Anda di halaman 1dari 29

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI KULIT
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 –
1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan
suatu lapisan jaringan ikat. (Ganong, 2008).

Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :


EPIDERMIS
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal
pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima
lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):
1. Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan
telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan
sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin
yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap
filamenfilame tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi
sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus
mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih
banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan
Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum)
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan
sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi
ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain.Merupakan satu lapis
sel yang mengandung melanosit. Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi
sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi
(melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans) (Wasitaatmadja, 1997).

DERMIS
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
 Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
 Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan
tampak mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai banyak jaringan
pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung
banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur
penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan
respon inflamasi (Wasitaatmadja, 1997).

SUBKUTIS
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat
ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan
mechanical shock absorber. (Wasitaatmadja, 1997).

Reseptor yang cepat beradaptasi di kulit yaitu reseptor taktil (sentuh)


dikulit yang memberitahu mengenai perubahan tekanan pada permukaan kulit.
Karena reseptor ini cepat beradaptasi maka seseorang tidak menyadari sedang
memakai jam tangan, cincin dan sebagainya. Sewaktu memakai sesuatu maka
akan terbiasa karena adanya adaptasi cepat reseptor tersebut. Sewaktu
mencopotnya maka akan menyadarinya karena adanya off response (Sherwood,
2001).
Mekanisme adaptasi untuk korpus atau badan Pacini (Pacinian corpuscle)
suatu reseptor kulit yang mendeteksi tekanan dan getaran diketahui dari sifat-sifat
fisiknya. Korpus Pacini adalah suatu ujung reseptor khusus yang terdiri dari
lapisan-lapisan konsentrik jaringan ikat mirip kulit bawang yang membungkus
ujung perifer suatu neuron aferen (Sherwood, 2001).
Setiap neuron sensorik berespons terhadap informasi sensorik hanya dalam
daerah terbatas dipermukaan kulit sekitarnya, daerah ini dikenal sebagai lapangan
reseptif (receptive field). Ukuran lapangan reseptif bervariasi berbanding terbalik
dengan kepadatan reseptor didaerah tersebut. Semakin dekat penempatan reseptor
jenis tertentu, maka semakin kecil daerah kulit yang terpantau oleh reseptor
tersebut. Semakin kecil lapangan reseptif di suatu daerah maka semakin besar
ketajaman (acuity) atau kemampuan diskriminatif (Sherwood, 2001).
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan
subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis,
tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada
epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis
melalui membran epidermis (Moffat, dkk., 2004).

FISIOLOGI KULIT
Kulit berfungsi sebagai mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi,
eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan
cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi
kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada
daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan
keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.
Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible
loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan
dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur
dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas. dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
Sensasi kulit adalah sensasi yang reseptornya ada dikulit, sedangkan sensasi
visera adalah sensasi yang berkaitan dengan persepsi lingkungan dalam, nyeri dari
alat-alat visera biasanya digolongkan sebagai sensasi visera. Terdapat 4 sensasi
kulit yaitu: raba-tekan (tekanan adalah rabaan yang ditahan agak lama), dingin,
hangat, dan nyeri. Kulit mengandung berbagai jenis ujung saraf sensorik yang
meliputi ujung saraf telanjang, saraf yang melebar, serta ujung saraf yang
terselubung (Ganong, 2008).

Fungsi Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan -
jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh - pengaruh
luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari
diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit
dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan
bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti
sinar ultraviolet dari matahari.
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan
dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai
alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
3. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh
kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh
yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar
36,50C. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit
mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur
panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan.
Panas akan hilang dengan penguapan keringat.
4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam,
yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja
disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis
sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari.
5. Penyimpanan.
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam
lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat
masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat
tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam
saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam
peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.
7. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak
halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit
yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat
maupun konstraksi otot penegak rambut.
8. Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis punya 3 jenis sel utama, yaitu : keratinosit, sel
langerhans, dan melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal (pembelahan), sel
basal berpindah keatas dan berubah menjadi sel spinosum makin keatas menjadi
gepeng dan bergranula menjadi granulosu. Makin lama inti menghilang dan
keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus-menerus
seumur hidup. Proses ini berlangsung selama 14-21 hari.

