasi luka bakar.

4)      Umur klien.

5)      Riwayat pengobatan yang lalu.

6)      Trauma yang menyertai atau bersamaan.

American college of surgeon membagi dalam:

A.       Parah – critical:

(Asuhan Keperawatan luka bakar) 9


a)         Tingkat II          : 30% atau lebih.

b)        Tingkat III         : 10% atau lebih.

c)         Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.

d)        Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fraktur, soft tissue


yang luas.

B.       Sedang – moderate:

a) Tingkat II                      : 15 – 30%

b) Tingkat III                    : 1 – 10%

C.       Ringan – minor:

a) Tingkat II                      : kurang 15%

b) Tingkat III                    : kurang 1%

(Asuhan Keperawatan luka bakar) 10


B.     KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1.      Aktifitas/istirahat:

Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada


area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.

2.      Sirkulasi:

Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin
(syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);
pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).

3.      Integritas ego:

Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.

Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,


marah.

4.      Eliminasi:

Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna


mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada
luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.

5.      Makanan/cairan:

Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.

6.      Neurosensori:

Gejala: area batas; kesemutan.

Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon


dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi
korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);

(Asuhan Keperawatan luka bakar) 11


ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).

7.      Nyeri/kenyamanan:

Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara


eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu;
luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; sementara respon
pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung
saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.

8.      Pernafasan:

Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan


cedera inhalasi).

Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;


ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.

Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar


dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru);
stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

9.      Keamanan:

Tanda:

Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.

Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian


kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/status syok.

Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan


variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.

Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.

(Asuhan Keperawatan luka bakar) 12


Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak
halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum
lebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat
berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.

Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah


nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan
luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.

Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot


tetanik sehubungan dengan syok listrik).

10.  Pemeriksaan diagnostik:

1)   LED: mengkaji hemokonsentrasi.


2)   Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24
jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti
jantung.
3)   Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada  cedera inhalasi asap.
4)   BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
5)   Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6)   Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7)   Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif.
8. kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

3.2. diagnose keperawatan


Marilynn E. Doengs dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and
documenting patien care mengemukakan beberapa diagnose keperawatan
sebagai berikut :
1. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi trakeabronkial : edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka
bakar daerah leher: kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan
pengembangan dada

(Asuhan Keperawatan luka bakar) 13


2. Resiko tinggi kekerungan volume cairan berhubungan denagn kehilangan
cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : atatus
hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan pendarahan.
3. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap
atau sindrow kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar
sirkumsial dari dada atau leher.

3.3. Rencana Intervensi


1. diagnose keperawatan : resiko bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan obstruksi trakheobronkhial; oedema mukosa;
kopresi jalan nafas.
Tujuan dan criteria hasil : bersihan jalan nafas tetap efektif. Criteria
hasil : bunyi nafas veskuler, RR dalam batas normal, bebes
dispnoe/cyanosis.
Intervensi :
1. kaji reflex gangguan/menelan: perhatikan pengaliran air liur,
ketidakmampuan menelan. Sesak, batuk mengi. Rasional : dugaan
cedera inhalasi
2. awasi frenkuensi, irama, kedalaman pernafasan: perhatikan adanya
pucat/sianosis dan sputum mengandung karbon atau merah muda.
Rasionalnya : takipnea, penggunaan otot bantu soanosis dan
perubahan sputum menunjukan terjdi distress pernafasan/edema
paru dan kebutuhan intervensi medic.
3. Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi/gemericik, penurunan
bunyi nafas, batuk rejan. Rasional : obstruksi jalan nafas/distress
pernafaan dapat terjadi sangat cepat arau lambat contoh sampai 48
jam setelah terbakar.
4. Perhatikaan adanya pucat atau warna buah ceri merah pada kulit
yang cidera
Rasional : dugaan adanya hipoksemia atau karbon monoksida
5. Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari penggunaan bantal di
bawah kepala, sesuai indikasi. Rasional : meningkat ekspansi paru
optimal/fungsi pernafasan. Bila kepala/ leher terbakar, bantal dapat
menghambat pernafasan, menyebabkan nekrosis pada kartilago
telinga yang terbakar dan meningkatkan konstriktur leher.
6. Dorong batuk/latihan mafas dalam dan perubahan posisi sering :
Rasional : meningkatkan ekspensi paru, memobilisasi dan drainase
skeret.

