Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ETIKA PROFESI DAN PERUNDANGAN


“Standar Praktik Bidan dan Hubungan Standar Praktik dengan
Hukum/Perundang-Undangan”

Disusun Oleh :
Nama : Adriledia Septa Utama
Nim : P05140419001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
D IV ALIH JENJANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Standar Praktik Bidan dan Hubungan Standar Praktik dengan Hukum/
Perundang-Undangan”
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini, dan juga kepada sumber-sumber yang
digunakan untuk menunjang penyelesaian makalah ini.
Demikianlah makalah yang telah saya selesaikan. Tiada gading yang tak
retak, begitu pula makalah ini yang tak luput dari kekurangan. Kritik dan saran
sangat kami harapkan untuk menunjang keberhasilan dari makalah ini.Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bengkulu, April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Standar Praktik Bidan.....................................................................................3
B. Hubungan Standar Prakrik dengan Hukum/Perundang-Undangan..............10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Clinical Practice Guideline (1990) Standar adalah keadaan ideal
atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai
batas penerimaan minimal. Menurut Donabedian (1980) Standar adalah
rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai,
berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan. Menurut Rowland and
Rowland (1983) Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus
dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan
dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
Dalam profesi kebidanan, standar praktik kebidanan merupakan suatu
acuan atau pedoman bagi seorang bidan dalam melakukan sebuah tindakan.
Namun, sering kali kita temukan bidan yang tidak memberikan pelayanan
yang sesuai dengan standar praktik kebidanan yang telah ditetapkan. Hal ini
menimbulkan penurunan kualitas suatu pelayanan yang diberikan oleh bidan.
Praktik kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan
pelayanan / asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan managemen
kebidanan. Standar praktik kebidanan adalah uraian pernyataan tentang
tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil
dapat dinilai. Standar asuhan kebidanan berarti pernyataan kualitas yang
diinginkan dan dapat dinilai dengan pemberian asuhan kebidanan terhadap
pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang
saling terkait erat, karena malelui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti
pelayanan meningkat dan memburuk. Hukum perundangan adalah himpunan
petunjuk atas kaidah atau norma yang mengatur tata tertib didalam suatu
masyarakat, oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan.
Hukum perundangan dilihat dari isinya terdiri dari norma atau kaidah tentang

1
apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak, apa yang dilarang atau apa
yang diperbolehkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Standar Praktik Bidan?
2. Bagaimana Hubungan Standar Prakrik dengan Hokum/Perundang-
Undangan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Standar Praktik Bidan?
2. Untuk mengetahui bagaimana Hubungan Standar Prakrik dengan Hukum/
Perundang-Undangan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Standar Praktik Bidan


1. Standar Praktik Bidan
Pengertian standar Standar adalah keadaan ideal atau tingkat
pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas
penerimaan minimal ( Clinical Practice Guideline , 1990) Standar adalah
rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai,
berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan (Donabedian, 1980)
Standar adalah spesifikasi dari fungsi tau tujuan yang harus dipenuhi oleh
suatu sarana pelayanan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh
keuntungan maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan( Rowland and
Rowland, 1983)
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan
yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan
yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi
bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan
kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).
Standar menunjukan pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan,
namun ukuran tingkat ideal tercapai tsb tidaklah disusun terlalu kaku,
melainkan dalam bentuk minimla dan maksimal ( range ) penyimpangan
yang terjadi, tetapi masih dalam batas-batas yang dibenarkan disebut
dengan nama toleransi ( tolerance ).
Untuk memandu para pelaksana program menjaga mutu agar tetap
berpedoman pada standar yang telah ditetapkan, disusunlah protokol
(pedoman, petunjuk pelaksana). Protokol adalah suatu pernyataan tertulis
yang disusun secara sistimatisdan dipakai sebagai pedoman oleh para
pelaksana dalam mengambil keputusan dan atau dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan. Makin dipatuhi protokol, makin tercapai standar