Warna Kulit
Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning,
coklat, kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri
yang jika dirawat dengan baik dapat menampilkan karakter yang menarik. Warna
kulit terutama ditentukan oleh :
1. Oxyhemoglobin yang berwarna merah
2. Hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan
3. Melanin yang berwarna coklat
4. Keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit, serta
5. Lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabu-
abuan.
Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan
warna kulit adalah pigmen melanin. Banyaknya pigmen melanin di dalam kulit
ditentukan oleh faktor-faktor ras, individu, dan lingkungan. Melanin dibuat dari
tirosin sejenis asam amino dan dengan oksidasi, tirosin diubah menjadi butir-butir
melanin yang berwarna coklat, serta untuk proses ini perlu adanya enzim
tirosinase dan oksigen. Oksidasi tirosin menjadi melanin berlangsung lebih lancar
pada suhu yang lebih tinggi atau di bawah sinar ultra violet. Jumlah, tipe, ukuran
dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai
golongan ras atau bangsa di dunia. Proses pembentukan pigmen melanin kulit
terjadi pada butir-butir melanosom yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang
terdapat di antara sel-sel basal keratinosit di dalam lapisan benih.
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS
Nama Pasien : Tn. MY
Umur : 74 Tahun
Alamat : Krajan Blater 2/1
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam

B. ANAMNESIS
Diberikan Oleh :Pasien Langsung Tanggal : 08-08-2019
1. Keluhan Utama: Kulit gatal dan mengelupas di seluruh tubuh
2. Riwayat penyakit sekarang:
Awalnya muncul bercak-bercak merah dan gatal dibagian punggung dan kedua
siku kanan dan kiri sejak 2 bulan SMRS dan sudah diperiksakan ke puskesmas
sebanyak 4 kali, keluhan saat itu disertai dengan keluhan sesak napas (asma) yang
kambuh-kambuhan, batuk (+) kemudian diberikan obat oleh dokter puskesmas
namun keluhan semakin bertambah. Pasien mengatakan kulit gatal sejak ± 1 bulan
SMRS, gatal dirasakan terus-menerus hingga terkadang mengganggu waktu
istirahat. Pasien mengatakan sering menggaruk sehingga kulit semakin menebal.
Pasien sehari-harinya masih aktif bekerja sebagai petani dan juga sering berkontak
langsung dengan pestisida, namun sebelum mengalami keluhan ini pasien tidak
menggunakan pestisida. Selain itu pasien juga mengeluhkan demam yang dirasa
hilang timbul, kulit kering (+) dan menipis, kedinginan (+), menggigil (+), wajah
dirasa membengkak (+), selain itu pasien mengatakan jarang mengkonsumsi telur
atau ikan karena takut keluhan semakin bertambah. Keluhan ini semakin
bertambah jika kulit digaruk dan tidak mengkonsumsi obat, keluhan berkurang
jika pasien mengkonsumsi obat gatal.

3. Riwayat penyakit dahulu:


Riwayat penyakit seperti ini sebelumnya (-)
Riwayat asma (+)
Riwayat urtikaria (+)
Riwayat penyakit tekanan darah tinggi (-)
Riwayat penyakit gula (-)
Alergi makanan (-)
Alergi obat (-)
Maag (-)
Obat yang dikonsumsi : hydroxyzine hcl 1x25mg, ranitidine 2x150mg,
metilprednisolon 2x4mg

4. Riwayat penyakit keluarga:


Keluhan serupa (-)
Riwayat alergi (-)

PEMERIKSAAN FISIK
- Status Generalis Keadaan Umum:
KU : Cukup HR : 123x/menit S: 36.7
TD : 137/75 R : 20x/menit
- Pemeriksaan Fisik :
Kepala : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : Simetris kanan dan kiri (+/+), massa (-), pembesaran limfonodi (-)
Thorax : jantung : S1S2 reguler, bising jantung (-), gallop (-)
Paru : SDV (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Bising usus (+), nyeri tekan (-), pembesaran hepar (-), pembesaran
lien (-)
Extremitas : akral hangat (+/+), CRT < 2 ‘s
- Status Dermatologis – Venereologis

Lokasi : generalisata
UKK :- Pada regio antebrachia dextra et sinistra : plak, skuama, fisura,
hiperpigmentasi
- Generalisata: macula, eritema, skuama, hiperpigmentasi
Penjelasan UKK :
- Pada regio antebrachia dextra et sinistra ditemukan ujud kelainan kulit
plak, skuama tebal disertai dengan fisura dan hiperpigmentasi batas tidak
tegas.
- Generalisata ditemukan ujud kelainan kulit macula eritema, skuama tebal
disertai dengan hiperpigmentasi batas tidak tegas

