AIK Kel.5 MAKALAH
AIK Kel.5 MAKALAH
DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
makalah kami yang berjudul “Akhlak dalam Ilmu Pengetahuan” dapat terselesaikan..
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mambantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri kami sendiri maupun orang
lain, serta dapat menambah informasi dan pengetahuan mengenai Akhlak dan Ilmu
Pengetahuan kepada para pembaca. Kami menyadari, dengan keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman kami, masih terdapat kekurangan dalam penulisan makalah, baik dari
segi kalimat atau susunan bahasanya.Saran serta kritik yang membangun sangat kami
harapkan guna menyempurnakan makalah ini kedepannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.. 2
DAFTAR ISI. 3
BAB I PENDAHULUAN.. 4
1.2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Oleh karena itu ilmu pengetahuan dalam pandangan islam mempunyai prinsip-
prinsip dalam penggunaannya, meskipun ilmu dunia sudah berkembang dengan pesat
dengan adanya IPTEK. Walaupun IPTEK telah berkembang pesat untuk zaman
sekarang dan berbeda dengan zaman dulu, maka para pencari ilmu atau sang ilmuan
supaya dalam menggunakan dan mencari ilmunya diperhatikan halal dan haramnya
ilmu pengetahuan tersebut. Tidak semuanya ilmu pengetahuan halal, ada juga ilmu
pengetahuan yang haram dalam menggunakannya, salah satunya dalam operasi
mengganti kelamin. Hal ini penggunaan ilmu pengetahuan yang diharamkan dan sudah
berada di luar jalur islam.
Sebab itu pada makalah yang dibuat kali ini oleh penulis itu akan membahas
tentang keutamaan dalam orang yang mencari ilmu, keutamaan orang yang
mengajarkan ilmu, prinsip-prinsip dalam menggunakan ilmu pengetahuan dalam
berkembangnya IPTEK di zaman sekarang, dan membahas tentang halal haramnya
penggunaan IPTEK di zaman sekarang.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Keutamaan Ilmu, Ilmuwan, dan Majelis Ilmu?
2. Bagaimana Hubungan antara Ilmu Agama dan Ilmu Umum?
3. Bagaimana Akhlak Mencari dan Mengajarkan Ilmu?
4. Apa saja Prinsip-Prinsip Islam dalam Perkembangan IPTEK?
5. Bagaimana Persoalan Mengenai Bioakhlak dalam pandangan islam: Bayi Tabung,
Kloning, Operasi Ganti Kelamin, dan Bedah Plastik?
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan Keutamaan Ilmu, Ilmuwan, dan Majelis Ilmu
2. Menjelaskan Antara Ilmu Agama dan Ilmu Umum
3. Menjelaskan Akhlak Mencari dan Mengajarkan Ilmu
4. Menjelaskan Prinsip-Prinsip Islam dalam Perkembangan IPTEK
5. Menjelaskan Persoalan Mengenai Bioakhlak dalam pandangan islam: Bayi Tabung,
Kloning, Operasi Ganti Kelamin, dan Bedah Plastik.
BAB 2
PEMBAHASAN
Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu (alima, ya’lamu, ‘ilman) yang berarti
mengerti, memahami benar-benar. Ilmu dari segi Istilah ialah Segala pengetahuan
atau kebenaran tentang sesuatu yang datang dari Allah SWT yang diturunkan kepada
Rasul-rasulNya dan alam ciptaanNya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriah
dan batiniah.
)18 :َش ِه َد هللاُ أَنَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل ه َُو َو ْال َماَل ئِ َكةُ َوأُولُو ْال ِع ْل ِم قَائِ ًما بِ ْالقِ ْس ِط اَل إِلَهَ إِاَّل هُ َو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم (آل عمران
Artinya: “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang
berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang
berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ali Imran: 18).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa yang menyatakan bahwa tiada yang berhak
disembah selain Allah adalah dzat Allah sendiri, lalu para malaikat dan para ahli ilmu.
Diletakkannya para ahli ilmu pada urutan ke-3 adalah sebuah pengakuan Allah SWT,
atas kemualian dan keutamaan para mereka.
