YEVI SALVIA SARI - 856946367, Hak Asasi Manusia
YEVI SALVIA SARI - 856946367, Hak Asasi Manusia
NIM : 856946367
Tugas.2
JAWAB
1. Kedaulatan adalah suatu hak eksklusif untuk menguasai suatu wilayah pemerintahan,
masyarakat, atau atas diri sendiri. Terdapat penganut dalam dua teori yaitu berdasarkan
pemberian dari Tuhan atau Masyarakat . Dalam hukum konstitusi dan internasional, konsep
kedaulatan terkait dengan suatu pemerintahan yang memiliki kendali penuh urusan dalam
negerinya sendiri dalam suatu wilayah atau batas teritorial atau geografisnya, dan dalam
konteks tertentu terkait dengan berbagai organisasi atau lembaga yang memiliki yurisdiksi
hukum sendiri. Penentuan apakah suatu entitas merupakan suatu entitas yang berdaulat
bukanlah sesuatu yang pasti, melainkan seringkali merupakan masalah sengketa diplomatik.
Sedangkan Dari pengertian sederhana ,kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang harus
dimiliki oleh negara. Memiliki kekuasaan tertinggi berarti negara harus dapat menentukan
kehendaknya sendiri serta mampu melaksanakannya. Kehendak Negara tersebut dapat
diwujudkan dalam bentuk hukum. Kemampuan untuk melaksanakan sistem hukum dapat
dilakukan dengan berbagai cara termasuk dengan cara paksaan. Oleh karena itu, dalam
kedaulatan terkandung makna kekuatan.
Perkembangan selanjutnya terjadi ketika para ahli ilmu politik memandang makna
kedaulatan dari dua sudut. Pertama, dari sudut intern kedaulatan dipandang sebagai
kekuasaan tertinggi dalam suatu kesatuan politik.Sudut pandang pertama dipopulerkan oleh
Jean Bodin. Kedua, dari sudut ekstern kedaulatan berkaitan dengan aspek mengenai
hubungan antarnegara. Sudut pandang kedua dipopulerkan oleh Grotius.
3. Dalam konteks perlindungan hak asasi manusia internasional, kedaulatan negara berkaitan
dengan empat pandangan yaitu pandangan universal absolut, relatif, partikularistik absolut,
dan pandangan partikularistik relatif.
(1) Pandangan universal absolut menganggap masalah perlindungan hak asasi manusia
sebagai etika universal yang tidak bisa ditawar lagi oleh negara manapun.
(2) Pandangan universal relatif, meski tetap mengakui masalah perlindungan hak asasi
manusia sebagai salah masalah universal, namun pandangan ini masih mengakui
perkecualian yang didasarkan atas asas-asas hukum internasional.
(3) Pandangan partikularistik absolut menganggap persolan hak asasi manusia sebagai
masalah nasional yang dalam pelaksanaannya bergantung sepenuhnya kepada kebijakan
pemimpin negara yang bersangkutan.
(4) Pandangan partilularistik relatif menganggap dokumen hak asasi manusia internasional
diselaraskan sehingga mendapat dukungan budaya bangsa, lebih mendekati paham
pluralistik dalam hukum internasional.
4. Perjanjian internasional dibuat melalui tiga proses yaitu : (1) perundingan, (2) penanda
tanganan, (3) Pengesahan.
Pada tahap perundingan, pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian mempertimbangkan
terlebih dahulu materi-materi apa yang hendak dicantumkan dalam perjanjian. Tahap
perundingan akan diakhiri dengan penerimaan naskah dan pengesahan bunyi naskah. Dalam
praktek perjanjian internasional, peserta menetapkan ketentuan mengenai jumlah suara yang
harus dipenuhi untuk memutuskan apakah naskah perjanjian diterima atau tidak. Demikian
pula menyangkut pengesahan bunyi naskah yang diterima akan dilakukan menurut cara
yang disetujui semua pihak. Bila konvensi tidak menetukan cara pengesahan, maka
pengesahan dapat dilakukan dengan penanda tanganan, penanda tanganan sementara, atau
dengan pembubuhan paraf (Kusumaatmadja, 1990:91).
Dengan menanda tangani suatu naskah perjanjian, suatu negara berarti sudah menyetujui
untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjian.
5. Karena instrumen HAM yang telah ditanda tangani sebagai perjanjian internasional, dengan
demikian, suatu negara berarti sudah menyetujui untuk mengikat diri pada perjanjian
tersebut. Selain melalui penanda tanganan, persetujuan untuk mengikat diri pada perjanjian
dapat pula dilakukan melalui ratifikasi, pernyataan turut serta (acesion) atau menerima
(acceptance) suatu perjanjian.