DIAGNOSIS BANDING:
Dermatitis eksfoliatif ec dd
1. Psoriasis
2. Dermatitis atopi dewasa
3. Cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) atau sindrom sezary

PMERIKSAAN PENUNJANG:
1. Darah lengkap :Anemia, leukositosis, limpositosis, eosinophilia
2. Kimia klinik : hipoalbumin, hiperglobulin
3. Biopsi dan dilanjutkan histopatologi

Darah Lengkap Hasil Nilai Rujukan


Hemoglobin 15.9 g/dl 13.2 – 17.3
Hematokrit 49% 40 – 52
Trombosit 225 10’3/ul 150 – 440
Leukosit 13.5 10’3/ul 3.8 – 10.6
- Eosinophil 16.70 % 2–4
- Limfosit 21.90 % 22 – 40
- Netrofil 51.40 % 50 – 70
- Monosit 9.30 % 2–8
- Basofil 0.70% 0–1
- GDS 144 mg/dl 80-110
- Ureum 85 mg/dl 10-50
- Creatinin 1.18 mg/dl 0.8 – 1.3

DIAGNOSIS KERJA :
Dermatitis eksfoliatif ec Psoriasis dd dermatitis atopi dewasa

TERAPI :
Infus Asering 20tpm
Injeksi metilpednisolon 62.5mg/12jam
Injeksi ranitidine 50mg/12jam
Clindamycin 300mg/8jam
Cetirizine 10mg/12jam
Diet TKTP
Cek albumin, globulin, protein total

SARAN :
- Menghindari faktor pencetus seperti cuaca ekstrim, debu
- Hindari menggaruk lesi
- Gunakan pakaian berbahan cotton
- Menjaga kebersihan dan kelembapan kulit
- Perbanyak konsumsi air putih dan makan makanan tinggi protein
PROGNOSIS :
Ad vitam : dubia
Ad fungtionam : dubia
Ad sanam : bonam
Ad komestikam : dubia
Follow Up :
9 – 8 – 2019
S O A P

- gatal (+) Ku : cukup, CM -dermatitis -Infus RL 20tpm


TD : 140/79 HR : eksfoliatif -Inj.
-kulit kering dan
121 R : 19 S 36,6 - hipoalbumin metilpednisolon
mengelupas (+)
Status lokalis : 62.5mg/12jam
-menggigil (+) - Pada regio - Inj. ranitidine
kadang-kadang antebrachia dextra 50mg/12jam
et sinistra - Clindamycin
ditemukan ujud 300mg/8jam
kelainan kulit - Cetirizine
plak, skuama tebal 10mg/12jam
disertai dengan - Diet TKTP
fusura dan - Konsul interna
hiperpigmentasi
batas tidak tegas.
- Generalisata
ditemukan macula
eritema, skuama
tebal disertai
dengan
hiperpigmentasi
batas tidak tegas

- Lab :
Albumin : 2.2 g/dl
Globulin : 4 g/dl
Protein : 6,24 g/dl

9 – 8 – 2019
S O A P

- gatal (+) Ku : cukup, CM -dermatitis -tranfusi albumin


TD : 140/79 HR : eksfoliatif 20% 2 botol
-kulit kering dan
121 R : 19 S 36,6 - hipoalbumin
mengelupas (+)
Status lokalis :
-menggigil (+) - Pada regio
kadang-kadang antebrachia dextra
et sinistra
ditemukan ujud
kelainan kulit
plak, skuama tebal
disertai dengan
fusura dan
hiperpigmentasi
batas tidak tegas.
- Generalisata
ditemukan macula
eritema, skuama
tebal disertai
dengan
hiperpigmentasi
batas tidak tegas
Lab :
Albumin : 2.2 g/dl
Globulin : 4 g/dl
Protein : 6,24 g/dl

10 – 8 – 2019
S O A P

- gatal (+) KU : cukup -dermatitis terapi lanjut


TD : 135/72 HR : eksfoliatif -Inf. RL 20tpm
-kulit kering dan
110 R : 19 S 36,8 -Inj
mengelupas (+)
Status lokalis : metilpednisolon
- Pada regio 62.5mg/12jam
antebrachia dextra -Inj ranitidine
et sinistra 50mg/12jam
ditemukan ujud -Clindamycin
kelainan kulit 300mg/8jam
plak, skuama tebal -Cetirizine
disertai dengan 10mg/12jam
fisura dan -Diet TKTP
hiperpigmentasi
batas tidak tegas.
- Generalisata
ditemukan macula
eritema, skuama
tebal disertai
dengan
hiperpigmentasi
batas tidak tegas

11 – 8 – 2019
S O A P
- gatal berkurang Ku : cukup, CM -dermatitis terapi lanjut
TD : 135/73 HR : eksfoliatif -Inf. RL 20tpm
-kulit mengelupas
112 R : 20 S 36,7 -Inj
(+)
Status lokalis : metilpednisolon
- Pada regio 62.5mg/12jam
antebrachia dextra -Inj ranitidine
et sinistra 50mg/12jam
ditemukan ujud -Clindamycin
kelainan kulit 300mg/8jam
plak, skuama tebal -Cetirizine
disertai dengan 10mg/12jam
fisura dan -Diet TKTP
hiperpigmentasi
batas tidak tegas.
- Generalisata
ditemukan macula
eritema, skuama
tebal disertai
dengan
hiperpigmentasi
batas tidak tegas

12 – 8 – 2019
S O A P
- gatal berkurang Ku : cukup, CM -dermatitis terapi lanjut
TD : 138/73 HR : eksfoliatif -Inf. RL 20tpm
-kulit mengelupas
109 R : 18 S 36,3 -Inj
(+)
Status lokalis : metilpednisolon
- Pada regio 62.5mg/12jam
antebrachia dextra -Inj ranitidine
et sinistra 50mg/12jam
ditemukan ujud -Clindamycin
kelainan kulit 300mg/8jam
plak, skuama tebal -Cetirizine
disertai dengan 10mg/12jam
fisura dan -Diet TKTP
hiperpigmentasi
batas tidak tegas.
- Generalisata
ditemukan macula
eritema, skuama
tebal disertai
dengan
hiperpigmentasi
batas tidak tegas

13 – 8 – 2019
S O A P
- gatal (-) Ku : cukup, CM -dermatitis terapi lanjut
TD : 128/75 HR : eksfoliatif -Inf. RL 20tpm
-kulit mengelupas
104 R : 20 S 36,4 -Inj
(+) berkurang
Status lokalis : metilpednisolon
- Pada regio 62.5mg/12jam
antebrachia dextra -Inj ranitidine
et sinistra 50mg/12jam
ditemukan ujud -Clindamycin
kelainan kulit 300mg/8jam
macula eritema, -Cetirizine
disertai skuama 10mg/12jam
tebal batas tidak -Diet TKTP
tegas.
- Generalisata
ditemukan macula
eritema, skuama
tebal disertai
dengan
hiperpigmentasi
batas tidak tegas

14 – 8 – 2019
S O A P
- gatal (-) Ku : cukup, CM -dermatitis -BLPL
TD : 121/83 HR : eksfoliatif -Clindamycin
-kulit mengelupas
102 R : 20 S 36,3 300mg/8jam
berkurang
Status lokalis : -Metil
- Pada regio prednisolone
antebrachia dextra 8mg/12jam
et sinistra -Ranitidine
ditemukan ujud 150mg/12jam
kelainan kulit -Desoksimetason 2
macula eritema, dd ue
skuama bervariasi
disertai
hiperpigmentasi
batas tidak tegas.
- Generalisata
ditemukan macula
eritema, skuama
tipis disertai
dengan
hiperpigmentasi
batas tidak tegas