ٍ يَرْ فَ ِع هللاُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َجا
)11 :ت َوهللاُ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِي ٌر (المجادلة
)َم ْن ي ُِر ِد هللاُ بِ ِه َخ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِي الدِّي ِن (رواه البخاري ومسلم
Artinya: “Barang siapa dikehendaki bagi oleh Allah, maka Allah memberi
kepahaman untuknya tentang ilmu”, (HR. Bukhari dan Muslim)
)اَ ْل ُعلَ َما ُء َو َرثَةُ اأْل َ ْنبِيَا ِء (رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وابن حبان
Artinya: “Orang-orang yang berilmu adalah ahli waris para nabi” (HR. Abu
Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Artinya: “Segala apa yang ada di langit dan bumi memintakan ampun untuk orang
yang berilmu”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
)اس ْال ُم ْؤ ِمنُ ْال َعالِ ُم الَّ ِذيْ إِ ِن احْ تِ ْي َج إِلَ ْي ِه نَفَ َع َوإِ ِن ا ْستُ ْغنِ َي َع ْنهُ أَ ْغنَى نَ ْف َسهُ (رواه البيهقي َ أَ ْف
ِ َّض ُل الن
Mengingat demikian utamanya ilmu dan ilmuwan, sudah tentu hal ini
menunjukkan keutamaan majelis ilmu. berikut ini adalah beberapa keutamaan majelis
ilmu :
ِ سلَك هللاُ به طريقًا ِمن طُر،َمن سلَك طريقًا يطلُبُ فيه ِع ْل ًما
ُق ال َجنَّ ِة
“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya
untuk menuju surga” (HR. At Tirmidzi no. 2682, Abu Daud no. 3641, dishahihkan Al
Albani dalam Shahih Abu Daud).
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah
(masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun
kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan
dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk
yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR. Muslim no. 2699).
“Barangsiapa yang memasuki masjid kami ini (masjid Nabawi) untuk mempelajari
kebaikan atau untuk mengajarinya, maka ia seperti mujahid fi sabilillah. Dan
barangsiapa yang memasukinya bukan dengan tujuan tersebut, maka ia seperti orang
yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya” (HR. Ibnu Hibban no. 87,
dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Mawarid, 69).
أصابع ِه
ِ َ و شبَّكَ بين: فال يفعلْ ه َكذا، كان في صال ٍة حتَّى يرج َع، ث َّم أتَى المسج َد، إذا تَوضَّأ َ أح ُد ُكم في بيتِ ِه
Relasi ilmu pengetahuan dan agama tidak perlu dirisaukan dan bahkan
menjadi suatu kebutuhan antara keduanya. Dalam kajian Islam, semua ”kebenaran”
berasal dari Tuhan. Kebenaran agama berasal dari Allah yang kemudian kebenaran
berwujud firmân (ayat qawlî), dan kebenaran ilmu pengetahuan (natural sciences, social
sciences, and human sciences) berwujud realitas empiris (ayat kauni). Hakekatnya
keduanya berasal/bersumber dari Allah, maka kebenaran keduanya tidak akan berbeda
apalagi bertentangan. Jika dalam hal realitas empirik dan agama terjadi pertentangan,
maka ada dua kemungkinan; yaitu: (1) ilmu pengetahuan (sains) dan agama belum
menemukan kebenaran final (masih dalam proses berkembang),atau(2) pemahaman
manusia terhadap wahyu qawlî belum menemukan pemahaman yang tepat sesuai ilmu
Allah dimaksud (Wasim, 2006: 1).
1. Model single entity, dalam arti pengetahuan agama berdiri sendiri tanpa memerlukan
bantuan metodologi yang digunakan oleh ilmu lain, dan sebaliknya.
2. Model isolated entities, dalam arti masing-masing rumpun ilmu berdiri sendiri, tahu
keberadaan rumpun ilmu yang lain tetapi tidak bersentuhan, tidak tegur sapa secara
metodologis.
3. Model interconnected entities, dalam arti masing-masing sadar akan keterbatasannya
dalam memecahkan persoalan manusia, lalu menjalin kerjasama setidaknya dalam hal
yang menyentuh persoalan pendekatan (approach), metode berpikir, dan penelitian
(process and procedure).
Jadi bisa dikatakan selain ada kebenaran mutlak yang langsung datang dari
Allah, diakui pula keberadaan kebenaran relatif sebagai hasil budaya manusia, baik
berupa kebenaran spekulatif (Filsafat) maupun kebenaran positif (Ilmu Pengetahuan).
Manusia hanya dapat hidup dengan wajar dan benar manakala ia mau mengikuti
kebenaran mutlak sekaligus mengakui eksistensi dan fungsi kebenaran-kebenaran lain
yang sesuai dengan kebenaran mutlak agama tersebut. Wilayah agama, wilayah ilmu
pengetahuan, dan wilayah filsafat memang berbeda. Agama mengenai soal
kepercayaan dan ilmu mengenai soal pengetahuan. Pelita agama ada di hati pelita
ilmu ada di otak. Meski areanya berbeda sebagaimana dijelaskan di atas, ketiganya
saling berkaitan dan berhubungan timbal balik. Agama menetapkan tujuan, tapi ia
tidak dapat mencapainya tanpa bantuan ilmu pengetahuan dan filsafat. Ilmu yang kuat
dapat memperkuat keyakinan keagamaan. Agama senantiasa memotivasi
pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan akan membahayakan umat
manusia jika tidak dikekang dengan agama. Dari sini dapat diambil konklusi bahwa
ilmu tanpa agama buta dan agama tanpa ilmu lumpuh.
ٍ سلِم
ْ م ِّ ُ ة عَلَى ك
ُ ل َ ب الْعِلْم ِ فَرِي
ٌ ض ُ َ طَل
(HR. Ibnu Majah no. 224. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Surah Al-Alaq ayat 1-5 yang menjelaskan interpretasi dari ilmu pengetahuan:
2.3. Akhlak Mencari dan Mengajarkan Ilmu
Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu (belajar) wajib hukumnya bagi
setiap orang Islam”. Dan pada kesempatan lain beliau pun pernah menganjurkan, agar
manusia mencari ilmu meski berada di negeri orang (Cina) sekalipun; meski dari
manapun datangnya. Hadis tentang belajar dan yang terkait dengan pencarian ilmu
banyak disebut dalam al-Hadis, demikian juga dalam Al-Qur’an al-Karim. Hal ini
merupakan indikasi, bahwa betapa belajar dan mencari ilmu itu sangat penting artinya
bagi umat manusia. Dengan belajar manusia dapat mengerti akan dirinya,
lingkungannya dan juga Tuhan-nya. Dengan belajar pula manusia mempu
menciptakan kreasi unik dan spektakuler yang berupa teknologi.
Belajar dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting, sehingga
hampir setiap saat manusia tak pernah lepas dari aktivitas belajar. Keunggulan suatu
umat manusia atau bangsa juga akan sangat tergantung kepada seberapa banyak
mereka menggunakan rasio, anugerah Tuhan untuk belajar dan memahami ayat-ayat
Allah SWT. Hingga dalam al-Qur’an dinyatakan Tuhan akan mengangkat derajat
orang yang berilmu ke derajat yang luhur (Qs. Al- Mujadilah : 11).
Dalam riwayat lain disebutkan, “Barangsiapa berangkat di pagi hari untuk mencari
ilmu, malaikat memintakan ampunan untuknya dan diberkahi hidupnya” (HR Abu
Umar al-Qurthubi). Riwayat lain menyebutkan “Barangsiapa yang bergegas pergi ke
Masjid dalam keadaan tidak menginginkan kecuali untuk belajar ilmu maka ia akan
mendapatkan pahala layaknya pahala orang yang berhaji secara sempurna” (HR al-
Thabrani). Kedekatan orang alim dan pembelajar diibaratkan Nabi seperti dua jari
telunjuk dan jari tengah, keduanya saling menempel, derajat mereka berdua jauh
meninggalkan manusia yang lain. Dalam sebuah riwayat Nabi bersabda “Orang alim
dan pembelajar layaknya jari ini dan jari yang ini (beliau mengumpulkan antara jari
telunjuk dan jari tengah yang berada di sampingnya), keduanya bersekutu dalam
pahala, tiada kebaikan untuk segenap manusia selain kedua orang tersebut" (HR Ibnu
Majah, Abu Nu’aim dan lainnya).
Nabi berpesan agar umatnya tidak melepaskan diri dari salah satu lima status,
yaitu ahli ilmu, pembelajar, pendengar dan pecinta mereka. Dalam sebuah riwayat
beliau bersabda “Jadilah orang yang alim ataupun orang yang belajar keilmuan ataupun
orang yang senantiasa mendengarkan ilmu atau orang yang suka akan hal itu dan
jangan sampai kamu menjadi orang yang ke lima, sebab kamu akan menjadi orang yang
rusak” (HR al-Thabrani, al-Darimi dan lainnya). Orang kelima yang dimaksud dalam
hadits di atas adalah mereka yang membenci ilmu dan ulama.
“Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu guna
memelihara diri dalam peperanganmu”.
Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu
dengan sarana teknologi. Sehingga tidak mengherankan jika abad ke-7 M telah
banyak lahir pemikir Islam yang tangguh produktif dan inovatif dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
Tidak ada pertentangan antara sains dan Islam, keduanya berjalan seimbang
dan selaras untuk menciptakan khazanah keilmuan dan peradaban manusia yang lebih
baik darisebelumnya.Pandangan Islam terhadap sains dan teknologi adalah bahwa
Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern.
