Anda di halaman 1dari 6

Nama : Alfinza Aulia Sholikin

NIM : M3519005

Prodi : D3 Farmasi

Permasalahan kewarganegaraan berawal dari orde lama hingga orde digital.

1. Orde lama
Bentuk pelanggaran HAM di era Soekarno Hatta
Pada 1 Desember 1956 Muhammad Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil
Presiden karemna merasa tidak sejalan lagi, termasuk orang – orang di dekatnya seperti
Ir. Soekarno, Sutan Sjahrir, Amir Syarifuddin, Tan Malaka, Moh. Natsir dan sebagainya.
Bung Karno berjalan sendiri dan mengangkat dirinya sebagai formatif untuk membentuk
cabinet tanpa adanya campur tangan partai politik. Soekarno juga menutup media yang di
anggap sebagai anti dan revolusioner. Beberapa tokoh islam politik dipenjarakan dan
partai islam Masyumi di bekukan. Masyumi dibekukan karena dianggap mengancam
stabilitas bangsa dan kekuasaaan Soekarno. Selama orde lama kepemimpinan dalam
masyarakat Indonesia lebih banyak mengandung sifat otoriter ( memerintah tidak dengan
cara demokrasi, tetapi selalu memaksakan kehendak).
Pada saat orde lama hanya ada 3 kekuatan yaitu PKI, ABRI, dan Soekarno sebagai
pengimbang. Demokrasi terpimpin ini diperlakukan karena Soekarno trauma dengan
“Demokrasi Liberal” multiparti yanmg menurut beliau banyak mendatangkan masalah.
Pada 18 Mei 1963 dengan keputusan MPRS No. 14/MPRS/1963 Soekarno diangkat
sebagai Presiden seumur hidup, dan Soekarno tidak menolak keputusan MPRS tersebut.
Muhammad Hatta menyifatkan demokrasi terpimpin sebagai ditraktor . demokrasi
tidak berjalan baik tanpa adanya kebebasan media, kebebasan bersidang dalam lembaga
DPR maupun MPR, kebebasan berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
Selain diangkatnya Soekarno sebagai presiden seumur hidup, pembantaian Komunis
menjadi salah satu polemik di orde lama. Pembantaian 1965-1966 yang menjadi korban
ialah orang-orang yang menjadi bagian dari PKI serta orang-orang yang dituduh sebagai
komunis. Pembantaian ini dilakukan setelah peristiwa Gerakan 30 September.
Diperkirakan lebih dari setengah juta orang dipenjara dalam peristiwa tersebut.
Pembersihan tersebut merupakan peristiwa penting dalam masa transisi ke orde baru PKI
dihancurkan, pergolakan mengakibatkan jatuhnya presiden jatuhnya presiden Soekarno
dan kekuatan selanjutnya di serahkan kepada Soeharto. Kudeta yang gagal menimbulkan
kebencian terhadap komunis karena kesalahan dituduhkan kepada PKI. Komunisme
dibersihkan dari kehidupan politik, sosial dan militer, serta PKI dinyatakan sebagai parta
terlarang. Pembantaian ini dilakukan pada bulan Oktober 1965. Meskipun pembantaian
terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, yang paling parah terjadi di benteng-benteng
PKI seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Sumatera Utara.

2. Orde baru
Sejak awal berdirinya, Republik Indonesia sejatinya telah beberapa kali
mengalami krisis yang sempat mengguncang ekonomi nasional. Pada
masa Orde Lama (1945-1965/66) terjadi stagflasi1 akibat pendudukan
Jepang, perang dunia kedua, perang revolusi dan akibat buruknya
manajemen ekonomi makro pada saat itu. Menjelang akhir periode Orde
Lama tingkat inflasi mencapai lebih dari 500 % (hyper inflasi) yang
menyebabkan tingginya bahan-bahan pokok seperti beras, terjadinya
defisit neraca pembayaran keuangan pemerintah sehingga kegiatan
produksi pertanian dan industri terhenti. Selain itu krisis juga timbul
karena adanya sikap konfrontasi pemerintah terhadap kekuatan Barat
yang menyebabkan susahnya meminjam dana dari luar negeri, operasi
terhadap Irian Barat, nasionalisasi perusahaan Belanda tahun 1957-1958,
serta instabilitas politik pada masa akhir kekuasaan Presiden Soekarno
(kasus PKI).

Ekonomi Indonesia yang buruk tersebut kemudian diwarisi oleh rezim


Orde Baru. Krisis ini adalah krisis ekonomi pertama yang dialami oleh
rezim Orde Baru. Warisan ekonomi Orde Lama pada masa transisi ini
diantaranya adalah besarnya defisit neraca perdagangan dan utang luar
negeri, tingkat inflasi yang tetap tinggi serta kebijakan pengawasan
1
devisa yang amat ketat menyebabkan pelarian modal besar-besaran ke
luar negeri. Dalam menanggulangi krisis ini, Orde Baru mengambil
langkah-langkah untuk stabilisasi fiskal, moneter dan lalu lintas devisa.
Selain itu pemerintah juga melakukan program rehabilitasi infrastruktur
dan membangun hubungan baik dengan lembaga donor internasional.

Krisis kedua yang menimpa orde baru adalah krisis inflasi dengan rata-
rata laju inflasi pertahun adalah 20% selama tahun 1972-1980. Inflasi ini
berfluktuasi dengan rata-rata 9% pada dekade 1980an dan rata-rata 41%
pada tahun 1974. Penyebab krisis inflasi ini diantaranya adalah krisis
pangan di dunia pada akhir 1972, jumlah uang yang beredar di
masyarakat terlalu banyak karena adanya oil boom yang meningkatkan
pendapatan pemerintah serta ekspor besar-besaran. Selain itu devaluasi
rupiah sebesar 50% yang terjadi pada November 1978 hampir saja
menimbulkan krisis ekonomi yang serius.

Begitu pula di tahun-tahun berikutnya yaitu antara tahun 1981 hingga


1995, pemerintah Orde Baru tidak pernah sepi dari masalah ekonomi.
Beberapa masalah yang terjadi diantaranya adalah lemahnya permintaan
minyak pada tahun 1981 dan berakhir pada jatuhnya harga minyak yang
meningkatkan hutang luar negeri antara tahun 1982-1986. Tahun 1984
terjadi krisis perbankan akibat kurang baiknya manajemen bank,
kurangnya modal serta kurangnya pengawasan Bank Indonesia (BI)
terhadap bank lokal. Selain itu masalah yang kembali muncul dari tahun
1990 hingga 1995 adalah ketika mata uang Jepang menguat terhadap
dollar sehingga utang luar negeri Indonesia kepada Jepang meningkat
yang disertai dengan ancaman devaluasi rupiah akibat meningkatnya
arus pembelian Dollar.

Sumber :
https://www.academia.edu/36577844/Krisis_Moneter_19971998_Sebab_da
n_Dampaknya_Terhadap_Perekonomian_Indonesia
3. Reformasi
Peristiwa 12 Mei 1998 dikenang sebagai titik penting dalam proses demokrasi di
Indonesia. Pada peristiwa tersebut, empat mahasiswa Universitas Trisakti meninggal dunia,
puluhan lain mengalami kekerasan, ratusan bahkan ribuan mahasiswa tunggang-langgang,
berlarian panik memasuki kampus, dihujani peluru dan gas air mata. Sebagian dari mereka
melawan, melempar balik tabung gas air ke arah pasukan polisi dan tentara, yang berbaris
meletuskan senjata, dari atas jembatan layang depan gerbang kampus Universitas Trisakti,
Grogol, Jakarta Barat. Aksi 12 Mei memang aksi yang disusun lewat kepanitiaan yang
terorganisir, didukung oleh Senat Mahasiswa Universitas Trisakti. Keempat korban tersebut
bersama lainnya mempersiapkan aksi guna memastikan partisipasi mahasiswa seluas
mungkin. Tujuannya satu: menyuarakan perubahan rezim penguasa Indonesia di bawah
Soeharto, yang sudah berkuasa lebih dari 30 tahun, sejak 1967.

