Anda di halaman 1dari 13

Makalah Hari : Selasa

MK. Kimia Pangan Tanggal : 31 Maret 2020

Lemak Dan Minyak Dalam Bahan Pangan

Disusun oleh:

DIII Gizi Tingkat 1A

Raudhatul Aulia P031913411031

Dosen Pengampu:

Lidya Novita, S.Si, M.Si

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU

JURUSAN GIZI

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Lemak dan minyak merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi tubuh
untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Lemak dan minyak digolongkan menjadi dua, yaitu
lemak siap konsumsi seperti margarin dan mentega, serta lemak yang dimasak bersama
dengan bahan pangan yaitu minyak goreng (Ketaren, 2008).
Minyak goreng berfungsi sebagai media penghantar panas untuk mempercepat proses
pematangan. Penggunaan minyak untuk pengolahan bahan pangan dapat memberikan
tambahan kalori, memperbaiki tekstur pangan, memberikan tampilan fisik kecoklatan dan
meningkatkan citarasa bahan pangan (Winarno, 2004; Aladedunye, 2009).
Minyak goreng sangat sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Makanan
gorengan cenderung lebih disukai dibandingkan makanan yang direbus karena terasa lebih
gurih dan renyah. Hal ini mengakibatkan tingginya angka konsumsi minyak di masyarakat
(Aminah, 2010; Chairunnisa, 2013).
Konsumsi minyak goreng penduduk Indonesia pada tahun 2011 mencapai 8,24
liter/kapita/tahun (Ilmi, 2015). Di provinsi Sumatera Barat, 60% minyak yang digunakan
masyarakat berasal dari minyak kelapa sawit dan produk kelapa (Sari, 2014).
Minyak kelapa sawit merupakan produk yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia
(Dany, 2016).
Minyak goreng kelapa sawit di Indonesia terbagi menjadi minyak goreng kemasan
bermerek dan minyak goreng kemasan tidak bermerek (curah). Minyak goreng kemasan
bermerek merupakan minyak goreng yang dikemas dengan menggunakan kemasan khusus
dan tercantum nama produsen serta label informasi. Minyak goreng ini mengalami
penyaringan dua hingga tiga kali yang berguna untuk meminimalkan kontaminan pada
minyak goreng (Dewi, 2012).
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian dan pernedaan Minyak dan Lemak

Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larut/bercampur
dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik. Dalam arti sempit, kata “minyak”
biasanya mengacu ke minyak bumi ( petroleum) atau olahannya:minyak tanah (kerosena).
Namun demikian, kata ini sebenarnya  berlaku luas, baik untuk minyak sebagai bagian dari
menu makanan (misalnya minyak goreng), sebagai bahan bakar (misalnya minyak tanah),
sebagai pelumas (misalnya minyak rem), sebagai medium pemindahan energi, maupun
sebagai wangi-wangian (misalnya minyak nilam). Lemak (lipid) suatu senyawa atau molekul
yang terbentuk dari asam lemak atau gliserol. Lemak dapat dihidrolisis menjadi asam lemak
gliserol dengan menggunakan larutan alkali.
Minyak merupakan bahan cair dalam suhu kamar yang disebabkan rendahnya
kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan asam lemak tak jenuh yang memiliki
ikatan rangkap satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya sehingga
memiliki titik lebur yang rendah. minyak mengandung trigliserida.
lemak merupakan bahan padat dalam suhu kamar. lemak mengandung asam lemak jenuh
yang tinggi tidak memiliki ikatan rangkap sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi.
6ontoh asam lemak jenuh yang banyak terdapat di alam adalah asam palmitat dan asam
stearat
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan
tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif
dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak atau lemak dapat
menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram.
Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan  pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E
dan K. Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan
yang berbeda-beda. Tetapi minyak dan lemak sering kali ditambahkan dengan sengaja ke
bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan  bahan pangan, minyak dan
lemak berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng, shortening
(mentega putih), lemak, mentega dan margarine.
Perbedaan lemak dan minyak

1. Sumber lemak dan minyak

Manusia bisa mendapatkan asupan lemak dan minyak dari sumber yang berbeda.
minyak dan lemak adalah golongan dari lipid. "lipid jenis minyak umumnya berasal dari
tumbuhan dan dikandung dalam bentuk cair. Sementara itu lemak umumnya berasal dari
hewan dan dikandung dalam bentuk padat. )engecualian terdapat pada hewan laut. 0ewan laut
tidak memiliki lemak. Tubuhnya mengandung minyak bukan lemak.

