Anda di halaman 1dari 2

Pengelolaan dan Konsevasi Lingkungan Berdasarkan Kearifan Lokal

Dalam perkembanagan globalisasi, baru-baru ini kerusakan lingkungan tidak dapat


dikendalikan. Salah satu hal yang biasanya menjadi sorotan adalah fungsi lingkungan yang
mengalihkan otoritas tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Konservasi dan Pengelolaan Ekosistem Pasal 1
Ayat 1 bahwa ekosistem merupakan wilayah persatuan dengan semua objek, kekuasaan,
kondisi, dan makhluk, termasuk manusia dan perilakunya, yang berdampak pada sifatnya,
mata pencaharian keberlanjutan, dan kesejahteraan manusia bersama dengan orang lain.
Kerusakan lingkungan dapat disebabkan oleh dua faktor. Pertama faktor alam seperti bencana
banjir, gempa bumi, tsunami, erupsi dan lain-lain. Kedua faktor kesalahan manusia seperti
kebakaran hutan, pemburuan ilegal, dll.

Kebijakan Pembangunan Sering menyebabkan kerusakan Lingkungan seperti


perubahan fungsi kawasan menjadi perumahan, pusat perbelanjaan, hortikultura dan lain-lain,
yang berdampak pada pengaturan lingkungan yang tidak teratur. Perlu adanya perlindunga
terhadap konservasi lingkungan, harus dilaksanakan operasi yang setara untuk
melestarikannya dan salah satu upaya dapat dilakukan dengan memanfaatkan Potensi
Kearifan Lokal. Qandhi [1:hal.84] menyatakan bahwa Kearifan Lokal diciptakan sebagai
Proses Interaksi antara Manusia dengan lingkungannya Yang bertujuan untuk kembali
memenuhi kebutuhan mereka. Syafrudin (2007) dan Lertzman (2010) menunjukkan bahwa
kearifan lokal bukanlah sesuatu yang statis dan tidak tabu untuk perubahan [2: p . 114].
Pandangan ini memberikan pemikiran bahwa kearifan lokal adalah sesuatu yang dapat
disesuaikan dengan perubahan waktu.

Agar kearifan lokal dapat berjalan sesuai fungsinya, Ife & Toseriero (2008)
mengatakan kearifan lokal harus selalu disesuaikan dengan konteks sekarang, tidak harus
konsisten dengan nilai-nilai hak asasi manusia dan agama [2: p. 114]. Hal ini menunjukkan
bahwa kearifan lokal belum tentu akan hilang dengan mengubah aturan yang berbeda dan
kepentingan kearifan lokal di dalamnya, akan tetapi harus disertakan dalam proses perubahan
untuk membuat kearifan lokal menjadi lawan dan menandakan nilai-nilai yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat. Sehingga perlu adanya eksplorasi keanekaragaman kearifan lokal
sebagai sebuah cara untuk mendukung basis pembangunan daerah pada kekuatannya dalam
memecahkan masalah masing-masing daerah. pembuat kebijakan tersebut bertujuan mencari
potensi kearifan lokal dari masing-masing daerah untuk mengelola dan melestarikan
lingkungan dari kerusakan dan kehancuran. Berikut adalah contoh kearifan lokal yang
memanfaatkan pengelolaan dan pelestarian lingkungan:

1. Komunitas Wetu Telu dari masyarakat adat Bayan di Kabupaten Lombok Utara, Nusa
Tenggara. Komunitas ini memiliki kearifan lokal yang disebut Awig-Awig yang
digunakan dalam pengelolaan sumber daya hutan.
2. Tradisi lisan telah lama dikenal karena perannya dalam konservasi lingkungan. Tradisi
ini berasal dari Wakatobi, Sulawesi Tenggara yang memiliki mitos sendiri untuk
melindungi lingkungan (laut dan darat). Melalui cerita lisan dari adat Wakotobi mampu
membangun kesadaran kepada masyarakat, sehingga masyarakat memiliki kesadaran
akan pentingnya pelestarian lingkungan di Wakotobi.
3. Kosmologis tradisional Melayu yang bersumber dari dukun, bomo, pawang, kemantan,
guru silat, tokoh adat, Raja dan sultan dan guru Islam yang memiliki peran masing-
masing dalam hal melestarikan lingkungan. Ketentuan-ketentuan adat istiadat yang
mereka gunakan memiliki hukuman berat terhadap perusak alam.

Peran pemerintah dan institusi lokal sangat diperlukan dalam proses manajemen dan
perlindungan lingkungan. Pemerintah setuju atas fungsi pengendalian lingkungan akan tetapi
perlu dimasukkannya lembaga lokal agar tidak terjadi “pembersihan lingkungan” dalam arti
penghancuran lingkungan, dimana kelompok masyarakat meminjamkan hidupnya. Selain itu
nilai-nilai kearifan lokal para leluhur diturunkan dari generasi ke generasi dibuat menjadi
peraturan sendiri atau bersama dengan kebijakan pemerintah dalam manajemen dan
perlindungan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai