Anda di halaman 1dari 4

Nama : Lailatul Rizqiyah

NIM : 201701181

Kelas : 3E (S1 Keperawatan)

LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat terjadi


pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam. Demam mendadak
2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai
tanda perdarahan dikulit berupa petechie, purpura, echymosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali, trombositopeni, dan
kesadaran menurun atau renjatan (Soeparman, 2006). Dari seluruh dunia
menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD
setiap tahunnya. Terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health
Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus
DBD tertinggi di Asia Tenggara.

Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati
1,2 juta kasus ditahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun
2013 dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 37.687
kasus merupakan DBD berat. Perkembangan kasus DBD di tingkat global
semakin meningkat, seperti dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
yakni dari 980 kasus di hampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612
kasus di hampir 60 negara tahun 2000-2009 (WHO, 2014). Setiap tahunnya
90% DBD menyerang anak-anak, data pada tahun 2004, saat terjadi KLB yang
besar, jumlah kasus penderita DBD di Indonesia mencapai 30.000 kasus.
Sementara data sampai dengan bulan Februari 2005 menunjukkan bahwa
penderita demam berdarah di 6 Provinsi (DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan
timur, Sulawesi selatan, NTB dan NTT) tercatat 47.000 orang yang diantaranya
anak-anak menderita demam berdarah dengan korban meninggal sebanyak 102
anak. Data dari Depkes RI tahun 2010 mencantumkan peningkatan jumlah
kasus DBD, pada tahun 2008 137.469 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun
2009 dan sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun 2010 (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus DBD yaitu


perkembangan wilayah perkotaan, peningkatan mobilitas, kepadatan penduduk,
perubahan iklim, kurangnya peran serta masyarakat, dan dapat juga dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, kimia maupun biologi. Beberapa
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk,
khususnya pada lingkungan rumah adalah kelembaban udara, intensitas cahaya,
keberadaan TPA berjentik dan keberadaan ventilasi berkassa (Kementerian
Kesehatan RI, 2010). Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit
(menusuk), sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui
saluran alat tusuknya (proboscis), agar darah yang dihisap tidak membeku.
Bersama air liur inilah virus dengue ditularkan dari nyamuk ke orang lain.
Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue.
Nyamuk betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada
darah binatang. Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-
10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan
menghisap darah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (multiple biter).
Hal ini disebabkan karena manusia pada siang hari dalam keadaan aktif sering
bergerak, sehingga nyamuk tidak dapat menghisap darah dengan tenang sampai
kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang berpotensi mengakibatkan
mudahnya terjadi penularan penyakit DBD.

Penyakit DBD pada anak yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dapat
dilakukakan solusi dengan cara yang paling mudah namun efektif dalam
mencegah penyakit DBD yaitu dengan memberikan informasi dan mengedukasi
agar menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan tempat
penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali serta menimbun tidak
sampah-sampah dan lubang-lubang pohon yang berpotensi sebagai tempat
perkembangan jentik-jentik nyamuk. Selain itu juga dapat dilakukan dengan
melakukan tindakan plus seperti memelihara ikan pemakan jentik-jentik
nyamuk, menur larvasida, menggunakan kelambu saat tidur, memasang kelabu,
menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat
nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta mendemonstrasikan
penanganan jentik-jentik nyamuk dengan cara meletakkan ikan-ikan di dalam
bak mandi yang ada dirumah maupun di lingkungan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Sri Rezeki H.Hadinegoro. dkk. (2004). Tata Laksana Demam Berdarah


Dengue di Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.

Arsin, A. Arsuman. (2013). Epidemiologi Demam Berdarah Dengue


(DBD) di Indonesia. Makassar. Masagena Press.

Simanjuntak, Saida. dkk. (2006). Pedoman Penanggulangan KLB-DBD


bagi Keperawatan si RS dan Puskesmas. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.

Sumantri, Arif. (2008). Model Pencegahan Berbasis Lingkungan terhadap


Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi DKI Jakarta.
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=model+pencegahan+berbasis+lingkungan+terhadap+
penyebaran+penuakit+demam+berdarah+dengue+di+provinsi+DKI+Jakarta&b
tnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3Dp9IYwuaaPoYJ

Sari, Erna. Wahyuningsih, Nur Endah. Murwani, Retno. (2017).


Hubungan Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue di Semarang. https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+issn+hubungan+lingkungan+terhadap+dema
m+berdarah&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DnecLgB4P3wEJ

Alvita, Galia Wardha. Huda, Sholihul. Budi, Ilham Setyo. (2018).


Penerapan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN
3M Plus-DBD) pada Anak Usia Sekolah dengan Pendekatan Komunikasi
Perubahan Perilaku di SDN 4 Kecamatan Kalinyamatan Jepara.
http://jpk.jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/jpk

Anda mungkin juga menyukai