Anda di halaman 1dari 3

DASAR TEORI

Regenerasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memperbaiki bagian tubuh
atau sel – sel yang rusak maupun terlepas menjadi seperti semula. Regenerasi diperlukan bila
terdapat bagian yang mengalami kerusakan seperti luka dan memar, mulai dari tingkat
kerusakan sedang hingga yang terparah seperti terlepasnya bagian tubuh. Proses regenerasi
terjadi secara alami dalam rangka untuk mempertahankan kehidupan, hal ini dilakukan
dengan mengembangkan kelengkapan fungsional seperti pemeliharaan jaringan sehingga
fungsi organ dapat berjalan normal seperti semula (Shao, 2009).
Proses regenerasi ditentukan oleh adanya sel – sel batang di dalam tubuh hewan yang
belum berdifferensiasi, dimana sebagian besar hewan yang tergolong ke dalam sub filum
vertebrata memiliki kemampuan regenerasi lebih rendah dibandingkan dengan hewan
avertebrata. Pada hewan yang mengalami reproduksi secara aseksual, proses regenerasi juga
berfungsi untuk berkembang biak seperti contohnya pada cacing pipih (Planaria sp). Selain
itu, regenerasi dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik secara internal maupun
eksternal seperti temperatur dan pH lingkungan (air), makanan dan genetik (Surjono, 2001).
Pengamatan terhadap proses regenerasi umumnya dilakukan dengan media cacing pipih
(Planaria sp) dan sirip ikan. Cacing Planaria memiliki kemampuan regenerasi yang sangat
tinggi dimana setiap potongan tubuhnya dapat tumbuh menjadi individu baru yang lengkap.
Meskipun kemampuan regenerasi sirip ikan tidak secepat pada Planaria, regenerasinya tetap
mudah untuk diamati dan berhubungan dengan keberadaan NGF (Nerve Growth Factor) yang
merupakan senyawa neurotrophin, memiliki peranan penting dalam proses pertumbuhan,
differensiasi dan pemulihan saraf simpatetik (Poss et al, 2003).
Berdasarkan mekanisme selulernya, regenerasi dapat terbagi menjadi tiga jenis yaitu
regenerasi epimorfis, regenerasi morfolaksis dan regenerasi konpensantori. Regenerasi
epimorfis adalah regenerasi bagian tubuh yang hilang dengan cara differensiasi struktur
dewasa dan melibatkan perbanyakan sel atau proliferasi seluler aktif sebelum mengganti
bagian tubuh yang hilang, seperti pada ekor cicak, kadal dan kecoa. Regenerasi morfolaksis
adalah tipe regenerasi bagian tubuh dengan renovasi jaringan yang tersisa dan melibatkan
penyusunan kembali tanpa disertai penambahan jumlah sel, seperti contohnya pada Hydra
dan Planaria. Selain itu terdapat regenerasi konpensantori yang disertai pembelahan sel
namun tetap mempertahankan fungsi sel yang telah terdifferensiasi, dimana tipe ini
merupakan spesifik pada hati manusia (Kottelat, 2013).
Ekor ataupun sirip ikan mengalami regenerasi yang terdiri dari empat tahapan yaitu
penyembuhan atau penutupan luka (wound healing), kemudian dilanjutkan dengan
pembentukan blastema yang merupakan sekelompok sel belum terdifferensiasi dan memiliki
kemampuan untuk bertumbuh, setelah itu terjadi pertumbuhan regeneratif (regeneratif
outgrowth) dan proliferasi serta differensiasi yang terjadi secara berurutan. Saat terjadi
regenerasi, proses perbaikan pada morfologi sirip/ ekor seperti jari – jari dan ukurannya akan
disertai dengan proses pigmentasi jaringan. Hal ini berfungsi untuk menghasilkan pola atau
motif warna yang sama seperti saat awal sebelum terjadi pemotongan (Novianti, 2006).
Pada proses pengamatan regenerasi ekor ikan, digunakan media praktikum berupa ikan
guppy (Poecillia reticulata), merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang memiliki
variasi warna tubuh, sirip dan ekor yang menarik. Selain itu, bentuk ekor juga bervariasi
mulai dari bentuk kipas, melebar dan membulat. Ikan jenis ini dipilih sebagai bahan amatan
regenerasi karena mudah ditemukan dan memiliki harga yang relatif murah. Faktor lainnya
adalah tingkat adaptasi yang cukup tinggi pada ikan ini sehingga memudahkan dilakukannya
pemotongan ekor ikan dan perawatannya selama proses pengamatan (Sukmara, 2007).

KESIMPULAN

Regenerasi merupakan proses perbaikan bagian tubuh yang rusak atau lepas sehingga
dapat pulih atau berbentuk kembali seperti semula. Peristiwa regenerasi sangat penting bagi
kelangsungan hidup suatu individu karena dengan adanya proses ini maka bagian tubuh yang
telah terluka atau rusak sel – selnya dapat diperbaiki dan berfungsi seperti sedia kala. Sirip
dan ekor ikan mengalami proses regenerasi yang tergolong cepat dibandingkan bagian tubuh
lainnya karena memiliki fungsi krusial yakni sebagai alat keseimbangan dan pergerakan ikan.
Proses regenerasi dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti gen, hormon, makanan, pH dan
temperatur. Semua faktor baik internal maupun eksternal akan mempengaruhi proses
regenerasi mulai dari tahap pertama yaitu penutupan dan penyembuhan luka, kemudian
terjadi pertumbuhan bagian yang rusak hingga mencapai ukuran awal yang disertai dengan
differensiasi dan pigmentasi ekor/ sirip sehingga kembali fungsional dan berbentuk seperti
seperti semula.
DAFTAR PUSTAKA

Kottelat, M. 2013. The Fishes of The Inland Water of Southeast Asia: A Catalogue And Core
Bibliography of The Fishes Known To Occur In Freshwater, Mangrove and
Estuaries. The Raffles Buletin Of Zoology. No. 12(27) : 16 - 28.

Novianti, D. 2006. Pertumbuhan Planaria yang Diperlakukan dengan Regenerasi Buatan di


Sungai Semirang Ungaran. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Poss, K. 2003. Mps Defines a Proximal Blasternal Proliterative Compartment Essential For
Zebrafish Fin Regeneration. Development Journal. No. 129 : 5141 - 5149.

Shao, J, X. Qian, C. Zhang and Z. Xu. 2009. Fin Regeneration From Tail Segment With
Musculature, Endoskeleton, and Scales. Journal of Experimental Zoology.
Department of Anatomy, Histology and Embryology, Institute of Basic Medical
Sciences, China.

Sukmara. 2007. Sex Reversal Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata peters) Secara
Perendaman Larva Dalam Larutan Madu 5 ml/L. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Surjono, W. 2001. Perkembangan Hewan. Jakarta: Pusat Penerbit UT.

Anda mungkin juga menyukai