3
yang telah ditetapkan syarat Standar Bersifat jelas , artinya dapat diukur
dengan baik, termasuk mengukur berbagai penyimpangan yang mungkin
terjadi. Masuk akal , suatu standar yang tidak masuk akal, misalnya
ditetapkan terlalu tinggi sehingga mustahil dapat dicapai, bukan saja sulit
dimanfaatkan tetapi juga akan menimbulkan frustasi para pelaksana
mudah dimengerti , suatu standar yang tidak mudah dimengerti, atau
rumusan yang tidak jelas akan menyulitkan tenaga pelaksana sehingga
standar tersebut tidak akan dapat digunakan.
Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan Standar pelayanan berguna
dalam penerapan norma tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan Melindungi masyarakat Sebagai pelaksanaan,
pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan Untuk menentukan
kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek sehari-hari.
Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan
pengembangan pendidikan (Depkes RI, 2001:2)
Format Standar Pelayanan Kebidanan Dalam Membahas Tiap Standar
Pelayanan Kebidanan Digunakan Format Bahasan Sebagai Berikut :
Tujuan merupakan tujuan standar Pernyataan standar berisi pernyataan
tentang pelayanan kebidanan yang dilakukan, dengan penjelasan tingkat
kompetensi yang diharapkan. Hasil yang akan dicapai oleh pelayanan yang
diberikan dan dinyatakan dalam bentuk yang dapat diatur. Prasyarat yang
diperlukan (misalnya, alat, obat, ketrampilan) agar pelaksana pelayanan
dapat menerapkan standar. Proses yang berisi langkah-langkah pokok
yang perlu diikuti untuk penerapan standar (Depkes RI, 2001:2).
Standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus
dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesinya secara baik. Hak tenaga kesehatan adalah memperoleh
perlindungan hukum melakukan tugasnya sesuai dengan profesi tenaga
kesehatan serta mendapat penghargaan.
Pertemuan Program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah
SEARO/Asia tenggara tahun 1995 tentang SPK Pada pertemuan ini

4
disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan kepada
setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar memenuhi standar
tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya, WHO SEARO
mengembangkan Standar Pelayanan Kebidanan. Standar ini kemudian
diadaptasikan untuk pemakaian di Indonesia, khususnya untuk tingkat
pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan di tingkat masyarakat. Standar
ini diberlakukan bagi semua pelaksana kebidanan.
2. Standar praktek kebidanan
a. Standar I : Metode Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen
kebidanan dengan langkah yaitu pengumpulan data dan analisis data,
penentuan diagnosa perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan
dokumentasi.
Metode asuhan yang seharusnya digunakan, yaitu :
1) Metode Varney : Metode managemen kebidanan yang mempunyai
7 langkah.
2) Metode SOAP : Metode managemen kebidanan yang mempunyai 5
langkah.
b. Standar II : Pengkajian
Data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Difinisi Operasional
1) Ada format pengumpulan data
2) Pengumpulan data dilakukan secara sistimatis, terfokus, yang
meliputi data.
a) Demografi identitas klien.
b) Riwayat penyakit terdahulu.
c) Riwayat kesehatan reproduksi.
d) Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi.
e) Analisis data.

5
3) Data dikumpulkan dari
a) Klien/pasien, keluarga dan sumber lain.
b) Tenaga kesehatan.
c) Individu dalam lingkungan terdekat.
4) Data diperoleh dengan cara
a) Wawancara
b) Observasi.
c) Pemeriksaan fisik.
d) Pemeriksaan penunjang.
c. Standar III : Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang
telah dikumpulkan. Setelah mendapat data-data yang dianggap
penting, dilanjutkan dengan mendiagnosa klien.
Pada metode Varney ini disebut “Identifikasi terhadap diagnosis
atau masalah” berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan
sehingga dapat dirumuskan masalah dan diagnosa yang spesifik. Baik
rumusan diagnosis maupun rumusan masalah keduanya harus
ditangani, meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis
tetapi harus mendapatkan penanganan(Suryani, 2008; h. 99).
Kemudian juga disebut “Identifikasi diagnosa / masalah potensial
dan antisipasi penanganannya”. Pada langkah ke-tiga ini
mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan diagnosa atau
masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Suryani, 2008;
h. 99).
Sedangkan pada metode SOAP ini disebut “A” : Assessment,
yaitu : Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau
informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada
informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan

6
secara terpisah – pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses
yang dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam
mengikuti perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru
cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang
tepat. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa / masalah
a) Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai
kondisi klien : hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
Berdasarkan hasil analisa data yang di dapat.
b) Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan
klien terganggu, kemungkinan menggangu kehamilan /
kesehatan tetapi tidak masuk dalam diagnosa.
2. Antisipasi masalah lain / diagnosa potensial
d. Standar IV : Rencana asuhan
Rencana Asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa
kebidanan. Pada metode Varney rencana asuhan dinamakan
Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
Mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan yang
tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan
prenatal periodik, tetapi juga saat bidan melakukan perawatan
berkelanjutan bagi wanita tersebut. Data baru yang diperoleh terus
dikaji dan kemudian dievaluasi. Beberapa mengindikasikan sebuah
situasi kegawatdaruratan yang mengharuskan bidan mengambil
tindakan secara cepat untuk mempertahankan nyawa ibu dan bayinya.
(Suryani, 2008; h. 99)
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyuluh ditentukan
oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen kebudanan terhadap diiagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasikan atau di antisipasi. Pada langkah ini informasi data
yang tidak lengkap dilengkapi (Suryani, 2008; h. 99).

7
Sedangkan pada metode SOAP ini disebut “P” : Planning yaitu
perencanaan. Pada langkah perencanaan, didokumentasikan
perencanaan tindakan asuhan dan hasil evaluasi dari perencanaan
asuhan.
e. Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan
perkembangan keadaan klien: tindakan kebidanan dilanjutkan dengan
evaluasi keadaan klien.
Difinisi Operasional
1. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.
2. Format tindakan kebidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi.
3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
perkembangan klien.
4. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap
dan wewenang bidan atau tugas kolaborasi.
5. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik
kebidanan etika kebidanan serta mempertimbangkan hak klien
aman dan nyaman.
6. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah
tersedia.
f. Standar VI : Partisipasi klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama / partisipasi klien
dan keluarga dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan
kesehatan. Pada metode Varney Tindakan dinamakan
“IMPLEMENTASI” Pada langkah ini pelaksanaan dapat dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama dengan klien, atau anggota
tim kesehatan lainnya kalau diperlukan. Apabila ada tindakan yang
tidak dilakukan oleh bidan tetapi dilakukan oleh dokter atau tim
kesehatan yang lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk
mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya.(misalnya
memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana, dan

8
sesuai dengan kebutuhan klien). Dalam situasi dimana bidan
berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan
bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya
rencana bersama yang menyeluruh tersebut. Penatalaksanaan yang
efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu
dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah
dilaksanakan.
g. Standar VII : Pengawasan
Monitor / pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus
menerus dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.
Pengawasan ini dilakukan ketika pertama kali klien datang sampai
masa matur.  Pengawasan dari mulai riwayat kehamilan sekarang,
riwayat kebidanan yang lalu, riwayat menstruasi, riwayat pemakaian
kontrasepsi, riwayat kesehatan, status sosial klien, pola konsumsi
makanan dan minuman, kebiasaan yang merugikan klien, pengetahuan
klien tentang kehamilannya.
h. Standar VIII : Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring
dengan tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari
rencana yang telah dirumuskan. Evalusi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasikan didalam diagnosa dan masalah. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut
efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses
penatalaksanaan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan
maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak
efektif melalui pengkajian ulang (memeriksa kondisi klien). Proses
avaluasi ini dilaksanakan untuk menilai mengapa proses

9
penatalaksanaan efektif/tidak efektif serta melakukan penyesuaian
pada rencana asuhan tersebut.
i. Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan kebidanan yang diberikan. Ada dua model
pendokumentasian, yaitu metode Varney dan metode SOAP.
Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan
dan rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
yang berfokus pada klien (Varney, 1997).
Dokumentasi asuhan pada ibu hamil adalah keterangan tertulis dari
seluruh proses asuhan yang diberikan kepada ibu hamil, mulai dari
pengkajian data subjektif dan objektif, rumusan diagnosis, rencana dan
pelaksanaan tindakan serta hasil evaluasinya (Mandriwati, 2008)