Ketika kita menyaksikan temuan baru dalam bidang IPTEK sampai saat ini
senantiasa menambah bukti ilmiah akan kebenaran yang difirmankan Allah SWT.
Dalam Al Qur’an. Oleh karena itu dalam wujud memakmurkan bumi, hendaknya
didasarkan pada sunnatullah yaitu sebuah hasil karya iman dan ilmu pengetahuan
yang bermanfaat, khususnya yang berlandaskan sunnatullah qauliyah maupun
kauniyah.
Oleh karena itu peran islam disini sangat dibutuhkan, peranan islam dalam
kehidupan sekarang yang serba berteknologi ini adalah dengan menjadikan aqidah
sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tentunya tidak
bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Dan menjadikan syariat islam sebagai
standard pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan itu harus
diikuti dengan keimanan dan ketaqwaan agar menjadi hasil keterampilan manusia
yang dilandasi dengan Al-Qur’an dan Hadits.
a. Bayi Tabung
Bayi tabung dalam istilah ilmiahnya adalah usaha mnusia untuk mengadakan
pembuahan, dengan menyatukan atau mempertemukann antara sel telur wanita
(ovum) dengan spermatozoa pria dalam sebuah tabung gelas. Proses pembuah seperti
ini disebut dengan in vivo. Sedangkan proses pembuahan secara alamiah disebut
dengan in vitro.
Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti bayi yang
terbentuk di dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode untuk membantu
pasangan subur yang mengalami kesulitan di bidang” pembuahan “ sel telur wanita
oleh sel sperma pria. Secara teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur
wanita dengan alat yang disebut “laparoscop”. Sel telur itu kemudian diletakkan
dalam suatu mangkuk kecil dari kaca dan dipertemukan dengan sperma dari suami
wanita tadi. Setelah terjadi pembuahan di dalam mangkuk kaca itu tersebut, kemudian
hasil pembuahan itu dimasukkan lagi ke dalam rahim sang ibu untuk kemudian
mengalami masa kehamilan dan melahirkan anak seperti biasa.
Jika sperma dan ovum untuk bayi tabung yang dipertemukan berasal dari
suami istri yang sah, maka hal itu dibolehkan. Tetapi hal itu tidak dibenarkan jika
sperma dan ovum yang dipertemukan itu bukan berasal dari suami istri yang sah.
Dibolehkannya bayi tabung bagi suami istri yang sah, disebabkan karena manfaatnya
sangat besar dalam kehidupan rumah tangga. Bagi suami istri yang sangat merindukan
seorang anak, namun tidak bisa berproses secara alami, maka setelah diproses melalui
bayi tabung, anak yang dirindukan itu akan segera hadir di sisinya. Disinilah letak
maslahatnya, sehingga kebolehannya didasarkan melalui mashlahat al mursalah.
b. Kloning
Dengan bantuan teknologi yang disebut dengan kloning, telah dimungkinkan
terjadinya pembuahan tanpa bantuan sperma.
Teknologi ini bisa diterapkan kepada seluruh binatang, termasuk secara teori
kepada manusia. Lalu bagaimana hukum kloning? Hukum kloning dibedakan kepada
obyeknya. Bila obyeknya binatang, apalagi binatang langka yang hampir punah, maka
kloning tidak dipermasalahan. Adapun kloning kepada manusia hukumnya adalah
haram. Kloning kepada manusia diharamkan dengan beberapa alasan. Pertama, dari
segi hak asuh anak. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan kasih sayang dari
seorang ayah dan seorang ibu. Sementara seorang bayi hasil kloning hanya memiliki
orang tua dari ibu saja. Kedua, dari segi hukum. Apa jadinya bila setiap wanita yang
hamil di luar perkawinan mengaku telah melakukan kloning.
Surah An-Nisa ayat 32 : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan
Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi
orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para
wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada
Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu”
a. Hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma
Rasulullah Shallallahu ‘alaihai wa sallam melaknat lelaki yang menyerupai
wanita dan wanita yang menyerupai lelaki. Dalam hadist ini sudah sangat jelas
bahwa menyerupai lawan jenis adalah haram bahkan pelakunya dilaknat.
