Anda di halaman 1dari 5

Nama : Reinaldy R

NIM : 16670050

“MASALAH YANG PERNAH TERJADI TERHADAP JAMINAN KESEHATAN


NASIONAL (JKN)/BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)
KESEHATAN”

Menurut UU No. 36 tahun 2009, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis . Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia.
Negara dalam hal ini sebagai penyelenggara pemerintahan, wajib memperhatikan kesejahteraan
masyarakatnya, karena kesejahteraan masyarakat juga dilihat dari pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh pemerintah. Berdasarkan Perpres No. 12 tahun 2013, jaminan kesehatan adalah
jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Mengacu pada
pengertian tersebut, jaminan kesehatan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sebagai penyedia
layanan public atau pelayanan sosial kepada masyarakatnya. Semua masyarakat yang telah
membayar iuran tersebut berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang telah dirancang oleh
pemerintah (Basuki, 2016).
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan
Kesehatan, pengertian Jaminan Kesehatan yakni jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iurannya.
Manfaat yang dijamin oleh Program JKN berupa pelayanan kesehatan perseorangan yang
komprehensif, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk obat
dan bahan medis. Pemberian manfaat menggunakan teknik layanan terkendali mutu dan biaya
(managed care). JKN merupakan program jaminan sosial yang menjamin biaya pemeliharaan
kesehatan serta pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan nasional secara
gotong royong wajib oleh seluruh penduduk Indonesia dengan membayar premi secara berkala
atau dibayarkan oleh pemerintah kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
(Kurniawati, 2018).
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program jaminan sosial pemerintah
Republik Indonesia yang memberikan kepastian jaminan bagi rakyat Indonesia dengan cara
membayar premi secara berkala atau dibayarkan oleh BPJS. Manfaat yang dapat diperoleh yakni
pelayanan kesehatan perseorangan yang komprehensif meliputi promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif termasuk obat dan bahan medis. Pembayaran tarif premi setiap bulannya secara
mandiri sesuai dengan kelas yang dipilih terdiri dari tiga kelas, yaitu: Kelas 1 sebesar Rp.
80.000,/orang/bulan; Kelas 2 sebesar Rp. 51.000,-/ orang/bulan; dan Kelas 3 sebesar Rp.
25.500,-/orang/bulan (Kurniawati, 2018).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 maka dibentuklah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS yang merupakan
lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Sosial Nasional dan program
BPJS Kesehatan ini resmi mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014. Namun setelah
dibentuknya BPJS Kesehatan terjadi sejumlah masalah di berbagai daerah. Dikutip oleh Jawa
Pos Rabu 1 Januari 2014 halaman 11, sampai diresmikannya BPJS Kesehatan masih banyak
kalangan yang kurang paham dengan program yang diselenggarakan BPJS Kesehatan yaitu
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Bukan hanya peserta, pihak pemberi layanan
kesehatan juga banyak yang tidak paham tentang program baru tersebut (Widada, 2017).
Dalam pelaksanaan JKN oleh BPJS Kesehatan, muncul beberapa hambatan dan keluhan
yang terjadi baik dari eksternal yang dialami oleh pemberi pelayanan yang berasal dari luar
organisasi itu sendiri maupun internal hambatan yang berasal dari dalam organisasi itu sendiri,
diantaranya : (Basuki, 2016)
a. Hambatan Eksternal
 Kurangnya kesadaran dari masyarakat
Untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri masyarakat memang tidak
mudah. Banyak masyarakat yang tidak mengerti pentingnya jaminan sosial.
Banyak masyarakat yang tidak memahami pentingnya berbadi dalam subsidi
silang ini. Tidak hanya dari kaum menegah kebawah yang merasa pembayaran
masih mahal, namun datang juga dari kaum menengah keatas dimana mereka
malah menggunkan atau memilih golongan III yaitu dengan biaya premi terendah,
padahal mereka mampu untuk membayar dengan golongan I.
 Kesadaran bagi peserta mandiri untuk membayar iuran
Banyak warga yang mendaftar JKN hanya untuk mendaptkan pengobatan
gratis selama dia sakit, setelah itu banyak warga yang tidak membayar lagi setelah
merasa sakitnya sudah sembuh. Padahal sudah dijelaskan jika warga tidak
membayar iuran selama 6 bulan maka keanggotaannya akan dicabut, dan
berdasarkan peraturan baru dijelaskan bahwa keanggotaan baru setidaknya
menunggu 7 hari sebelum mendapat jaminan. Seharusnya dapat dipahami oleh
semua warga bahwa jaminan kesehatan itu sangatlah penting.
 Peserta JKN belum paham sistem rujukan berjenjang dan prosedur
pelayanan JKN
Hal ini terkait dengan sosialisasi yang dilakukan, mungkin kurang
menyeluruh atau bisa juga cenderung masyarakat yang acuh apabila ada petugas
datang dan menjelaskan mengenai Jaminan Kesehatan ini. Banyak masyarakat
yang bingung mengenai dimana tempat Fasilitas Kesehatannya, dimana dia harus
berobat kalau dirujuk, dan sebagainya. Hal ini diharapkan menjadi perhatian besar
bagi penyelenggara dan juga pelaksana Jaminan Kesehatan Nasional.
b. Hambatan internal
 Regulasi yang masih terus mengalami perubahan
Pemerintah selalu berupaya memberikan pilihan kebijakan yang terbaik
bagi masyarakatnya, dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
mengikat inilah kebijakan dapat ditegakkan dengan baik. Peraturan yang ada
diupayakan untuk dibuat semaksimal mungkin. Dalam pelaksanaannya,
pemerintah merasa masih banyak hal hal yang perlu diperbaiki dalam
peraturannya, seperti misal mengenai perubahan kapitasi.
 Sosialisasi yang kurang terhadap pentingnya penggunaan BPJS
Masalah lainnya yang terjadi menurut:
a. Menurut Imam Sukanto:
 Rujukan lembaga jasa kesehatan yang ditunjuk BPJS Kesehatan terbatas dan tidak
fleksibel. Peserta BPJS hanya boleh memilih satu fasilitas kesehatan untuk
memperoleh rujukan dan tak bisa ke faskes lain meski sama-sama bekerja sama
dengan BPJS. Keterbatasan itu, menyulitkan orang yang sering bepergian dan
bekerja di tempat jauh.
 Adanya pasien yang mengalami sakit secara tidak terduga dan aktivasi kartu BPJS
yang masih belum aktifPersoalan BPJS Kesehatan sudah muncul sejak proses
aktivasi kartu.
 Rumitnya alur pelayanan BPJS Kesehatan karena menerapkan alur pelayanan
berjenjang. Sebelum ke rumah sakit, peserta wajib terlebih dulu ke faskes tingkat
pertama, yaitu puskesmas.
 Banyak peserta BPJS mengeluhkan pembayaran biaya pengobatan yang tak
ditanggung sepenuhnya oleh BPJS. Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011, BPJS seharusnya menyelenggarakan sistem jaminan
sosial berdasar asas kemanusiaan, manfaat, dan keadilan sosial bagi semua rakyat
Indonesia.
b. Menurut Ringkang Gumiwang :
 Menurunnya pelayanan JKN di rumah sakit. Saat ini, masih banyak keluhan dari
lapisan masyarakat menyangkut pelayanan JKN. Kondisi itu akhirnya membuat
citra dari JKN turun.
 Masih lemahnya penegakkan hukum bagi badan usaha yang belum mendaftarkan para
pekerjanya ke BPJS Kesehatan. Koordinasi antara BPJS Kesehatan, pemerintah daerah dan
Kejaksaan masih perlu untuk ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Eko Wahyu., Sulistyowati, Herawati, Nunik Retno. 2016. “Implementasi Kebijakan
Jaminan Kesehatan Nasional Oleh BPJS Kesehatan Di Kota Semarang”. Diponegoro
Journal Of Social And Political Of Science.

Imam sukamto. 9 Agustus 2015. 4 Masalah Paling Dikeluhkan dalam Pelayanan BPJS
Kesehatan di https://nasional.tempo.co/read/690357/4-masalah-palingdikeluhkan-dalam-
pelayanan-bpjs-kesehatan/full&view=ok.

Kurniawati, Wahyu., dan Rachmayanti, Riris Diana. 2018. “Identifikasi Penyebab Rendahnya
Kepesertaan JKN Pada Pekerja Sektor Informal Di Kawasan Pedesaan”. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1.

Ringkang Gumiwang. 4 Januari 2018. Daftar Masalah yang Bikin BPJS Kesehatan
Terseok-seok di https://tirto.id/daftar-masalah-yang-bikin-bpjs-kesehatan terseok-seok-
cCGi

Widada, Trisna. 2017. “Peran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Masyarakat (Studi di RSUD Hasanuddin Damrah Manna,
Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu)”. Jurnal Ketahanan Nasional Vol. 23, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai