Anda di halaman 1dari 3

Olefin adalah suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh, yang mempunyai ikatan rangkap terbuka

(seperti etilena, propilena, butilena/butadiena) yang sangat reaktif, sehingga dengan mudah dapat
berpolimerisasi antara satu dengan yang lainnya membentuk bahan/produk polimer. Jalur olefin
ini akan menghasilkan etilena, propilena dan butilena/butadiensae sebagai hasil utama (produk
dasar) dari perengkahan/cracking bahan baku nafta atau etana.

Ethylene merupakan dasar bahan baku industri kimia untuk berbagai macam produk industri, dan
juga dapat dibuat dengan berbagai cara dari berbagai jenis bahan baku yang digunakan yaitu :
II.1.1 Dehidrasi Ethanol
Reaksi dehidrasi etanol sebagian langsung akan menjadi ethylene dan eter, sebagian
menjadi produk lanjutan.
Reaksinya sebagai berikut :
kat H3PO4
C2H5OH C2H4 + H2
380 0C

230 0C 350 0C

2C2H5OH 9(C2H5)2O + H2O 2C2H4 + H2O


0,36 kg/ cm2 0.36 kg/cm2

Eter didapat pada temperatur kira-kira 2300C dimana ethylene didapatkan pada
temperatur 300-4000C. Pemurnian lebih lanjut dilakukan untuk melepaskan ikatan aldehid, asam,
hidrokarbon fraksi berat dan karbondioksida dengan membentuk H2O.
Proses pembuatan ethylene dari etanol : umpan etanol dipompa kedalam steam-heated
vapourizer. Uap etanol diberi pemanasan awal dengan steam bertekanan tinggi dan dilewatkan
pada katalis yaitu phosphoric acid (H3PO4). Dalam satu kali proses produksi, yield ethylene
didapatkan sekitar 96 persen.
Dalam proses ini diperlukan adanya kontrol terhadap suhu, bila suhu terlalu tinggi akan
terbentuk aldehid, dan bila suhu terlalu rendah akan terbentuk eter. Ethylene yang keluar dari
reaktor masih mengandung sejumlah kecil pengotor. Oleh karena itu, gas ethylene dicuci dengan
air pencuci dan pada saat yang sama akan dilepaskan alkohol yang tidak ikut bereaksi. Tahapan
selanjutnya dengan larutan NaOH yang bertujuan untuk melepaskan karbondioksida.
Ethylene kemudian dikirim ke gas holder, dimana ethylene akan dikompresi lalu
didinginkan dengan refrigeration system sampai temperaturnya 460C. selanjutnya gas dari gas
holder dilewatkan pada adsorber untuk ,menghilangkan kandungan pengotor seperti butana
(C4H10). Setelah itu kadar air yang terkandung dalam ethylene dihilangkan sehingga didapatkan
ethylene dengan kemurnian 99%.

II.1.2 Thermal Cracking


Pada geologi minyak bumi dan kimiawi, perengkahan adalah proses dimana molekul
sederhana (contoh: hidrokarbon ringan) dengan cara pemutusan ikatan rangkap C=C pada
awalnya. Laju perengkahan dan produk akhir sangat dipengaruhi oleh temperatur dan keberadaan
katalis.
Dalam proses perengkahan penyulingan minyak digunakan produksi produk ringan
(seperti LPG dan bensin) dari fraksi distilasi minyak murni yang lebih berat dan residu seperti
gas oil. Sekarang ini thermal cracking banyak digunakan untuk mengupgrade fraksi yang sangat
berat atau untuk memproduksi fraksi berat atau distilasi, bahan bakar dan kokas petroleum.
Thermal cracking menggunakan suhu hingga 800oC dan tekanan 700 kpa (6,9 atm).
Reaksi perengkahan etana berlangsung secara endotermik dalam tungku pirolisa. Panas
reaksi diambil dari campuran bahan bakar gas metana dan hydrogen yang merupakan produk
samping. Adapun reaksi perengkahan etana secara sederhana adalah sebagai berikut:

C2H6 C2H4 + H2
Etana Ethylene Hidrogen
Selanjutnya dilakukan pendinginan secara tiba-tiba oleh quencher. Di unit pendingin ini
dihasilkan uap bertekanan tinggi (saturated steam) yang nantinya digunakan di unit cracking,
reboiler, deethanizer dan C2-splitter.
Pemisahan produk dari hasil sampingnya juga dilakukan secara bertahap meliputi proses
absorpsi, adsorbsi dan distilasi. Absorber yang memisahkan hidrokarbon gas terhadap
hidrokarbon cair dalam alirannya dengan media pencuci air. Aliran hidrokarbon cair (fuel oil)
dan air keluar dari dasar menara, sedangkan aliran hidrokarbon gas keluar dari atas lalu masuk ke
unit kompresi, setelah itu diteruskan ke unit pencucian dengan kaustik (kaustik tower) dilakukan
pemisahan gas CO2 dengan cara mereaksikan dengan NaOH.
Gas keluar unit pencuci kaustik masuk ke compressor untuk dikompres lagi sebelum
masuk ke unit adsorpsi. Adsorber memisahkan air yang terkandung dalam aliran hidrokarbon
gas. Gas keluar adsorber masuk ke dalam prechiller sehingga masuk ke unit pemisah distilasi 1
dalam fasa cair.
Unit pemisah distilasi adalah deethanizer yang memisahkan fraksi C1 dan C2 terhadap
fraksi C3. Produk dasar menara distilasi dipisahkan sebagai produk samping untuk bahan bakar,
sedangkan produk puncak menara masuk reactor asetilen. Asetilen dikonversikan menjadi etilen
dengan bantuan katalis palladium dalam fixed bed reaktor.
Sebelum masuk ke unit pemisahan berikutnya, dilakukan penurunan temperature dan
penurunan tekanan terhadap aliran gas. Hidrokarbon keluar ekspander terdiri dari dua fasa yaitu
fasa cair dan gas. Unit pemisah berikutnya adalah demethanizer yang memisahkan fraksi gas
CH4 dan H2 dari fraksi cair C2. Produk diatas menara dipisahkan sebagai produk samping berupa
bahan bakar metana dan hydrogen yang digunakan pada unit perengkahan. Produk bawah masuk
ke unit pemisah distilasi II.
Unit pemisah distilasi II adalah C2-splitter yang memisahkan etilen sebagai produk atas
dan etana sebagai produk bawah yang didaur ulang sebagai umpan di unit cracking.

Anda mungkin juga menyukai