B. Hubungan Standar Praktik Dengan Hukum Perundang-Undangan


1. Definisi Standar Praktik dan Hukum Perundangan
Praktik kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam
memberikan pelayanan / asuhan kebidanan kepada klien dengan
pendekatan managemen kebidanan. Standar praktik kebidanan adalah
uraian pernyataan tentang tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga
kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan kebidanan
berarti pernyataan kualitas yang diinginkan dan dapat dinilai dengan
pemberian asuhan kebidanan terhadap pasien/klien. Hubungan antara
kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena
malelui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat
dan memburuk. Hukum perundangan adalah himpunan petunjuk atas
kaidah atau norma yang mengatur tata tertib didalam suatu masyarakat,
oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan. Hukum
perundangan dilihat dari isinya terdiri dari norma atau kaidah tentang apa

10
yang boleh dilakukan dan apa yang tidak, apa yang dilarang atau apa yang
diperbolehkan.
2. Hukum Perundang-undangan
Peraturan perundang–undangan yang melandasi pelayanan kesehatan
a. Kepmen Kes Ri No. 900/ Menkes/Sk/Vii/2002 Tentang Registrasi
Dan Praktik Bidan
Bidan diharuskan memenuhi persyaratan dan perizinan untuk
melaksanakan praktek, dalam peraturan ini, terdapat ketentuan-
ketentuan secara birokrasi hal-hal yang harus bidan penuhi sebelum
melakukan praktik dan juga terlampir informasi-informasi petunjuk
pelaksanaan praktik kebidanan. bidan hal tersebut tertuang pada Bab
dan Pasal-pasal berikut :
BAB V : PRAKTIK BIDAN
Pasal 14
Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
1) Pelayanan kebidanan;
2) Pelayanan keluarga berencana;
3) Pelayanan kesehatan masyarakat.
Pasal 15
1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf a ditujukan kepada ibu dan anak.
2) Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil,
masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui dan masa
antara (periode interval).
3) Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru
lahir, masa bayi, masa anak balita dan masa pra sekolah.
BAB lain dalam peraturan pemerintah ini, mengacu ke pada dua BAB
tersebut, kedua bab ini memberi gambaran umum mengenai ketentuan
praktik bidan dan bab lain yang tidak si sebutkan disini melengkapi
atau menjabarkan hal-hal umum tersebut.

11
b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/
Menkes/ Sk/ Iii/ 2007 Tentang Standar Profesi Bidan
Secara Umum Isi Kepmenkes ini mencakup : Definsi dan pengertian
bidan, asuhan kebidanan, praktek bidan dan standar kompetensi bidan
(pengetahuan maupun keterampilan).
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.02.02/
Menkes/ 149/ 2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
d. Permenkes Ri No. 1464/Menkes/Sk/X/2010 Tentang Ijin Dan
Penyelenggaraan Praktek Bidan
3. Hubungan Pelayanan Kebidanan dengan Hukum Perundang-undangan
a. Standar I tentang falsafah dan tujuan sesuai dengan UU No. 23 Tahun
1992, Bab II tentang asas dan tujuan pasal 3 dikatakan bahwa
pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemajuan, dan kemampuan hidup sehat bagai setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
b. Standar II tentang Administasi dan Pengelolaan sesuai dengan UU RI
No. 36 Tahun 2009, Bab IV; Upaya Kesehatan, Bagian Kedua;
Pelayanan Kesehatan, Paragraf I tentang Pemberian Pelayanan, Pasal
52 ayat (2) pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative.
c. Standar IV tentang Fasilitas dan Peralatan sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 900/MENKES/ SK/VII/2002 tentang
Registasi dan Praktek Kebidanan Pasal 22 yang berbunyi Bidan dalam
menjalankan praktek perorangan harus memenuhi persyaratan yang
meliputi tempat dan ruangan praktek, tempat tidur, peralatan, obat-
obatan, dan kelengkapan administrasi.
d. Standar V tentang Kebijakan dan Prosedur sesuai dengan sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 900/MENKES/
SK/VII/2002 tentang Registasi dan Praktek Kebidanan Bab VII
tentang Pembinaan dan Pengawasan, Pasal 32 yang berbunyi