2. Kejenuhan

Keadaan jenuh dalam kimia adalah keadaan dimana partikel-partikelnya tidak ada
yang  bebas dari reaksi. Setiap satu partikelnya memiliki pasangan dengan yang lainnya.
6abang-cabang rangkaian juga terisi penuh. inyak bersi(at tidak jenuh karena minyak
memiliki ikatan rangkap. Sementara lemak umumnya bersi(at jenuh karena seluruh
partikelnya berikatan dengan  partikel lain.

3. Bentuk olahan

Minyak dan lemak perlu diolah terlebih dahulu sebelum dapat digunakan untuk
kehidupan manusia sehari-harinya. margarin diolah dari lemak yang diolah dari minyak yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sementara itu mentega diolah dari lemak hewan dan memiliki
kandungan kolesterol tidak seperti margarin. "emak yang dikandung dalamminyak olahan
cenderung bersifat tidak jenuh sementara lemak pada mentega cenderung  bersifat jenuh.

4. Ketahanan

Kerusakan makanan atau tengik adalah perubahan aroma dan rasa. hal ini disebabkan
karena molekul-molekul yang terkandung dalam makanan terlepas ke udara karena terpapar
udara. Minyak cenderung lebih mudah rusak karena lepasnya kandungan asam butirat di
dalamnya. Sementara itu lemak cenderung lebih sulit tengik karena ikatanantar molekulnya
lebih kuat dibandingkan dengan minyak sehingga molekulnya lebih sulit lepas ke udara.

5. Wujud

Pada suhu ruangan umumnya lemak memiliki wujud berupa padatan. Sedangkan
pada suhu ruangan minyak berwujud cairan. perbedaan ini disebabkan karena perbedaan
wujud asam lemak penyusunnya. Seperti yang telah kita ketahui asam lemak pada lemak
bersi(at jenuh dan ikatannya penuh hal ini menyebabkan lemak mengambil bentuk  padatan.
Sementara itu ketidakjenuhan asam lemak pada minyak menyebabkan minyak mengambil
bentuk cairan.

6. Titik leleh

Lemak memiliki titik leleh yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak. Titik leleh
adalah suhu ketika lemak atau minyak berubah dari fase padat ke fase cair. Titik leleh asam
lemak dipengaruhi oleh panjang rantai karbon dari lemak atau minyak. Karenalemak
cenderung jenuh dan memiliki atom karbon yang terikat maka titik lelehnya lebih tinggi
dibandingkan minyak. Titik leleh minyak lebih rendah karena ikatan rangkapnya lebih
banyak dibandingkan lemak. Selain itu isomer asam lemak minyak yang memiliki
konfigurasi cis menyebabkan minyak memiliki titik leleh yang lebih rendah
dibandingkanlemak yang memiliki kon (igurasi trans lebih banyak.

2. Struktur lemak dan minyak

Lemak dan minyak sama-sama tergolong dalam kategori asam karboksilat. Asam
karboksilat adalah asam organik yang mengandung gugus karboksil. Asam karboksilat adalah
senyawa polar yang membentuk ikatan satu sama lain. Asam karboksilat memiliki titik didih
yang lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa organik lain yang beratnya sebanding.
Semakin tinggi valensi asam karboksilat maka akan semakin sulit larut dalam air. lemak dan
minyak memiliki valensi yang tinggi karena rantainya panjang.

3. Sifat kimia (reaksi yang dapat dilalui) dan sifat fisika lemak dan minyak

Sifat kimia lemak dan minyak

1. Lemak dapat dihidrolisasi dengan dipanaskan pada temperatur dan tekanan tinggi .
jika didihkan pada tekanan biasa hidrolisa berjalan labat. Hidrolisa yang umum
dilakukan dengan  basa kuat (NaOH/KOH). Dihasilkan gliserol dan garam yang
disebut sebagai sabun. Sabun dan gliserol larut dalam air. Untuk memisahkan sabun
dengan gliserol ditabahkan garam NaCL.
2. Lemak tak jenuh dapat mengaddisi hidrogen, sehingga menjadi lemak jenuh. proses
ini disebuthidrogenasikatalitik sebab diperlukan katalisator, yaitu serbuk nikel,
kadang disebut juga proses  pemadatan atau pengerasan lemak jenuh sebab pada
proses ini lemak tak jenuh (cair) menjadi lemak jenuh (padat).
3. Bila lemak tak jenuh ditambah beberapa tetes aquabromata dan kemudian campuran
ini dikocok maka warna dari aLuabromata akan luntur. Balam hal ini brom dari
aLuabromata diaddisi oleh ikatan rangkap yang ada pada lemak tak jenuh tersebut.
Bisamping mengaddisi brom, lemak tak jenuh dapat mengaddisi lod. Reaksinya
identik dengan reaksi diatas hanya brom diganti dengan lod.
4. Hidrogenolisis lemak dapat diartikan sebagai pembongkaran lemak oleh pengaruh
hidrogen menjadi alkohol. Bentuk lemak tak jenuh mula - mula akan menjadi gliserol
dan asam lemak tak  jenuh kemudian sam lemak tak jenuh yang terbentuk mengalai
hidrogenasi katalitik sehingga terbentuk alkohol jenuh.
5. Reaksi penyebab ketengikan ( rancidity) adalah perubahan kimia yang menimbulkan
aromaJbau dan rasa tidak enak pada lemak. Ketengikan pada lemak jenuh yang asa
lemak  penyusunya mempunyai rantai pendek, dapat terjadi hanya karena pengaruh
hidrolisa. Sedangkanketengikan lemak tak jenuh yang asam lemak penyusunya
mempunyai rantai panjang, dapat terjadi melalui dua proses yaitu proses oksidasi dan
hidrolisa. )enambahan oksigen atau anti oksidan dapat mencegah terjadinya
ketengikan.

Sifat fisika lemak dan minyak

1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil-amin dari lecitin.
2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatur kamar.
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk
pengujian kemurnian minyak.
4. Minyak dan lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor oil), sedikit
larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter karbon disul(ida dan
pelarut halogen.
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang rantai
karbon.
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami juga terjadi karena asam-
asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak
atau lemak.
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau minyak
dengan  pelarut lemak.
8. Titik lunak dari lemakJminyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan minyak dan
lemak
9. Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak
dan lemak.
10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta pengaruh
kehadiran komponen-komponennya.

4. Fungsi lemak dan minyak secara umum dalam bahan pangan


 Komponen cita rasa makanan
 Media pemanas
 Memperbaiki tekstur makanan

5. klasifikasi lemak dan minyak berdasarkan

a. Sumbernya
 Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang
dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng
makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman seperti kelapa,
biji-bijian, kacang-kacangan, jagung kedelai dan kanola. Minyak goreng berfungsi sebagai
penghantar panas, penambah rasa gurih dan penambah nilai kalori bahan pangan. Minyak
goreng umumnya berasal dari minyak kelapa sawit. Minyak kelapa dapat digunakan untuk
menggoreng karena struktur minyaknya yang memiliki ikatan rangkap sehingga minyaknya
termasuk lemak tak jenuh yang sifatnya stabil.

 Mentega
Mentega merupakan emulsi air dalam minyak dengan kira-kira 18% air terdispersi di
dalam 80% lemak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat pengemulsi
(emulsifier).  Mentega dapat dibuat dari lemak hewani, seperti susu yang manis atau yang
asam.
Lemak susu dapat dibiarkan menjadi asam secara spontan atau dapat diasamkan
dengan menambah biakan murni bakteri asam laktat pada lemak susu yang manis yang telah
dipasteurisasikan, sehingga memungkinkan terjadinya respirasi.
Lemak dari susu dapat dipisahkan dari komponen lain dengan baik melalui proses
pengocokan atau churning yaitu proses pemecahan emulsi minyak dalam air.

 Margarin
Margarin merupakan pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa dan nilai
gizi hampir sama. Margarin juga merupakan emulsi air dalam minyak, dengan persyaratan
mengandung tidak kurang 80% lemak. Lemak yang digunakan dapat berasal dari lemak
nabati.
Lemak hewani yang digunakan biasanya lemak babi atau lemak sapi, sedangakan
lemak nabati yang digunakan adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kedelai
dan minyak biji kapas.