Peristiwa 12 Mei adalah bagian dari rangkaian panjang peristiwa yang menuntut
perubahan terhadap rezim Soeharto. Pemerintahan Soeharto menerapkan kebijakan
pengamanan militer, yang dikeluarkan oleh Wiranto, saat itu sebagai Panglima Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), Kebijakan tersebut diterapkan sejak 1997 untuk
pengamanan Pemilihan Umum. Imbasnya, peristiwa-peristiwa demokratik dari masyarakat
dan oposisi politik dihadapi kebijakan pengamanan yang represif. Karena itu penting melihat
rangkaian panjang hingga terjadi peristiwa 12 Mei 1998, dan peristiwa-peristiwa sesudahnya.
Peristiwa sebelumnya adalah penyerangan kantor Partai Perjuangan Demokrasi Indonesia di
Menteng, yang dikenal sebagai peristiwa 27 Juli 1996 (Kudatuli). Ia diikuti penghilangan
orang secara paksa atas sejumlah mahasiswa, seniman, dan aktivis sepanjang 1997-1998.
Kemudian, aneka tindakan kekerasan ABRI terhadap mahasiswa di pelbagai kota dan
kampus (Medan, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Palembang, Makassar, dan
sebagainya). kebijakan yang sama masih diberlakukan pada peristiwa Semanggi I (November
1998) hingga Semanggi II (September 1999).

Sumber : kompas.com

4. Orde digital
a. Polarisasi politik
Fenomena sebelum pemilu 2014 dan sesudah pemilu, sangat banyak
terjadi politisasi identitas baik itu agama, suku, ras dan etnis. Proses ini
terjadi sangat jelas terlihat fenomenanya di masyarakat, terkotak-kotak
akibat masing-masing memiliki pendukung. Terkotaknya sangat jelas
karena hanya ada dua aktor yang saling berkompetisi untuk meraih
puncak kekuasaan yaitu kursi presiden. Terjadi polarisasi terhadap
kandidat, antara kubu Prabowo dan kubu Jokowi yang menyiratkan
kalangan dapat dikatagorikan berdasarkan identitas agama. Partai yang
berbasis keagamaan lebih banyak mendukung ke kubu Prabowo seperti
PKS, PAN, PPP (kubu Djan Faridz) sementara partai yang mendukung kubu
Jokowi hanya PKB, PPP (kubu Romahurmuzy). Partai Jokowi-Jusuf Kalla
PDIP yang merepresentasikan basisnya adalah nasionalis, sementara
Prabowo-Hatta Radjasa lebih bernuansa identitas-aliran islam berhadapan
dengan kelompok nasionalis. Sepanjang kampanye dalam pemilu 2014,
banyak terjadi kecurangan atau kampanye hitam yang saling
memojokkan lawannya masing-masing, rivalitas yang cenderung sedikit
ekstrime. Misal Jokowi di identikkan dengan isu PKI, sementara Prabowo di
identikkan dengan isu militer yang diktator dan juga masalah HAM
(Purnomo, 2018)

b. Kebebasan media

Tantangan nyata di era digitalisasi ini adalah  adaptasi jurnalis dan media terhadap
beragam bentuk platform digital. Realitanya adaptasi itu menuntut lingkungan dan
kemampuan kerja baru bagi jurnalis. Di era digitalisasi, media di Indonesia dan Asia
Tenggara berhadapan dengan kecepatan serta memanfaatkan big data. Karena itu Jurnalis
harus lebih profesional dan dilatih kembali untuk memenuhi kebutuhan publik. 

"Salah satu solusi yang ditawarkan  oleh Dewan Pers untuk meningkatkan kualitas
jurnalis ini dengan menerapkan sertifikasi kepada jurnalis dan media" ujar Asep.
Di era digital kebebasan bermedia akan berdampak terhadap maraknya informasi hoax di
jejaring sosial. Kebebasan media memberi jalan kepada oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab untuk mudah menyebarkan informasi yang belum faktual. Menurut Jane
Worthington mengatakan tantangan media dan jurnalis saat ini tidak mudah. Agar dapat
bertahan  hidup, salah satu satu caranya adalah dengan bekerja sama, berjejaring dan
memperkuat serikat. 

Sumber : https://aji.or.id/read/press-release/967/era-disrupsi-digital-tantangan-pers-
makin-berat.html

Anda mungkin juga menyukai