Foto Lokalisir
Sebelum diterapi
Setelah di terapi
Diskusi
Dermatitis eksfoliatif merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan
adanya kemerahan atau eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90%
permukaan tubuh dan disertai skuama yang berlangsung dalam beberapa hari
sampai beberapa minggu. Dermatitis eksfoliativa dianggap sinonim dengan
eritroderma atau ptiriasis rubra (hebra) (Champion, 1992). Pada penderita ini
eritema disertai skuama terdapat diseluruh tubuh dan berlangsung lebih dari 1
bulan.
Dermatitis eksfoliatif dapat mengenai laki-laki ataupun perempuan, namun
paling sering pada laki-laki dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia
rata-rata > 40 tahun (Freederg, 2012). Pada kasus ini penderita berjenis kelamin
laki-laki dan berusia 74 tahun.
Dermatitis eksfoliatif dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara
sistemik, perluasan penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan.
Penyakit kulit yang dapat menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis
23%, dermatitis atopi dewasa 20%, alergi obat 15%, CTCL atau sindrom sezary
5% (Siregar, 2005). Penderita pada kasus ini awalnya mengalami bercak-bercak
merah dibagian punggung dan kedua siku kanan dan kiri, kemudian bagian kulit
menebal dan menyebar keseluruh tubuh disertai muncul skuama bervariasi. Selain
itu, pasien juga memiliki riwayat asma dan urtikaria. Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan pembesaran limfonodi.
Reaksi tubuh terhadap suatu agen dalam tubuh (baik itu obat-obatan,
perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik) adalah berupa pelebaran
pembuluh darah kapiler (eritema) yang generalisata. Eritema berarti terjadi
pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat
sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin dan
menggigil. Pada dermatitis eksfoliatif kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga
dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang
makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat,
kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas
menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju metabolisme
basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding laju metabolisme
basal ( Wasitaatmadja, 2007). Penderita pada kasus ini juga mengeluhkan badan
terasa menggigil, dan berdebar-debar.
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m 2 permukaan kulit atau lebih
sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein. Hipoproteinemia dengan
berkurangnya albumin dan peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin
merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan
oleh pergesaran cairan ke ruang ekstravaskuler (Wasitaatmadja, 2007). Terbukti
pada penderita ini mengalami hipoproteinemia, hipoalbumin dan peningkatan
globulin.
Skuama muncul setelah eritema, biasanya setelah 2-6 hari. Skuama adalah
lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama berkonsistensi mulai
dari halus sampai kasar. Ukuran skuama bervariasi; pada proses akut akan
berukuran besar, sedangkan pada proses kronis akan berukuran kecil. Warna
skuama juga bervariasi, dari putih hingga kekuningan (Utama, 2007). Penderita
ini mengalami skuama tebal saat awal timbul gejala dan skuama menipis saat
proses penyembuhan.
Dermatitis eksfoliatif akibat psoriasis karena dua hal yaitu: karena
penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat. Psoriasis yang
menjadi dermatitis eksfoliatif tanda khasnya akan menghilang. Pada dermatitis
eksfoliatif et causa psoriasis, merupakan dermatitis eksfoliatif yang disebabkan
oleh penyakit psoriasis atau pengobatan yaitu kortikosteroid sistemik, steroid
topikal, komplikasi fototerapi, stress emosional yang berat, penyakit terdahulu
misalnya infeksi ( Schon, 2005).

Adapun cara untuk mendiagnosis penyakit tersebut dengan cara :


mencari tanda dari etiologi dari
+
riwayat dan pemeriksaan fisik

terlihat multiple pada biopsy + +


punch; diulangi biopsy 3-6 bulan
untuk menentukan diagnosis pasti
diagnosis pasti dan
pengobatan yang tepat
- --

dilakukan pemeriksaan tambahan :


biopsy untuk immunofluorescence,
CBC, CD4: ratio CD8, CXR, biopsy
kelenjar limfa +

pikirkan DD lain
-

Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin, didapatkan penurunan


hemoglobin, peningkatan eosinofil, dan peningkatan leukosit (pada infeksi
sekunder). Albumin serum menurun dan gamma globulin meningkat relatif.
Didapatkan pula ketidakseimbangan elektrolit karena dehidrasi ( Freederg, 2012).
Hal ini terdapat pada hasil pemeriksaan laboratorium pasien yaitu : hipoalbumin
dan peningkatan globulin.
Penatalaksanaan dermatitis eksfoliatif ada 2 macam, yaitu :
1. Umum :
a. Menghindari faktor pencetus : obat-obatan sebagai pencetus, makanan,
cuaca ekstrim, riwayat penyakit eritroskuamous sebelumnya
b. Perbaiki keadaan umun : pemberian asupan cairan, diet tinggi protein
c. Jaga kebersihan dan kelembapan kulit
2. Khusus :
Topikal :
- Emolien, misal : salap lanolin 10% atau krim urea 10%
- Kotikosteroid topikal ringan-sedang 2 kali sehari dioleskan pada lesi
Sistemik :
- Kortikosteroid :
Prednison 4x10 mg – 4x15 mg sehari (beberapa minggu-bulan)