 Shortening atau Mentega Putih


Shortening adalah lemak padat yang mempunyai sifat elastis dan kestabilan tertentu,
umumnya berwarna putih sehingga sering disebut mentega putih. Mentega putih ini banyak
digunakan dalam pembuatan cake dan kue yang dipanggang. Fungsinya adalah untuk
memperbaiki cita rasa, struktur, tekstur, keempukan dan memperbesar volume roti/kue.

b. Kejenuhannya
 Lemak Jenuh
Lemak ini pemicu kadar kolesterol darah dan meningkatkan resiko terkena penyakit
jantung koroner. Lemak jenuh mudah dikenali dari bentuknya, yaitu berbentuk padat atau
berlilin (waxy) pada suhu ruangan. Lemak jenuh banyak ditemukan pada produk-produk
hewani, seperti daging yang berwarna merah, produk-produk yang berasal dari unggas,
mentega dan susu murni (whole milk).
Dari bahan nabati, sumber lemak jenuh dapat ditemukan pada minyak kelapa, minyak
sawit dan beberapa minyak tropis lainnya.
 Lemak Trans
Lemak trans memberikan efek peningkatan kadar kolesterol darah yang tidak jauh
berbeda dengan lemak jenuh, demikian juga efeknya pada resiko terkena penyakit jantung.
Mungkin masyarakat Indonesia belum terlalu familier dengan istilah lemak trans, trans fatty
acid, padahal sesungghunya jenis lemak ini sering sekali kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari.
Lemak trans merupakan lemak tidak jenuh yang mengalami penambahan atom
hidrogen. Dengan adanya penambahan atom hidrogen ini, maka lemak tidak jenuh yang
umumnya berbentuk cair (berasal dari minyak tumbuhan), menjadi berbentuk padat dan awet.
Keuntungan dari proses ini adalah lemak lebih tahan terhadap proses ransiditas yang
dapat menyebabkan minyak menjadi tengik. Proses penambahan atom hydrogen ini disebut
proses hidrogenasi (hydrogenated).
Hasil dari proses hidrogenasi salah satunya berupa margarin, yang banyak dijumpai
dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Lemak terhidrogenasi merupakan salah satu
komponen yang umum dipakai untuk memproduksi kue-kue hasil industri makanan, seperti
biskuit cracker, cookies, cake, donat dan kentang goreng.

Margarin (mentega yang terbuat dari minyak nabati) mengandung lemak trans dalam
kadar tinggi, maka konsumsi margarin dalam jumlah yang banyak sebagai pengganti minyak
goreng untuk menumis tidak akan jauh berbeda efeknya dalam meningkatkan kolesterol
dibandingkan dengan penggunaan minyak goreng itu sendiri.

 Lemak Tak Jenuh Ganda


Lemak tak jenuh pada umunya berwujud cair pada suhu ruangan dan di dalam lemari
pendingin. Apabila lemak tak jenuh ganda dipakai sebagai pengganti lemak jenuh dalam
memasak, maka dapat berefek membantu menurunkan kadar kolesterol darah.

c. Kegunaannya

 Minyak goreng

Minyak kelapa dapat digunakan untuk menggoreng karena struktur minyaknya yang
memiliki ikatan rangkap sehingga minyaknya termasuk lemak tak jenuh yang sifatnya stabil.

 Mentega
Biasanya mentega ini digunakan sebagai bahan dalam pembuatan cake maupun kue
kering, atau olesan roti, karena aroma susu yang kuat, gurih, dan hasil akhirnya lembut.
 Margarin
margarin sering digunakan untuk membuat kue basah atau cake untuk mendapatkan adonan
yang lebih kokoh. Selain itu, karena terbuat dari minyak sayur, produk ini juga digunakan
untuk menumis dan proses mengolah makanan lainnya.

6. Jelaskan Analisis lemak dan minyak

a. Analisis angka peroksida

Bilangan proksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami
oksidasi. angka peroksida sangat penting untuk identifikasitingkat oksidasi minyak. Minyak
yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang
menghasilkan suatu senyawa peroksida. yang sering digunakan untuk menentukan angka
perosidaadalah dengan metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka
peroksidadilakukan denga titrasi iodometri.Salah satu parameter penurunan mutu minyak
goreng adalah bilangan peroksida. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah
mengukur kadar peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksioksidasi
lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atauminyak sudah mengalami
oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan kondisi
oksidasi yang masih dini.Angka peroksida rendah bias disebabkan laju pembentukkan
peroksidarendah bias disebabkan laju pembentukkan peroksida baru lebih kecildibandingkan
dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingatkadar peroksida cepat mengalami
degradasi dan bereaksi dengan 3at lain. Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan
jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses
oksidasinyatergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Minyak curah terdistribusi
tanpa kemasan, paparan oksigen dan cahaya pada minyak curah lebih besar disbanding
dengan minyak kemasan. Paparanoksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa
factor yangmempengaruhi oksidasi. Penggunaan suhu tinggi selama penggorenganmemacu
terjadinya oksidasi minyak. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu
dan berkurang pada suhu rendah.Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap
ini hidrogendiambil dari senyawa oleofin menghasilkan radikal bebas. Keberadaan cahaya
dan logam berperan dalam proses pengambilan hidrogen tersebut.8adikal bebas yang
terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya dapat mengambil
hidrogen dari molekul tak jenuh lainmenghasilkan peroksida dan radikal bebas yang
baru.Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak
dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari peroksida kg minyak akan
bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak enak. Kenaikan bilangan peroksida
merupakan indicator bahwa minyak akan berbau tengik

b. Analisis bilangan iodin

 Metode Wijs

Prinsip penentuan bilangan iodin dengan metode wijs adalah : Penambahan larutan iodin
monoklorida dalam campuran asam asetat dan karbon tetraklorida ke dalam sejumlah sampel
yang akan diuji. Setelah waktu standar untuk reaksi, penentuan dari halogen yang berlebih
dengan penembahan larutan kalium iodide dan iodin yang dibebaskan dititrasi dengan larutan
natrium tiosulfat yang telah distandarisasi.(Paquot,1987) Larutan wijs terdiri dari larutan 16 g
iod monoklorida dalam 1000 ml asam asetat glasial. Larutan ini sangat peka terhadap cahaya
dan panas serta udara, sehingga harus disimpan di tempat yang gelap, sejuk dan tertutup
rapat.(Ketaren,1986)

 Metode Hanus

Prinsip penentuan bilangan iodin dengan cara Hanus adalah dengan penambahan
larutan iodin bromide dalam campuran asam asetat dan karbon tetraklorida ke dalam jumlah
tertentu sampel. Setelah waktu reaksi standar, penentua n dari kelebihan halogen dengan
penambahan larutan kalium iodide dan iodin yang dibebaskan dititrasi dengan larutan
standart natrium tiosulfat.(Paquot,1987)

 Metode Kaufmann dan Von HublPada

Metode Kaufmann digunakan pereaksi Kaufmann yang terdiri dari campuran 5,2 ml
larutan brom murni di dalam 1000 ml methanol dan dijenuhkan dengan natrium bromide.
Contoh yang ditimbang dilarutkan dalam 10 ml klorofor m kemudian ditambahkan 25 ml
pereaksi yang akan mengendapkan natrium bromide.Reaksi dilakukan ditempat gelap, lalu
dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N dengan indikator larutan pati.Pada cara Von
Hubl digunakan pereaksi yang terdiri dari larutan 25 g iod dalam 500 ml etanol dan larutan
30 g merkuri klorida di dalam 500 ml etanol yang dicampur kan jika akan digunakan.
Pereaksi ini membutuhkan waktu reaksi selama 12 sampai 14 jam.(Ketaren,1986)

c. Analisis bilangan asam

Didefiniskan sebagai jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan asam
lemak bebas dalam 1 gram zat. Bilangan asam ini menunjukan banyaknya asam lemak bebas
dalam suatu lemak atau minyak. Penentuannya dilakukan dengan cara titrasi menggunakan
KOH-alkohol dengan ditambahkan indikator pp.

DAFTAR PUSTAKA
Herlina, Netti dan Ginting, M Hendra, 2002, Lemak dan Minyak, Jurusan Teknik Kimia
Universitas Sumatra Utara.

Kusnawan, E. 2008. Panduan Pembelajaran KIMIA untuk SMA/MA kelas XII. Bogor:
PT.Siem & Co.Jakarta

Novianto, Ipung S.Pd. 2011. Buku Kerja SMA KIMIA kelas XII. Surakarta: Suara Media
Sejahtera

Rohman, Abdul dan Soemantri, 2007, Analisis Makanan, UGM Press, Yogyakarta

Utami, budi, dkk. 2010. KIMIA untuk SMA/MA kelas XII Program Ilmu Alam. Bandung:
Buku Sekolah Elektronik

Anda mungkin juga menyukai