Sebab operasi ganti kelamin bertujuan untuk menyerupai lawan jenis, maka
menjadi haram juga. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah, terlaknatnya orang
yang menyerupai lawan jenis disebabkan karena akan mengeluarkan sesuatu
dari yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT.
b. Hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu
Rasulullah bersabda, Allah melaknat wanita bertato, minta ditato, mencabut
alis dah merenggangkan giginya agar lebih cantik. Allah melaknat manusia
yang merubah ciptaan-Nya. Dalam hadist ini jelas mengharamkan apapun
ciptaan Allah yang dirubah hanya untuk sekedar tampil menarik.
d. Bedah Plastik
Operasi plastik atau bedah plastik adalah suatu pengobatan dalam medis yang
bertujuan untuk membenahi atau memperbaiki bagian tubuh manusia melalui operasi
kedokteran. Operasi plastik berasal dari berasal dari bahasa Yunani, yaitu “plastikos”
yang berarti membentuk atau memberi bentuk. Dan tujuan dari operasi plastik adalah
untuk mengembalikan fungsi yang normal dan menyempurnakan bentuk yang sudah
ada menjadi lebih baik.
Dalam bahasa Arab sendiri, operasi plastik disebut jiharah at-tajmil yang
berarti memperbaiki penampilan suatu anggota tubuh yang nampak atau untuk
memperbaiki fungsinya ketika anggota tubuh tersebut kehilangan fungsinya atau
rusak.
Hukum operasi plastik menurut Islam adalah mubah apabila dengan alasan
untuk kesehatan atau medis namun diharamkan apabila tujuannya hanyalah untuk
memperindah diri atau untuk estetik. Operasi plastik yang diperbolehkan dalam
Islam adalah apabila hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki
anggota tubuh yang rusak atau yang cacat sejak lahir, seperti bibir sumbing, atau
cacat karena kecelakaan akibat kebakaran, dan sebagainya.Hal tersebut mubah
berdasarkan dalil berikut :
Rasulullah SAW. bersabda : ”Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit,
kecuali Allah menurunkan pula obatnya.” (HR. Bukhari)Dan Rasulullah SAW.
bersabda : “Wahai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian! Karena sesunggunya
Allah tidak menurunkan satu penyakit kecuali menurunkan pula obatnya.” (HR.
Tirmidzi) Operasi plastik diharamkan apabila tujuannya adalah untuk
mempercantik diri, padahal tiada suatu kekurangan ataupun penyakit pada dirinya
tersebut yang perlu dilakukan operasi plastik. Hal tersebut sama saja dengan
mengubah ciptaan Allah, dan sesungguhnya orang yang mengubah ciptaan Allah
adalah pengikut syaithan.Dalam (QS. An-Nisa ayat 118-119) Allah SWtT
berfirman :
“Yang dilaknati Allah, dan (setan) mengatakan : “Aku pasti akan mengambil
bagian tertentu dari hamba-hamba-Mu, dan pasti akan kusesatkan mereka, dan
akan kubangkitkan angan-angan ksosong pada mereka, dan akan kusuruh mereka
memotong telinga-telinga bintang ternak, (lalu mereka benar-benar
memotongnya), dan akan kusuruh mereka mengubah ciptaan Allah,(lalu mereka
benar-benar mengubahnya).” Barang siapa menjadikan setan sebagi pelindung
selain Allah, maka sungguh, mereka menderita kerugian yang nyata.”
Dalam ayat tersebut jelas dikatakan bahwa mengubah ciptaan Allah adalah
perbuatan yang dilaknat dan hal tersebut merupakan perintah setan. Sebagai
muslim yang baik kita harus menjaga pemberian Allah dan tidak mengubahnya
sebagai wujud atau cara bersyukur menurut Islam.
BAB III
3. 1 Kesimpulan
Pendidikan dalam islam merupakan proses perubahan sikap dan tata laku orang dalam
usaha mendewasakan manusia supaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan islam
adalah usaha maksimal untuk menentukan kepribadian anak didik berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang telah di gariskan dalam al-qur’an dan as-sunnah/al-
hadits.Assunnah/al-hadits adalah: Perbuatan, perkataan ataupun pengakuan Rosul Allah
SWT, pengakuan itu sendiri adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui
Rosulullah, untuk membina umat manjadi manusia seutuhnya.Al-Hadits sebagai dasar
islam tidak terlepas dari fungsi itu sendiri terhadap al-qur’an, fungsi as-sunnah terhadap
al-qur’an adalah sangat penting.
3.2 Saran
13(1), 109-119.
Mulyono, M. (2013). Kedudukan Ilmu dan Belajar dalam Islam. Jurnal Tadris Stain
K.H. Moenawar Cholil, Kembali Kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, Jakarta: 2004