Anda di halaman 1dari 11
HUBUNGAN ANTARA SHIFT KERJA DENGAN GANGGUAN TIDUR DAN KELELAHAN KERJA PERAWAT INSTALAS! RAWAT DARURAT RUMAH SAKIT DR. SARDJITO YOGYAKARTA Relation of Shift Work with Sleep Disturbance and Fatigue Nurses in Emergency Unit Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta Wijaya’, Lientje Setyawati Maurits’, dan Endang Suparniati* Program Studi Ilmu Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjai Mada ABSTRACT Application of shift work may rises some health disturbances. This condition caused by shift work can result in the change of body human being especially circadian rhythms that may develop a sleep disturbance and in- crease the fatigue in work. This research is to determine the difference and relation between shift work with sleep disturbance and fatigue; and which shift is the highest on sleep disturbance and fatigue of the emergency unit nurses in Dr. ‘Sardjito Hospital This research is more to be observation using cross sectional design. The subject on this research is that the emergency unit nurses are known based on inclusion of 31 personnel. The independent variable on this re- search is shift work, dependent variable is the sleep disturbance and fatigue. He data analysis used regression analysis and variant analysis with SPS 100. The result of the research showed at regression analysis on shift work and fatigue a significant relation between shift work and fatigue as a result of WRC measurement using P : 0,000; a significant relation between shift work and fatigue asa result of KAUPK2 measurement using P: 0,034. The variant analysis gained P: 0,000, showing it had a significant difference between shift work and fatigue asa result of WRC measurement, the result of KAUPK2 ined P: 0,077, showing that it had no relation between shift work and fatigue as a result of KAUPK2. The result of the regression analysis showed no relation between shift work and sleep disturbance using P : 0,945. A vari- ant analysis gained P : 0,0524, showing it has no difference between shift work and sleep disturbance. A night shift showed highest average level of fatigue asa result of WRC measurement. Keyword: shift work, sleep disturbance, fatigue. ¥ Manggungan RI/RW 03/02 Terisi Indramayu 2 Program Studi imu Kesehatan Kerja Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 3 Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta 236 SAINS KESEHATAN, 19 (2), APRIL 2006 PENGANTAR Banyak jenis pekerjaan yang menuntut kerja 24 jam misalnya, me- dia massa, perusahaan transportasi, pekerja keamanan, beberapa jenis industri, dan layanan rumah sakit. Rumah sakit merupakan sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat nginap, pelayanan gawat darurat yang mencakup pelayanan medis dan penunjang medis. Dengan demikian dapat dipahami bahwa diperlukan pekerja yang bersedia bekerja dengan shift’. Secara umum manusia melakukan aktivitas pada siang, kehidupan ini mengikuti pola jam biologik yang disebut dengan circadian rhythms. Bila kita bekerja menggunakan shift maka circadian rhythms juga ikut terganggu yang bisa berakibat terganggunya berbagai fungsi tubuh diantaranya pola tidur. Pekerja dengan shift juga akan kehilangan 15- 20% waktu tidur total**. Shift kerja dapat berperan penting terhadap permasalahan pada manusia yang dapat meluas menjadi gangguan tidur (60-80%), gangguan kesehatan fisik dan psikologi, dan gangguan sosial serta kehidupan keluarga**. United Electrical (UE) News Health and Safety (1998), melaporkan bahwa dalam jangka waktu yang lama shift kerja dapat mengakibatkan gangguan pencernaan, gangguan tidur dan kelelahan. Tidur di malam hari merupakan waktu yang ideal, karena secara alamiah tubuh mengeluarkan hormon melatonin yang diproduksi oleh Pineal body yang membantu tubuh untuk tidur, oleh karena itu tidur