Penatalaksanaan pada penderita sudah sesuai dengan teori yang


disebutkan. Penderita ini diberikan tablet antibiotic berupa clindamisin untuk
mengatasi adanya infeksi akibat perluasan penyakit kulit sebelumnya,
metilprednisolon 62,5mg per 12jam, oinment desoksimetason (potensi sedang
kuat) 2 kali sehari, dan antihistamin untuk mengurangi rasa gatal.
Banyak sistem organ selain epidermis dan dermis juga terlibat pada
eritroderma. Limpadenopati terjadi pada 60% dari sebagian besar kasus.
Hepatomegali ditemukan pada 20% kasus (Abrahams et al.). spenomegali
ditemukan pada 3% kasus (kesemuanya mengalami limpoma) baik pada stadium
awal dan pada hampir 20% stadium akhir.
Rusaknya barier kulit pada eritroderma menyebabkan peningkatan
extrarenal water lost (karena penguapan air berlebihan melalui barrier kulit yang
rusak). Peningkatan extrarenal water lost ini menyebabkan kehilangan panas
tubuh yang menyebabkan hipotermia dan kehilangan cairan yang menyebabkan
dehidrasi. Respon tubuh terhadap dehidrasi dengan meningkatkan cardiac output,
yang bila terus berlanjut akan menyebabkan gagal jantung, dengan manifestasi
klinis seperti takikardia, sesak, dan edema. Oleh karena itu evaluasi terhadap
balans cairan sangatlah penting pada pasien eritroderma (Freederg, 2012).
Pasien dengan eritroderma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda dari
ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya masa otot.
Pada eritroderma kronik dapat mengakibatkan kakeksia, alopesia, palmoplantar
keratoderma, kelainan pada kuku and ektropion ( Champion, 1992).

Kesimpulan
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan eritema di
seluruh/ hampir seluruh tubuh dan biasanya disertai skuama. Kelainan ini
lebih banyak didapatkan pada pria, terutama pada usia rata-rata 40-60 tahun.
Penyebab tersering eritroderma adalah akibat perluasan penyakit kulit
sebelumnya, reaksi obat, alergi obat, dan akibat penyakit sistemik termasuk
keganasan.
Gambaran klinik eritroderma berupa eritema dan skuama yang bersifat
generalisata. Penatalaksanaan eritroderma yaitu dengan pemberian
kortikosteroid dan pengobatan topikal dengan pemberian emolien serta
pemberian cairan dan perawatan di ruangan yang hangat.
Prognosis eritroderma yang disebabkan obat-obatan relatif lebih baik,
sedangkan eritroderma yang disebabkan oleh penyakit idiopatik, dermatitis
dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan cenderung
untuk kambuh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Akhyani M et al. Erythroderma: a clinical study of 97 cases. BMC


Dermatology. 2005; 5:5
2. Bruno TF, Grewal P. Erythroderma: a dermatologic emergency. CJEM
2009;11(3):244-246
3. Champion RH. Eczema, Lichenification, prurigo, and erythroderma. In:
Champion RH eds. Rook’s, textbook of dermatology, 5th ed. Washington;
Blackwell Scientific Publications. 1992.p;17.48-17.52.
4. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
5th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.p;197-
200.
5. Freederg IM. Exfoliative dermatitis. Fitzpatrick et all. Fitzpatrick’s
dermatology in general medicine. 8th ed. Newyork: Mcgraw-Hill. 2012.
Chapter-23.p; 266-278.
6. Ganong, W.F,. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 115- 124.
7. Imtikhananik. Dermatitis Exfoliativa. Cermin Dunia Kedokt 1992;74:16-
18.
8. Moffat,D.,dkk,. 2004. Anatomy at a Glance. Jakarta: Erlangga. Hal. 147.
9. Sanusi UH. Erythroderma (generalized exfoliative dermatitis). Emedicine
(updated 14 Januari 2012; cited 10 Oktober 2019). Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1106906-overview
10. Schön MP, Boehncke WH. Psoriasis. N Engl J Med 2005;352:1899-912.
11. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 152-157.
12. Shimizu H. Shimizu’s textbook of dermatology. 1 st ed. Hokkaido:
Nakayama Shoten Publishers; 2007.p; 122-25, 98-101.
13. Siregar RS. Dermatosis eritroskuamosa. Saripati penyakit kulit. 2nd ed.
Jakarta: EGC. 2005.p; 94-106,236-238.
14. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2005.p; 138.
15. Tyrrell JD. Severe exfoliating dermatitis from sodium sulphocyanate
therapy. Can Med Assoc J. 2000 January; 22(1): 80–81.
16. Utama HW, Kurniawan D. Erupsi alergi obat. Tesis. Palembang: Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.2007.p; 11.
17. Wasitaatmadja SM. Anatomi kulit. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. 5th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2007.p;3-5.
18. Wasitaatmadja, S.M,. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-
Press. Hal : 1-31.

Anda mungkin juga menyukai