(Asuhan Keperawatan luka bakar) 14


2. Doagnosa keperawatan : resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal.
Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik ketidak cukupan
pemasukan. Kehilangan perdarahan
Tujuan dan criteria hasil : pasien dapat mendemostrasikan status cairan
biokimia membaik. Criteria evaluasi : tak ada manifestasi dehidrasi,
resolusi oedema, elektrolit serum dalam bats normal, haluaran urine di
atas 30 ml/jam.
Intervensi
1. Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi
perifer. Rasional: memberikan pedoman untuk penggatian cairan
dan mengkaji respon kardiovaskuler.
2. Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya. Observasi warna
urine dan hemates sesuai indikas. Rasional: penggatian cairan
dititrasi untuk menyakinkan rata-rata pengeluaran urine 30-
50cc/jam pada orang dewasa. Urine berwarna merah pada
kerusakan otot masif karena adanya darah keluarnya mioglobin.
3. Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak. Rasional:
peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses
inflamasi dan kehilangan cairan melalui evaporasi mempengaruhi
volume sirkulasi dan pengeluaran urine.
4. Timbang berat badan setiap hari. Raisonal : penggatian cairan
tergangtung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya.
5. Ukur lingkar ekstermitas yang terbakar tiap hari sesuai indikasi.
Rasioanl : memperkirakan luasnya oedema/perpindahan cairan
yang mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.
3. Diagnose keperawatan : resiko keruskan pertukaran gas berhubungan
dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kopratemen torakal sekunder
terhadap luka bakar srirkumfisial dari dada atau leher.
Tujuan dan criteria hasil : pasien dapat mendemostrasiakn oksigen
adekuat. Kriteia evaluasi : RR 12-24x/mnt, waran kulit normal, GDA
dalam rentang normal, bunyi nafas bersih, tidak ada kesulitan bernafas.
Intervensi :
1. Pantau laporan GDA dan kadar karbon monoksida serum. Rasional
: mengindentifikasi kemajuan dan penyimpangan dari hasil yang
diharapkan. Inhalasi asap dapat merusak alveoli, mempengaruhi
pertukaran gas pada membrane kapiler alveoli.

(Asuhan Keperawatan luka bakar) 15


2. Berikan suplemen oksigen pada tingkat yang ditentukan. Pasang
atau bantu dengan selang endoktrakeal dan tempatkan pasien pada
ventilator mekanis sesuai pesanan bila terjadi insufisien pernafasan
(dibuktikan dengan hipoksia, hiperkapnia, rileks, takipnea dan
perubahan sensorium). Rasional : suplemen oksigen meningkatan
jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan. Ventilasi mekanin
diperlukan untuk pernafaan dukungan sampai pasien dapat
dilakukan secara mandiri.
3. Anjurkan pernafasan dalam dengan penggunaan spirometri insentif
setiap 2 jam selama tirah baring. Rasioanl : pernafasan dalam
pengembangan alveoli, menurunkan resiko atelektasis.
4. Pertahankan posisi semi fowler, bila hipotensi tidak ada. Rasional :
memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen
terhadap diafragma.
5. Untuk luka bakar sekitar torakal, beritauh dokter bila terjadi
dispnea disertai dengan takipnea. Siapkan pasien untuk
pembedahan eskarotomi sesuai pesanan. Rasional : luka bakar
sekitar torakal dapat membatasi ekspansi dada. Mengupas kult
(eskarotomi) memungkinkan ekspansi dada.

(Asuhan Keperawatan luka bakar) 16


DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddart. (1988). Textbook of medical surgical Nursing. Sixth Edition. J.B
Lippincott Campany. Philadelpia. Hal 1293-1328

Carolyn, M.H.et .al.(1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott
Campany. Philadelpia. Hal . 752-779.

Carpenito. J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2


(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Djohansjah. M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga Universitas Press. Surabaya.


Doenges. M.E (1989). Nursing Care Plan. Guidelines For Planning Patien Care (2 nd ed).
F.A. Davis Company. Philadelpian.

(Asuhan Keperawatan luka bakar) 17

Anda mungkin juga menyukai