pada siang hari tidak sepulas tidur pada waktu malam hari®*. Dekker et al.” menyatakan bahwa kualitas tidur pekerja dengan shift kerja berbeda dengan pekerja yang tidak shift kerja. Shift kerja dapat mempengaruhi berbagai perubahan fisik dan psikologis tubuh manusia diantaranya adalah kelelahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuswadji’, yang menyatakan bahwa disamping dapat mengakibatkan gangguan tidur, pekerja dengan shift juga mengakibatkan kelelahan kerja (80 %). Kelelahan kerja merupakan hal yang sangat sering dijumpai oleh dokter di perusahaan’. Pekerja Instalasi Rawat Darurat IRD terutama perawat, dituntut untuk dapat memberikan kecepatan dan ketepatan pertolongan pada pasien gawat darurat yang tinggi. Hal ini bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan (life saving) dan mencegah kecacatan, sehingga dapat hidup dan berfungsi sebagaimana mestinya’. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: hubungan antara shift kerja dengan gangguan tidur dan kelelahan kerja; tingkat perbedaan Wijaya, dkk., Hubungan antara Shift Kerja ... 237 kejadian gangguan tidur dan kelelahan kerja pada tiap shift kerja; Shift kerja yang paling tinggi tingkat gangguan tidur dan kelelahan kerja perawat IRD Rumah Sakit Dr. Sardjito. Rumah sakit merupakan institusi kesehatan yang sangat komplek dimana dalam melakukan kegiatannya pekerja rumah sakit juga terpapar bahaya potensial seperti radiasi, bahan kimia beracun, bahaya biologis, panas, bising, debu dan sires’. Untuk melindungi pekerja dari semua faktor bahaya yang ada adalah dengan cara penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit. Penerapan K3 di rumah sakit bertujuan untuk menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi". Instalasi Rawat Darurat (IRD) adalah suatu unit di rumah sakit yang dikhususkan untuk melayani pasien gawat darurat yang memerlukan pelayanan medik yang cepat, tepat, bermutu dan terjangkau. Pelayanan di IGD bersifat segera , tepat dan pasien bisa datang kapan saja, merupakan karakteristik yang dapat dibedakan dengan unit-unit pelayanan lain yang ada di rumah sakit. Perawat IRD berbeda dengan unit pelayanan lain yaitu perawat yang telah mendapatkan pelatihan Pelayanan Pertama Gawat Darurat (PPGD)*, Shift kerja dapat diartikan sebagai pembagian dalam waktu jam yang meliputi kerja pagi, sore, dan malam". Dekker et al.’, menambahkan bahwa peristilahan shift kerja seringkali di aplikasikan pada penjadwalan jam kerja pekerja lebih dari kerja siang hari. Kuswadji*, shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai tambahan kerja siang hari sebagaimana yang bisa dilakukan. Tidur adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Diperkirakan sekurang-kurangnya sepertiga dari masa hidup manusia yang sehat dilewatkan di tempat tidur. Tidur memberikan istirahat kepada otak dan tubuh, setelah bangun tidur apalagi setelah tidur nyeyak, maka akan segar kembali®*. Pekerja dengan shift kerja terutama shift malam yang pertama kali, tidak dapat tidur pada jam 08.00 walaupun pekerjaan sudah selesai, hal ini dikarenakan jam biologis pada waktu tersebut mencoba untuk membangunkan atau bersiap-siap untuk melakukan aktivitas. Circadian rhythms mempunyai siklus 25 jam sehari, keadaan lingkungan seperti suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia dan kebisingan juga turut mempengaruhi kejadian gangguan tidur pekerja®"©”. eee tidur dapat dilihat dari keadaan-keadaan berikut: waktu yang terlalu lama untuk mulai tidur; sering bangun tengah malam dan 238 SAINS KESEHATAN, 19 (2), APRIL 2006 susah tidur kembali, hal ini ada hubungannya dengan kencing malam, kejang tungkai, susah bernapas atau kebimbangan; waktu bangun di pagi hari, bangun terlalu pagi atau tidur berkelanjutan pada pagi hari; sering tertidur sebentar pada siang hari**, Kelelahan kerja menunjukan keadaan yang berbeda-beda tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Terdapat dua jenis kelel. , yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Berdasarkan penyebab kelelahan terbagi dua yaitu kelelahan fisik dan kelelahan non fisik. Kelelahan fisik disebabkan oleh faktor fisik yaitu suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia, kebisingan dan circadian rhythms, sedangkan kelelahan non fisik disebabkan oleh faktor psikososial baik di tempat kerja maupun di rumah atau masyarakat sekeliling®”°. Kelelahan dapat diukur dengan waktu reaksi; uji konsentrasi (pemeriksaan Boordon Wiersma); uji flicker fusion; dan Elektroensefalografi (EEG) dan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) untuk pekerja Indonesia®”1, CARA PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional. Selain itu juga dipelajari dinamika hubungan antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan menggunakan pendekatan atau observasi sekaligus pada suatu saat®, Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat (IRD) Rumah Sakit Dr. Sardjito jalan Kesehatan nomor 1, Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat yang bekerja di IRD Rumah Sakit Dr. Sardjito, jumlah seluruhnya adalah 51 orang perawat yang ditentukan berdasarkan kriteria inklusi: sehat; masa kerja lebih dari sata tahun; sedang bekerja saat penelitian; dan bersedia dijadikan subyek penelitian, diperoleh 31 orang perawat yang dapat dijadikan subyek penelitian. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas shift kerja. Variabel terikat: gangguan tidur yang diukur dengan kuesioner gangguan tidur; kelelahan kerja yang diukur dengan menggunakan alat pemeriksaan Waktu Reaksi L - 77 dan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) untuk pekerja Indonesia. Variabel pengganggu: suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia, dan kebisingan. Data hasil penelitian akan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang menggunakan bantuan program SPS - 2000 dengan tingkat kemaknaan (4) = 0,05, terdiri dari analisis deskriptif untuk memberikan gambaran dan keadaan variabel penelitian. Analisis regresi untuk menguji hipotesis hubungan antara shift kerja dengan gangguan Wijaya, dkk,, Hubungan antara Shift Kerja ... Be tidur; hubungan antara shift kerja dengan kelelahan. Analisis Variansi (ANAVA) untuk menguji hipotesis tingkat perbedaan kejadian gangguan tidur pada tiap shift kerja; tingkat perbedaan kejadian kelelahan kerja pada tiap shift kerja; shift kerja yang paling tinggi tingkat kejadian gangguan tidur; shift kerja yang paling tinggi tingkat kejadian kelelahan kerja perawat IRD Rumah Sakit Dr. Sardjito. HASIL DAN PEMBAHASAAN Subyek penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat yang bekerja di IRD Rumah Sakit Dr. Sardjito yang telah memenuhi kriteria inklusi. Jumlah seluruh populasi penelitian adalah 51 orang perawat, dan yang sesuai dengan kriteria inklusi untuk dijadikan subyek penelitian adalah: 31 orang perawat. Tabel 1. Distribusi Gangguan Tidur Perawat IRD Rumah Sakit Dr. Sardjito Shift Pagi Shift Sore Shift Malam No | Kategori | Range x | % x % x % 1 | Normal 1-16 0 0 0 Q 0 0 2 | Ringan 17-32 4 30.8 3 33.3 3 33.3 3 | Sedang 33 - 48 9 69.2 6 66.7 6 66.7 4 | Berat 49-65 8 0 0 0 0 0 Jumlah 13 100 9 100 9 100 Tabel 1 menunjukan bahwa shift pagi sebagian besar tingkat gangguan tidur adalah sedang yaitu sebanyak 9 orang perawat (69, 2%); shift siang, sebagian besar subyek penelitian tingkat gangguan tidur adalah sedang yaitu 6 orang perawat; shift malam tingkat kejadian gangguan tidur sama dengan tingkat gangguan tidur pada shift sore. Hasil pengukuran di atas juga memperlihatkan bahwa semua perawat di {RD mengalami gangguan tidur. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Kuswadji>, mengatakan bahwa pekerja dengan shift kerja akan mengalami gangguan tidur (60- 240 SAINS KESEHATAN, 19 (2), APRIL 2006 80%). Djauzi? menambahkan, bahwa pekerja yang menjalani shift kerja akan mengalami gangguan tidur (insomnia) yang dikarenakan oleh perubahan circadian rhythms dan akan kehilangan 15 sampai 20% waktu tidur total. Analisis variansi 1-jalur tingkat gangguan tidur antar shift kerja, diperoleh F: 0,524 dan R? 0,002 dengan nilai P: 0,524, menunjukan bahwa tidak ada perbedaan rerata gangguan tidur pada shift pagi, shift sore, dan shift malam kerja. Hasil analisis regresi umum pada hubungan antara shift kerja dan gangguan tidur diperoleh nilai P: 0,945, koefisien determinasi R? sebesar 0,000. Dari hasil analisis ini disimpulkan bahwa P> 0,05, maka menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara shift kerja dengan gangguan tidur perawat IRD Rumah Sakit Sardjito. Keadaan di atas mungkin disebabkan oleh rotasi shift kerja yang ada di IRD Rumah Sakit Dr. Sardjito berotasi paling lama 3 hari sekali sehingga perawat sering berganti-ganti shift kerja dengan jarak yang relatif singkat, jadi perawat yang pada waktu penelitian shift pagi, beberapa hari yang lalu juga melakukan shift siang atau shift malam. Keadaan tersebut mengakibatkan gangguan tidur perawat IRD hampir sama antara shift pagi, sore dan malam. Hal ini dikarenakan, pada pekerja dengan shift kerja dengan rotasi jangka pendek circadian rhythms tidak akan sempat bergeser atau beradaptasi, maka kejadian gangguan tidur pada shift pagi dan shift sore hampir sama dengan kejadian gangguan tidur pada shift malam>. Pengukuran kelelahan kerja dilakukan dengan menggunakan alat periksa Waktu Reaksi L - 77 dan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) untuk pekerja Indonesia. Pada penelitian ini, yang digunakan adalah waktu reaksi dengan rangsang cahaya sebagai indikator reaksi (WRC). Wijaya, dkk., Hubungan antara Shift Kerja ... 241 Tabel 2. Distribusi Kelelahan Kerja Perawat IRD Shift Malam Pada tabel 2 terlihat bahwa berdasarkan pengukuran WRC, tingkat kelelahan kerja perawat IRD lebih spesifik tergambarkan dimana disimpulkan bahwa terdapat perawat yang tidak lelah, kelelahan ringan, kelelahan sedang, dan tingkat kelelahan berat.. Hasil pengukuran KAUPK2 dapat disimpulkan bahwa kelelahan kerja perawat IRD terdapat pada tingkat kelelahan ringan dan sedang saja. Keadaan ini mungkin diakibatkan karena perawat yang hasil pengukuran WRC kelelahan berat, mungkin kelelahan tersebut dirasakan tidak terlalu berat karena sudah terbiasa, sehingga pada waktu pemeriksaan dengan KAUPK2 perawat tersebut mengalami kelelahan ringan atau kelelahan sedang. Pengukuran WRC dan KAUPK2 disimpulkan ada kesamaan hasil pengukuran yaitu menunjukan bahwa sebagian besar perawat IRD berada pada tingkat kelelahan ringan. Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Setyawati* yang menyimpulkan bahwa, ada persamaan hasil pengukuran WRC dan hasil pengukuran KAUPK2. Hasil analisis anava 1-jalur dapat diketahui tingkat perbedaan rerata kelelahan kerja pada tiap shift kerja. Uji analisis variansi tingkat perbedaan kelelahan menurut pengukuran WRC hasil koefisien determinasi R*: 0,069, F: 11,426 dengan P: 0,000. Keadaan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata tingkat kelelahan pengukuran WRC pada tiap shift kerja, dengan tingkat perbedaan yang sangat signifikan. Berarti terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara shift kerja dengan gangguan tidur perawat IRD Rumah Sakit Dr. 242 SAINS KESEHATAN, 19 (2), APRIL 2006 Sardjito. Analisis variansi antar A. pada analisis antara shift pagi (A1) dan shift siang (A2) disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata kelelahan kerja pada kedua shift tersebut, antara shift pagi dan shift malam (A3) disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata kelelahan kerja antar kedua shift tersebut, shift sore dan shift kesimpulannya yaitu terdapat perbedaan rerata pada shift sore dan shift malam. Rerata kelelahan kerja shift pagi lebih rendah dari shift siang; rerata kelalahan kerja shift siang lebih rendah dari shift malam dan rerata pada shift pagi lebih rendah dari shift malam. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Silaban™, yang menyimpulkan bahwa shift kerja malam lebih merasakan Jelah dibanding dengan shift kerja pagi dan shift kerja sore. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zunidra* juga dapat disimpulkan bahwa kecepatan timbulnya kelelahan giliran kerja malam lebih tinggi dari pada kecepatan timbulnya kelelahan siang. Hasil analisis variansi 1 jalur diperoleh R*: 0,010, F: 2,545 dengan nilai P: 0,077. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara shift kerja dengan kelelahan kerja hasil pengukuran KAUPK2 pada tiap shift kerja. Hasil analisis regresi unum hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja dengan pengukuran WRC diperoleh nilai P: 0,000 atau P < 0,05 maka terdapat hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja dengan tingkat hubungan yang sangat signifikan. Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Silaban™, yang menyimpulkan bahwa shift kerja nyata berpengaruh terhadap WRC dengan kata lain shift kerja berpengaruh nyata terhadap kelelahan kerja. Hasil analisis regresi hubungan shift kerja dengan kelelahan kerja hasil pengukuran KAUPK2 diperoleh nilai P: 0,034 atau P < 0,05, maka disimpulkan terdapat hubungan yang sigifikan antara shift kerja dengan kelelahan kerja hasil pengukuran KAUPK2. Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Silaban™, yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara shift kerja dengan Perasaan Lelah (PEL). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan aritara shift kerja dengan gangguan tidur, namun pada tiap-tiap shift kerja terdapat gangguan tidur kategori ringan dan sedang pada perawat Instalasi Rawat Darurat (IRD) Rumah Sakit Dr. Sardjito. 2. Tidak terdapat perbedaan rerata kejadian gangguan tidur yang signifikan pada shift pagi dengan shift sore, shift pagi dan shift malam, dan shift sore dengan shift malam, perawat IRD Rumah Sakit Dr. Wijaya, dkk., Hubungan antara Shift Kerja ... 243 Sardjito. ‘Ada hubungan yang sangat signifikan antara shift kerja dengan kelelahan kerja hasii pengukuran WRC perawat IRD Rumah Sakit Dr, Sardjito. Terdapat hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan kelelahan kerja hasil pengukuran KAUPK2 perawat IRD Rumah Sakit Dr. Sardjito. Tidak terdapat perbedaan rerata kelelahan kerja hasil pengukuran WRC antara shift pagi dan shift sore; terdapat perbedaan yang sangat signifikan antata shift pagi dan shift malam; dan terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara shift sore dan shift malam. Tidak terdapat perbedaan rerata kelelahan kerja hasil pengukuran KAUPK2 antara shift pagi dan shift sore; shift pagi dan shift malam; dan tetdapat perbedaan yang signifikan antara shift sore dan shift malam. Rerata tingkat kelelahan kerja hasil pengukuran WRC shift malam lebih tinggi dari shift pagi dan shift sore; dan rerata tingkat kelelahan kerja shift sore lebih tinggi dari shift pagi. Saran 1. Jangka Pendek a. Perlu diadakan penelitian untuk mengetahui tingkat kejadian kelelahan kerja perawat IRD Rumah Sakit Dr. Sardjito pada penerapan shift kerja dengan waktu kerja pada tiap shift sama (8 jam). b. Perla penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak dari gangguan tidur dan kelelahan kerja terhadap kinerja dan daya tahan tubuh perawat IRD. Jangka Panjang Agar dipertimbangkan kembali pembagian waktu kerja pada tiap shift kerja, yang saat ini pembagian waktu kerjanya adalah shift pagi bekerja selama 7 jam, shift sore bekerja selama 7 jam, dan shift malam bekerja selama 10 jam, menjadi shift pagi 8 jam, shift sore 8 jam, dan shift malam 8 jam. DAFTAR PUSTAKA 1. 