12
Pimpinan Sarana Kesehatan wajib melaporkan bidan yang melakukan
praktek dan berhenti melakukan praktek pada sarana kesehatannya
kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/ kota dengan tembusan
kepada organisasi profesi.
e. Standar VI tentang Pengembangan Staff dan Program Pendidikan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 900/MENKES/ SK/VII/2002
tentang Registasi dan Praktek Kebidanan Bab VII tentang Pembinaan
dan Pengawasan, Pasal 33 ayat (1) yang berbunyi Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan atau organisasi profesi terkait
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bidan yang
melakukan praktek diwilayahnya.
f. Standar VII tentang Standar Asuhan sesuai dengan PERMENKES No.
585/MENKES/PER/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik,
Bab II pasal 2 ayat (1) yang berbunyi semua tindakan medic yang
akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian standar Standar adalah keadaan ideal atau tingkat
pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas
penerimaan minimal ( Clinical Practice Guideline , 1990) Standar adalah
rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai,
berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan (Donabedian, 1980)
Standar adalah spesifikasi dari fungsi tau tujuan yang harus dipenuhi oleh
suatu sarana pelayanan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh
keuntungan maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan( Rowland and
Rowland, 1983)
Ada 9 standar kompetensi bidan yang terdiri dari pengetahuan/
keterampilan yang membentuk dasar asuhan berkualitas sesuai budaya,
prakonsepsi KB dan ginekologi, asuhan konseling selama kehamilan, asuhan
tambahan selama hamil dan kehamilan, asuhan pada ibu nifas dan menyusui,
asuhan pada bayi baru lahir, asuhan pada bayi dan balita, kebidanan
komunitas dan asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan reproduksi.
Praktik kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam
memberikan pelayanan / asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan
managemen kebidanan. Standar praktik kebidanan adalah uraian pernyataan
tentang tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan
hasil dapat dinilai. Standar asuhan kebidanan berarti pernyataan kualitas yang
diinginkan dan dapat dinilai dengan pemberian asuhan kebidanan terhadap
pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang
saling terkait erat, karena malelui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti
pelayanan meningkat dan memburuk. Hukum perundangan adalah himpunan
petunjuk atas kaidah atau norma yang mengatur tata tertib didalam suatu
masyarakat, oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan.
Hukum perundangan dilihat dari isinya terdiri dari norma atau kaidah tentang

14
apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak, apa yang dilarang atau apa
yang diperbolehkan.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahannya baik dari segi isi maupun teknis penulisannya.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna perbaikan dalam penulisan makalah ini dan kami berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, terutama mata kuliah
Etika Profesi dan Perundangan.
2)

15
DAFTAR PUSTAKA

Mufdillah, dkk. 2012. Konsep Kebidanan edisi Revisi. Yogyakarta. Nuha Medika.
Asrinah,dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Graha Ilmu
Elfiendri. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Boduose Media.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/ MENKES/ SK/
III/ 2007. Standar Profesi Bidan. Diakses Kamis, 17 Oktober 2013, 11.30
WITA, from http://www.lusa.web.id/keputusan-menteri-kesehatan-
republik- indonesia-nomor-369menkesskiii2007-tentang-standar-profesi-
bidan-bag-1/
Mufdlilah (2009). Catatan Kuliah Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Mitra
Cendikia Press.
PP IBI. (2004). 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia. Bidan Menyonsong Masa
Depan. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/ MENKES/ SK/
VIII/ 2002. Diakses Kamis, 17 Oktober 2013, 11.30 WITA.
Sujianti. (2009). Buku Ajar Konsep Kebidanan Tiori dan Aplikasi. Jakarta : Nuha
Medika.
Wibowo. (2008). Manajemen Kinerja. PT.Raja Grafindo Persada

16

Anda mungkin juga menyukai