2) 3. Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 1997. Daftar Rumah Sakit. Depkes R.1. Jakarta. Djauzi, S., 2001. Kesehatan, www.kompas.com/kompas-cetak/0106/10/iptek/ kese22. htm. Minggu 10 Juni, Pulat, B.M., 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. Prentice Hall. Englewood Cliffs. New Jersey. Barton, J., Folkard, S., Smith L., dan Poole, CJ., 1994. Effects on Health ofa Change from a Delaying to an Advancing Shift System. Occupational and Environ- 244 SAINS KESEHATAN, 19 (2), APRIL 2006 10. 5 1. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. mental Medicine. ISSN: 1351-0711 Vol:51 Iss: 11 Page: 749-755. Kuswadji,S., 1997. Pengaturan Tidur Pekerja Shift. Cermin Dunia Kedokteran No. 116. Jakarta. Halaman 42-48. Kuswadji, S., 2004. Kesehatan Pekerja Pariwisata. Disajikan dalam Rangka Semi- nar Nasional Kesehatan Pariwisata di FK UGM. Sabtu 6 November. Dekker, D.K., Tepas, D.1., dan Colligan, MJ., 1996. The Human Factors Aspects of Shiftwork, Occupational Ergonomics Theory and Applications. Marcel Dekker. Inc. New York. , Setyawati, L.M.,.2004. Kelelahan Kerja dan Stres Kerja. Seminar Nasional Ergonomi Aplikasi Ergonomi dalam Industri. Yogyakarta: 27 Maret. Azwar, A. 1993. Tantangan Pendanaan Unit Gawat Darurat. Majalah Kedokteran Indonesia. Volume 43, Nomor 3. Maret. Halaman 151-154. Setyawati, L.M.,..2000. Penerapan Sistem Manajemen K3 di Institusi Kesehatan / Rumah Sakit, Pelatihan Singkat K3 di Rumah Sakit dan Institusi Lain. Yogyakarta: 25 - 27 April. Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI. 2005. Kesehatan Kerja Perkantoran. http:// www.depkes.go.id/ index. php?option=articles&task= viewarticleécartid=173&itemid=3. Hanafiah, MJ., 1998. Etika Medik dalam Penanggulangan Penderita Gawat Darurat. Majalah Kedokteran Indonesia. Volume: 48. Nomer: 6. Juni. Halaman 225- 228. WHO dan Depkes R.I. 1998. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta. Setyawati, L.M., 1996. Sekilas Tentang Shift Kerja dan Permasalahannya. Disampaikan pada Kuliah Umum LPK Budya Wacana. Yogyakarta. Tanumihardja. 1983. Pengelolaan Kesukaran Tidur. Cermin Dunia Kedokteran. Nomer: 31. Pusat Penelitian dan Pengembangan PT Kalbe Farma. Jakarta. Halaman 30-32. Seward, J.P., 1990. Occupational Stress. Occupational Medicine. Prentice-Hall In- ternational. Inc, Coleman dan Ladou. 1994. Occupational Health and Safety. 2" Edition. National Safety Council Itasca. Ilinos. USA. Ariffin, U.K., Sutomo, A.H., Ghufron, M., 20001. Hubungan Kualitas Tidur dan Daya Tahan Tubuh pada Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Kedokteran UGM. Publikasi FK UGM. Yogyakarta. a Erry. 2000. Pengaruh Insomnia dalam Aktivitas Sehari-hari. Dexa Media Nomor 1. Vol. 13. Puslitbangkes. Jakarta. Halaman 24-26. Suma’ mur, P.K,, 1996, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung. Jakarta. Grandjean, E., 1988. Fitting the Task to the Man. Taylor and Francis Itd. 4" Edi- tion. New York. Wijaya, akk., Hubungan antara Shift Kerja ... 245, 22. Pratiknya, A.W., 1993. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada. 23. Setyawati, L.M., 1994. Hubungan Perasaan Kelelahan Kerja dan Waktu Reaksi dengan Produktivitas Kerja, Disertasi. Pogram Pascasarjana UGM. Yogyakarta. 24. Silaban, G., Setyawati, L.M., Supardi, S., 1997. Jadwal Kerja dan Kelelahan Tenaga Kerja Wanita di PT Sibalec Yogyakarta. BPPS)AUGM. 10 (1C). Yogyakarta. Pebruari. Halaman 79-85. 25. Zunidra. 2004. Dampak Giliran Kerja Suhu dan Kebisingan terhadap Perasaan Kelelahan Kerja di PT. Nansari Prima Plywood Kabupaten Muaro Jambi. Tesis. Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai